Live Up To Your Name Ep 8 Part 1

Sebelumnya...


Im dan Yeon Kyung terdesak ke tepi jurang. Saat tentara Jepang menodongkan senjata pada mereka, mereka pun mengangkat tangan mereka tinggi-tinggi. Tentara Jepang pun bingung melihat penampilan mereka. Salah satu dari tentara Jepang itu bertanya, apa mereka orang Joseon.

Yeon Kyung pun langsung menjawab dalam Bahasa Jepang kalau mereka orang Jepang.


Im dan Yeon Kyung berdebat. Yeon Kyung menyuruh Im melakukan sesuatu agar mereka bisa kembali ke Seoul. Saat Im bilang, tidak tahu caranya kembali, Yeon Kyung pun sewot.

"Hoi, siapa kalian!" bentak tentara Jepang, membuat mereka berhenti berdebat dan mengangkat kembali tangan mereka tinggi-tinggi.

"Tidak penting siapa kalian. Kita harus membunuh mereka karena mereka sudah melihat kita. Pakai pisau, suara tembakan terlalu keras." ucap tentara Jepang.

Tak mau kehilangan nyawanya, Yeon Kyung pun langsung mengeluarkan alat setrumnya. Dan ketika si tentara Jepang mendekat, ia pun menyetrum si tentara Jepang dengan tasernya.

"Apa itu?" tanya Im heran.

Dan Yeon Kyung pun memberikan cairan semprotnya pada Im.

"Kocok, tutup matamu dan semprot!" perintah Yeon Kyung.

Im pun mulai menyemprot si tentara Jepang dan Yeon Kyung menyetrum mereka. Satu per satu, si tentara Jepang lumpuh dan Yeon Kyung langsung mengajak Im kabur.


"Yang tadi itu apa?" tanya Im sambil berlari.

"Senjata kejut dan semprotan pereda nyeri." jawab Im.

Mereka akhirnya berhenti berlari setelah cukup jauh dari tentara Jepang.

"Pertama gangster, sekarang tentara Jepang. Apa itu masuk akal?" sewot Yeon Kyung.

"Masih lebih daripada harimau." jawab Im.

"Kenapa aku kembali ke Joseon? Menurutmu ini masuk akal?" tanya Yeon Kyung.

"Masuk akal atau tidak, itu tidak penting." jawab Im.

"Kenapa membawaku kalau bisa kemari sendiri?" protes Yeon Kyung.

"Biar kuluruskan. Aku tidak membawamu kemari, kau lah yang mengikutiku." jawab Im.

"Dimana kita?" tanya Yeon Kyung


"Aku yakin kita berada di dekat Hanyang. Tentara Jepang tidak mungkin sudah sampai ke sini. Kurasa mereka pengintai." jawab Im.

"Pengintai dari tentara Jepang? Apakah ada perang?" tanya Yeon Kyung.

"Perang terjadi setelah aku pergi ke duniamu." jawab Im.

"Maksudmu  Perang 1592? Invasi Jepang ke Korea tahun 1592?" tanya Yeon Kyung.

"Bagaimana kau tahu perang Imjin terjadi tahun ini?" tanya Im.

Yeon Kyung pun syok.


Jae Ha ke kantor polisi setelah mendapat telepon dari kantor polisi. Begitu sampai disana, ia langsung mencengkram kerah baju si pemimpin gangster dan menanyakan Yeon Kyung. Si pemimpin gangster pun mengaku tidak tahu dan menjelaskan kalau Yeon Kyung dan Im menghilang begitu saja.

Tak lama kemudian, polisi lain datang membawakan rekaman CCTV.

Jae Ha pun langsung melihat rekaman CCTV itu bersama para gangster dan polisi yang menangani kasus itu. Kagetlah Jae Ha saat melihat Im dan Yeon Kyung yang tiba-tiba saja menghilang.


Direktur Ma mendatangi Kakek Choi. Ia curiga, Kakek Choi menyembunyikan Im.

"Kau lah yang membawanya. Kenapa mencarinya di sini?" jawab Kakek Choi.

"Mungkinkah dia kembali ke Joseon?" bisik Direktur Ma.

"Kau masih tidur? Kenapa bicara omong kosong?" jawab Kakek Choi.

Direktur Ma beranjak pergi, tapi sebelum pergi ia memberitahu Kakek Choi kalau Im menghilang bersama Yeon Kyung. Kagetlah Kakek Choi.


Direktur Ma dapat telepon dari seseorang yang marah-marah karena Im menghilang. Direktur Man pun sewot karena Im tiba-tiba menghilang.

Kakek Choi masuk ke kamarnya. Ia ngomel-ngomel karena Im membawa Yeon Kyung ke Joseon. Ia juga berniat, mematahkan kaki Im jika tidak membawa Yeon Kyung kembali tapi beberapa saat kemudian, ia cemas dan takut kalau Yeon Kyung tidak kembali.


Im termenung. Yeon Kyung pun bertanya, apa yang Im pikirkan.

"Aku berpikir kenapa hal seperti ini terjadi kepadaku. Kali pertamaku adalah saat bertemu denganmu di jalan. Sebelum itu, hal ini tidak pernah terjadi kepadaku. Aku hanya pandai akupunktur. Tidak mungkin mendadak memiliki kemampuan sihir." jawab Im.

"Dari semua yang ada di sana, kenapa kau bertemu denganku hari itu? Berkat dirimu, aku mengalami hal-hal yang tidak masuk akal." ucap Yeon Kyung.

"Maafkan aku. Kau harus melalui semua ini karena diriku." jawab Im.

"Tapi itu karena kau selalu berusaha menyelamatkanku." ucap Yeon Kyung.

"Entah kenapa aku ditakdirkan mengalami hal-hal semacam ini. Entah bagaimana aku bisa mencari penyebab semua kejadian ini. Tapi...." Im pun berhenti bicara karena terpikirkan sesuatu.

Yeon Kyung juga terpikir sesuatu.


Im teringat saat ia tertusuk anak panah yang membuatnya berakhir di Seoul.


Lalu, ia ingat saat menyelamatkan Yeon Kyung yang nyaris tertusuk besi panjang di IGD.


Setelah itu, ia ingat saat mencoba melindungi Yeon Kyung ketika mereka terjebak dalam kobaran api di gubuk hartanya.


Terakhir, ia ingat saat kepalanya dipukul oleh gangster sehingga ia dan Yeon Kyung terbawa kembali ke Joseon.


"Jika nyaris mati, aku akan hidup." jawab Im.

"Jika nyaris mati, kau akan hidup?" tanya Yeon Kyung.

"Aku tidak tahu alasan tepatnya, tapi aku yakin aku berpindah tempat saat nyaris mati." jawab Im.


Yeon Kyung pun langsung mengambil sebuah batu besar. Sementara Im terus nyerocos, mengatakan kalau di setiap ia nyaris mati, ia pasti sedang memeluk Yeon Kyung, jadi itulah kenapa Yeon Kyung ikut terbawa ke Joseon.

"Melihat lukanya menghilang selama perpindahan ini, itu pasti terjadi karena alasan yang tidak kuketahui." ucap Im yang tidak menyadari apa yang tengah dilakukan Yeon Kyung.

Lalu, ia melihat Yeon Kyung sudah berdiri di dekat kepalanya sambil menggendong batu.

"Kau harus mati agar bisa kembali. Entah itu kebetulan atau takdir, kita bisa memikirkannya lagi di tempat yang lebih aman. Terlalu berbahaya di sini." ucap Yeon Kyung.


Yeon Kyung lalu mulai menjatuhkan batunya ke kepala Im. Sontak, Im langsung bangun sebelum batu itu mengenai kepalanya.

"Kau akan membunuhku dengan batu itu?" tanya Im.

"Kau sudah gila? Dokter tidak membunuh orang." jawab Yeon Kyung.


Yeon Kyung pun mengambil pisau bedahnya dan memberikannya pada Im. Ia mau Im menusuk dirinya sendiri. Im pun berkata, kalau mereka harus berpelukan. Mendengar itu, Yeon Kyung langsung naik ke pelukan Im. Merasa tidak nyaman, Yeon Kyung pun mengubah posisinya dengan memeluk Im dari belakang. Tapi kemudian, ia melepas pelukannya dan menggandeng tangan Im.

"Ini tidak akan berhasil." ucapnya lagi.

"Sing... singkirkan dulu benda itu." pinta Im.


Seorang tentara Jepang datang. Im pun sontak mengarahkan batu besar itu pada si tentara Jepang dan Yeon Kyung mengarahkan pisau bedahnya, tapi si tentara Jepang malah meminta pertolongan mereka.


"Kau tampak seperti prajurit Jepang. Kenapa bisa Bahasa Korea?" tanya Im.

"Aku pernah membantu orang Korea saat berada di Jepang. Aku bisa berbicara bahasa Korea sedikit." jawab si tentara Jepang.

"Bagaimana kau bisa sampai terluka?" tanya Yeon Kyung.

"Aku meninggalkan pasukanku sebentar saat bertemu dengan hewan liar dan dikejar sampai terjatuh dari tempat tinggi." jawab tentara Jepang itu.

"Kau pasti tahu artinya hukuman keadilan? Anggap ini hukuman karena menghancurkan negara lain." ucap Im, lalu beranjak pergi.


Tapi Yeon Kyung diam saja. Ia tidak mengikuti Im. Im pun kembali menghampiri Yeon Kyung. Yeon Kyung berkata, tentara Jepang itu akan mati jika mereka meninggalkannya begitu saja.

"Maksudmu kau mau menyelamatkannya?" tanya Im.

"Bagaimana bisa dokter meninggalkan pasien sekarat yang ada di hadapannya?" jawab Yeon Kyung.

"Kau tidak tau siapa dia?" tanya Im.

"Siapa pun dia, di mataku dia tetap seorang pasien." jawab Yeon Kyung.

"Teman-temannya mencoba membunuh kita." ucap Im.

"Itu terjadi saat perang. Keadaannya tidak begitu sekarang." jawab Yeon Kyung.

"Jika tidak bertemu kita, dia pasti juga akan mati." ucap Im.

"Seperti katamu, kita di sini karena takdir. Takdir jugalah yang menuntunnya kepada kita." jawab Yeon Kyung.


"Kewajiban dan niat baik dokter bisa menimbulkan lebih banyak bencana." ucap Im.

"Bukan dokter yang menentukan apakah sesuatu akan berguna atau berbahaya. Dokter membutuhkan keahlian, tapi pasien tidak." jawab Yeon Kyung.

"Silakan jika kau ingin menyelamatkannya." ucap Im, lalu beranjak pergi.

Tapi langkah Im kemudian berhenti.

"Seorang dokter tidak bisa menyelamatkan semua orang hanya karena dia sekarat. Di tempat ini, memang begitulah adanya." ucap Im dengan wajah sedih.


Yeon Kyung mulai mengobati si tentara Jepang dengan alat-alatnya. Si tentara Jepang jelas keheranan melihat alat-alat medis Yeon Kyung.

"Aku tahu ini terlihat aneh dan kau pasti penasaran. Tapi tetaplah diam karena kurasa aku tidak ingin menjelaskan semuanya kepadamu." ucap Yeon Kyung.

Yeon Kyung pun mulai menyuntik dan menjahit luka si tentara Jepang.

"Aku mengobati banyak pasien dalam sehari. Jika mereka semua orang baik dan bisa menjalani kehidupan yang lebih baik usai diobati, itu akan sangat memuaskan bagi dokter. Tapi aku tidak bisa menahan jika hasilnya berlawanan. Tapi mau bagaimana lagi? Aku hanya harus menyelamatkan nyawa manusia.  Bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka usai diobati itu terserah mereka." ucap Yeon Kyung.

Yeon Kyung kemudian mulai memasang perban.

"Sudah selesai. Kau bisa menggerakkan kakimu?"


Si tentara Jepang mulai menggerakan kakinya, tapi ia langsung merasa kesakitan.

"Tampaknya pinggangmu bergeser dan pergelangan kakimu terkilir." ucap Yeon Kyung.

"Menyingkirlah. Aku bisa mengobatinya." jawab Im yang muncul tiba-tiba.

Setelah memeriksa kaki si tentara Jepang, Im pun mulai menusukkan jarumnya.

Setelah selesai menerima pengobatan akupuntur Im, si tentara Jepang sudah bisa menggerakkan kakinya. Sontak ia terkejut.


Si tentara Jepang lantas berterimakasih pada Yeon Kyung dan Im karena sudah mengobatinya.

Im diam saja. Ia memandangi kotak jarum akupunturnya dan menyadari sesuatu.


Lalu, terdengar suara tentara Jepang lainnya. Si tentara Jepang pun langsung menyuruh Im pergi sebelum dilihat rekan-rekannya. Tak hanya itu, ia juga memberitahu Im dan Yeon Kyung kalau pasukannya akan tiba di Hanyang dalam waktu 15 hari.


Setelah Im dan Yeon Kyung pergi, si tentara Jepang melihat pisau bedah Yeon Kyung yang ternyata ketinggalan. Si tentara Jepang pun langsung menyembunyikannya sebelum dilihat oleh rekannya.


Sementara itu, Im berkata pada Yeon Kyung kalau dia harus kembali ke Hanyang. Im mengaku, ada seseorang yang harus diselamatkannya. Satu-satunya orang yang percaya dan mendukungnya di dunia ini.


Doo Chil dan Ddak Sae mengancam Makgae, akan membunuh Makgae jika Makgae tidak membawa Im padanya dalam waktu 3 hari.


Im dan Yeon Kyung berjalan di tengah pasar. Sekarang, mereka sudah mengenakan hanbok. Im terus memegangi Yeon Kyung. Sontak, Yeon Kyung terpana dan teringat pada Im yang meminta dirinya untuk mempercayainya.


Yeon Kyung pun balas memegang tangan Im. Im lantas memarahi Yeon Kyung yang tidak mau menunggunya di penginapan. Yeon Kyung pun membela diri. Ia berkata, mengikuti Im karena mau melindungi Im.

"Kau ini wanita yang tidak bisa ditebak." ucap Im.


Im lalu memakaikan Yeon Kyung tudung. Yeon Kyung diam saja melihat yang dilakukan Im padanya.


Im mengajak Yeon Kyung pergi, tapi tiba-tiba seorang bocah laki-laki jatuh dan menangis di depan mereka. Im pun langsung membantu bocah laki-laki itu berdiri dan menyuruhnya berhati-hati. Tak lama kemudian, ayah si bocah datang dan menyuruh si bocah berlutut pada Im yang disangkanya bangsawan.

"Tidak perlu melakukannya. Jangan melakukan itu kalau tidak melakukan kesalahan." ucap Im.


Lalu Yeon Kyung mengobati luka di lutut bocah itu. Selesai mengobati luka bocah itu, ia memberikan bocah itu hadiah permen.

"Sadangwon!" seru bocah itu.

"Kau ingat? Di sini disebut sadangwon." jawab Yeon Kyung.

Tiba-tiba, Yeon Kyung teringat masa kecilnya, saat seorang pria berpakaian ala Joseon memberikannya permen.

"Pasukan Jepang akan segera tiba. Kenapa kau tidak melarikan diri?" tanya Im.

"Kami akan kelaparan jika pergi ke tempat lain. Kami tidak perlu khawatir. Raja ada disini untuk menyelamatkan kami." jawab ayah si bocah.


Tabib Yoo baru dapat kabar dari tabib kepala yang ternyata adalah pamannya tentang Raja yang akan melarikan diri.


Im membawa Yeon Kyung ke Haeminseo. Ia mengangguk saat Yeon Kyung mengajukan pertanyaan, apakah anak yang mau diselamatkan Im ada di Haeminseo.

Lalu, Im menyembunyikan Yeon Kyung di rumahnya. Ia yakin, tidak akan ada yang datang memeriksa rumahnya. Ia juga berjanji akan kembali 10 menit lagi.


Setelah itu, Im mencari Makgae tapi dia malah tak sengaja mendengar omongan para tabib tentang Raja yang mau melarikan diri dan membawa kabur persediaan obat-obatan. Ia juga melihat para tabib yang tidak mau mengobati pasien saat pasien datang.


Yeon Kyung melihat ke sekeliling kamar Im. Ia merasa, kamar Im terlalu sederhana untuk seseorang yang memiliki banyak uang.

Lalu, Yeon Kyung melihat buku pengobatan Im dan jarum akupuntur Im.

Tak lama kemudian, seseorang membuka pintu dan itu Makgae. Yeon Kyung langsung tersenyum melihat sosok Makgae.


Im langsung ngumpet saat melihat kedatangan Tabib Yoo bersama pengawalnya. Ia mendengar Tabib Yoo yang bertanya-tanya soal Yeon Kyung.


Sementara itu, Makgae ngomel-ngomel melihat Yeon Kyung menyentuh jarum Im. Tapi saat ingat Yeon Kyung adalah wanita yang bersama Im saat itu, ia langsung senyum.

Tak lama kemudian, terdengar suara Im berbisik-bisik memanggil Yeon Kyung. Makgae pun keluar. Ia langsung heboh dan menghambur ke dalam pelukan Im. Sontak, Im langsung membekap mulutnya.


Lalu, Im mengajak Yeon Kyung kabur. Namun terlambat karena Tabib Yoo keburu memergokinya.

Im memegang tangan Yeon Kyung. Ia berusaha kabur, tapi pengawal Tabib Yoo langsung mengarahkan pedang pada mereka.

Tabib Yoo menghina Im. Setelah puas menghina Im, ia menyuruh pengawalnya membawa Im ke pengadilan. Serta, ia memerintahkan pengawalnya membawa Yeon Kyung dengan hati-hati.

Im dan Yeon Kyung pun saling berpandangan.


Lalu, Im memberi isyarat pada Makgae agar Makgae mengikuti Yeon Kyung.

Bersambung ke part 2.......

0 Comments:

Post a Comment