Ruby Ring Ep 61 Part 2

Sebelumnya...


Gyeong Min pulang ke rumah dan melihat neneknya masih merajut. Nenek berkata, bahwa ia tidak akan pernah

lelah kalau untuk cucunya. Gyeong Min pun tertawa.

Lalu, Gyeong Min memberikan Geum Hee hadiah syal.

"Oh, Gyeong Min-ah. Aku tersentuh." ucap Geum Hee.

"Tersentuh apanya. Kau memaksa pria sibuk membelikanmu syal." jawab nenek.


Gyeong Min pun naik ke atas, menuju kamarnya. Setibanya di kamar, ia mendapati Roo Na sedang membaca buku kehamilan. Gyeong Min duduk disamping Roo Na.

"Kau muntah lagi?" tanya Gyeong Min.

"Tidak, mungkin karena bayi kita tapi tidak seserius itu." jawab Roo Na.

"Kudengar, ibumu datang." ucap Gyeong Min.

"Dia membawakan kami kue beras dan nenek membuatkanku kaldu ikan mas. Dia bilang, itu baik untuk ibu hamil dan kulit bayi." jawab Roo Na.

"Kaldu ikan mas? Bukankah itu sangat bau?" tanya Gyeong Min.

"Aku bisa menahannya. Jika itu baik untuk bayi kita, aku bisa menahan apapun." jawab Roo Na.


Gyeong memeluk Roo Na. Ia mengajak Roo Na melupakan pertengkaran mereka dan fokus pada bayi serta kebahagiaan mereka. Roo Na setuju.

"Gyeong Min-ssi, sekarang kau harus bekerja lebih keras. Kau tahu kan, kebutuhan anak-anak sangat mahal." ucap Roo Na.

"Pada tingkat ini, aku mungkin akan mematahkan punggungku." jawab Gyeong Min. Mereka lalu tertawa.


Di kamarnya, Roo Bi berkaca-kaca memikirkan kata-kata Gyeong Min yang merindukan masa lalu.

"Apa yang harus kulakukan, Gyeong Min-ssi? Aku sangat merindukanmu." ucap Roo Bi.


Ponsel Roo Bi berdering. Telepon dari In Soo. In Soo mengaku, sangat merindukan Roo Bi.

"Kau belum memaafkanku, kan?" tanya In Soo.

"In Soo-ssi, sudah malam. Sebaiknya kau tidur." jawab Roo Bi, lalu memutuskan panggilan In Soo.


In Soo pun menghela nafas, sembari menatap fotonya dengan Roo Bi di ponselnya.


Keesokan harinya, Roo Bi dan Soyoung makan dengan canggung karena Chorim tak nafsu makan. Gilja menenangkan Chorim dengan berkata kalau Dongpal pasti memiliki penjelasan.

"Penjelasan apa? Dia mungkin akan berbohong lagi!" jawab Chorim.

"Soyoung-ah, kau yakin itu anaknya?" tanya Gilja.

"Eomma, mungkinkah ini cuma salah paham?" tanya Roo Bi.

"Tidak mungkin itu salah paham! Semuanya sudah berakhir! Dan eonni, aku juga marah padamu! Jika itu tunangan Roo Bi atau Roo Na yang memiliki anak, kau mungkin akan membunuh pria itu. Kau bilang sudah menganggapku seperti putrimu, tapi... tapi..."

Chorim menangis dan berlari menuju kamarnya.


Gilja menyusul Chorim. Gilja berkata, bahwa ia mempercayai Dongpal sama seperti ia mempercayai Chorim. Ia mengaku, bahwa ia hanya kesulitan memahami itu. Tangis Chorim tambah kencang.


Dongpal yang baru sampai di restoran, langsung menghadap Gilja. Ia ingin mengatakan sesuatu pada Gilja.

"Haruskah aku keluar?" tanya Soyoung.

"Tidak apa-apa. Kau juga bagian dari keluargaku, ditambah kau akan menikah suatu hari nanti. Lihatlah Chef No dan belajar, jadi kau tidak akan bisa dibodohi." jawab Gilja.

Dongpal memutuskan resign dari restoran Gilja. Gilja pun kesal.

"Bahkan berlutut saja, masih belum cukup untukmu dimaafkan. Bagaimana kau bisa bertanggung jawab. Lalu, anakmu... adalah laki-laki yang datang kemarin?"

Dongpal mengiyakan.


"Kau punya anak sebesar itu tapi mengaku pria lajang." ucap Gilja.

Dongpal pun menjelaskan, kalau ia awalnya hanya bercanda. Tapi ia tidak menyangka, bahwa dirinya dan

Chorim akan saling jatuh cinta. Ditambah, Chorim hanya mau menikah dengan pria lajang.

Dongpal lalu berkata, bahwa perasaannya pada Chorim tidak pernah berubah. Ia juga menjelaskan, kalau ia tak bisa melamar Chorim karena tak bisa jujur soal Jihyeok.

"Lalu dimana ibu anak itu?"

"Ibunya meninggalkannya saat dia berumur 3 tahun." jawab Dongpal.

"Jadi bagaimana sekarang? Kau mematahkan hati Chorim! Apa kau tahu seberapa sakitnya dia! Kalian pacaran, lalu putus, pacaran putus, lalu kau menentang keras pernikahannya dengan orang lain dan sekarang, kau punya anak. Apa kau sengaja menyakiti hatinya? Kau punya dendam padanya? Harusnya kau jujur sejak awal!" ucap Gilja.

"Aku minta maaf, Samonim." jawab Dongpal.

"Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Apa yang bisa kukatakan?" ucap Gilja kesal, lalu pergi.


Soyoung mendekati Dongpal.

"Oppa."

"Chorim masih di rumahnya?"

"Aku kasihan padanya." jawab Soyoung.

"Aku benci pada diriku! Aku orang yang mengerikan!" ucap Dongpal.


Chorim masih tidak bisa memaafkan Dongpal. Saat teringat tentang Jihyeok malam itu, ia tambah kesal. Dan ia pun menyesal karena tidak menerima lamaran Gongnam.


Di kamarnya, Roo Na sedang bicara dengan bayinya.

"Kau mendengar musiknya, kan? Kau harus mirip dengan ayahmu. Kau harus pandai main piano, pandai olahraga dan belajar. Dan kau juga harus tampan." ucap Roo Na.


Tak lama kemudian, Gyeong Min keluar dari kamar mandi dan duduk di kasur.

Roo Na pun tersenyum dan segera duduk di depan Gyeong Min.

"Ayahmu tampan, kan?" ucap Roo Na.

"Kenapa kau bicara sendiri?" tanya Gyeong Min.

"Aku sedang bicara dengan bayi kita." jawab Roo Na.

"Kau pikir bayi kita bisa mendengarnya?" tanya Gyeong Min.

"Tentu saja." jawab Roo Na.

"Kita harus segera turun dan sarapan." ucap Roo Na lagi.


Gyeong Min keluar duluan. Tepat saat Roo Na akan menyusul Gyeong Min, ponsel Roo Na berdering. Telepon dari Eun Ji yang mengucapkan selamat atas kehamilannya.

"Kau bekerja hari ini?" tanya Eun Ji.

"Aku cuti hamil." jawab Roo Na.

"Kalau begitu mampirlah ke sini. Kita sudah lama tidak bertemu. Aku merindukanmu. Aku juga punya kaus kaki untuk bayimu." ucap Eun Ji.

"Aku tidak membutuhkannya. Jika kau dan Yeonho menikah, lalu punya anak, gunakan itu untuk anakmu." jawab Roo Na.

"Roo Bi-ya, sebenarnya aku sudah putus dengannya. Aku sangat depresi. Aku sangat merindukanmu. Ayo kita makan siang." ucap Eun Ji.

Roo Na terdiam.


Bersambung......

0 Comments:

Post a Comment