Ruby Ring Ep 65 Part 2

Sebelumnya...


Soyoung sudah tertidur pulas, tapi tidak dengan Chorim. Ia tak bisa tidur dan terus memikirkan kata-kata Soyoung soal Dongpal.

"Aku penasaran, apakah Jihyeok dan Dongpal Oppa masih marah. Aku tahu kau dan Nyonya Yoo juga kesal tapi yang paling menderita sekarang adalah Dongpal." ucap Soyoung.


Chorim yang tak bisa tidur itu akhirnya pergi ke rumah Dongpal. Ia berdiri dan menatap ke arah rumah Dongpal dengan kesal.

"Bisakah kau tidur setelah kekacauan yang kau buat!" ucapnya.


Tiba-tiba, terdengar suara kucing. Chorim yang kaget langsung lari terbirit-birit.


Tak lama berselang, Dongpal pulang.


Keesokan harinya, Tuan Bae membaca artikel di koran tentang produk tonic mereka yang ludes terjual sebanyak 10 juta botol hanya dalam jangka waktu sebulan. Tuan Bae senang dan berniat memberikan tim pemasaran bonus.

"Itu sudah dalam pengerjaan." jawab Gyeong Min.

"Appa, ini benar-benar bisa menjadi sukses besar." ucap Se Ra.

"Ini sudah sukses. Jangan terlalu rakus. Kita sudah melakukannya cukup baik." jawab Tuan Bae.

Roo Na yang juga duduk bersama mereka pun diam saja dan terus menatap cemas ke arah Gyeong Min.


Se Ra pun menyuruh Gyeong Min memberikan hadiah untuk Roo Bi.

"Bagaimana kalau mobil? Dia sudah melakukan banyak untuk perusahaan." ucap Se Ra.


"Kalian boleh memberinya apa saja, tapi tidak dengan mobil. Memikirkannya saja membuatku sakit." ucap Tuan Bae.

"Akan kupikirkan hal yang lain." jawab Gyeong Min.


Tim pemasaran sedang merayakan kesuksesan mereka. In Soo juga ikut merayakannya.

"Sudah lama sekali rasanya kita tidak merayakan sesuatu. Ini semua berkatmu, Jeong Roo Na-ssi. Kau lah yang membuat kesuksesan ini terjadi." ucap Jin Hee.

"Ini berkat kerja sama kita semua." jawab Roo Bi.

"Aku merasa, diriku tidak seharusnya ikut dalam perayaan ini." ucap In Soo.

"Jika itu masalahnya, bagaimana kalau kita mengajak beberapa orang dari Tim Homeshopping bergabung dengan kita." jawab Hyeryeon.

Yang lain setuju. In Soo pun langsung menghubungi teman-temannya.

Jin Hee dan Hyeryeon senang. Jin Hee bahkan berkata, bahwa Seokho akan memiliki rival malam itu.

"Mari kita lihat apakah dia cocok denganku atau tidak." jawab Seokho.


"Roo Na-ssi, apakah sangat sulit bekerja di kantor yang sama dengan kakakmu? Setelah kecelakaan itu, Roo Bi menjadi cukup sensitif." ucap Jin Hee.

"Tapi sejak kehamilannya, ia jadi tidak mudah tersinggung.Itulah kekuata cinta seorang ibu." jawab Hyeryeon.


Mendengar itu, Roo Bi dan In Soo pun langsung saling bertatapan.


Roo Na pulang ke rumahnya. Ia berniat menginap di rumahnya selama beberapa hari. Sontak Gilja kaget.

Roo Na lantas masuk ke kamarnya dan melihat foto In Soo dan Roo Bi di atas meja.

"Tetaplah menjaga cinta itu, selamanya." ucapnya lirih.

Gilja lalu masuk ke kamar, membawakan minuman untuknya.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Gilja.

"Perutku semakin memberat dan berurusan dengan mertuaku membuatku stress. Tidak apa kan aku tinggal disini sementara? Aku juga merindukan masakan ibu."

"Tentu saja." jawab Gilja.


Gilja kemudian menyuruh Roo Na berbaring karena ia mau memijit kaki Roo Na.

"Rasanya menyenangkan. Itulah kenapa mereka mengatakan seorang ibu memiliki tangan ajaib." ucap Roo Na.

"Mintalah suamimu melakukan ini. Jika tidak, kakimu bisa kram." jawab Gilja.

Gilja juga mengomentari soal berat badan Roo Na yang belum bertambah padahal sedang hamil.


Lalu, Gilja melihat telapak kaki Roo Na.

"Ada apa, Eomma?" tanya Roo Na.

"Ini mengingatkanku pada Roo Na yang memiliki tahi lalat di kakinya. Kau tidak punya?" jawab Gilja.

"Kenapa aku memiliki sesuatu seperti itu?" ucap Roo Na gugup.

Roo Na yang tidak nyaman, langsung meminta ibunya menyiapkan makanan.


Tepat saat itu, Roo Bi pulang. Roo Na langsung menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan disini selarut ini? Dimana suamimu?" tanya Roo Bi.

"Kau selalu menanyakan Gyeong Min. Aku datang sendiri. Kau kecewa?"

"Kau memiliki cara aneh untuk mengatakan sesuatu. Apa kau jadi paranoid sejak kau hamil?"


Gilja datang dan menyuruh Roo Bi makan. Roo Bi mengaku bahwa ia sudah makan dan langsung masuk ke kamarnya.

Roo Na pun tambah kesal melihat Roo Bi.


"Kenapa kau tidak makan?" tanya Gilja.

"Aku hanya sedang tidak berselera." jawab Roo Na.

Roo Na lalu merasakan ada yang aneh di nasinya. Ia mengambil selembar tisu dan memuntahkannya.

"Apa ibu mencuci beras dengan benar? Bagaimana bisa ada pasir disini? Apa ibu tidak bisa memasak dengan benar karena semakin tua? Ibu tidak boleh mengalami demensia pada usia ini." ucap Roo Na.


Mendengar itu, Roo Bi pun marah. Ia berkata, itu bisa terjadi sewaktu-waktu setiap memasak.

"Ibu dengan baik menyiapkan makanan untukmu. Tunjukkan rasa hormatmu." ucap Roo Bi.

"Kau sangat perhatian pada kakakmu yang hamil." jawab Roo Na.

Roo Bi pun tertawa sinis, hamil?

Telepon berbunyi. Gilja pun bergegas pergi untuk menjawab telepon.


Roo Bi lantas duduk di depan Roo Na.

"Wanita hamil layak diperlakukan dengan sopan tapi apa kau lupa? Tidak ada bayi di perutmu." ucap Roo Bi.

Mendengar itu, Roo Na panic dan menyuruh Roo Bi berhenti bicara.

"Kau tidak akan semudah itu bisa menutup mulutku." jawab Roo Bi.

"Katakan, apa yang kau inginkan." ucap Roo Na.

"Jika aku mengatakannya, bisa kah kau memberikannya padaku? Seperti jin dalam lampu" jawab Roo Bi.


"Kau ingin mobil? Haruskah kubelikan kau mobil mewah?" tanya Roo Na.

"Mobil? Wae? Untuk menghancurkanku lagi?"

Sontak, Roo Na kaget mendengar pertanyaan Roo Bi. Tapi belum sempat menjawab, ia menerima telepon dari nenek.


"Gyeong Min memberitahuku kau langsung pergi ke rumah ibumu dan memutuskan tinggal sementara di sana. Kau mungkin hamil, tapi ini tidak benar. Ibumu sibuk menjalankan restoran. Jika kau disana, kau akan menjadi beban. Kau akan segera menjadi seorang ibu, jadi kau harus lebih memperhatikan ibumu. Gyeong Min sedang dalam perjalanan untuk menjemputmu, jadi kita akan segera bertemu." ucap nenek.

Roo Na pun tak bisa berkutik lagi.


"Kau tidak tahu kebohongan akan menghasilkan kebohongan lainnya. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Roo Bi.

"Urus saja urusanmu sendiri." sewot Roo Na.


Gilja lalu datang dan memberitahu kedua putrinya kalau ia harus kembali ke restoran karena ada karyawan kantor yang mengadakan pertemuan di restoran mereka.

"Aku juga mau pulang." ucap Roo Na.

"Bukankah kau bilang mau menginap?" tanya Gilja.

"Aku tidak ingin membebanimu." jawab Roo Na.

"Benar, mertuamu tidak akan suka kau menginap disini." ucap Gilja.

Gilja pun beranjak pergi. Roo Bi ikut ke depan mengantarkan ibunya.


Roo Na makin stress.


Sekarang, Gyeong Min sedang membacakan cerita untuk Roo Na.


Lalu kita melihat Roo Na yang memasang bantalan perutnya di kamar mandi.


Kemudian kita melihat Gyeong Min sedang memainkan topi bayinya.


Roo Na tersenyum memeluk Gyeong Min di kasur.


Di kantor, Roo Bi menatap tajam Roo Na yang lagi minum susu ibu hamil.


Saat berjalan di lorong bersama In Soo, Roo Bi tak sengaja melihat Roo Na yang memegangi perutnya ketika berjalan bersama Gyeong Min.


Di rumah, nenek menunjukkan baju bayi hasil rajutannya. Nyonya Park, Tuan Bae dan Geum Hee tertawa bahagia melihatnya.


In Soo menemani Roo Bi minum. Ia menyuruh Roo Bi minum pelan-pelan.

"Kau cemas aku akan mabuk? Tapi aku dizinkan mabuk di depanmu. Karena kau tidak akan panic meski aku mengatakan apapun." jawab Roo Bi.

"Kau bahkan tidak suka minum. Karena kau Jeong Roo Bi." ucap In Soo.


Mata Roo Bi pun mulai berkaca-kaca.

"Haruskah aku benar-benar mabuk? Haruskah aku menikah denganmu? Roo Na sudah mencuri hidupku. Dia melakukan sesuatu yang mengerikan tapi dia memiliki kehidupan sempurna." ucap Roo Bi dalam hati.

Dan di dalam hatinya pula, In Soo mengaku tahu apa yang sedang dipikirkan Roo Bi hanya dengan melihat ekspresi Roo Bi.

"In Soo-ssi, apa kau mencintaiku? Bukan sebagai Jeong Roo Na, tapi Jeong Roo Bi." tanya Roo Bi.

In Soo pun bingung menjawabnya.


"Maafkan aku. Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan. Mohon perngertiannya. Aku tidak berfungsi dengan baik hari ini." ucap Roo Bi lagi.

Roo Bi lalu minum lagi.

In Soo hanya bisa menatapnya dengan lirih.

Bersambung.......

0 Comments:

Post a Comment