Ruby Ring Ep 65 Part 1

Sebelumnya...


Jihyeok terkejut saat Soyoung bilang dia bukan anak kandung Dong Pal. Soyoung pun langsung merasa tidak enak. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia pikir, Jihyeok sudah tahu. Jihyeok mendesak Soyoung cerita. Ia bertanya, darimana Soyoung tahu. Terpaksa lah Soyoung cerita. Soyoung berkata, Daepung datang ke restoran dan menceritakan semuanya.

"Jadi semua orang tahu. Hanya aku yang tidak tahu." ucap Jihyeok.


Jihyeok kecewa dan beranjak pergi.

Soyoung memukuli kepalanya. "Kau bodoh! Bodoh!" ucapnya.


Setelah Jihyeok pergi, Soyoung bertemu dengan Dong Pal. Sepertinya Soyoung langsung menghubungi Dong Pal setelah kejadian itu. Dong Pal terkejut saat Soyoung menanyakan soal Jihyeok yang bukan anaknya. Ia bertanya, darimana Soyoung tahu. Soyoung pun berkata, ia tahu dari Daepung saat Daepung datang ke restoran dan mengatakan semuanya. Soyoung juga mengaku, kalau ia tidak sengaja memberitahu Jihyeok karena ia pikir Jihyeok tahu. Dong Pal pun marah. Dan ia semakin terkejut saat Soyoung bilang kalau Jihyeok tidak kuliah agar bisa membantu Dong Pal melunasi hutang.


Gyeong Min bertemu In Soo di lorong. In Soo menanyakan soal Roo Na.

"Terlepas dari kenyataan Bae Gyeong Min junior sedang tumbuh di dalam rahimnya, tidak ada yang luar biasa untuk dilaporkan." jawab Gyeong Min.

In Soo terdiam.

"Apa aku terlihat konyol?  Maafkan aku.  Tetapi ketika kau akan menjadi ayah yang penuh harapan, kau akan menjadi konyol juga." ucap Gyeong Min.

In Soo ingin mengatakan sesuatu, tapi ia bingung mengatakannya.

"Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?" tanya Gyeong Min.

"Permasalahannya adalah... mimpi." jawab In Soo.


Sekarang, Gyeong Min sedang membahas soal mimpi yang dikatakan In Soo dengan keluarganya saat mereka makan siang bersama.

"Dia bermimpi apartemennya penuh air dan dia menangkap ikan besar. Dia pikir, mungkin itu tentang bayi kami." ucap Gyeong Min.

Roo Na langsung tak nyaman mendengarnya.

"Dia bahkan bukan keluarga kita, tapi kenapa mimpinya seperti itu." ucap Se Ra.


"Mungkin Roo Na hamil." jawab Nyonya Park.

"Ah, benar. Mungkin seperti itu." ucap Roo Na.


"Kau tidak tahu adikmu sendiri atau apapun soal Na PD? Mereka tidak seperti itu. Dan jika Na PD mencurigai sesuatu, kenapa dia mengatakannya pada Gyeong Min?" tanya Se Ra.

"Bagaimana kau tahu apa yang mereka lakukan di belakang?" ucap nenek.

"Tentu saja aku tahu, Nenek. Aku memiliki mata untuk hal-hal ini." jawab Se Ra.

"Gyeong Min, belilah mimpi itu dari In Soo besok. Aku pikir, itu pertanda kalau Geumdong akan menjadi orang sukses. Seperti kata Se Ra, In Soo bahkan bukan keluarga jadi kita harus membeli mimpinya untuk mengklaimnya." ucap nenek.

"Nenek benar. Anggap saja ini sebagai hadiah pernikahannya." jawab Tuan Bae.

"Jika dia melihat ikan besar, artinya Geumdong perempuan atau laki-laki, eommoni?" tanya Nyonya Park.

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya Geumdong laki-laki." jawab nenek.

Semua tertawa.


Roo Na tambah kesal.

"Kau gila, Na In Soo. Kau memimpikan bayiku?" makinya dalam hati.


"Tapi penyakit mualmu aneh. Mualmu datang dan pergi begitu saja." ucap Se Ra.

"Memang seperti itu! Kau bahkan belum pernah hamil." omel nenek.


"Kapan kau akan memeriksakan kandunganmu bulan ini?" tanya Gyeong Min.

Roo Na pun langsung mengambil ponselnya dan pura-pura mengecek jadwal kehamilannya.

"Tanggal 26 jam dua." jawab Roo Na.

"Aku ada meeting. Tidak bisakah dijadwal ulang?" tanya Gyeong Min.

"Tidak bisa. Jangan cemas. Aku bisa pergi dengan ibuku." jawab Roo Na.


Ponsel In Soo berdering ketika dirinya sedang berkeliaran di lorong. Melihat ekspresi wajahnya saat menatap nama di layar ponselnya, sudah jelas itu Roo Na.


Dan memang Roo Na. Mereka ketemuan di kafe. Roo Na menanyakan soal mimpi In Soo.

"Jadi itu yang membuatmu penasaran? Kupikir kau akan menanyakan hal lain. Seperti berapa lama aku akan menutup mulutku." jawab In Soo.

"Bukankah sudah kubilang? Gyeong Min sudah tahu. Aku menceritakannya malam itu juga. Dia marah, tapi apa yang bisa dia lakukan. Dan sepanjang yang kami tahu, kami bisa memiliki bayi lain. Gyeong Min memintaku menjaga rahasia ini. Dia cemas neneknya akan jatuh sakit kalau mengetahui aku keguguran." ucap Roo Na.

Tapi In Soo tidak percaya. Roo Na lantas meminta In Soo berhenti mengganggunya. Ia juga menyuruh In Soo agar secepatnya menikahi Roo Bi. Roo Na bilang, setelah In Soo dan Roo Bi menikah dan memilik bayi, Roo Bi tidak akan bisa melakukan apapun saat ingatannya kembali.

Roo Na lalu beranjak pergi.


In Soo langsung memberitahu Roo Bi soal hal itu.

"Gyeong Min tidak akan pernah menipu siapapun." ucap Roo Bi.

"Tapi Roo Na sepertinya tidak berbohong." jawab In Soo.

"Aku menyedihkan. Roo Na tidak memiliki masalah dengan membuat kebohongan besar. Tapi aku memiliki masalah karena menutupi kehamilan palsunya." ucap Roo Bi.

"Haruskah aku memberitahu Gyeong Min?" tanya In Soo.

"Aku tidak tahu. Jika itu ide Gyeong Min, akan lebih baik bagi kita untuk berpura-pura tidak tahu." jawab Roo Na.


Soyoung berusaha menghubungi Dongpal tapi ponsel Dongpal tak aktif.

"Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku memberitahu Nyonya Yoo? Bagaimana dengan Chorim? Tapi ini masalah keluarga Dongpal. Aku tidak boleh memberitahu siapapun." ucap Soyoung.


Chorim tiba-tiba muncul membuat Soyoung kaget.

"Ada apa denganmu? Apa Dongpal menjatuhkan bom?" tanya Chorim.

"Seseorang menjatuhkan bom, tapi bukan Dongpal. Itu aku. Apa yang harus kulakukan." jawab Soyoung.

"Kau memiliki 10 detik untuk menceritakannya! Cepat!" ucap Chorim.


Di rumah, Dongpal stress karena tidak bisa menghubungi Jihyeok.

Melihat itu, Daepung pun berhenti mencuci piring dan mendekati Dongpal.

"Kau patah hati karena Chorim, tapi kurasa Jihyeok jauh lebih penting." ucap Daepung.

"Tutup mulutmu dan pergilah mencari Jihyeok!" suruh Dongpal.

"Baiklah, baiklah." jawab Daepung lalu pergi.


Ponsel Dongpal berdering. Telepon dari Soyoung yang menanyakan soal Jihyeok.

"Kenapa kau tidak bisa menjaga mulutmu! Apa itu yang kau pelajari dari Chorim!" sewot Dongpal.

Dongpal pun memutus panggilan Soyoung.


Tak lama berselang, Jihyeok pulang. Dongpal langsung memarahinya.

"No Ji Hyeok, ada apa denganmu! Kau tidak ingin kuliah agar bisa mencari uang? Apa aku memintamu melakukannya?"

"Kami akan membayarnya. Bukan hanya hutang kepada Nyonya Yoo, tapi juga hutangku pada ayah. Kita tidak punya hubungan darah, tapi kau membesarkanku seperti anakmu. Kau memberiku pendidikan. Aku membayar semua hutangku padamu." jawab Jihyeok.

Kesal, Dongpal pun menampar Jihyeok.


"Apa yang memberimu hak untuk mengatakan itu?" tanya Dongpal.

"Lalu mengapa ayah berbohong padaku tentang ibuku? Ayah bilang dia meninggal saat melahirkanku. Tidak ada yang tahu siapa ayahku dan ibuku meninggalkanku. Namun karena kau kasihan padaku, jadi kau membesarkanku. Aku berterima kasih untuk itu.  Atau lebih tepatnya, aku minta maaf. Tapi aku sudah dewasa. Kenapa kau tidak memberitahuku yang sebenarnya?"

"Karena aku tahu bagaimana rasanya ditinggalkan. Kau mungkin berpikir itu menyedihkan, tapi aku sangat mencintai ibumu. Tapi kemudian dia pergi tanpa kata. Apakah kau tahu betapa hancurnya diriku? Apa kau tahu betapa aku sangat ingin mati? Aku tidak ingin kau tahu. Aku tidak menginginkanmu untuk mengalami rasa sakit semacam itu. Aku ingin membesarkanmu dengan baik." jawab Dongpal.

"Bukan karena kau takut bahwa aku akan meninggalkanmu juga? Bahwa aku akan tumbuh dewasa dan meninggalkanmu seperti yang ibu lakukan? Kau seharusnya memberitahuku juga. Bahkan jika kau mengatakan yang sebenarnya, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Apa kau tahu kenapa? Karena kautidak meninggalkanku juga." ucap Jihyeok.


Tangis Jihyeok pecah. Dan Dongpal terduduk lemas. Tak lama berselang, Jihyeok duduk dipojokan.

"Kau bilang kau akan kuliah. Kau berjanji akan pergi ke sekolah hukum dan menjadi jaksa atau hakim." bujuk Dongpal.

"Bagaimana aku bisa melakukannya? Kita  bahkan tidak punya $ 20.000 untuk sewa kita? Kita harus menipu seseorang. Bagaimana kita akan membayar uang sekolah? Aku bukan anak kecil. Aku tidak cukup memalukan memaksamu mengirimku ke perguruan tinggi." ucap Jihyeok.

"Jihyeok, aku melalui banyak hal untuk membesarkanmu. Anak pintar sepertimu layak masuk perguruan tinggi. Anak-anak sepertimu harus pergi ke sekolah hukum agar negara ini menjadi lebih baik." jawab Dongpal.


Jihyeok lantas mendekati Dongpal.

"Aku mengerti yang ayah katakan,  tetapi hanya karena menunda kuliah, bukan berarti hidupku berakhir. Jika aku menetapkan pikiranku untuk itu, aku bisa kuliah tahun depan." ucap Jihyeok.

"Jadi apa kau mengikuti ujian masuk?" tanya Dongpal.

"Jusungeyo." jawab Jihyeok.


Dongpal marah, tapi setelahnya ia minta maaf karena sudah menjadi ayah yang buruk. Dongpal menangis dan memeluk ayahnya.


Nenek mendekati Roo Na yang lagi minum. Nenek berkata, bahwa dirinya haus jadi ia ke dapur untuk mengambil air.

Roo Na pun langsung menuangkan air untuk nenek. Saat Roo Na menuangkan air untuknya, ia menatap heran ke arah perut Roo Na.

"Dimana Gyeong Min?" tanya nenek.

"Dia akan segera pulang." jawab Roo Na.

Nenek lantas hendak menyentuh perut Roo Na. Sontak Roo Na langsung menghindar dengan alasan malu.

"Malu apanya. Aku hanya mau merasakan cicitku." ucap nenek.

Takut nenek kembali menyentuh perutnya, Roo Na pun buru-buru naik ke atas.


Tepat saat itu, Nyonya Park masuk ke dapur dan terkejut melihat nenek masih bangun.

"Dia tidak berubah sedikit pun. Aku masih tidak bisa membuat diriku menyukainya." ucap nenek.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Nyonya Park.

"Aku penasaran dengan bayinya jadi aku ingin menyentuh perutnya tapi dia memelototiku dan kemudian pergi." jawab nenek.

"Dia mungkin hanya malu. Wanita muda akhir-akhir ini memang selalu begitu." ucap Nyonya Park.

"Kau tidak melihat bagaimana wajahnya tadi. Dia tampak jijik seperti aku membuatnya jijik." jawab nenek.

"Biarkan saja, Bu. Dia akan berubah setelah melahirkan bayinya." ucap Nyonya Park.


Di kamarnya, Roo Na stress karena semua orang berusaha menyentuh perutnya. Tak mau ketahuan pura-pura hamil, Roo Na pun berpikir untuk pura-pura mengalami mual yang parah agar bisa tinggal dengan ibunya.


Tiba-tiba, Gyeong Min masuk dan Roo Na langsung menghampiri Gyeong Min.

"Aku pikir kau pergi minum." ucap Roo Na.

"Aku pulang ke rumah secepat mungkin untuk melihat Geumdong ku dan mengoleskan krim ke perutmu." jawab Gyeong Min.

"Aku sudah melakukannya." ucap Roo Na.

"Roo Bi-ya, jika kau terus seperti ini aku akan sedih." jawab Gyeong Min.

"Ada apa, Chagiya?" tanya Roo Na.

"Aku suamimu tapi kau tidak membiarkanku melakukan apapun untukmu." jawab Gyeong Min.

"Jangan bicara seperti itu. Kau membuat tempat tidur yang indah untuk bayi kita dan kau membacakan dongeng untukku. Apa lagi yang bisa kuminta?" ucap Roo Na.

Roo Na lantas menyuruh Gyeong Min mandi agar bisa membacakan cerita untuk Geumdong. Gyeong Min tersenyum dan langsung masuk ke kamar mandi.


"Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus pindah ke rumah ibu. Aku harus mengawasi Roo Bi juga. Aku bilang pada In Soo, kalau Gyeong Min yang menyuruhku berbohong, jadi akankah dia menjaga rahasiaku?" tanya Roo Na dalam hatinya.


Sekarang kita melihat Gyeong Min sedang membacakan cerita untuk Roo Na. Saat Gyeong Min tengah membacakan cerita, Roo Na terus menatap Gyeong Min dengan tatapan cemas.

Ketika Gyeong Min menatapnya, Roo Na pun mengaku kalau ia sangat bahagia.


Roo Na kemudian memeluk Gyeong Min.

"Jika aku berusaha dengan keras, apakah aku benar-benar akan mendapatkan cintamu?" tanya Roo Na dalam hatinya.

Bersambung ke part 2...

0 Comments:

Post a Comment