Ruler : Master Of The Mask Ep 34

Sebelumnya...


Ga Eun terkejut melihat Seja yang masih hidup.  Begitu pula dengan Seja yang terkejut melihat sosok Ga Eun di hadapannya. Tangis Ga Eun seketika berjatuhan. Ia pun langsung berlari, menghambur ke dalam pelukan Seja.

“Ini bukan mimpi, kan? Sungguh kau masih hidup, kan?” tanya Ga Eun tak percaya.

“Ada hal yang ingin aku katakan padamu. Doryongnim, aku juga… mencintaimu.” Ucap Ga Eun.

Seja menangis haru dan menarik Ga Eun ke dalam pelukannya. Tak lama kemudian, Seja pun menciumnya. Tangis Ga Eun seketika berjatuhan ketika Seja mencium bibirnya.


Di istana, Daebi Mama memaksa bertemu dengan Sun. Kepala Kasim awalnya melarang, namun tiba-tiba terdengar suara Sun yang mengizinkan Daebi Mama masuk. Daebi Mama menatap kesal Kepala Kasim sebelum akhirnya masuk ke istana Raja.

Begitu masuk, Daebi Mama melihat Sun sedang mempelajari silsilah keluarga kerajaan. Dengan wajah sumringah, Daebi Mama mempertanyakan hal itu padahal Sun sudah mempelajarinya sejak berumur 10 tahun. Sun beralasan ingatan manusia bisa memudar.

“Kau tidak tahu malu. Apa kau pikir dengan menyalinnya, lantas akan menjadikanmu bagian keluarga kerajaan!” ucap Daebi Mama.

Sun pun seketika berhenti menulis.

“Kau itu hanya Raja palsu. Kau pikir berapa lama lagi kau bisa berpura-pura?” tanya Daebi Mama.

Tapi Sun menanggapinya dengan santai. Ia mengatakan jika Daebi Mama terus bicara yang bukan-bukan, maka orang-orang akan menganggap Daebi Mama kerasukan.


Daebi Mama marah dan mengaku bahwa ia sudah tahu sejak awal kalau Sun Raja palsu. Sun pun bertanya balik, ia menanyakan apakah Daebi Mama akan mencari yang asli dan menyingkirkannya. Sun tersenyum evil dan memberitahu Daebi Mama bahwa Seja sudah mati dibunuh Dae Mok.


Daebi Mama terkejut. Ia tak menyangka bahwa Sun selama ini sudah tahu siapa Seja asli. Sun lantas menertawakan Daebi Mama yang sudah kehilangan kekuasaan. Daebi Mama marah dan berusaha menyerang Sun, namun Sun dengan sigap mencengkram tangan Daebi Mama. Ia menatap tajam Daebi Mama.

“Apa perlu saya tebak tujuan anda datang kemari? Anda takut kematian. Dae Mok tidak mau memberi anda pil itu juga anda tidak sudi memohon kepada Dae Mok. Lalu kenapa anda tidak berlutut pada saya? Dengan begitu, mungkin saya akan memohon belas kasih Dae Mok untuk anda.” Ucap Sun.

“Beraninya kau!” sentak Daebi Mama.

“Ingat ini baik-baik. Sekarang aku adalah Raja asli.” Ucap Sun.

Sun lalu menyuruh Kepala Kasim mengantar Daebi Mama kembali ke kamar.


Diluar, Daebi Mama marah pada dayang barunya. Tak lama kemudian, Menteri Choi pun datang bersama Menteri Heo. Menteri Choi seketika bersembunyi begitu melihat Daebi Mama yang menatapnya dengan tajam. Sun lantas keluar dan menatap kepergian Daebi Mama dengan tatapan penuh kebencian.


Sun lantas pergi ke rumah kaca mencari Kko Mool. Sun datang dengan Hyun Seok yang membawa nampan penuh dengan semangka. Begitu Sun datang, Kko Mool langsung bersembunyi dibalik meja.

“Apa kau masih merasa canggung dengan kakakmu ini?” tanya Sun lembut.

Kko Mool mengangguk.

“Kakakmu ini ingin lebih cepat akrab denganmu.” Ucap Sun.


Kko Mool diam saja. Untuk mengambil hati Kko Mool, Sun pun mengambilkan semangkanya untuk Kko Mool dan menyuruh Kko Mool mencicipinya. Kko Mool mencicipinya dengan ragu-ragu namun begitu mencicipinya, wajahnya langsung berubah sumringah.

“Apa kau tidak senang berada disini denganku?” tanya Sun.

“Aku lebih memilih tinggal di toko herbal seperti dulu, bersama eomma dan eonni. Orabeoni tidak bisakah ikut tinggal bersama kami?” ucap Kko Mool.


Sun pun langsung terdiam mendengarnya. Ia lalu mengelus kepala Kko Mool dan menatap Kko Mool dengan tatapan kosong.


Ga Eun mengantarkan Seja ke makam ayahnya.


Usai memberikan penghormatan pada ayah Ga Eun, Seja menggenggam tangan Ga Eun dan mengajaknya jalan-jalan. Seja lalu dibuat tertegun dengan Ga Eun yang tiba-tiba memanggilnya dengan panggilan Jeoha. Ga Eun tersenyum dan berkata bahwa mulai sekarang ia akan memanggil Seja dengan panggilan itu.

“Ga Eun-ah, apakah tahta Raja harus kurebut kembali? Aku adalah penyebab kematian ayahmu yang setia padaku.” Ucap Seja.

“Itu tidak benar, Jeoha.” Jawab Ga Eun.

“Juga, ayahku pun bekerja sama dengan Dae Mok untuk membunuh kakaknya sendiri agar bisa menjadi Raja. Apakah aku sungguh berhak menjadi Raja? Apakah aku layak?” tanya Seja.


Ga Eun pun menggenggam tangan Seja dan berupaya menenangkan Seja.

“Jeoha tidak pernah menutup mata atas kesengsaraan rakyat. Saat Pyunsoo-hwe hendak merebut rumah pedagang di Pasar Seomun, Jeoha mengambil tindakan dan menyelamatkan mereka. Aku masih mengingat senyuman di wajah semua orang saat itu. Aku juga mendengar kau memilih menyerah menjadi Pangeran untuk menghentikan perang dalam negeri. Padahal itu adalah cara termudah bagimu untuk merebut tahta Raja, namun demi rakyatmu, kau tidak mengambil pilihan itu.” ucap Ga Eun.


“Apa kau meragukan kelayakanmu dan hakmu menjadi Raja? Tahta bukan sekedar perkara garis keturunan. Bukankah yang lebih utama adalah kepedulianmu terhadap rakyat? Jeoha mencintai rakyat dan itu cukup menandakan kelayakanmu. Jeoha memang mewarisi darah keluarga kerajaan, namun bukan itu yang lantas memberikan hak atas tahta Raja.” Tambah Ga Eun.

Seja mengangguk dan berkaca-kaca mendengar penjelasan Ga Eun.


Tak lama kemudian, Chung Woon datang. Ga Eun merasa bersalah karena Chung Woon terluka demi menyelamatkan dirinya. Chung Woon tersenyum dan mengaku senang bisa bertemu lagi dengan Ga Eun.


Chung Woon kemudian memberitahu Seja tentang Mae Chang yang akan meminta bantuan dayang istana untuk mencari tabung plasenta itu. Ga Eun terkejut, tabung plasenta? Seja pun menjelaskan kalau mendiang Raja menyembunyikan bukti konkrit bahwa dirinya lah pewaris tahta Raja di dalam tabung plasenta itu.


Seketika, ingatan Ga Eun melayang pada pesan terakhir Selir Lee yang menyuruhnya mencari tabung plasenta di rumah hijau, kemudian memberikannya pada Chun Soo Doryongnim. Barulah Ga Eun mengerti alasan Selir Lee menyuruhnya mencari tabung itu dan menyerahkan tabung itu pada Chun Soo Doryongnim.


Ga Eun pun bergegas memberitahu Seja kalau tabung itu disembunyikan Selir Lee di rumah hijau. Ia pun berniat kembali ke istana untuk mencari tabung itu. Tapi Seja yang khawatir akan keselamatan Ga Eun tidak setuju. Ga Eun beralasan, kalau hanya dirinya lah yang bisa bebas keluar masuk rumah hijau itu. Namun Seja tak rela kalau harus berpisah lagi dari Ga Eun.

“Jeoha…” ucap Ga Eun.


Belum sempat melanjutkan kalimatnya, ibu Sun keburu datang. Ibu Sun terkejut melihat Seja yang masih hidup.


Menteri Joo bertanya pada Dae Mok, apa yang harus mereka lakukan karena saat ini mereka hanya memiliki kurang lebih 50 penawar.

“Kesempatan ini kita gunakan untuk memperkuat kelompok kita. Kita buang yang tidak berguna dan menjadi kelompok yang lebih kuat lagi.” Jawab Dae Mok.

“Apakah anda bermaksud memilih siapa yang layak hidup dan tidak melalui 50 butir penawar itu?” tanya Menteri Joo.

“Aku akan membuat daftarnya.” Jawab Dae Mok.

“Kalau begitu, ada 75 orang yang perlu dituliskan dalam daftar tersebut.” Ucap Menteri Joo.

“Ini adalah kesempatan emas bagi Pyunsoo-hwe untuk menjadi lebih kuat.” Jawab Dae Mok.


Menteri Joo pun mulai menulis nama2 yang tidak akan diselamatkan sesuai arahan Dae Mok. Nama Daebi Mama, Menteri Choi, Menteri Kehakiman Lee Joong Gyung tertulis disana. Menteri Joo yang membenci Menteri Heo pun menanyakan nasib Menteri Heo. Dan Dae Mok langsung menatap Menteri Joo dengan tajam.


Ga Eun dan ibu Sun mulai menuju ke istana. Di dalam tandunya, ibu Sun resah karena fakta Seja yang masih hidup. Sementara Ga Eun, dia membuka jendela tandunya dan tersenyum pada Seja. Dalam hati, Ga Eun berjanji akan menemukan tabung itu bagaimana pun caranya demi Jeoha dan rakyat Joseon.

Seja pun membalas senyuman Ga Eun dan juga berkata dalam hatinya bahwa ia tidak rela Ga Eun kembali lagi ke istana.


Begitu sampai istana, ibu Sun langsung memberitahu Sun bahwa Seja masih hidup. Ia menyebut itu sebagai berita buruk!!


Sun pun langsung protes pada Dae Mok karena Seja yang selamat padahal sudah menenggak tiga butir pil poppi. Dae Mok menjelaskan, bahwa Seja selamat dengan sendirinya. Dae Mok yakin Seja akan merebut tahta dari Sun. Sun pun mengaku punya ide menghentikan Seja mengambil tahta, namun ia akan memberitahunya pada Dae Mok jika Dae Mok mau bekerja sama dengannya.


Besoknya di istana, Sun berniat menggelar kembali pemilihan Ratu dengan alasan pemilihan Ratu sebelumnya tidak valid karena digelar oleh para pengkhianat. Menteri Choi nampak kecewa mendengarnya. Sedangkan Menteri Heo tersenyum bangga mengira putrinya lah yang akan menjadi Ratu. Namun senyumnya langsung hilang saat Sun mengumumkan bahwa Ga Eun lah yang akan menjadi Ratu nya.


Ga Eun syok mendengar titah Sun bahwa ia akan diangkat menjadi Ratu.

Menteri Heo dan Menteri Choi langsung protes pada Dae Mok karena Sun memilih Ratu seenaknya. Menteri Heo berdalih bahwa Ratu seharusnya berasal dari Pyunsoo-hwe. Ia juga menuding bahwa Menteri Joo kecewa karena tidak jadi menjadi ayah mertua Raja. Menteri Joo balik menuding bahwa Menteri Heo lah yang kecewa sebenarnya.

Dae Mok menghentikan pertengkaran itu dengan berkata bahwa dirinya lah yang memberi izin. Ia berkata, mereka harus menggunakan umpan yang bagus untuk menangkap ikan. Menteri Heo masih mau protes, namun begitu melihat tatapan tajam Dae Mok, nyalinya langsung ciut.


Tak lama, pelayan Dae Mok datang dan membisikkan sesuatu pada Dae Mok. Wajah Dae Mok pun langsung berubah kesal.


Gon tiba-tiba saja muncul di hadapan Seja dan Chung Woon. Chung Woon langsung mencabut pedangnya, namun Seja menengkan Chung Woon. Seja yakin Hwa Gun lah yang mengirim Gon padanya. Gon memberitahu bahwa Hwa Gun sudah meninggal. Seja pun terkejut.


Seja membawa Gon ke tempat persembunyiannya. Seja terkejut mendengar cerita Gon bahwa Hwa Gun dibunuh oleh Dae Mok. Seja tidak mengerti bagaimana harus membalas pengorbanan Hwa Gun. Gon pun menyuruh Seja mengambil alih tahta, karena itulah satu2nya hal yang diinginkan Hwa Gun. Ia minta Seja tidak menyia-nyiakan pengorbanan Hwa Gun.


Dae Mok pergi ke gua Pyunsoo-hwe. Ia diprotes oleh tetua Pyunsoo-hwe lantaran Hwa Gun yang membakar habis ladang poppi mereka. Dae Mok membela diri dengan berkata bahwa ia sudah membunuh Hwa Gun sebagai balasannya. Namun itu semua belum cukup bagi tetua Pyunsoo-hwe.

“Aku berencana menggunakan kesempatan ini untuk mengubah Pyunsoo-hwe. Aku akan membuat daftar. Siapapun yang menentang Pyunsoo-hwe, harus mati tanpa ampun. Bila menolak setia pada Pyunsoo-hwe, mereka akan dihabisi. Aku sudah memberikan contoh nyata.” Ucap Dae Mok.


Gon memberikan sebuah salinan yang dibuatnya sendiri diam-diam. Ia berkata, Hwa Gun sudah membakar habis ladang poppi. Seja menebak bahwa Dae Mok akan membunuh orang2 yang tidak setia pada Pyunsoo-hwe. Gon membenarkan tebakan Seja. Seja lantas membaca salinan yang dibuat Gon yang berisi nama-nama yang akan dicampakkan Dae Mok. Seja terkejut karena nama Menteri Heo termasuk di dalamnya.

“Tidak banyak penawar yang tersisa. Sekali pun anggota Pyunsoo-hwe, tidak lantas akan diselamatkan.” Jawab Gon.

“Kalau begitu, berapa jumlah pejabat yang akan mati akibat kekurangan penawar?” tanya Seja.

“Saya dengar sekitar 75 orang akan mati.” Jawab Gon.


Seja geram mendengarnya dan langsung menyuruh Chung Woon mengumpulkan semua orang karena ia mau menyampaikan sesuatu.


Di depan orang-orangnya, Seja mengaku akan melenyapkan Pyunsoo-hwe dan mengambil alih tahta. Woo Bo pun lega mendengarnya. Seja juga meminta bantuan mereka untuk menyelamatkan 75 pejabat yang akan kehilangan nyawa mereka. Semua pun langsung berkaca-kaca mendengarnya.

Woo Bo yang pertama kali bangkit dari duduknya. Ia berteriak, Jusang Cheonha… hamba akan melaksanakan titah Raja!


Yang lain pun ikut bangkit dan bersorak akan mematuhi titah Raja.

0 Comments:

Post a Comment