My Golden Life Ep 52 Part 2 (FINAL)

Sebelumnya...


Di rumah, Ji An yang baru datang disambut oleh ibu, serta Ji Tae, Soo A dan Ji Soo. Suasana semakin heboh ketika Ji Ho datang. Ji Ho juga memuji penampilan baru Ji An.


Setelah itu, mereka makan bersama dan Ji An mengaku rindu masakan sang ibu.

“Apa ibu bisa beristirahat selama akhir pekan?” tanya Ji An.

“Aku menginap disini selama akhir pekan, jadi ibu bisa beristirahat selagi Kak Ji Tae dan Kak Soo A menghabiskan waktu berdua. Aku yang menyuruh mereka.” Jawab Ji Soo.

“Ji Soo-ya, kau bekerja sukarela?” tanya Ji An.


“Kau tidak bisa memercayainya bukan? Apa kau terkejut aku bersama orang tuaku?” tanya Ji Soo.

“Kau menulisnya di email. Kau menemui mereka sesekali dan lama-lama akrab.” Jawab Ji An canggung.

Ji An lalu mengalihkan pembicaraan dengan memuji rasa masakan ibunya.


Soo A kemudian menyuruh Ji An menceritakan kegiatan Ji An selama di Finlandia. Ji An pun berkata, hari-harinya ia habiskan dengan kuliah, bekerja paruh waktu, mengerjakan tugas dan tidur.

“Lantas kapan kau istirahatnya?” tanya Ji Soo cemas.

“Mungkin karena amat menyenangkan, aku tidak merasa lelah sama sekali.” Jawab Ji An.

“Aku tahu rasanya. Bekerja di toko roti amat menyenangkan sampai aku tidak merasa lelah.” Ucap Ji Ho.


“Ji Ho-ya, kau sudah dewasa.” Puji Ji An, lalu bangkit dari duduknya dan bermain dengan Seul Gi.


Di pabrik, Do Kyung dan Seketaris Yoo lagi membahas soal pesanan. Do Kyung bilang, mereka tidak bisa memproduksi pelet berkualitas dengan kayu buangan yang mereka dapatkan di Korea. Seketaris Yoo pun bertanya, apa mereka harus mengimpor kayu jika mau membuat kertas dinding birch. Do Kyung bilang, mereka belum memiliki rekanan.

“Yoo Gwan Woo, kenapa kau amat agresif? Kau belum kehabisan napas?” tanya Do Kyung heran.

“Keuntungannya mulai masuk. Aku tidak bisa kehilangan momentum.” Jawab Seketaris Yoo.

Seketaris Yoo lalu bertanya, kenapa Do Kyung menyuruhnya mencari pabrik baru.

“Aku berusaha mengelolanya secara perlahan. Mari lakukan setahap demi setahap. Jangan serakah. Saat berjalan, kau bisa melihat sekeliling. Tapi saat berlari, kau bisa melihat ke depan.” Ucap Do Kyung.


Ji An dan Ji Soo masuk ke kamar mereka. Ji Soo protes, karena Ji An melarangnya memberitahu apa yang terjadi selama Ji An di pergi. Ji An pun berkata, apa gunanya Ji Soo menceritakan semua itu toh dia ada di Finlandia.

“Kau tidak penasaran? Do Kyung Oppa keluar dari Haesung enam bulan lalu.” Ucap Ji Soo.

“Sudah kuduga.” Jawab Ji An berusaha bersikap acuh.

Tapi saat Ji Soo memberitahu bahwa kepemimpinan Haesung diserahkan pada Tuan Jung, ia pun kaget.


Ji Soo pun membuka internet dan menunjukkan artikel Haesung pada Ji An.

“Do Kyung Oppa pasti amat bertekad. Dia mempekerjakan spesialis manajemen untuk mengelola semua anak perusahaan dan membuat kakek turun dari dewan. Lalu dia menyerahkannya ke Paman Myung Soo. Ternyata Paman Myung Soo lah yang paling menyayangi Haesung.” Ucap Ji Soo.

Ji Soo juga memberitahu tentang pernikahan CEO No dengan wanita itu. Ji An terkejut.


Di rumah Yangpyeong, para orang tua Haesung berkumpul.

“Kapan Do Kyung akan menikah?” tanya CEO No.

“Ayah, siapa yang bisa memaksanya melakukan sesuatu? Dia bahkan mengalahkan ayah.” Ucap Jin Hee.

“Ini soal cucu dan keturunan ayah. Sebelum meninggal, ayah harus melihatnya menikah dan punya anak.” Jawab CEO No.

“Apa sekarang pernikahan, ayah?” tanya Tuan Choi.

“Jika tidak punya obsesi, kau akan mati.” Jawab CEO No.

“Masalahnya adalah dia pindah.” Ucap Jin Hee.

“Kenapa kau membiarkan anakmu pindah?” tanya CEO No.


Seperti yang dibilang CEO No, Do Kyung memang sudah pindah. Do Kyung tinggal seorang diri di sebuah rumah. Ia bahkan memasak sendiri.


Ji An dan keluarganya mengunjungi makam Tuan Seo.

“Ayah, Ji An datang. Ayah tidak bisa melihatnya selama setahun, jadi ayah pasti paling merindukannya.” Ucap Ji Tae.

“Ayah, lihat gaya kakak. Dia menjadi hippy.” Ucap Ji Ho.

“Kami kemari beberapa kali jadi dia tahu segalanya.” Ucap Nyonya Yang.

“Ayah, berkat ayah aku menikmati kuliahku. Karena ayah memberikanku lebih banyak yang dibandingan yang lain, aku memutuskan untuk memperpanjang studiku.” Ucap Ji An.

Ji An mulai menangis. Ji Tae pun menguatkan Ji An dengan menepuk2 bahu Ji An.

Ji An lantas teringat hari itu. Hari dimana ia pergi ke rumah sakit tempat sang ayah dirawat, bersama Ji Tae dan Soo A.


Flashback...

Setelah pemakaman, Ji An, Ji Tae dan Soo A pergi ke rumah sakit tempat sang ayah menerima perawatan. Mereka membuka koper sang ayah. Ji Tae menemukan sebuah amplop berwarna cokelat di dalam koper itu. Dan Ji An mengambil buku catatan ayahnya.

“Aku meninggalkan pesan ini untuk keluargaku....” tulis Tuan Seo di dalam buku catatannya.


Ji Tae membuka amplop itu yang isinya klaim asuransi sang ayah.

“Ji An-ah, ayah punya asuransi jiwa disamping asuransi kanker.” Ucap Ji Tae.

“Oppa, ayah menuliskan cara kita memakainya.” Jawab Ji An, lalu menunjukkan catatan sang ayah pada Ji Tae.


“Untuk keluargaku tersayang. Setelah si kembar lahir, aku mendaftar asuransi. Karena kini punya tiga anak, aku takut apa yang akan terjadi kepada kalian semua jika aku kecelakaan atau mati. Karena takut, aku mendaftar asuransi jiwa ini. Dahulu jumlahnya besar. Tapi sekarang tidak banyak. Kuharap kalian bisa menggunakannya dengan baik. Jadi, akan kutuliskan semuanya di sini. 20.000 dolar untuk diagnosis kanker ditambah 10.000 dolar menjadi 30.000 dolar. Asuransi jiwaku akan membayar kalian 50.000 dolar ditambah biaya spesial sebesar 100.000 dolar. Itu 150.000 dolar, jadi, totalnya 180.000 dolar. Pertama, Mi Jung mendapat 40.000 dolar. Aku mau dia membantu Ji Tae membeli rumah. Kedua, Ji Tae dan Soo A akan mendapat 40.000 dolar. Mereka bisa menggunakannya sesukanya. Ketiga, Ji An akan mendapat 20.000 untuk biaya hidup di Finlandia. Jika dia memperpanjang studinya, dia akan mendapat 50.000 dolar lagi. Keempat, Ji Soo akan mendapat 10.000 dolar sebagai uang jajan. Kelima, Ji Ho akan mendapat 10.000 dolar. Itu bisa digunakan untuk bisnisnya.” Tulis Tuan Seo.


Tangis Ji An dan Ji Tae  pun pecah...

Flashback end...


Ji An dan keluarganya kemudian menghabiskan waktu di depan makam Tuan Seo.

Soo A sibuk dengan putri kecilnya. Ji Tae menghampiri Soo A dan menggendong Seul Gi.

Narasi Tuan Seo terdengar.

Aku tidak meminta apapun dari Ji Tae dan Soo A. Fakta kalian bertemu sudah cukup bagus.


Ji Soo memberitahu keluarganya bahwa ia sudah meneken kontrak sewa untuk toko rotinya.

Hyuk yang duduk di belakang Ji Soo pun mengadukan Ji Soo pada Nyonya Yang karena terus menunda pernikahan mereka.

Narasi Tuan Seo kembali terdengar.

Ji Soo-ya, maaf hanya memberikanmu sedikit uang jajan karena orang tua kandungmu sudah kaya.


“Mari kita lihat siapa yang mengelola bisnis lebih baik.” Ucap Ji Ho sambil menunjuk2 Ji Soo dengan garpunya.

Dan ibu langsung memukul Ji Ho.


“Tapi Ji Soo membuat roti dengan resepnya sendiri.” Ucap Hyuk membela Ji Soo.

Ji Ho pura2 kesal.


Ji Soo pun langsung menyenderkan kepalanya ke bahu Hyuk.


Ji An menepuk pundak Ji Ho. Ji Ho pun tersenyum.

Narasi Tuan Seo : Ji Ho-ya, kau sudah menabung dan masih muda. Jadi ayah memberikanmu sedikit. Ayah harap kau mengerti. Ayah yakin kau akan sukses sendiri.


“Astaga, hanya aku yang menghabiskan uang!” ucap Ji An.

Kuharap kalian semua mengerti alasan ayah memberikan uang lebih untuk pendidikan Ji An. Kau seperti ayah.

Ji An lalu teringat saat ia dan sang ayah piknik berdua.


Flashback...

“Appa, di kehidupan selanjutnya, tolong jadi ayahku lagi. Lantas aku akan menjadi putri yang manis untuk ayah.” Ucap Ji An berkaca-kaca.

“Ucapanmu salah. Di kehidupan selanjutnya, tolong jadilah putraku. Kau seharusnya bilang begitu.” Jawab Tuan Seo.

“Begitukah?” tanya Ji An.

“Ayah bilang begini sebelum ibu ayah meninggal. Ibu, di kehidupan selanjutnya tolong jadilah putriku. Ayah kasihan padanya.” Jawab Tuan Seo.

“Tapi aku tidak mau begitu. Aku tidak yakin akan menyayangi anakku seperti Ayah. Aku tidak tahu Ayah akan menjadi putra atau putri, tapi aku tidak yakin untuk menyayangi anakku seperti Ayah menyayangiku. Aku mau Ayah terus menyayangiku dan aku mau menjadi putri yang manis.” Ucap Ji An.

“Itu karena kau belum pernah punya anak. Setelah punya anak, kamu akan amat menyayanginya.” Jawab Tuan Seo.

Flashback end...


Nyonya Yang mengelus pohon suaminya. Tangisnya keluar lagi. Ji Ho pun mengajak ibunya pulang sambil memegangi ibunya.

Narasi Tuan Seo kembali terdengar, terima kasih, Ji An-ah.  Terima kasih sudah terlahir sebagai putri ayah. Ji Soo-ya,  terima kasih sudah menjadi putri ayah. Ji Tae ya, Ji Ho-ya,  terima kasih. Ayah bahagia hidup sebagai ayah kalian. Terakhir, Mi Jung, aku mencintaimu.


Tapi Ji An balik lagi ke makam sang ayah karena ia lupa menaruh pigura yang disiapkannya untuk sang ayah.

Sesampainya di makam sang ayah, ia terkejut melihat ada bunga di sana.


Tanpa Ji An sadari, Do Kyung lah yang meletakkan bunga itu. Di belakang Ji An, Do Kyung tampak berjalan pergi meninggalkan area pemakaman.


Ji An yang dalam perjalanan kembali ke Seoul bersama Hyuk, Ji Ho dan Ji Soo ditelpon Myung Shin. Myung Shin memaksa Ji An menggantikan dirinya kencan buta. Myung Shin bilang, ia ikut kencan buta tapi ia tidak bisa datang karena sudah baikan dengan pacarnya.


Terpaksalah Ji An ke kafe, menggantikan Myung Shin kencan buta. Tapi sampai di sana, ia terkejut melihat sosok pria yang akan ditemui Myung Shin ternyata Do Kyung.

“Aku tidak menyangka kau berkencan buta menggunakan nama palsu.” Ucap Do Kyung.

“Aku tidak bermaksud menggunakan nama palsu. Aku membantu temanku. Tapi, apa kau mengatur ini dengan Myung Shin?” tanya Ji An.

“Aku tidak pernah mengenal seseorang bernama Myung Shin.” Jawab Do Kyung.


“Lantas kau sungguh kemari untuk kencan buta?” tanya Ji An.

“Tadinya begitu. Tapi Kang Myung Shin malah mengirim temannya. Kudengar dia gadis baik yang bekerja sebagai PNS. Ternyata bukan.” Jawab Do Kyung.

“Karena ketahuan, aku harus meminta maaf mewakilinya. Dia ada urusan mendadak, jadi, tidak bisa datang.” Ucap Ji an.

“Kurasa begitu. Aku tidak seburuk itu sampai ditolak dalam kencan buta.” Jawab Do Kyung.

“Omong-omong, kenapa kau bicara sopan kepadaku?” tanya Ji An.

“Karena kau orang asing.” Jawab Do Kyung.


Ji An pun seketika ingat saat dia meminta Do Kyung melupakannya. Saat itu, dia juga bilang agar mereka berpura2 tidak saling mengenal jika tak sengaja berpapasan di jalan.

“Aku tidak bermaksud seperti ini.” Gumam Ji An.

“Aku tidak bisa menganggapmu orang asing.” Ucap Do Kyung.

“Kalau begitu  kita pulang saja.” Jawab Ji An.


Tapi pesanan kopi mereka keburu datang dan Do Kyung mengajak Ji An menghabiskan kopinya dulu.

Do Kyung lantas memberikan kartu namanya dan memperkenalkan diri sebagai CEO DK Eco Tech. Ia juga menjelaskan detail soal pekerjaannya yang membuat pasir kayu untuk hewan peliharaan.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Ji An.

“Memperkenalkan diri dalam kencan buta. Ini tetap kencan buta meski hanya kebetulan. Kau yang memintaku menganggapmu orang asing.” Jawab Do Kyung.


“Choi Do Kyung, apa kau bercanda?” tanya Ji An.

“Kamu sangat tidak menyukaiku? Apa kesan pertamaku seburuk itu? Kita baru bertemu hari ini. Kau tidak bisa menilai seseorang tanpa mengobrol dengannya. Itu bisa dianggap kekerasan.” Jawab Do Kyung.

“Kurasa kau tidak sepenuhnya memahami maksudku. Aku tidak ingin kita mulai lagi sebagai orang asing. Aku hanya ingin kita tetap menjadi orang asing.” Ucap Ji An.

“Karena itulah. Mari kita mulai lagi sebagai orang asing.” Jawab Do Kyung.
“Tidak mau.” Tolak Ji An.

“Kenapa?” tanya Do Kyung.

“Aku sedang berkuliah di Finlandia. Aku hanya di Korea selama empat hari, jadi, aku akan kembali ke Finlandia lusa. Maka, kencan buta ini tidak akan berarti apa-apa. Kamu tinggal di Seoul, dan aku tinggal di Helsinki. Kita tidak bisa bertemu.” Jawab Ji An.


“Kenapa tidak bisa?  Hubungan jarak jauh bisa berhasil. Kapan kau ke Seoul? Berapa hari lagi sisanya? Berkencanlah denganku sebelum kau pergi.” Ucap Do Kyung.

“Ini bukan kebetulan, ya?” tanya Ji An.

“Aku sudah paham satu hal soal karaktermu. Kau tidak mudah memercayai orang. Kenapa tidak bertanya kepada temanmu?” jawab Do Kyung.


Ji An pun langsung menghubungi Myung Shin.

“Jangan membodohiku dan jujurlah. Ini kencan buta Bukan untukmu, tapi aku. Benar? Kau bilang kau tidak tahu nama pria itu. Mana bisa kau kencan buta tanpa tahu namanya?” ucap Ji An.

“Pikirmu aku peduli dengan namanya? Aku putus dengan Jung Soo. Kenapa? Dia aneh? Kudengar dia pebisnis berusia 30-an. Aku juga diberi tahu bahwa dia tampan.” Jawab Myung Shin.

Ji An pun menghela nafas. Ia tak percaya ada kebetulan yang seperti itu.


“Kau mau ke mana? Aku akan mengantarmu.” Ucap Do Kyung.

“Aku mau naik bus saja.” Jawab Ji An.

“Lantas apa besok kau senggang? Kurasa aku berhak mengajakmu berkencan setelah kita kencan buta.” Ucap Do Kyung.

“Menurutmu ini mungkin?” tanya Ji An.

“Kau belum melupakanku. Kau belum melupakan masa lalu ataupun aku. Kau tidak kesal? Aku amat kesal. Aku kesal dengan diriku karena bertindak bodoh. Lalu kau menderita karena orang bodoh sepertiku.” Ucap Do Kyung.

“Aku tidak pernah berpikir aku menderita karena dirimu. Serta aku sudah melupakanmu. Beberapa tahun belakangan aku baik-baik saja. Untuk apa aku mulai lagi denganmu?” jawab Ji An.

“Ada alasan kita tidak bisa mulai lagi? Jika kau sudah melupakanku, itu lebih baik. Maka kita bisa memulai hubungan baru. Seperti orang asing. Seperti dua orang yang belum pernah bertemu.” Ucap Do Kyung.


“Tapi kenapa kau tiba-tiba bicara santai denganku? Saat kembali ke Finlandia, aku tidak akan kembali sampai tahun berikutnya. Aku akan meneruskan sekolahku di sana.” Jawab Ji An.

“Lantas mari berkencan sampai kau bisa memutuskan apakah hubungan jarak jauh akan berhasil.” Ucap Do Kyung.

“Aku akan kembali ke sana lusa.” Jawab Ji An.
“Lantas aku akan menemuimu setidaknya dua kali lagi.” Ucap Do Kyung.

“Ini mengingatkanku pada masa lalu. Aku pernah mendengar ini sebelumnya.” Jawab Ji An.

“Lupakan saja bedebah itu. Pikirkanlah dan hubungi aku.” Ucap Do Kyung.

“Tidak, aku bahkan tidak akan mempertimbangkannya. Aku menolak berkencan denganmu.” Jawab Ji An.


Ji An lantas buru2 pergi meninggalkan Do Kyung. Dan Do Kyung, malah tersenyum ke arah Ji An.


Baru pergi, Ji An dihubungi Nyonya No. Nyonya No mengajak Ji An bertemu, tapi Ji An menolaknya.

Ditolak oleh Ji An, Nyonya No pun kepanasan.


Nyonya No langsung menemui Ji Soo yang sibuk memanggang roti di dapur. Ia protes karena penolakan Ji An.

“Untuk apa dia menemui Ibu?” tanya Ji Soo.

“Ibu lebih tua darinya. Seharusnya dia tahu ibu ingin bertemu dan meminta maaf.” Jawab Nyonya No.

“Aku sudah melarang Ibu menghubunginya.” Ucap Ji Soo.


Salah satu pelayan kemudian datang, memberitahukan kepulangan Seohyun.

Begitu masuk ke rumah, Seohyun nyengir menatap orang tua dan juga kakaknya.

0 Comments:

Post a Comment