Ruby Ring Ep 61 Part 1

Sebelumnya...


Roo Na mengajak ibunya ke kamarnya.

"Kenapa ibu tidak menelpon dulu kalau mau datang?" tanya Roo Na.

"Kau tidak suka ibu kesini?"

"Bukan itu maksudku." jawab Roo Na. Roo Na lalu menyuruh ibunya duduk.

"Aku belum sempat mengunjungi mertuamu karena tidak menemukan waktu yang pas. Tapi sekarang, ada anak di perutmu. Aku sangat bahagia dan lega, jadi terlepas dari segalanya, aku disini sekarang. Dan akhirnya, aku bisa melihat kamar putriku. Berhentilah membuat masalah." ucap Gilja.

Roo Na pun mengangguk.

"Bagaimana perasaanmu? Gyeong Min bahagia, kan?" tanya Gilja.


"Tentu saja. Kami melihat bayi kami untuk pertama kalinya dengan ultrasound. Rasanya sangat luar biasa. Jika saja aku tahu, ini akan membuat semua orang bahagia, aku akan cepat hamil." jawab Roo Na.

"Ibu harus pergi sekarang. Ibu harus kembali ke restoran." ucap Gilja.

"Eomma, aku akan memiliki kehidupan yang hebat, jauh lebih baik daripada orang lain." jawab Roo Na.

"Kau sudah memilikinya." ucap Gilja.

"Belum semuanya. Aku akan semakin kaya, bahagia dan sukses." jawab Roo Na.

"Kau kasihan padaku? Sejak lama, orang-orang memberitahuku, kalau mereka merasa kasihan padaku. Mereka bilang, aku terlalu lemah. Tapi itu tidak benar. Aku memiliki banyak luka, tapi seiring berjalannya waktu, lukaku sembuh. Aku memiliki dirimu, Roo Na, Komo dan Soyoung. Aku sangat bahagia sekarang. Tidak peduli apa yang orang katakan, kebahagiaanku, aku yang memutuskan. Kesuksesan juga begitu. Jangan terlalu rakus, Roo Bi-ya. Kau sudah memiliki semuanya." ucap Gilja.

"Belum semuanya." jawab Roo Na.

"Kau mungkin merasa seperti itu sekarang, tapi setelah bayimu lahir, semuanya akan berbeda." ucap Gilja.


Gilja lantas beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu, tapi Roo Na memanggilnya lagi.

"Eomma, apa kau menyayangiku? Apa kau benar-benar menyayangiku saat kau membesarkanku?" tanya Roo Na.

"Pertanyaan macam apa itu." jawab Gilja.

"Eomma tidak menyayangiku. Kau melupakan rasa sakit itu. Tapi aku tidak. Aku masih merasakannya sampai sekarang." ucap Roo Na dalam hati.

"Orang tua mana yang tidak menyayangi anaknya?" tanya Gilja.

"Terima kasih sudah membesarkanku." jawab Roo Na.


Di restoran, Soyoung bekerja sendirian. Ia mengelap meja, sementara Dongpal dan Chorim cuci piring sambil bercanda. Melihat Dongpal dan Chorim yang lebih banyak bermain ketimbang bekerja, Soyoung pun tampak sedikit kesal.


Tak lama kemudian, Gilja pulang. Ia juga kesal melihat Dongpal dan Chorim yang lebih banyak bermain.

"Komo!" panggil Gilja dengan tegas.


Gilja mengajak Chorim dan Dongpal bicara. Dengan suara tegas, Gilja bertanya kapan mereka akan melangsungkan pernikahan.

"Kalian berdua harus berhenti!" ucap Gilja.

"Eonni!" protes Chorim.

"Berhentilah main-main dan menikahlah." ucap Gilja yang sontak membuat Chorim kesenangan.

"Chef No, kau tidak ingin menikah dan punya anak? Chorim sudah tua!" ucap Gilja lagi.

Dikatai tua, Chorim pun protes.

"Apa aku salah? Memiliki bayi di usia 40 sudah cukup berat! Tidak ada alasan! Menikahlah! Aku tidak tahan melihat kalian berdua seperti ini!" ucap Gilja.


"Aku ingin melakukannya, tapi situasi keuanganku..."

Gilja pun langsung memotong perkataan Dongpal.

"Pada saat kau bisa mengatur keuanganmu, kau sudah berusia 50!" ucap Gilja.


Dan pembicaraan itu pun terhenti karena Jihyeok datang. Sontak, Dongpal kaget dengan kehadiran Jihyeok sementara Chorim tampak heran melihat Jihyeok.

Jihyeok memperhatikan Soyoung sejenak, sebelum ia memberitahukan kalau Daepung sudah kembali.


"Paman, appa kembali." ucap Jihyeok.

"Apa? Appa!" kaget Dongpal.


Daepung sendiri tengah mencuci piring. Tak lama kemudian, Dongpal pulang dan ia langsung mengusir Daepung. Daepung menggosok-gosokkan tangannya, memohon ampun pada Dongpal. Tapi Dongpal tetap menyuruh dia pergi. Dongpal juga berniat menghajar Daepung, tapi dicegah Jihyeok.


Di apartemennya, In Soo teringat saat Roo Na mengandung anaknya dulu.


Flashback...

In Soo dan Roo Na pergi ke dokter. Dokter menyatakan Roo Na hamil. Dengan wajah kesal, Roo Na menolak saat dokter hendak memberikan foto hasil USG bayinya. In Soo lah yang menerimanya.


Setelah itu, mereka bertengkar di apartemen In Soo.

"Apakah kau menganggap bayi ini sebagai hambatanmu?" tanya In Soo.

"Benar! Aku tidak siap! Apa yang akan kita lakukan setelah bayi ini lahir? Menikah? Aku tidak siap! Tujuanku bukan pernikahan! Aku ingin sukses! Aku tidak mau hidup seperti ini! Tidak mau!" teriak Roo Na.

Flashback end...


Soyoung yang sedang menuju pulang dengan Chorim, mengajak Chorim minum bir dulu.


Dongpal, Daepung dan Jihyeok juga memesan bir. Dongpal memarahi Daepung yang sudah menciptakan masalah untuknya.

"Aku tahu itu, aku pantas mati. Mungkin memang lebih baik aku mati." jawab Daepung, lalu memukuli kepalanya dengan kotak tisu.

"Paman, jangan begini." pinta Jihyeok, menghentikan Daepung.

"Saat kau di penjara, aku mengurus Jihyeok selama 2 bulan." ucap Daepung.

"Jadi kau ingin aku berterima kasih untuk itu? setelah apa yang kau lakukan?" tanya Dongpal.


Kesal, Dongpal pun berdiri dan memukuli Daepung. Tepat saat itu, Chorim dan Soyoung datang dan melihat apa yang terjadi.

"Kau bajingan! Siapa yang membuatku masuk penjara selama ini!" marah Dongpal.

"Paman Daepung sudah minta maaf, Appa!" ucap Jihyeok.

Chorim pun kaget, Appa? Jadi dia keponakanmu? Dia anakmu?


Chorim sangat terpukul. Gilja terkejut mendengar pengakuan Soyoung tentang Dongpal yang sudah memiliki anak. Gilja menyuruh Chorim bicara, tapi Chorim yang kecewa tidak sanggup bicara.

"Kau sudah bertemu anaknya? Berapa usianya! Dongpal sudah bercerai?" tanya Gilja.

Gilja lantas menyuruh Chorim berdiri dan mengajak Chorim ke rumah Dongpal.

"Apa gunanya! Apa gunanya pergi kesana!" tanya Chorim.

"Aku tidak pernah membayangkan ini." ucap Gilja. Gilja lalu menghubungi Dongpal, tapi tak dijawab.

Tangis Chorim pun kian kencang.


Di rumah, Dongpal minta maaf pada Jihyeok karena tidak mengakui Jihyeok dan mengaku-ngaku sebagai pria lajang.

"Aku tidak tahu kenapa, aku ingin mengatakan kau bukan anakku. Tapi sekarang, aku merasa lega." ucap Dongpal.

"Tapi ahjumma itu pasti sangat terpukul." jawab Chorim.

"Jika dia ingin putus, aku siap. Jika dia ingin membatalkan pernikahan, aku siap." ucap Dongpal..

"Itu sangat tidak bertanggung jawab." jawab Daepung.

"Apakah pria penipu sepertimu tahu yang namanya tanggung jawab?" sindir Dongpal, membuat Daepung mendengus kesal.

"Dalam kasus ini, aku minta maaf, Jihyeok-ah." ucap Dongpal. Dongpal lalu mengajak mereka tidur.


Roo Na berlari ke ruang tengah, membawakan segelas air untuk nenek. Mereka sedang menikmati kue beras pemberian Gilja. Tuan Bae menawari Se Ra, tapi Se Ra menolak karena takut gemuk dan ia juga melarang ayahnya makan kue beras banyak-banyak.

"Putriku mengomeliku tentang kue beras." ucap Tuan Bae.

"Dia adalah putri ayahnya." jawab Nyonya Park.


Nenek menyuapi Roo Na. "Kunyah dengan baik agar kau tidak tersedak." ucap nenek. Roo Na pun tertawa bahagia.


Tuan Bae menanyakan Geum Hee. Nenek pun langsung berlari ke dapur dan menemukan Geum Hee yang ketiduran di depan kompor. Nenek membangunkan Geum Hee. Geum Hee pun bangun dan langsung memeriksa masakannya. Nenek berterima kasih karena Geum Hee sudah mengawasi masakan itu sepanjang waktu.


Nenek langsung menyuruh Roo Na meminum ramuan itu. Roo Na terharu dan langsung meminumnya meski tidak menyukai aromanya.


"Lalu apa ada yang ingin kau makan?" tanya nenek.

"Nasi kepal! Aku ingin nasi kepal!" jawab Se Ra.

"Aku akan membuatkannya jika kau menikah dan hamil." ucap nenek.

Mendengar jawaban nenek, Se Ra pun ngambek dan langsung masuk ke kamarnya.


Di ruangannya, Roo Bi masih sibuk merapikan berkas-berkasnya. Lalu, ia keluar dari ruangannya dan berjalan di lorong sambil membaca berkas-berkas itu.

Karena matanya terfokus pada berkas2 itu, ia pun menabrak seseorang di lorong sampai berkasnya berhamburan kemana-mana. Tepat saat itu, Gyeong Min lewat dan langsung membantu Roo Bi memunguti berkas itu.

Saat sama-sama memunguti berkas itu, kepala mereka tak sengaja bersundulan. Roo Bi pun tersenyum menatap Gyeong Min.


Roo Bi dan Gyeong Min pun pulang bersama.

"Berada disini bersamamu, mengingatkanku pada saat kita piknik di depan Sungai Han. Rasanya baru kemarin. Waktu berlalu begitu cepat. Aku akan segera menjadi ayah sekarang." ucap Gyeong Min.

"Benar, Gyeong Min-ssi. Rasanya seperti baru kemarin kau melamarku. Apa kau tahu?" jawab Roo Bi dalam hati.

"Saat pertama kali melihat Roo Bi, hal yang kuinginkan adalah menikahinya. Setelah kecelakaan itu, hal yang ingin kulakukan adalah melindunginya. Tapi sekarang..."

"Apa yang kau ingin sekarang?" tanya Roo Bi.

"Entahlah. Aku tidak yakin. Semua orang merindukan hari-hari yang sudah lewat. Termasuk diriku." jawab Gyeong Min.

Roo Bi yang sudah tidak tahan lagi pun menyuruh Gyeong Min berhenti memikirkan masa lalu.


"Sampai kapan kau mau memikirkan masa lalu dan mengabaikan masa yang sekarang? Keputusan menikahi Roo Bi, meskipun itu keinginan nenekmu, itu tetap keputusanmu! Kau harus bertanggung jawab atas keputusanmu!"

Gyeong Min pun terkejut mendenga Roo Bi marah.

"Itu pilihanmu." ucap Roo Bi dengan mata berkaca-kaca.

"Cheo-je, kenapa kau sangat marah? Apakah karena sesuatu yang kukatakan?" tanya Gyeong Min.

"Tidak, maafkan aku." jawab Roo Na.

"Aku marah, Gyeong Min-ssi. Aku marah karena kau begitu bodoh. Saat aku memanggilmu Hyeong-bu, aku kehilangan tekadku, rasa percaya diriku dan aku marah pada diriku. Kau dan Roo Na akan memiliki anak, itu menyebalkan! Meskipun anak itu akan menjadi ponakanku, aku membencinya dan itu membuatku marah! Aku marah!" ucap Roo Na dalam hati.

Gyeong Min pun tambah bingung melihat mata Roo Na yang berkaca-kaca.

Bersambung ke part 2......

0 Comments:

Post a Comment