Ruby Ring Ep 39

Sebelumnya...


Roo Na yang baru bangun dari tidurnya, terkejut mendapati Roo Bi tidak ada di kamarnya.


Di rumah, Gilja sedang sarapan bersama Chorim dan Soyoung. Gilja bilang, In Soo yang akan menjemput Roo Bi di rumah sakit.

Gilja pun bersyukur, luka Roo Bi tidak begitu serius.


“Jika kita lihat sisi baiknya, Roo Na beristirahat, hari libur sebelum pernikahan.” Ucap Soyoung.

“Kau benar, Soyoung.” Jawab Gilja.


Lalu, ponsel Gilja berdering. Telepon dari Roo Na yang mengabarkan bahwa Roo Bi menghilang. Gilja terkejut. Roo Na berkata, ia tidak tahu kapan Roo Bi pergi dan Roo Bi juga tidak bisa dihubungi.


Kabar menghilangnya Roo Bi juga sampai ke telinga In Soo.

Geokjeong hajima, Eommonim. Aku akan mencarinya.” Jawab In Soo.


In Soo pun bergegas keluar dari apartemennya dan menemukan Roo Bi yang pingsan di depan salah satu pintu apartemen.

“Roo Na-ssi, Roo Na-ssi.” In Soo berusaha membangunkan Roo Bi.

In Soo lantas membawa Roo Bi ke dalam.


Gilja dan Chorim cemas memikirkan Roo Bi. Tak lama kemudian, In Soo menghubungi Gilja, mengabari soal Roo Bi yang berada di rumahnya.

“Dia meninggalkan rumah sakit dan pergi ke rumah In Soo? Tidak peduli seberapa besar dia menyukai In Soo, seharusnya dia tidak terburu-buru seperti itu. Eonni, apa yang akan terjadi kalau mereka batal menikah? Apakah dia akan mati jika tidak melihatnya satu hari saja? Dia punya keluarga yang sangat mencemaskannya. In Soo bahkan datang melihatnya meski jadwalnya sibuk.” Omel Chorim.


Roo Bi akhirnya sadar, namun begitu sadar, ia seolah-olah melihat Gyeong Min duduk di depannya, memanggil namanya sembari tersenyum.

“Gyeong Min-ssi, Gyeong Min-ssi.” Jawab Roo Bi berkaca-kaca.


Namun semua itu hanyalah mimpi Roo Bi. Kenyataannya Roo Bi masih belum sadar.

In Soo terus menjaga Roo Bi. Tak lama kemudian, Roo Bi pun sadar.

“Roo Na-ssi, kau baik-baik saja? Kau tahu kau ada dimana sekarang?” tanya In Soo.

Roo Bi terkejut dan langsung bangun dari tidurnya.

“Kenapa kau meninggalkan rumah sakit? Kami semua mencemaskanmu. Apa karena aku pergi terlalu cepat tadi malam? Aku berencana menjemputmu hari ini.” Ucap In Soo.


Tangis Roo Bi pun mengalir.

“Kita akan segera menikah. Setelah menikah, kita akan bersama selamanya.” Ucap In Soo.

“Aniya, aku tidak mau menikah.” Jawab Roo Bi dalam hati.

“Roo Na-ssi, saranghae.” Ucap In Soo.

“Aniya, aku bukan Roo Na. Roo Bi-ya, Jeong Roo Bi.” Jawab Roo Bi dalam hati.

In Soo lalu memeluk Roo Bi, tapi Roo Bi mendorong In Soo dengan lari ke kamar mandi.


Di kamar mandi, tangis Roo Bi kembali pecah.


Di kantor, Seokho dan Hyeryeon lesu karena mereka masih belum mendapatkan ide baru. Seokho lalu bertanya pada Jin Hee, kapan mereka mendapat karyawan baru.

“Pada waktunya.” Jawab Jin Hee singkat.

“Aku sudah tidak sabar naik pangkat.” Ucap Seokho.

“Aku juga.” Jawab Hyeryeon.

“Berada di bagian bawah adalah yang terbaik. Tunggulah sampai karyawan baru datang.” Ucap Jin Hee.


Roo Na datang dan mereka langsung mengajak Roo Na makan malam.


Gyeong Min sedang di kedai kopi, tak lama kemudian terdengar suara Roo Bi yang bertanya, apa Gyeong Min masih menyukai espresso.

“Cheo-je, kau sudah merasa lebih baik? Kau disini untuk minum kopi? Jangan bilang padaku, kau datang untuk bekerja. Kau harusnya istirahat beberapa hari lagi.” Ucap Gyeong Min.

“Terlalu banyak pertanyaan. Aku datang sebentar untuk mengurus sesuatu. Aku hendak pulang sekarang.” Jawab Roo Bi.

Roo Bi lalu berkata, “ethiopian espresso?”

“Kau tahu itu? Mungkin aku terlalu kuno, tapi preferensi ku tidak pernah berubah.” Jawab Gyeong Min.

“Preferensi untuk wanita juga?” tanya Roo Bi.

“Apa? Yeoja? Cheo-je, kau mengajukan pertanyaan aneh padaku untuk kedua kalinya.” Jawab Gyeong Min.


Kopi pesenan Gyeong Min pun siap. Gyeong Min memesan satu cangkir kopi lagi dan memberikan kopinya pada Roo Bi.

Roo Bi langsung berkaca-kaca menatap Gyeong Min. Kata-Kata Gyeong Min dulu pun terngiang di telinganya.

“Meski kita terpisah dalam waktu yang cukup lama, kau lah satu-satunya wanita yang ingin kunikahi. Di luar negeri, saat aku mencium aroma espresso, aku selalu teringat padamu.”

“Kenapa kau menatapku seperti itu? Apa aku sangat tampan?” tanya Gyeong Min.

“Ini aku, Gyeong Min-ssi. Tidak bisakah kau melihatnya? Aku Jeong Roo Bi. Cinta pertamamu dan satu-satunya cinta dalam hidupmu.” Ucap Roo Bi dalam hati.

“Maaf, Hyeong-bu. Aku harus pergi.” Ucap Roo Bi masih dengan mata berkaca-kaca.


Tepat saat itu, Roo Na lewat dan melihat Roo Bi pergi dengan taksi. Tak lama kemudian, ia melihat Gyeong Min yang menatap kepergian Roo Bi.


Roo Na kesal melihatnya. Lalu Gyeong Min masuk ke dalam. Tim Roo Bi pun muncul dan mengajak Gyeong Min makan malam.


Di taksi, Roo Bi kembali menangis. Dalam hatinya, Roo Bi berkata bahwa hanya ada satu pria di dunia ini yang ia cintai dan dirinya tidak menginginkan pria lain. Ia hanya menginginkan Gyeong Min.


Malam itu Roo Bi berdiri di depan rumah Gyeong Min. Menatap rumah Gyeong Min dengan berkaca-kaca.

Tak lama kemudian, terdengar suara mobil dan ia pun bergegas sembunyi.

Roo Bi melihat Gyeong Min yang turun dari mobil Roo Na, bersama Roo Na.

Roo Na berterima kasih pada Gyeong Min, karena Gyeong Min sudah mau ikut makan malam dengannya dan para staff. Gyeong Min pun senang melihat senyum Roo Na. Ia berkata, sudah lama sekali tidak melihat senyum Roo Na.

Roo Na lalu mencium pipi Gyeong Min.

Roo Bi pun terluka melihatnya.


Roo Bi pulang ke rumah dan langsung menatap fotonya dengan Roo Na saat masih duduk di bangku sekolah.


Begitu mendengar suara pintu dibuka, Roo Bi pun buru-buru masuk ke kamarnya.

“Apa dia belum pulang?” tanya Gilja, lalu masuk ke kamar Roo Bi dan menemukan Roo Bi sudah tidur tanpa selimut.

Gilja lalu menyelimuti Roo Bi. Setelah itu, ia beranjak keluar.  


Begitu Gilja keluar, Roo Bi langsung membuka matanya.


“Apa Roo Na sudah tidur?” tanya Chorim.

“Dia pasti kelelahan. Dia bahkan tidak memakai piyamanya.” Jawab Gilja.

“Dia bahkan tidak sehat. Dia seharusnya mengambil cuti beberapa hari. Dia sangat keras kepala.” Ucap Chorim.

“Dia akan mengambil cuti untuk pernikahannya dan bulan madu, jadi dia merasa berkewajiban.” Jawab Gilja.

“Roo Na sudah banyak berubah. Dia bekerja keras. Dia tidak pernah minum atau pergi ke klub.” Ucap Chorim.

“Dia egois karena dia rajin.” Bela Gilja.

“Rajin? Dia selalu membuatmu menangis. Sekarang kau bilang dia rajin? Dimana rajinnya.” jawab Chorim.

Chorim lalu berteriak memanggil rajin. Soyeong ikut-ikutan, lalu mereka tertawa.


Di kamarnya, Roo Bi menangis mendengar tawa mereka. Ia kemudian memejamkan matanya dan berharap semua itu cuma mimpi.


Keesokan harinya, Gyeong Min sarapan seperti biasa dengan keluarganya. Nenek meletakkan lauk ke sendok Gyeong Min.

“Halmeoni, bagaimana denganku?” tanya Se Ra.

“Cari pria dulu untuk memberimu makan!” jawab nenek, membuat Se Ra sebal.

“Gyeong Min-ah, dimana Roo Bi?” tanya Nyonya Park.

“Dia masih tidur. Dia merasa tidak enak badan. Dia pasti lelah.” Jawab Gyeong Min.

“Kapan kalian punya anak kalau begini?” tanya nenek.

“Eommoni, aku yakin merasa selalu berusaha.” Ucap Tuan Bae.

“Kau harus menyaksikan langit untuk melihat bintang-bintang. Roo Bi selalu sibuk. Jika dia terus seperti ini, 10 tahun lagi pun kalian tetap tidak akan memiliki anak.” Ucap Geum Hee.

“Kali ini kau benar, Auto.” Jawab nenek.


Ponsel Geum Hee berdering. Sebuah SMS masuk. Geum Hee pun melonjak girang dan langsung pergi meninggalkan ruang makan.

SMS dari Daepung, yang mengajaknya olahraga bersama. Daepung mengajak Geum Hee bertemu di taman jam sebelas.


Geum Hee pun girang. Bersamaan dengan itu, Roo Na turun ke bawah dan Geum Hee langsung meminjam pakaian olahraga Roo Na. Tapi Roo Na malah marah dan berkata, tidak akan memaafkan Geum Hee jika Geum Hee menyentuh pakaiannya lagi.


Roo Bi ingin mengatakan sesuatu pada ibunya, tapi ia tak bisa mengatakannya.

“Wae? Setelah kau menikah, kau pikir ibu akan kesepian? Setiap wanita melakukannya. Mereka mengatakan, seorang wanita tidak akan pernah memahami ibu mereka sampai mereka menikah dan memiliki anak. Lihatlah apa yang akan terjadi ketika kau punya anak. Nenekmu mengatakan hal itu setiap waktu dan mengatakan hal yang sama padamu.” Ucap Gilja.



Gilja lalu menyuruh Roo Bi membawakan lauk pauk untuk In Soo.

Gilja memanggil Chorim dan Soyoung. Tak lama kemudian, Chorim datang sambil menguap lebar. Disusul kemudian dengan Soyoung yang mengatakan Won Bin masuk dalam mimpinya.

“Jual mimpimu padaku. Mimpi seperti itu akan membawa keberuntungan.” Jawab Chorim.

“Benarkah? Melihat Won Bin adalah hal baik?” tanya Soyoung.

“Tentu saja. Won Bin adalah artis terkenal jadi mimpimu akan membawa keberuntungan. Aku akan membeli mimpimu 5 dollar.” Jawab Chorim.

“Hanya 5 dollar?” tanya Soyoung.

“Sebenarnya aku mau membelinya 1 dollar.” Jawab Chorim.

“Bagaimana aku bisa menjual Won Bin kesayanganku padamu seharga 5 dollar?” tanya Soyoung.

“Aku akan memberimu 6 dollar, jadi jual lah padaku.” Jawab Chorim.

“Akan kubeli mimpu seharga 6 dollar, jadi jual padaku saja.” Ucap Gilja.

Gilja mengaku, ingin membelinya untuk Roo Bi. Soyoung pun menjual mimpinya pada Roo Bi.


Lalu, mereka membahas pernikahan Roo Bi dan In Soo. Soyoung bertanya, kemana Roo Bi dan In Soo akan bulan madu. Roo Bi berkata, mereka belum memutuskannya.

“Kau harus bergegas, kalau tidak kau tidak akan mendapatkan pesawat dan hotel.” Jawab Chorim.

“Eomma, Komo, na eotteohke?” ucap Roo Bi pilu.


Geum Hee menghampiri Nyonya Park dan Tuan Bae. Nyonya Park kaget melihat penampilan Geum Hee, apalagi setelah Geum Hee bilang dia mau pergi berolahraga di taman. Geum Hee menggunakan banyak aksesoris di kalungnya.

“Kau akan pergi seperti itu? Dengan aksesoris sebanyak itu?” tanya Nyonya Park.

“Kenapa tidak, itu terlihat bagus.” Jawab Tuan Bae.

“Yeobo, cobalah untuk jujur.” Ucap Nyonya Park.

“Changgeun membelinya untukku, jadi aku ingin menggunakan semuanya.” Jawab Geum Hee.

Geum Hee lalu pamit dan beranjak pergi.


Roo Bi di apartemen In Soo. Seperti permintaan sang ibu, ia membawakan lauk untuk In Soo. In Soo ingin menelpon Gilja untuk mengucapkan terima kasih, tapi Roo Bi melarang dengan alasan ibunya sibuk di restoran.

In Soo lalu menatap Roo Bi.

“Kau terlihat cantik sekali hari ini.” Puji In Soo.

Ia ingin menyentuh wajah Roo Bi. Sontak, Roo Bi yang ingatannya sudah kembali, langsung menghindar.

In Soo terkejut Roo Bi menghindarinya tapi ia tak mau mempermasalahkannya dan mengajak Roo Bi membahas bulan madu mereka. Ia mau memesan tempat tapi Roo Bi bilang nanti saja.

“Itu pasti mahal.” Ucap Roo Bi.


“Oya, gaun pengantinmu. Kau berjanji akan menunjukkannya padaku.” Jawab In Soo.

“Aku sedang membersihkannya.” Ucap Roo Bi.

“Kau pasti akan terlihat cantik dengan gaun itu.” Jawab In Soo.

“Bisakah aku mengenakan gaun pengantin? Apakah aku bisa? Mianata, In Soo-ssi. Tapi aku sudah ingat semuanya. In Soo-ssi, kau menipuku juga. Aku bukan Roo Na.” Batin Roo Bi.


Setelah itu, Roo Bi pergi menemui Roo Na.

“Kau sudah merasa lebih baik? Bagaimana kakimu? Kau akan segera menikah.” Ucap Roo Na.

Roo Bi diam saja dan menatap Roo Na dengan tatapan kecewa.

“Kudengar suamiku memberimu uang. Aku tidak tahu berapa jumlahnya, tapi dia pria yang baik.” Ucap Roo Na.

“Eonni, kita harus bicara.” Jawab Roo Bi.

“Tentang apa?” tanya Roo Na.

“Pembicaraan kita belum selesai. Tepat sebelum aku jatuh dari tangga. Apa yang kita bicarakan?” ucap Roo Bi.

“A... aku tidak ingat. Tapi aku pastikan itu tidak penting. Roo Na, lupakan saja itu. Pastikan itu tidak mengganggumu. Fokus saja pada kesehatanmu dan pernikahanmu.” Jawab Roo Na.

Tak mau ditanya-tanya lagi, Roo Na pun beranjak pergi.


Sekarang, Roo Bi ada di ruang ganti. Ia duduk di depan meja rias dan menatap pantulan wajahnya di cermin.

“Wae? Kenapa Roo Na dan Yeonho menjebak In Soo? Kenapa Yeonho ada di depan rumah In Soo dan kenapa dia menelpon Roo Na? Apa yang mereka bicarakan? Ada sesuatu diantara Roo Na dan In Soo. Ada yang mereka sembunyikan.” Ucap Roo Bi dalam hati.


Di sepanjang jalan, Roo Bi masih memikirkan rahasia yang disembunyikan Roo Na dan In Soo.

Roo Bi bertanya-tanya, apa In Soo tahu dia bukan Roo Na. Lalu, Roo Bi ingat kata-kata In Soo tentang In Soo yang tidak lagi mencintai Roo Na yang dulu.

“Dia mungkin tahu aku bukan Roo Na tapi jika dia tahu... Aniya. Jika dia tahu, dia tidak mungkin bersikeras menikahiku.” Ucap Roo Bi.


Sekarang, Roo Bi duduk seorang diri di kafe. Ia memikirkan alasan In Soo merobek foto-foto Roo Na. Ia juga ingat soal foto hasil USG Roo Na.

“Benar, In Soo tahu Roo Na hamil.” ucap Roo Bi sambil teringat saat Roo Na memberitahunya bahwa ia hamil.


Sekarang, Roo Bi sudah berada di kamarnya. Ia menuliskan semuanya di buku hariannya.

“Roo Na tidak ingin menikah tapi In Soo mencintainya dan ingin menikahinya.” Tulis Roo Bi.


Roo Bi lalu ingat kecelakaannya.

“Apa mungkin In Soo tahu pertukaran kami setelah kecelakaan? Aniya, jika dia tahu, dia tidak mungkin setia di sisiku. Dia tidak mungkin mengajakku menikah.” Ucap Roo Bi.


Roo Bi lalu melihat foto pernikahan Roo Na dan Gyeong Min.

“Seharusnya aku yang menjadi pengantin wanitanya. Aku, Jeong Roo Bi.” Ucap Roo Bi.


Roo Bi lalu ingat masa kecilnya saat Roo Na merebut es krim dan uang jajannya.


Lalu ia ingat saat Roo Na merebut dress dan cincinnya.


Ia juga ingat saat melihat Roo Na mencium Gyeong Min.


“Kau selalu seperti itu. Mengambil semua milikku seolah-olah itu milikmu sejak awal. Kau tidak pernah menyesal. Kau tidak pernah meminta maaf padaku karena Jeong Roo Bi bodoh selalu membiarkan miliknya diambil dan tidak pernah memintanya kembali. Tapi sekarang tidak lagi, Jeong Roo Na.” Ucapnya.

Mata Roo Bi pun kembali berkaca-kaca.


Roo Bi kemudian ingat kata-kata Roo Na di mobil. Saat itu, Roo Na berteriak padanya. Roo Na bilang, seharusnya Roo Bi tetap koma.

Roo Bi juga ingat saat Roo Na menyuruhnya pergi keluar negeri.


“Kita sedarah, tapi kenapa kau melakukan ini padaku! Beraninya kau mencuri wajahku dan hidupku.”

Lalu, Roo Bi mengambil gaun pengantinnya dan berdiri di depan cermin dengan gaun itu.


“Untuk semua yang kau ambil dariku, aku tidak akan pernah memaafkanmu. Aku akan membuatmu membayar, untuk kehidupanku yang kau curi dariku. Tunggulah, Jeong Roo Na.” Ucap Roo Bi penuh dendam.

0 Comments:

Post a Comment