Ruby Ring Ep 48 Part 2

Sebelumnya...


Dongpal menyusul Jihyeok.

"Kapan kau datang? Bukankah seharusnya kau menelpon ayah dulu? Apakah sesuatu terjadi?" tanya Dongpal.

"Seperti apa? Seperti aku memberitahunya kau ayahku?"

"Bukan itu maksudku. Aku hanya penasaran dengan yang kalian bicarakan."

"Jangan khawatir. Aku tidak memberitahunya kau ayahku. Aku datang karena penasaran, seperti apa dia dan apakah dia bisa merawat ayahku yang kekanak-kanakan."

"Tapi... dia belum tahu tentang diriku, kan?" tanya Jihyeok lagi.

"Soal itu..."

"Jangan beritahu dia. Itulah satu-satunya jalan agar ayah bisa menikah dengannya."

"Jihyeok-ah."

"Aku sudah dewasa, ayah. Aku bisa mengurus diriku sendiri. Jadi jangan beritahu dia."

Jihyeok tersenyum, lalu beranjak pergi. Dongpal pun menatap kepergian anaknya dengan perasaan bersalah.


Chorim datang. Dongpal berkata, kondisinya lebih baik setelah menghirup udara segar. Dongpal lantas berniat mengatakan kebenarannya, bahwa ia sudah memiliki anak. Tapi belum sempat bicara, Chorim keburu memarahinya. Chorim menuding dirinya habis dari tempat wanita lain.

"Wanita lain? Kurasa itu benar." jawab Dongpal.

"No Dongpal, no...."

"Aku bersama kakakmu. Dia menyuruhku pindah ke tempatmu dan memberiku kepiting dan tulang iga."

"Dia melakukannya?"

"Bersikap baiklah padanya."

"Jangan menyeretku ke dalam masalah ini.  Kaulah yang mendapatkan makanan."

"Karena pasangan itu satu jiwa dan satu tubuh. Kau tidak tahu?" Dongpal lalu merangkul Chorim.


Jihyeok pulang ke rumah dan mendapati Daepung lagi baringan sambil maskeran. Jihyeok duduk disamping Daepung dan menghela napasnya. Daepung langsung bangun dan bertanya kenapa  Jihyeok menghela nafas.

Jihyeok pun cerita soal ayahnya. Ia berkata, bahwa dirinya cemas jika pacar ayahnya meninggalkan ayahnya setelah mengetahui sang ayah sudah memiliki anak.

"Setelah mereka menikah dan memiliki anak, meskipun dia mengetahui soal dirimu, dia tidak akan bisa berbuat apa-apa. Dia bukan wanita berhati dingin yang tega meninggalkan bayinya." jawab Daepung.

"Tapi dia berbeda dari ibuku, kan?" tanya Jihyeok.

"Kurasa benar." jawab Daepung.

Daepung lalu mengajak Jihyeok makan. Tapi Jihyeok mengaku tidak lapar dan beranjak pergi. Sorot mata Jihyeok nampak sedih, meskipun mulutnya tersenyum.


Gyeong Min sudah berada di ruangannya. Tak lama kemudian, ia dikagetkan dengan Roo Na yang menerobos masuk ke ruangannya.

"Darimana saja dirimu? Kenapa tidak menjawab teleponku? Kau bilang, mau meeting. Apa yang kalian berdua lakukan!"

Gyeong Min langsung beranjak dari duduknya dan menutup pintu.

"Ada apa denganmu?" tanya Gyeong Min.

"Itulah yang mau kutanyakan padamu. Meeting? Kau pergi dengan Roo Na!"

"Kami meeting diluar. Apa kau marah karena kami tidak meeting dengan pintu terbuka dan bersama sisa karyawan yang hadir? Itukah sebabnya kau menerobos masuk ke sini dan meneriakiku tanpa berpikir apa yang akan dipikirkan karyawan tentang kita?"


"Kau tidak punya hak meninggikan suaramu padaku. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku? Katakan padaku, kenapa kau tidak menjawab teleponku."

"Karena aku sedang meeting! Karena aku tahu apa yang akan kau katakan jika aku menjawabnya!"

"Kenapa kau seperti ini padaku?" tanya Roo Na.

"Roo Bi, apa yang kau cemaskan?" tanya Gyeong Min.

"Aku sudah bilang padamu, aku tidak suka kau berduaan dengan Roo Na!"

"Roo Na adalah adik iparku. Dia bukan gadis lain, dia adikmu. Aku, Bae Gyeong Min, mencintaimu dan menikahimu. Aku tidak mau bertengkar denganmu di kantor, jadi tolong tunjukkan sikap hormatmu.  Caramu bersikap sekarang menunjukkan bahwa dirimu bukan Jeong Roo Bi."

Gyeong Min pun mengambil jasnya dan beranjak pergi.


"Aku bukan Jeong Roo Bi... aku?" tanya Roo Na. Tangisnya pun keluar.

*Sepertinya Roo Na sudah menganggap kalau dirinya benar-benar Jeong Roo Bi.


Di mobil, Gyeong Min memikirkan kata-kata Roo Bi tadi.

Di kamarnya, Roo Bi menangis teringat puisi favoritnya.

"Ini aku, Gyeong Min-ssi. Ruby."


Chorim memberitahu Gilja bahwa ia sudah siap menikah dengan Dongpal. Gilja pun berkata, tentang Dongpal yang cemas dengan kondisi rumahnya yang kecil. Gilja juga bilang, ia menyuruh Dongpal pindah ke rumah mereka setelah menikah nanti. Chorim tidak setuju, tapi sedetik kemudian ia terdiam memikirkan biaya sewa rumah yang tidaklah murah.


Begitu masuk ke kamar, Gyeong Min mendapati Roo Na sedang menenggak wine. Ia pun mengingatkan Roo Na, bahwa besok mereka harus menghadiri seminar jadi Roo Na tidak boleh mabuk.

"Jangan khawatir. Aku tetap akan pergi. Jika aku tidak melakukannya, kau akan marah lagi padaku." jawab Roo Na.

Roo Na lalu bertanya, apa yang harus ia lakukan agar bisa menjadi Jeong Roo Bi yang sangat dicintai Gyeong Min.


Keesokan harinya, Roo Na terbangun dan mendapati Gyeong Min sudah duduk di depan cermin.

"Kau tidak perlu pergi. Aku sudah membuat penjelasan kenapa kau tidak pergi." ucap Gyeong Min.

"Aku akan tetap pergi." jawab Roo Na, lalu beranjak ke toilet.

Gyeong Min pun memikirkan kata-kata Roo Na semalam.

"Apa yang harus kulakukan agar bisa menjadi Jeong Roo Bi yang kau cintai?"

Itu membuat Gyeong Min tambah bingung.


Tak lama kemudian, Roo Na keluar dari kamar mandi dan menghampiri Gyeong Min. Ia minta maaf karena sikapnya agak kasar kemarin. Ia menjelaskan, bahwa dirinya bersikap seperti itu karena sangat mencintai Gyeong Min.

"Tapi kau juga harus berhati-hati. Bagaimana kalau orang-orang menyebarkan rumor yang tidak benar antara kau dan Roo Na?"

"Bukankah seharusnya kita saling percaya sebagai pasangan? Kau sendiri yang mengatakannya, tidak peduli apapun, kau ingin aku berada di pihakmu. Sekarang aku meminta hal yang sama."

"Itulah kenapa aku meminta maaf, jadi berhentilah marah padaku. Kau akan bertemu dengan karyawanmu. Tidak baik jika kau masih marah padaku." jawab Roo Na.

Roo Na lalu memeluk Gyeong Min.


"Apa yang terjadi pada kita? Wae? Wae?" batin Gyeong Min dengan mata berkaca-kaca.

Bersambung......

0 Comments:

Post a Comment