My Golden Life Ep 22 Part 1

Sebelumnya...


Tuan Choi dan Nyonya No terkejut dengan kedatangan Ji Soo yang mendadak. Suasana semakin tegang, saat Nyonya No bertanya bagaimana Ji Soo bisa ke rumah mereka.

“Kenapa? Aku tidak boleh berada di sini? Kudengar, aku putri kalian jadi aku datang kemari.” Jawab Ji Soo.

“Aku hanya tidak menyangka kau datang lebih cepat.” Ucap Tuan Choi.


Do Kyung juga kaget melihat Ji Soo. Ia juga bertanya, kenapa Ji Soo tidak memberitahu mereka dulu sebelum datang. Tuan Choi pun menyuruh semuanya duduk agar lebih enak bicara, tapi Ji Soo menolak dengan capek dan ingin istirahat.

“Setidaknya kita harus berkenalan dulu.” Ucap Do Kyung.


Seohyun pun pulang dan terkejut melihat keluarganya berkumpul di depan pintu. Ia pun kebingungan saat Ji Soo menyuruhnya memanggil dengan nama Ji Soo saja sampai semua resmi.

Nyonya No memberitahu Ji Soo kalau mereka belum memberitahu Seohyun.

“Aku tahu siapa kalian. Kalian tahu siapa aku dan dia pun begitu. Kita saling mengenal. Kurasa kalian bisa memberi tahu tentang aku kepadanya.” Ucap Ji Soo.



Ji Soo lalu bertanya, dimana kamarnya. Tuan Choi pun menyuruh Do Kyung mengantarkan Ji Soo ke kamar.


“Ini kamar yang dipakai Ji An yang seharusnya menjadi milikku?” tanya Ji Soo begitu tiba di kamarnya.

Seketaris Min pun mengiyakan. Ji Soo lalu menyuruh Seketaris Min mengganti barang-barang yang ada di sana karena ia tidak suka memakai barang bekas Ji An. Setelah itu, Ji Soo meminta sprei tambahan. Seketaris Min pun langsung keluar, mengambil sprei untuk Ji Soo.

“Kau pasti sangat kecewa.” Ucap Do Kyung.

“Aku tahu kau menyesal.” Jawab Ji Soo.

“Kau tidak kecewa. Kau marah kepadaku.” Ucap Do Kyung.



Ji Soo pun tidak menanggapi omongan Do Kyung dan pura-pura sibuk mengomentari kamarnya. Setelah Do Kyung keluar, barulah Ji Soo merasa kecewa.


Seohyun keluar dari ruang baca bersama ibunya setelah mendengar penjelasan orang tuanya soal Ji Soo. Bersamaan dengan itu, Ji Soo turun ke bawah. Ji Soo berjalan begitu saja melewati Seohyun yang tengah menatapnya. Ji Soo ingin minum. Nyonya No berkata, jika butuh sesuatu, Ji Soo bisa memanggil pelayan. Tapi Ji Soo menolak. Ia bilang kalau ia tidak perlu sampai memanggil pelayan hanya untuk mengambil air minum.


Ji Soo lantas TV dan menyalakannya. Nyonya No langsung menyahuti Ji Soo, kalau Ji Soo tidak boleh menyalakan TV di ruang keluarga pada malam hari. Nyonya No pun menyarankan Ji Soo untuk membaca buku saja daripada menonton TV.

“Tapi aku tidak suka buku.” Jawab Ji Soo.


Begitu Seketaris Min datang membawa minumnya, ia pun memutuskan menonton TV di ponselnya saja dan kembali ke kamar. Nyonya No hanya bisa menghela napasnya melihat kelakuan Ji Soo.


Seohyun ngobrol dengan kakaknya di kamarnya. Seohyun masih bingung, bagaimana kakaknya bisa berubah dalam semalam.

“Kakak tahu kau bingung, tapi kami juga bingung. Kau harus memahami dia.” jawab Do Kyung.

“Eun Seok yang baru itu?” tanya Seohyun.

“Panggil dia Ji Soo untuk sementara.” Jawab Do Kyung.

“Kak Eun Seok sangat konyol. Kenapa dia tidak memberi tahu kakak sampai diusir keluar setelah perkataannya kepadaku itu?” ucap Seohyun.

“Dia mengatakan apa kepadamu?” tanya Do Kyung.


“Dia bilang kakak akan membantu jika seseorang tulus meminta. Dia menyuruhku meminta tolong kakak jika aku terkena masalah.” Jawab Seohyun.

“Kapan dan kenapa dia berkata begitu?” tanya Do Kyung.

“Kami hanya kebetulan membahas topik itu.” jawab Seohyun.

Seohyun kemudian bertanya, apa Ji An sudah pulang ke rumahnya.


Do Kyung seketika ingat saat ia melihat Ji An terakhir kalinya. Seohyun lantas mengaku, kalau ia mulai menyukai Ji An. Begitu keluar dari kamar Seohyun, Do Kyung pun kembali resah memikirkan Ji An.

Nyonya No dan Tuan Choi sedang membahas kedatangan Ji Soo. Nyonya No kesal karena Tuan Seo dan Nyonya Yang tidak mengabarinya kalau Ji Soo mau datang.

“Kurasa dia merasa dikhianati dan datang karena marah.” Jawab Tuan Choi.

“Tapi tetap saja, mereka harus memberi tahu kita. Orang seumur dia seharusnya tahu bahwa itu tidak sopan.” Ucap Nyonya No.

“Dia putri kandung kita. Kau tidak senang? Kau tidak seperti ini saat Seo Ji An datang.” jawab Tuan Choi kesal.

“Aku tidak menduga dia datang kemari lebih awal.” Ucap Nyonya No.

“Kau tidak akan menengok Eun Seok? Setidaknya ucapkan selamat malam.” Jawab Tuan Choi.


“Semudah itukah bagimu memperlakukan dia sebagai putri kita, Eun Seok?” tanya Nyonya No.

“Dia putri kandung kita.” jawab Tuan Choi.

“Bagiku, dia seperti orang asing. Seakan-akan putriku telah ditukar dalam semalam.” Ucap Nyonya No.

“Itu menjadi alasan lain bagi kita untuk lebih mengenalnya. Ketika melihatnya tempo hari, dia tampak amat terluka karena semua kejadian ini.” jawab Tuan Choi.


“Tapi itu bukan alasan baginya untuk melampiaskan kepada kita. Aku tidak tahu jika dia hanya memberontak atau sifatnya memang begitu Aku memang bersalah karena memercayai Yang Mi Jung, tapi dialah yang mengatakan kebohongan keji itu.” ucap Nyonya No.
“Dia berbohong dan karena kita memercayainya, dialah yang paling terluka padahal tidak ada hubungannya dengan semua kekacauan ini.” jawab Tuan Choi.

“Kau benar. Aku yang salah.” Ucap Nyonya No.

“Dia pasti sedang kesulitan. Untuk sementara, biarkan dia melakukan sesukanya.” Jawab Tuan Choi.


Di kamar, Ji Tae dan Soo A juga lagi membahas soal Ji Soo dan Nyonya Yang. Soo A mengaku cemas pada mereka. Ji Tae bilang, orangnya sudah berusaha memperbaiki kesalahan dan itu hal yang baik.

“Jika ini memang baik, apa yang kau cemaskan?” tanya Soo A.

“Kita. Tidak mungkin keluarganya akan diam saja. Orang tuaku menukar putri mereka.” Jawab Ji Tae.

“Aku juga sempat terpikirkan itu, tapi mereka tidak bisa melaporkan ini kepada polisi. Ji Soo tidak akan membiarkannya.” Ucap Soo A.


“Tapi mereka tidak akan memaafkan orang tuaku semudah itu. Yang dimiliki keluargaku hanyalah deposito rumah ini. Selain itu, mereka mungkin saja mengejarku.” Jawab Ji Tae.

“Apa? Tidak mungkin.” ucap Soo A.

“Masa depan tidak bisa ditebak, jadi, aku hanya memikirkannya. Jika tidak bersiap-siap, aku akan merasa bersalah kepadamu. Jadi, aku akan mempersiapkan diri.” Jawab Ji Tae.

Mereka lalu saling menggenggam tangan dan menguatkan diri satu sama lain.


Tuan Seo dan Nyonya Yang tidak bisa tidur. Nyonya Yang memikirkan soal Ji Soo. Sementara Tuan Seo memikirkan Ji An yang tidak kunjung pulang. Nyonya Yang berusaha meyakinkan dirinya, kalau Ji An pasti pulang. Takut terjadi sesuatu pada Ji An, Tuan Seo pun memutuskan akan ke kantor polisi, untuk melaporkan Ji An sebagai orang hilang.


Ji Soo sendiri sedang menatap kasur barunya sejenak sambil mengingat kata-kata Tuan Seo tentang keluarga kandung Ji Soo yang menginginkan Ji Soo kembali. Kesal, Ji Soo pun berkata pada dirinya sendiri, kalau itu adalah kamarnya. Ji Soo kemudian menjatuhkan dirinya di kasur. Kekecewaan nampak jelas di raut wajahnya.


Keesokan harinya, saat sarapan, Ji Soo yang masih kesal, sengaja makan keras-keras. Semua orang menatapnya, tapi ia tak peduli. Nyonya No pun mengajak Ji Soo bicara setelah sarapan. Ia memanggil Ji Soo dengan nama Eun Seok, tapi Ji Soo langsung memotong kata-kata Nyonya No dan meminta Nyonya No memanggilnya Ji Soo.

“Karena kau di rumah kami, namamu Eun Seok.” Jawab Nyonya No.

“Aku tidak datang ke sini untuk menjadi putri Anda. Aku datang karena tidak ada tujuan lain. Aku datang karena mereka tidak menganggapku anak dan penasaran alasan Ji An betah tinggal di sini.” Ucap Ji Soo.

“Kita bisa bicara setelah sarapan.” Jawab Nyonya No.

“Tapi aku harus bekerja.” Ucap Ji Soo.


Ji Soo kemudian melihat jam tangannya, lalu pergi meninggalkan meja makan lebih dulu. Nyonya No stress melihat tingkah Ji Soo.


Nyonya No yang tertekan karena kelakuan Ji Soo, memutuskan tidak pergi ke kantor. Tuan Choi pun menyuruh Nyonya No menata ulang kamar Ji Soo. Tak lama kemudian, Seohyun menemui ibunya dan memberitahu kalau ia menyuruh Supir Ryu cuti karena kaki Supir Ryu terkilir.  Nyonya No pun mengerti.


Nyonya Yang mulai malas pergi ke restoran. Hae Ja kemudian datang. Nyonya Yang pun langsung menceritakan semuanya pada Hae Ja. Hae Ja pun menyuruh Nyonya Yang mencari Ji An terlebih dahulu.

“Kurasa dia enggan menemuiku. Dia bersembunyi dari kami.” jawab Nyonya Yang.


Do Kyung menemui Ji Soo yang sudah mau ke toko roti. Do Kyung menanyakan soal Ji An, ia pun terkejut saat Ji Soo bilang kalau Ji An belum pulang ke rumah sejak kemarin.

“Dia meneleponmu? Dia bilang dia di mana?” tanya Do Kyung.

“Menurutmu dia akan meneleponku? Dia tidak menelepon atau pulang ke rumah.” Jawab Ji Soo.

“Kau tidak mencemaskannya?” tanya Do Kyung.

“Dia sangat kuat dan tegar. Dia mungkin sedang beristirahat karena tidak mau bertemu dengan orang tuanya.” Jawab Ji Soo.

“Menurutmu dia pergi ke mana?” tanya Do Kyung.

“Kenapa kau mencemaskan Ji An? Dia bukan adikmu.” Jawab Ji Soo.

“Dia sempat menjadi adikku.” Ucap Do Kyung.

“Memang. Tapi sekarang bukan lagi. Dia juga tidak tinggal di sini selama satu atau dua tahun.” Jawab Ji Soo, lalu beranjak pergi.


Do Kyung kembali ke kamarnya dan melihat lagi foto-foto yang dikirimkan Ji An semalam.  Ia pun bertanya-tanya, dimana Ji An sekarang.

Tuan Seo melaporkan hilangnya Ji An ke polisi, namun sayang polisi masih belum mau bertindak karena masih 3 hari, belum bisa dijadikan sebuah kasus. Ditambah lagi, Ji An sudah dewasa dan melarikan diri dari rumah karena syok. Tuan Seo pun marah.

“Justru karena dia sedang syok, kita harus mencarinya!  Dia pasti akan menelepon jika tidak berniat mati.”


Sementara itu, Do Kyung juga sedang berusaha melacak keberadaan Ji An. Ia menyuruh Seketaris Yoo menghubungi semua teman2 sekolah Ji An dan kolega Ji An.


Di ruangannya, Tuan Choi sedang melihat foto lokasi tempat Tuan Seo menemukan Eun Seok. Tuan Choi pun heran, kenapa istrinya memaafkan Jo Soon Ok semudah itu padahal Jo Soon Ok sudah membuang putri mereka ke tempat terpencil macam itu.

Tuan Choi pun teringat kata-kata istrinya kalau Jo Soon Ok tidak bisa membawa Eun Seok ke kantor polisi karena takut ketahuan jadi ia meninggalkan Eun Seok di sana dan mengawasi Eun Seok sampai ada yang membawa Eun Seok.


Nyonya No lagi membandingkan tulisan di surat kaleng yang diterima suaminya dengan tulisan si penculik Eun Seok. Dari situlah, ia menyadari tulisannya berbeda. Nyonya No pun bingung.

Oalaah, jadi itu toh alasannya kenapa Nyonya No nyuruh si penculik Eun Seok nulis sesuatu di kertas, karena tulisannya mau dibandingin sama tulisan di surat kaleng yang diterima Tuan Choi…


Tiba-tiba, pintu kamarnya diketuk seseorang. Nyonya No pun langsung keluar dan masuk ke kamar Eun Seok bersama Seketaris Min. Seketaris Min meminta saran Nyonya No, harus membeli barang-barang seperti apa karena ia tidak tahu selera Eun Seok yang asli.

“Sesuatu yang berbeda. Beli saja yang sekiranya cocok.” Jawab Nyonya No lesu.


Nyonya No lalu mengingat hari pertama Ji An datang. Nyonya No mengantarkan Ji An ke kamar itu. Nyonya No mengaku, tidak tahu selera Ji An jadi ia mendekorasi kamar Ji An seadaannya.

“Kau menyukainya?” tanya Nyonya No.

“Aku sangat menyukainya.” Jawab Ji An.


Nyonya No menghela nafas. Ia pun kembali ke kamarnya. Setibanya di kamar, tangisnya pecah.


Ji Soo lagi mengemasi roti untuk kafenya Hee. Tak lama kemudian, Boss Kang keluar dari dapur dan berkata, akan mengantar sendiri roti itu. Ji Soo panic, ia menasehati Boss Kang kalau tidak baik jatuh cinta pada wanita bersuami. Ji Soo lantas mengambil roti itu dari tangan Boss Kang dan buru-buru pergi.


Tapi sampai di Kafe Hee, Hee bilang tidak akan meng-order roti dari toko Boss Kang lagi. Ji Soo pun mengira, itu karena Boss Kang mengganggu Hee. Ji Soo merasa bersalah karena sejak awal, dia lah yang meminta Hee membeli rotinya.

“Bukan begitu. Itu bukan salahmu.” Ucap Hee.

“Aku tidak mengerti alasannya bersikap seperti itu. Dia tidak peduli soal uang atau pernikahan. Dia hidup seorang diri dan hanya memedulikan rotinya. Kurasa dia kehilangan akal karena kau terlalu cantik.” Jawab Ji Soo.


“Dia hidup seorang diri?” tanya Hee kaget.

“Dia tinggal sendirian di kamar bawah.” Jawab Ji Soo.

Hee pun terkejut, karena sebelumnya ia pernah melihat Boss Kang membeli sebuket bunga untuk hadiah pernikahan.

Di toko, Boss Kang lagi sibuk mengemasi rotinya sambil nyanyi-nyanyi. Tapi begitu Ji Soo datang dan memberitahu kalau Hee tidak akan membeli roti mereka lagi, ia marah dan bergegas ke kafe Hee.


Hee yang saat itu tengah melamun di depan jendela, tanpa sengaja melihat Boss Kang. Ia pun langsung meraih ponselnya dan pura2 mesra dengan suaminya di telpon. Boss Kang pun mendekati Hee dengan tatapan nanar dan menyuruh Hee berhenti berpura-pura. Boss Kang kemudian mengaku, kalau ia tahu semuanya tentang Hee. Hee terkejut, lalu marah.

“Kau mengetahui segalanya. Lantas, kenapa melakukan itu!  Kau ingin membalas dendam kepada wanita yang hidupnya menjadi sengsara setelah meninggalkanmu? Kau mau melihatku berpura-pura bahagia?” tanya Hee.

“Dasar bodoh. Kemana Sun Woo Hee yang dulu? Kau selalu kelelahan dan ketakutan. Bukan dia yang ingin kulihat. Aku ingin melihat Sun Woo Hee yang dulu. Dulu kau bersemangat dan berisik seperti ini. Aku merindukan Sun Woo Hee yang itu.” jawab Boss Kang.


Tangis keduanya pecah. Tak lama kemudian, Hee menghapus tangisnya dan berkata kalau Boss Kang hanyalah seorang pria yang ia campakkan 17 tahun yang lalu. Hee kemudian menyuruh Boss Kang pergi karena ia mau membuka kafenya. Boss Kang pun pergi, tapi sebelum pergi, ia bilang kalau dia akan segera kembali.


Di kamarnya, Ji Ho lagi melihat foto saat Supir Ryu berusaha mencium Seohyun. Ia pun mencoba-coba mengingat foto itu diambil dari sudut mana.


Flashback…

Ternyata, sebelum Ji Ho menggagalkan ciuman pertama Seohyun, Ji Ho sudah mengawasi mereka dari kejauhan. Ji Ho bahkan sempat melihat istri Supir Ryu yang memotret Seohyun ketika Seohyun akan dicium Supir Ryu.

Flashback end…

Ji Ho langsung senang karena sebentar lagi ia akan mendapatkan 20 rb dollar dari Seohyun. Ji Ho lantas duduk di mejanya dan melihat buku rekeningnya. Dan saat melihat buku rekening khusus untuk Ji Tae, ia pun bergumam haruskah dirinya memberitahu Ji Tae dulu kalau ia sebenarnya bekerja, bukan kuliah.

Ji Tae sedang mempersiapkan kepindahannya ke Kanada. Petugas mengatakan jika saudara ipar Ji Tae sudah bermigrasi ke Kanada, maka akan mudah bagi Ji Tae untuk melakukan migrasi juga.

Tak lama kemudian, telepon dari Soo A masuk. Soo A yang ada di kantor, mengajak Ji Tae makan siang, tapi Ji Tae menolak dengan alasan sudah ada janji dengan boss nya. Usai bicara dengan Ji Tae, Soo A memandangi amplop yang diberikan ayah mertuanya.

Baru saja menutup telepon dari Soo A, gantian Ji Ho yang menghubungi Ji Tae. Ji Ho mengajak Ji Tae makan siang.


Ji Tae mentraktir Ji Ho makan siang. Ji Tae berkata, sudah lama sekali sejak ia mentraktir Ji Ho makan siang. Ji Tae juga mengomeli Ji Ho yang memesan makanan ‘biasa’ saja. Ji Ho bilang, ia tidak peduli mau makan apa, yang penting baginya adalah dengan siapa ia makan.

“Kenapa kau baik sekali hari ini? Aneh.” Ucap Ji Tae.

“Masalahnya... ini.” jawab Ji Ho, lalu memberikan buku rekening Ji Tae.

Ji Tae tentu saja bingung, apalagi setelah melihat isinya. Ji Ho pun mengaku, ia tidak pernah memakai sama sekali uang yang diberikan Ji Tae, Ji An dan juga sang ibu untuk biaya kuliah. JiTae pun semakin bingung. Ji Ho lantas mengaku, kalau selama ini ia tidak kuliah dan bekerja.

“Aku sudah memberi tahu ayah. Aku membuat rekening untuk Kakak agar bisa memberi tahu semuanya dan mengembalikan hal yang sebenarnya milik kakak.” Ucap Ji Ho.

Ji Tae sedikit kecewa mendengarnya, namun ia tak bisa marah karena ada masalah yang lebih penting dari itu. Ji Tae pun menceritakan masalah Ji An dan Ji Soo.


Ji Ho pun terkejut mendengar cerita sang kakak. Ia tak menyangka, ayah dan ibunya tega melakukan hal semacam itu. Ji Ho lantas menanyakan Ji An. Ia pun khawatir saat Ji Tae bilang Ji An tidak bisa dihubungi sama sekali.

“Dia pasti butuh waktu untuk berpikir. Pura-pura tidak tahu saja.” Jawab Ji Tae.

“Jadi, itu alasan ayah mengejar Kak Ji An pada hari Kak Ji An pergi, bukan? Ayah ingin menghentikannya, bukan?” tanya Ji Ho.

Ji Tae pun mengangguk.


Sembari berjalan menyusuri jalanan, Ji Ho meninggalkan pesan suara di ponsel Ji An dengan mata berkaca-kaca.

“Kak Ji An. Kakak baik-baik saja? Kakak tidak apa-apa, bukan? Kakak di mana? Kakak tahu aku selalu memihak kakak, bukan? Jika mendengar pesan ini, segera telepon aku. Kakak harus meneleponku.”


Selesai meninggalkan pesan untuk Ji An, Seohyun menghubunginya. Ji Ho ingin membatalkan perjanjian mereka karena masalah yang menimpa keluarga mereka. Tapi Seohyun melarang.

“Pikirkan perbuatan orang tuamu kepada kami. Jika merasa bersalah, kau harus mengganti rugi.” Ucap Seohyun.

Mereka lalu ketemuan di kafe. Ji Ho pun menghela napas saat Seohyun bilang sudah mentransfer uangnya ke rekening Ji Ho, jadi ia tidak bisa membatalkan perjanjian mereka.

“Riwayatku bisa tamat jika keluargaku mengetahuinya. Jika aku terkena masalah juga, ibuku mungkin akan membunuhku. Kumohon. Aku sudah melakukan hal yang kau perintahkan. Kau bilang hanya butuh sepekan. Jadi, aku memberi tahu Ryu aku akan menemuinya sepekan kemudian sambil membawa uang itu. Aku berbohong kepada Ibu bahwa Ryu sakit. Membohongi ibuku itu seperti meminta dihukum mati.” Ucap Seohyun.

Ji Ho pun tak punya pilihan lain selain membantu Seohyun.


Do Kyung kembali rapat dengan tim pemasaran. Mereka membahas 10 finalis untuk kontes menggambar di kaos pada acara lalu. Salah satunya adalah gambar bebek milik Ji An.


Do Kyung yang sudah balik ke ruangannya, kembali memikirkan Ji An. Ia lantas teringat saat Hyuk membantu Ji An mendekorasi tempat acara.


Hyuk sendiri lagi memandangi fotonya bersama Ji An saat sekolah dulu. Hyuk pun teringat janji Ji An yang mau menceritakan masalahnya seminggu lagi. Sebuah suara memanggil Hyuk. Hyuk terkeju melihat sosok Do Kyung di depannya.


Mereka  lalu bicara di depan gedung kantor Hyuk. Hyuk kesal karena Do Kyung memanggil Ji An hanya Ji An saja. Do Kyung mengaku bahwa ia punya alasan kenapa hanya memanggil Ji An saja.  Tapi Hyuk bersikeras ingin tahu alasannya.

“Itu bukan urusanmu. Beri tahu saja jika Ji An menelepon atau kau menemuinya!” kesal Do Kyung.

“Memangnya siapa dirimu? Aku bahkan tidak mengetahui namamu atau apapun. Kenapa aku harus melakukannya?” jawab Hyuk.


Terpaksalah Do Kyung memperkenalkan dirinya. Hyuk terkejut mengetahui Do Kyung Wakil Presdir Haesung. Hyuk pun mengaku, kalau dia tidak tahu dimana Ji An tapi dia yakin Ji An akan segera menghubunginya.

“Ji An bilang dia akan memberi tahu tentang segalanya dalam sepekan. Dia pasti akan meneleponku. Aku akan memberitahumu begitu mendengar kabarnya.” Ucap Hyuk.


Hyuk penasaran dengan hubungan Ji An dan Do Kyung. Ia bahkan bertanya pada sunbae nya, setelah balik ke ruangannya. Ia bertanya, bisakah seorang pemilik perusahaan mengencani pegawai wanita.

“Dia bisa mengencani seorang pegawai kecuali tidak ketahuan.” Jawab sunbae Hyuk.
“Bagaimana jika dia ketahuan?” tanya Hyuk.

“Pemiliknya tidak akan memecat putranya. Tapi pegawai itu tidak akan bertahan.” Jawab sunbae nya.

Hyuk langsung sewot karena berpikir Haesung memecat Ji An begitu saja.

“Seorang putra pemilik perusahaan mencari seorang gadis biasa. Gadis itu adalah pegawai di perusahaannya.” Ucap Hyuk.

“Mereka berkencan dan ketahuan. Semuanya pun menjadi kacau. Dia tidak sanggup menghadapi semua cobaan yang ada. Jadi, pria itu mencari kekasihnya. Seperti itulah.” Jawab sunbae Hyuk.


Ji Soo dan keluarga kandungnya kembali berdebat di meja makan. Seohyun memberitahu Ji Soo tata krama di meja makan. Tapi Ji Soo tidak mau mendengarnya, sampai Nyonya No ikut angkat bicara, melarang Ji Soo meletakkan siku di meja saat makan.

“Kenapa aku harus melakukan itu?  Aku hanya makan karena makanannya lezat. Jadi, aku tidak boleh makan dalam posisi nyamanku?” tanya Ji Soo.

“Itu yang kau lakukan dengan keluarga lainnya. Disini berbeda.” Jawab Nyonya No.

“Apanya yang berbeda?” tanya Ji Soo.

“Jangan membantah terus.” bisik Seohyun.

“Aku tidak membantah. Ini namanya bercakap-cakap.” Jawab Ji Soo.
“Biarkan saja dia makan sesukanya.” Ucap Tuan Choi.
“Aku sudah tidak berselera makan. Aku akan makan sendiri nanti.” Jawab Ji Soo.


“Kenapa kau tampak kecewa?” tanya Nyonya No.

“Karena aku memang kecewa.” Jawab Ji Soo.

“Meskipun begitu, tidak boleh melampiaskannya kepada orang lain.” Ucap Nyonya No.

“Aku kecewa, tapi jika aku tidak melampiaskan kemarahanku, aku harus bagaimana? Aku harus melampiaskannya agar bisa merasa tenang.” Jawab Ji Soo.


“Jadi, kau melampiaskan kemarahamu kepada kami? Kenapa?” tanya Seohyun.

“Karena orang tuamu kehilangan aku.” jawab Ji Soo.

“Itu kecelakaan.” Ucap Seohyun.

“Ya, itu kecelakaan. Ibumu pingsan usai kecelakaan mobil. Saat itulah dia kehilangan dirimu.” Jawab Tuan Choi.

“Itu tidak benar.” ucap Ji Soo.


Ji Soo lalu tersenyum sinis, kemudian mengaku sudah membaca artikel tentang bagaimana keluarga Haesung bisa kehilangan dirinya. Ia pun protes karena Nyonya No membiarkan dirinya yang saat itu masih berusia tiga tahun memakai jepitan berlian.

“Itu sebabnya kalian kehilangan aku. Bukankah begitu? Terdapat berlian merah muda di jepitan itu.” ucap Ji Soo.

“Kita selalu bepergian dengan mobil. Itu tidak berbahaya.” Jawab Nyonya No.

“Tapi anda mengalami kecelakaan. Lalu, kenapa membawa Ji An hanya setelah berbincang dengan ibuku? Anda seharusnya melakukan tes DNA lainnya.” Ucap Ji Soo.


“Maafkan kami soal itu.” jawab Tuan Choi.

“Lantas, kalian tidak boleh memperlakukan orang tuaku begitu. Kalian sama-sama tidak bertanggung jawab.” Ucap Ji Soo.

“Ibumu berbohong. Orang tuamu-lah yang mengirim Ji An dan menipu kami.” jawab Nyonya No.


“Jika anda tidak kehilangan aku sejak awal, orang tuaku tidak akan berbohong. Ibu kandungku kehilangan diriku dan ibu angkatku mengirim Ji An, alih-alih aku. Kalian pantas disalahkan. Jadi... hanya aku yang boleh marah kepada orang tuaku. Hanya aku yang berhak membenci mereka. Seharusnya sejak awal, kalian tidak kehilangan aku.” ucap Ji Soo dengan suara bergetar.

Semua pun terdiam. Nyonya No seketika teringat penyebab dirinya bisa kehilangan Eun Seok.


Saat itu, Nyonya No menemui Jo Soon Ok dan bertanya, kenapa Jo Soon Ok bisa menculik Eun Seok.  Persis seperti yang Ji Soo bilang, jepitan berlian itu lah pemicunya.

Flashback…


Jo Soon Ok yang tak sengaja lewat disamping mobil Nyonya No, tanpa sengaja melihat Eun Seok yang tertidur lelap. Yang ia incar, bukanlah Eun Seok sebenarnya, tapi jepit rambut yang dipakai Eun Seok. Namun Eun Seok terbangung saat ia berusaha mengambil jepit rambut itu. Karena takut, Soon Ok terpaksa membawa Eun Seok ke mobil suaminya. Setelah berhasil mengambil jepit rambut itu, ia bermaksud mengembalikan Eun Seok tapi sayang Nyonya No sudah keburu pergi.

Flashback end…


Di kamar, Tuan Choi pun meminta istrinya untuk sedikit bermurah hati pada Tuan Seo dan Nyonya Yang. Tapi Nyonya No kekeuh tidak mau melepaskan Tuan Seo dan Nyonya Yang. Nyonya No bilang, mereka tidak harus menuruti perkataan anak ingusan seperti Ji Soo.

“Kau ingin melakukan lebih dari memaksa Yang Mi Jung bekerja dan terus mengawasinya? Kita hanya akan terluka jika mereka menyerahkan diri. Pikirkan tentang Eun Seok. Kau lihat kan bagaimana reaksinya tadi?” ucap Tuan Choi.

“Itu hanya karena dia tidak mengetahui tempatnya. Sebelum kita melakukan sesuatu, aku harus pergi ke Hawaii untuk menemui ayahku.” Jawab Nyonya No.

“Jika kita sepakat semua ini kesalahan, kau bisa memberitahunya melalui telepon.” Ucap Tuan Choi.

“Tidak bisa. Aku harus memberi tahu langsung agar dia tidak terlalu kecewa.” Jawab Nyonya No.
“Kau berharap dia akan mengarang sebuah cerita?” tanya Tuan Choi.

“Aku tidak bisa membiarkannya lebih memihak Jin Hee daripada aku.” jawab Nyonya No.


Ji Soo yang baru masuk kamarnya, terkejut melihat kamarnya sudah didekor ulang.


Boss Kang datang ke kafenya Hee dengan membawa sebuket bunga, namun sayang Kafe Hee sudah tutup. Boss Kang pun pergi dengan perasaan sedih tanpa ada bunga di tangannya.

Di sebuah bar, Hyuk meninggalkan pesan suara untuk Ji An.

“Seo Ji An. Ji An-ah,  itu sebabnya kau tidak memberitahuku? Karena dia? Baiklah. Kini aku mengerti. Aku sungguh memahami alasanmu bersembunyi. Tapi tetap saja, kubilang kau bisa mendatangiku jika butuh bantuan. Aku hanya akan mendengarkan dan tidak menanyakan apa pun. Kenapa kau menderita sendirian? Cepat hubungi aku. Kau mungkin mengingkari janji, tapi aku tidak begitu. Aku bisa melakukan apa pun demi seorang teman.”


Tanpa diduga, Boss Kang juga datang ke bar itu. Pandangan mereka tanpa sengaja bertemu. Singkat cerita, keduanya minum bersama. Beberapa jam mereka habiskan hanya untuk minum, tanpa saling bicara. Setelah beberapa jam berlalu, Hyuk pun membuka suaranya.

“Hyungim, kau sudah berapa kali jatuh cinta?” tanya Hyuk.

“Sekali.” Jawab Boss Kang.


Hyuk mulai mabuk. Boss Kang pun tak punya pilihan lain selain menggendong Hyuk pulang. Hee sampai kaget melihat Hyuk mabuk dan digendong pulang seperti itu, apalagi si penggendong adalah Boss Kang. Sontak, Hee melarang Boss Kang masuk ke rumahnya padahal Boss Kang ingin membawa Hyuk ke kamar.


Dan, karena kekeuh menghalangi Boss Kang masuk rumahnya, akhirnya Boss Kang jatuh menimpa Hee. Hyuk pun tercampak ke lantai. Hee pun langsung mengusir Boss Kang. Tapi yang diusir, malah senyum-senyum walaupun punggungnya terasa sakit.


Do Kyung mabuk ditemani Gi Jae. Do Kyung yang mulai mabuk itu, mengatakan seluruh isi hatinya soal Ji An.

“Kenapa dia menghilang tanpa mengabari siapa pun? Aku kecewa karena tidak bisa menepati janjiku. Dia... Ji An, melarikan diri karena ketakutan. Kenapa? Karena aku tidak membantunya. Aku seharusnya membantu dia. Kubilang aku akan melakukannya, tapi nyatanya tidak. Aku sangat cemas. Aku bisa gila. Aku sangat cemas.” Ucap Do Kyung.


Di toko roti, Ji Soo juga melamun memikirkan masalahnya.


Hyuk juga melamun di kantornya memikirkan Ji An.


Tuan Seo berjalan tak tentu arah dengan wajah cemas memikirkan Ji An.


Dan Nyonya Yang berusaha tersenyum di depan pelanggan restoran. Namun, setelah pelanggannya pergi, senyumnya seketika menghilang.


Di kamarnya, Nyonya No juga menangis memikirkan Ji An.


Do Kyung yang kini sudah berada di kamarnya, melamun memikirkan Ji An sambil menatap boneka Ji An.


Tuan Seo menangis di kamar Ji An dan Ji Soo.

0 Comments:

Post a Comment