Ruby Ring Ep 48 Part 1

Sebelumnya...


Roo Na buru-buru keluar dari lift. Ia pun berusaha sabar mendengar omongan orang-orang tentang dirinya terkait insiden itu.


Sementara itu, Roo Bi sedang main tebak-tebakkan bersama Jin Hee, Seokho dan Hyeryeon.

Tak lama kemudian, Roo Na datang. Hyeryeon memuji Roo Bi sebagai orang yang menyenangkan. Karena Roo Na sudah kembali, Seokho pun merasa mereka semua harus merayakannya dengan makan malam. Jin Hee mengingatkan Seokho, kalau mereka sudah makan malam di kantor dua hari yang lalu.

Mereka semua pun kembali bekerja.


Roo Na menatap Roo Bi dengan wajah penasaran. Tak lama kemudian, Roo Bi pun menatap Roo Na.

"Wae? Kau merasa aneh melihatku duduk disini?" tanya Roo Bi.

"Kau cocok duduk disitu." jawab Roo Na.

Roo Na lalu balas bertanya. Ia bertanya, apa pekerjaannya menyenangkan?


"Jangan memulai. Dia sudah bekerja cukup keras. Proposalnya memenangkan hadiah utama." ucap Jin Hee.


"Berhentilah menyanjungku. Aku malu." jawab Roo Bi.

"Itu benar! Sanjungan bisa membuat seseorang menjadi arogan!" sentak Roo Na.


Mereka kemudian rapat bersama Gyeong Min dan staff lain.

"Jadi anda akan terlibat langsung dalam proyek Nona Jeong Roo Na?" tanya Jin Hee.

"Gyeong Min-ssi, maksudku, Wakil Presdir Bae, Tim Pemasaran bisa menanganinya." ucap Roo Na.

"Untuk mengaturnya, aku harus terlibat langsung. Dengan sesekali terlibat dalam proyek, aku bisa mengawasi apa yang terjadi pada proyeknya. Hari-hari ketika para direktur hanya bisa duduk dan memberikan tandatangan itu sudah lewat. Aku sendiri secara pribadi tertarik dengan gagasan Nona Jeong Roo Na. Jadi, Nona Jeong Roo Bi dan Nona Seo Jin Hee bisa fokus pada dua project lainnya." jawab Gyeong Min.


"Jadi dengan kata lain, Nona Jeong Roo Na akan seruangan dengan anda, Wakil Presdir?" tanya Jin Hee.

"Selama proyek ini berjalan, aku adalah Kepala Tim." jawab Gyeong Min.


Roo Na pun tak bisa berkutik lagi. Dari tempat duduknya, Roo Bi menatap Roo Na dengan tatapan puas.


Di toilet, dua karyawan menggosipkan Roo Na.

"Dia punya keberanian, kembali bekerja setelah kegagalan itu." ucap karyawan 1.

"Dia punya banyak uang." jawab karyawan 2.

"Nona Seo kehilangan promosi karena dirinya. Bahkan kudengar, adiknya dulu reporter di TV kabel. Tapi sekarang, dia masuk ke divisi pemasaran. Sementara kita harus melakukan ini itu yang sangat melelahkan." ucap karyawan 1.

Mereka pun berhenti mengoceh dan langsung pergi ketika Roo Na tiba-tiba muncul.

"Mereka bahkan tidak tahu apa2, tapi berani mengoceh." gerutu Roo Na. Roo Bi pun muncul.


"Jadi kau akan menangani proyek ini hanya berdua dengan Gyeong Min?" tanya Roo Na.

"Aku tidak punya pilihan. Wae? Kau merasa terganggu?" jawab Roo Bi.

"Kau pikir aku tidak tahu kebiasaan lamamu?" ucap Roo Na.

"Kau takut kalau aku dan Gyeong Min bermain di belakangmu? Ini bukan drama, kau sangat aneh." jawab Roo Bi sembari tertawa.

".. tapi menggoda laki-laki adalah satu-satunya hal yang aku kuasai. Dan suamimu dari semua orang? Kau sangat aneh." ucap Roo Bi lagi.


Lalu, tatapan Roo Bi pun berubah tajam.

"Tapi Jeong Roo Na, itulah yang sama persis yang sedang kau lakukan." lanjut Roo Bi, dalam hati.


Roo Bi lalu memegang lengan Roo Na.

"Eonni, semua orang berpikir aku bekerja disini karena koneksi. Jadi, bantulah aku sedikit saja." pinta Roo Bi.


Roo Na menepis tangan Roo Bi. Ia meminta Roo Bi menjaga sikap karena semua orang memperhatikan mereka.

Roo Bi mengangguk. Lalu, Roo Na beranjak pergi.

"Tunggulah Jeong Roo Na. Akan kubuat kau merasakan sakit yang kurasakan." ucap Roo Bi dalam hati sambil menatap tajam kepergian Roo Na.

Di kantor, Roo Na masih terlihat gelisah memikirkan Roo Bi dan Gyeong Min. Jin Hee mendekati Roo Na. Ia bertanya, apa Roo Na takut Roo Bi dan Gyeong Min punya affair.

Mendengar itu, Roo Na pun marah. Jin Hee berkata kalau dia hanya bercanda. Jin Hee juga heran kenapa belakangan ini Roo Na mudah sekali tersinggung.

"Mian, aku mendengar omongan yang tidak mengenakkan di toilet." jawab Roo Na.

"Abaikan saja. Bukan hanya kau yang tidak sengaja mendengar omongan mereka. Aku mendengar semua yang mereka katakan." ucap Jin Hee.


In Soo datang, mencari Roo Bi. Ia terkejut mendengar Roo Bi sedang meeting hanya berdua dengan Gyeong Min.


In Soo lalu pergi. Roo Na pun bergegas menyusul In Soo.

"Kapan kau akan menikahi Roo Bi?" tanya Roo Na.

"Kalau waktunya tiba." jawab In Soo.

"Tentang Roo Bi, apa kau menangkap sesuatu yang aneh darinya. Dia terlihat berbeda. Apa mungkin...?"

"Maksudmu ingatannya kembali?" tanya In Soo.

"Jika ingatannya kembali, tidak akan bagus untukmu. Jadi tolong awasi dia." pinta Roo Na.

Setelah mengatakan itu, Roo Na pun pergi meninggalkan In Soo yang tampak cemas.


Habis dari In Soo, Roo Na pergi ke ruangan Gyeong Min. Ia pun terbelalak karena tidak menemukan Gyeong Min dan Roo Bi di sana. Ia juga menanyakan keberadaan Gyeong Min pada seketaris Gyeong Min, tapi seketaris Gyeong Min mengaku tidak tahu.


Gyeong Min dan Roo Bi ada di sebuah perpustakaan. Gyeong Min menjelaskan, ia sengaja mengajak Roo Bi meeting di sana karena takut Roo Bi tidak akan nyaman di ruangannya.

"Aku tidak masalah bekerja di kantormu." jawab Roo Bi.

"Tapi ini musim gugur. Kau bisa lebih produktif disini daripada di ruanganku yang pengap." ucap Gyeong Min.

Gyeong Min pun membacakan sebuah sajak.  Pohon-pohon itu terlihat indah di musim gugur. Jalur hutannya kering. Dibawah senja di Bulan Oktober, cermin langit masih....

Gyeong Min lupa sajak berikutnya. Roo Bi pun melanjutkan sajaknya.

"Diatas air yang melimpah diantara bebatuan. Musim gugur ke-19 telah menantiku."

Gyeong Min pun terkejut Roo Bi tahu puisi itu.

"Karena ini puisi favoritnya... Roo Bi eonni-ya." jawab Roo Bi.


Gyeong Min lantas berusaha mengingat-ingat nama pengarangnya.

"Yeats. William Butler Yeats." jawab Roo Bi.

Gyeong Min terpana...

"Aku tidak menyangka kau dan Roo Bi memiliki banyak kesamaan." ucap Gyeong Min.


"Kami mungkin memang mirip, tapi aku tidak bisa menjadi Jeong Roo Bi. Aku mencemaskan dirimu dan Roo Bi. Kalian pasangan yang serasi, tapi nampaknya memiliki masalah. Jangan membenci Roo Bi." jawab Roo Bi.

"Benci? Kenapa aku harus membencinya?" tanya Gyeong Min.

"Suatu hari, cinta kalian akan berakhir dan hanya menyisakan kebencian." jawab Roo Bi.

"Apakah itu sebabnya kau ragu-ragu mengambil keputusan menikah dengan In Soo? Karena aku dan Roo Bi nampak tidak bahagia?" tanya Gyeong Min.

"Apakah kau 100% yakin saat menikahi Roo Bi? Apa kau tidak memiliki keraguan sedikit pun bahwa dia lah orangnya?" tanya Roo Bi.

"Ini sedikit memalukan untuk mengakuinya tapi aku yakin dia orangnya." jawab Gyeong Min.

"Meskipun dia melakukan kesalahan fatal, kau bisa memaafkannya?" tanya Roo Bi.

"Apa yang membuatmu mengatakan itu?" tanya Gyeong Min bingung.


"Karena tidak seorang pun yang bisa memprediksi masa depan." jawab Roo Bi.

"Aku tidak mengerti. Aku pikir hanya Roo Bi tapi kau juga sama. Kalian berdua sangat mirip kadang- kadang tapi sangat berbeda di lain waktu." ucap Gyeong Min.

"Aku tahu. Kau dan In Soo tidak berubah, jadi kenapa aku dan kakakku berubah?" tanya Roo Bi.

Sekali lagi, Roo Bi membuat Gyeong Min salah tingkah dengan kata-katanya.

Lalu, ponsel Gyeong Min berdering. Telepon dari Roo Na. Tak enak pada Roo Bi, Gyeong Min pun memilih menolak panggilan Roo Na.


Di ruangan Gyeong Min, Roo Na panic lantaran tidak bisa menghubungi Gyeong Min. Tak bisa menghubungi Gyeong Min, Roo Na pun menghubungi Roo Bi tapi Seokho lah yang menjawab. Seokho bilang, Roo Bi tidak membawa ponselnya. Roo Na pun menjadi semakin panik.

-Di restoran-


"Soyeong-ah, apa Gilja pergi ke suatu tempat?" tanya Chorim.

"Dia bilang, dia harus pulang sebentar." jawab Soyoung.

"Kenapa? Untuk apa?" tanya Chorim.


Jihyeok datang. Begitu masuk restoran, Jihyeok terus saja memperhatikan Chorim. Chorim pun menyuruh Jihyeok duduk. Soyoung langsung melayani Jihyeok dengan wajah berseri-seri.


Chorim menghubungi Dongpal. Ia kesal karena Dongpal tak bisa dihubungi. Jihyeok terus menatap Chorim. Chorim balas menatap Jihyeok dan memuji ketampanan Jihyeok.


Gilja sendiri ada di rumah, bersama Dongpal. Ia memberikan sisa lauk kemarin pada Dongpal.

"Kudengar pamanmu tinggal bersamamu. Karena hanya ada dua laki-laki di rumah, aku yakin kau hanya memasak seadanya. Aku juga minta maaf atas sikapku kemarin. Gyeong Min dan In Soo adalah menantuku, tapi kau..."

"Aku tahu posisiku. Aku tidak pantas menerima kebaikanmu." jawab Dongpal.

"Aku sudah lama mengenalmu. Tentu saja kau tidak seperti mereka bagiku. Tapi jangan hiraukan yang kupikirkan. Buat saja rencana untuk hidupmu dan Chorim." ucap Gilja.

Dongpal ingin mengaku, bahwa dirinya sudah memiliki anak. Tapi, ia bingung bagaimana cara mengatakannya. Gilja pun mengira, Dongpal ingin mengatakan soal rumah. Gilja menyuruh Dongpal dan Chorim tinggal di rumahnya setelah Roo Bi menikah. Gilja bilang, nantinya Dongpal bisa menabung untuk membeli rumah sendiri

"Aku sungguh malu." ucap Dongpal.

"Jangan bilang begitu. Tugasmu hanya membuat Chorim bahagia." jawab Gilja.


Sambil makan, Jihyeok terus memperhatikan Chorim yang asyik main game dengan Soyoung. Tak lama kemudian, ia melihat Chorim yang kesal karena ayahnya tidak bisa dihubungi. Chorim menduga, Dongpal sedang bersama gadis lain.

Lalu, seekor lalat tiba2 saja seliweran di depannya. Chorim pun langsung memburu lalat itu, membuat

Jihyeok agak kaget. Jihyeok bahkan sampai kesedak melihat aksi Chorim memburu si lalat.

"Kau baik-baik saja?" tanya Chorim.

Jihyeok mengangguk.

"Nama lainmu bukan kumbang kotoran kan?" tanya Chorim, membuat Jihyeok kesedak lagi.

"Berhenti mengganggunya, eonni." ucap Soyoung.

"Kami juga memiliki kumbang kotoran di tempat kami." jawab Jihyeok.

"Dia tampan, tapi aku tidak menyangka dia ternyata juga menyenangkan." ucap Chorim.

Chorim lalu menyuruh Soyoung mengambil soda untuk Jihyeok.


Tak lama kemudian, Dongpal pun datang. Ia terkejut melihat Jihyeok di sana.

Begitu Dongpal datang, Chorim langsung memarahi Dongpal karena tidak menjawab teleponnya. Jihyeok langsung pergi.


Dongpal pun penasaran apa yang mereka bicarakan. Chorim bilang, Jihyeok orang yang sangat menyenangkan.

Dongpal lalu pura-pura sakit perut. Ia pun bergegas pergi dengan alasan mau membeli obat di apotik.

Bersambung ke part 2.............

0 Comments:

Post a Comment