Ruby Ring Ep 41 Part 1

Sebelumnya...


Ponsel Roo Na berdering, telepon dari Gilja yang memberitahunya kalau Roo Bi menunda pernikahan dengan In Soo.

"Apa yang harus kita lakukan, Roo Bi-ya?" tanya Gilja.

Roo Na pun kaget, apa? Dia bilang tak mau menikah?


Jihyeok yang sedang belajar, merasa terganggu dengan dering ponsel Daepung. Daepung yang masih tidur pun terbangun karena bunyi ponselnya.

"Sudah waktunya bekerja." ucap Daepung, lalu menghubungi Geum Hee. Daepung berkata pada Geum Hee, kalau ia sudah berjanji, ia akan menepati janjinya tidak peduli apapun yang terjadi. Mereka pun berjanji, akan bertemu di taman jam sebelas nanti.


Nenek masuk ke kamar Geum Hee. Geum Hee bilang, ia baru saja bicara dengan teman sekelasnya di kursus memasak.

"Kami akan bertemu di taman jam sebelas nanti untuk mendiskusikan sesuatu." ucap Geum Hee.

"Kau tidak akan macam-macam, kan?" tanya nenek.

"Tentu saja tidak." jawab Geum Hee.


Sekarang, kita melihat Geum Hee dan Daepung sepedaan di taman. Daepung membonceng Geum Hee dan Geum Hee memeluk


Daepung dengan erat. Asyik sepedaan, tiba-tiba saja dua remaja laki2 menghentikan mereka. Dua remaja itu memeriksa sepeda Daepung, lalu bertanya darimana Daepung mendapatkan sepeda itu.

"Tentu saja aku membelinya." jawab Daepung.

"Tidak mungkin." ucap salah satu dari anak itu. Anak itu lalu mengaku, bahwa sepeda yang dikendarai Daepung adalah miliknya yang hilang seminggu lalu.

"Apa di sepeda ini ada namamu?" tanya Daepung.

Anak itu pun mengangguk.

"Siapa namamu?" tanya Daepung.

"Do Pyeongwu." jawab anak itu.


Anak yang satu lagi, menemukan inisial 'DPW' di sepeda itu. Daepung pun mengaku itu inisial namanya. Daepung berkata, dalam Bahasa Inggris, nama marga diletakkan paling akhir. Pyeongwu tetap yakin, itu sepedanya. Ia bahkan mengajak Daepung ke kantor polisi segala.


Takut, Daepung pun mengembalikan sepeda Pyeongwu dengan alasan kasihan pada anak itu. Geum Hee terharu dengan kebaikan Daepung.

"Mengendarai sepeda memang bagus, tapi kau juga akan menyukainya Jangderella. Kita akan mendiskusikan hidup kita sambil berjalan-jalan." ucap Daepung, lalu menggenggam tangan Geum Hee.

Geum Hee pun semakin mempercayai Daepung.


Restoran sudah tutup. Gilja, Chorim, Soyoung dan Dongpal pun bersiap pulang. Sebuah pesan masuk ke ponsel Soyoung.

Soyoung pun langsung memberitahu Chorim isi pesan itu. Pesan itu, dari temannya yang mengabarkan kalau teman kakak temannya ingin bertemu dengan Chorim.

"Kalau dia ingin bertemu denganmu, kenapa kau mengulur-ngulur waktu?" tanya Gilja.

"Benar, Eonni. Akan kuberitahu dia, kau mau bertemu." jawab Soyoung.


Dongpal yang kesal pun beranjak pergi. Tapi saat menuju pintu keluar, Roo Na pun datang.

Gilja mengajak Roo Na ke rumah, tapi Roo Bi bilang dia tidak akan lama.

Gilja pun menyuruh Chorim dan Soyoung pulang duluan karena dia mau bicara dengan Roo Na.


Roo Na menyantap japchae buatan sang ibu dengan lahap.

Melihat Roo Na makan dengan lahap, Gilja bertanya, kenapa Roo Na belum makan malam.

"Masakanmu tetap yang terbaik, Bu." puji Roo Na.


Gilja pun tertawa. Roo Na lalu menanyakan soal pernikahan Roo Bi dan In Soo. Gilja berkata, pernikahan Roo Bi dan

In Soo bukan dibatalkan, tapi hanya ditunda. Roo Na bertanya alasannya. Gilja pun menjawab, itu karena ayah In Soo sakit keras.

"Jadi bukan Roo Na yang membatalkannya? In Soo yang membatalkannya?" tanya Roo Na sekali lagi. Gilja mengangguk.


Roo Na pun merasa itu karena dirinya.

"Roo Na tidak masalah dengan hal itu. Dia ingin ingatannya pulih dulu sebelum pernikahan." ucap Gilja lagi.

"Kau pasti tertekan. Kau sudah merencanakan semuanya." jawab Roo Na.

"Kami juga sudah menyebar undangan. Tapi hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita." ucap Gilja.


"Eomma, kau ingat saat Roo Na kabur dari rumah saat masih sekolah? Aku penasaran, kenapa kau tidak mencarinya. Apa kau tidak cemas?" tanya Roo Na.

"Dia putriku! Tentu saja aku cemas. Tapi aku tidak tahu harus mencarinya kemana." jawab Gilja.

"Sebenarnya kau berharap dia tidak pernah kembali, kan? Itulah kenapa kau tidak mencarinya." ucap Roo Na.

"Apa maksudmu?" tanya Gilja.

"Roo Na anak yang bermasalah, jadi aku berpikir... hanya berpikir, mungkin saja itu terlintas dalam pikiranmu." jawab Roo Na.

"Aku hanyalah manusia biasa. Setiap kali dia membuat masalah, aku menyalahkan Tuhan. Tapi lihatlah dia sekarang.

Dia sudah dewasa." ucap Gilja.


"Eomma, seekor burung bertelur di sarang burung lain. Setelah meletakkan telurnya, itu mendorong telur lain keluar dari sarangnya." jawab Roo Na.

"Kenapa harus merusak telur lain?" tanya Gilja.

"Jika burung lain memperhatikan satu telur ditambahkan ke sarang, maka telur yang lain tidak bisa dilindungi. Tapi bayi burung lebih menakutkan. Dia menetas pertama kali, sementara induknya pergi dan mendorong keluar semua telur yang lain." jawab Roo Na.

"Untuk apa? Wae?" tanya Gilja.

"Untuk cinta tak terbagi si induk burung." jawab Roo Na.

"Seperti yang kau katakan, itu benar-benar menakutkan." ucap Gilja.

"Mungkin itu demi kelangsungan hidup." jawab Roo Na.

"Burung tidak bisa berpikir." ucap Gilja.

Gilja lalu menguap lebar. Ia lantas menyuruh Roo Na pulang karena tidak mau membuat orang tua Gyeong Min cemas.

Roo Na pun diam. Ia tampak tidak puas dengan jawaban ibunya.


Sekarang, kita melihat Roo Na berada di ruangan gelap itu.

"Banyak yang akan mengutuk burung itu. Meskipun begitu, aku merasa kasihan pada burung itu. Karena dia anak hasil perselingkuhan, dia tidak menerima banyak cinta seperti anak yang lahir dalam ikatan pernikahan. Burung itu tidak jahat, dia hanya lemah. Sangat lemah." ucap Roo Na.


Sepanjang perjalanan, Roo Na teringat bagaimana dulu ibunya memperlakukan dia dan Roo Bi.

Flashback...


Gilja habis-habisan memuji Roo Bi yang mendapat nilai 100. Sementara Roo Na? Ya, ia dimarahi hanya karena mendapat nilai 65.


Lalu, saat Roo Na merengek meminta tambahan uang jajan, Gilja tidak memberikannya. Roo Na pun kesal dan beranjak keluar dari kamar. Tapi di pintu kamar, ia melihat sang ibu memberikan uang jajan pada Roo Bi.


Saat Roo Na dan Roo Bi bertengkar di kamar, Gilja pun datang memisahkan mereka dan memukuli Roo Na.

Flashback end...


Roo Na menenangkan dirinya di depan Sungai Han. Ia teringat kata-kata In Soo.

"Saat kau melihat bagaimana bahagianya kamu, kau akan menyadari betapa tidak berartinya dan kacaunya hidupmu. Kau akan terus merindukan cinta dan hidupmu akan berakhir menyedihkan dan kesepian karena kau bukan lagi Jeong Roo Na, atau pun Jeong Roo Bi." ucap In Soo.


Roo Na pun mulai berkaca-kaca.

"Eomma, apa aku akan baik-baik saja? Apakah burung itu bisa mendapatkan cinta induknya seutuhnya? Jeong Roo Bi, aku membencimu. Tidak seharusnya kau mendapatkan cinta ibu. Aku benci ibu yang hanya memperhatikanku disaat aku terkena masalah. Meskipun aku anak adopsi, tidak seharusnya kau membandingkanku dengannya.Bahkan meskipun aku kesepian. Aku kesepian dan kau tidak akan pernah tahu." ucap Roo Na.

*Sy jadi paham kenapa Roo Na seperti ini. Karena Gilja yang pilih kasih. Gilja baru memperhatikan Roo Na saat Roo Na terkena masalah. Itulah sebabnya, si Roo Na selalu bikin onar supaya Gilja memperhatikannya. Poor Roo Na. Roo Na lah korbannya disini.


Di restoran, Gilja dan Soyoung kewalahan mengatur pengunjung. Soyoung bahkan sampai meminta bantuan Dongpal.

"Apakah dia akan baik-baik saja selama berkencan?" tanya Soyoung.

"Kalau dia menjaga kelakuannya, seharusnya semua berjalan dengan baik." jawab Gilja.

"Dimana Chorim disaat kita sibuk seperti ini?" tanya Dongpal.


Di restoran, Chorim menemui pria itu! Chorim langsung ilfeel saat melihat pria itu membersihkan gigi di depannya. Pria itu lalu mengaku, kalau belum lama ini ia mengunjungi restoran Chorim.

"Kau dan kakakmu mendirikan restoran itu?" tanya pria itu.

"Dia kakak iparku." jawab Chorim.

"Berdasarkan hukum adat, hubungan dengan saudara ipar memang lebih dekat, jadi bisa dibilang dia kakakmu." ucap pria itu." ucap pria itu.

Chorim makin ilfeel. Hahah... Tapi saat hendak pergi, pria itu memberikan sebuket bunga mawar padanya.


Chorim kembali ke restoran dan tidak berhenti menatap bunga itu. Lalu Dongpal yang hendak membuang sampah pun keluar. Begitu melihat Chorim, Dongpal langsung memarahi Chorim yang tidak ada di restoran saat mereka sibuk.


Chorim lalu masuk ke dalam. Soyoung dan Gilja langsung menanyakan hasilnya. Chorim ingin bilang, bahwa pria itu tidak lah tampan seperti yang dibilang Soyoung tapi saat Dongpal datang, Chorim pun langsung bilang, pria itu membuat hatinya berdetak.

"Bukankah kau bilang, kau ingin menikah dengan pria seperti Won Bin?" tanya Soyoung.

"Itu dulu. Sekarang aku mencari pria yang memiliki pekerjaan tetap." jawab Chorim.

"Komo, kau sudah dewasa." puji Gilja.


Kesal, Dongpal pun memilih pergi ke dapur. Sampai di dapur, ia sewot melihat banyaknya cucian kotor.


Di kantor, In Soo tak bisa berhenti memikirkan Roo Bi.


Di ruang ganti, Roo Bi sedang menyelesaikan proposalnya. Lalu, ponselnya berbunyi. Telepon dari In Soo, tapi Roo Bi tidak menjawabnya. Tak lama kemudian, ponselnya berbunyi lagi. Kali ini, pesan dari In Soo.

"Sayangku, Roo Na. Kau pasti sibuk menyiapkan proposalmu? Kau di ruang ganti? Haruskah aku membelikanmu sesuatu yang bisa kau makan?" tanya In Soo.


"Roo Na sayangku? In Soo-ssi, siapa Roo Na mu? Aku atau Roo Na yang dulu?" tanya Roo Bi.

Bersambung ke part 2......

0 Comments:

Post a Comment