Sinopsis The Tale of Lady Ok Eps 1-1

 All Content From : JTBC
Sinopsis Lengkap : Sinopsis The Tale of Lady Ok
Selanjutnya : The Tale of Lady Ok Eps 1-2

Pasukan polisi mengarak para tahanan di jalanan. Para penduduk di sekitaran itu, berkumpul, untuk melihat wajah para penjahat. Seorang wanita bangsawan ikut serta dalam arak-arakan itu. Dia berjalan di tengah-tengah, bersama para penjahat dan diiringi para pasukan di kanan-kirinya.

Terdengar suara orang2 yang mencacinya.

"Mereka pantas dilempari batu sampai mati."

"Beraninya mereka melakukan hal seperti itu."

"Astaga. Hanya untuk mengubah hidup mereka? Para bedebah itu."

Astaga. Lihat para bedebah itu. Mereka pantas mendapatkannya."

"Mari kita lihat. Siapa wanita dengan dua suami ini?"

"Kurasa kau butuh wajah seperti itu untuk punya dua suami."



Salah satu tahanan terjatuh.

Melihat itu, seorang petugas langsung memacu kudanya mendekati tahanan tersebut. Tahanan itu dicambuk sekali. Setelah mencambuk tahanan itu sekali, petugas itu memacu kudanya ke depan.

Wanita itu membantu tahanan itu berdiri.

Petugas pun langsung menegurnya, berhenti!


Dua petugas di belakang, saling bicara.

"Kenapa wanita itu tidak diikat?"

"Coba saja. Lihat apa kau bisa melakukannya."


Dan petugas yang bertanya kenapa tangan wanita itu tidak diikat, bergegas mendekati wanita itu. Dia lantas berusaha mengikat tangan wanita itu tanpa banyak bicara.

"Aku hanya datang untuk diinterogasi karena mereka mencurigaiku. Karena itu, kau tidak boleh mengekangku." ucap wanita itu dengan tenang.

Tapi si petugas gak peduli dan tetap ingin mengikat tangan wanita itu.

"Jika kau menggunakan alat hukuman pada orang tidak bersalah, kau akan dicambuk 60 kali menurut Pasal 419 Undang-undang Dinasti Ming. Kau tahu itu?"

Petugas itu lantas diajak pergi oleh rekannya.


Mereka semua kembali berjalan. Para bangsawan yang berada di gazebo atas, mencaci wanita itu. Wanita itu mendengar cacian dan hinaan yang dilontarkan padanya.

"Kudengar penyihir itu terlahir sebagai budak. Beraninya penyihir rendahan itu bersikap seperti wanita bangsawan?"

"Benar sekali. Sudah kubilang. Dunia ini sudah hancur."


Wanita itu lantas naik ke atas podium kecil yang sudah disiapkan di depan pagar Istana Gwanghwamun. Sementara para tahanan yang diikat tangannya dan lehernya dipasung, dijatuhkan di depan podium.

Petugas kemudian berteriak, penggal wanita penipu itu!

Para penduduk langsung melempari wanita itu dengan batu.

Wanita itu berusaha bertahan, meski darah mulai mengalir dari tangannya.


Tiba2, gerbang istana terbuka.

Tak lama kemudian, terdengar suara berat milik seorang pria.

"Siapa namamu? Apa kau Tae Young, putri sulung Ok Pil Seung, diplomat yang bekerja dengan utusan Qing? Atau kau Goo Deok, pelayan Kim Nak Soo?"

Wanita itu tak menjawab dan mendongakkan kepalanya ke atas, menatap langit.

Si penanya marah pertanyaannya tak dijawab.

"Aku bertanya siapa namamu!"

Kita diperlihatkan flashback....


Seorang pria tua berlarian di sepanjang pasar, sambil berteriak, memanggil Goo Deok. Dia mencari Goo Deok. Sesekali, dia batuk2. Goo Deok sendiri ada di pasar yang sama. Dia berjalan dengan santainya, sambil memainkan dompetnya, dengan hati riang gembira.

Sementara itu, pria tua tadi panic karena tak bisa menemukan Goo Deok.

"Ke mana perginya gadis ini kali ini? Astaga. Dia membuatku gila." gumamnya.



Pria itu lalu berhenti di kedai daging.

"Hei, Park. Kau melihat Goo Deok?" tanyanya pada tukang daging.

"Aku yakin dia ada di toko buku sekarang. Dia bilang mau menyalin buku semalaman dan datang ke sini." jawab Park, si tukang daging.

Pria itu makin panic.

"Aduh. Di mana toko buku ini? Ini benar-benar gila."


Dia pun lanjut mencari Goo Deok. Tak lama kemudian, dia bertemu Goo Deok. Dia pun lekas mendekati Goo Deok begitu melihat Goo Deok.

Goo Deok terkejut ayahnya di pasar.

Goo Deok : Ayah? Kenapa kau keluar pagi-pagi sekali?

Gae Jook, ayah Goo Deok, memarahi Goo Deok.

Gae Jook : Dasar anak nakal!

Goo Deok nya malah santai dan celingukan mencari seseorang sambil bertanya, ayah menyembunyikan wanita cantik di sekitar sini?

Gae Jook : Tidak, ayah tidak melakukannya!

Goo Deok : Kenapa kau keluar pagi-pagi sekali? Batuk ayah akan memburuk.

Gae Jook gregetan.


Gae Jook : Hei! Biarkan ayah bicara. Nona So Hye mencarimu.

Goo Deok : Nona So Hye? Mustahil dia sudah bangun. Dia tidak bangun sampai matahari tinggi di langit.

Gae Jook : Mak Comblang!

Goo Deok baru ingat, astaga! Mak Comblang. Benar. Mak Comblang akan datang hari ini. Aku sangat pelupa.

Gae Jook : Ayo! Cepat.

Goo Deok : Baiklah, aku pergi!


Goo Deok pun bergegas pergi tapi dia balik lagi ke ayahnya untuk bertanya, soal batuk ayahnya makin memburuk atau tidak.

Goo Deok kemudian marah dan menggulung kedua lengan bajunya, seperti bersiap menghajar seseorang.

Goo Deok : Mereka menagih dua kali lipat dan bilang obatnya akan manjur. Penipu itu. Aku akan...

Gae Jook : Pergi saja, ya? Cepat!

Goo Deok : Aku pergi. Sampai jumpa!


Goo Deok pun berlari tapi balik lagi. Sang ayah pun jadi tambah kesal. Ternyata Goo Deok hanya mau memberikan syalnya pada sang ayah.

Gae Jook : Bagaimana denganmu? Udaranya dingin.

Goo Deok : Ayah bisa terkena flu.


Setelah memberikan syal pada sang ayah, Goo Deok pun bergegas pergi.

Nona Kim So Hye mencari Goo Deok sambil marah-marah.

So Hye : Di mana Goo Deok? Ke mana perginya wanita ini?

Dia juga bertanya pada pelayannya tapi pelayannya tak ada yang memberitahu dimana Goo Deok. So Hye lantas berdiri di depan gerbang rumahnya. Dia lantas menyuruh pelayannya yang lain mencari Goo Deok. Tanpa dia sadari, Goo Deok menyelinap masuk ke rumahnya lewat belakang. Goo Deok mengotori rambut dan pakaiannya dengan sedikit jerami, setelah itu dia mulai memanjat tembok rumah So Hye.

So Hye : Penyihir kecil ini. Beraninya dia menyelinap keluar lagi. Tunggu saja sampai kau pulang, Tikus Kecil. Aku pasti akan mematahkan kakimu hari ini.


Goo Deok pun keluar dari dalam rumah sambil menguap, seolah2 habis bangun tidur.

Goo Deok : Rambutku akhirnya tumbuh kembali setelah kau mencabut semuanya. Kenapa kau harus mematahkan kakiku?


So Hye kaget Goo Deok tahu2 ada di rumah.

So Hye : Apa? Aku bersumpah, kau tidak ada di dalam.

Goo Deok : Lantainya terlalu dingin, jadi, aku tidur di jerami di lumbung. Aku tidur seperti bayi.

Goo Deok juga menunjukkan jerami di tubuhnya.

Goo Deok lantas memalingkan wajahnya dan tersenyum diam-diam.


Sekarang, Goo Deok tengah memoles kuku So Hye di kamar So Hye. Tiba2, Goo Deok menguap. So Hye yang kesal, langsung memukul kaki Goo Deok dengan rotan. Goo Deok terkejut.

So Hye : Kau menyelinap keluar saat subuh.

Goo Deok : Tidak, sudah kubilang aku hanya ketiduran. Lihat kulit tidurku. Kau tidak melihat ini?

So Hye : Beraninya kau mencoba menipuku. Kau terus menyelinap keluar mencari uang untuk kabur. Apa aku salah?

Goo Deok : Nona, kau sedang menulis novel? Bagaimana bisa aku kabur?

So Hye : Bagaimanapun, jika kau menyelinap keluar sekali lagi, aku akan memotong kakimu.


So Hye kemudian tertawa.

So Hye : Lalu aku bisa memanggilmu si Cacat alih-alih Goo Deok. Itu terdengar mengerikan. Memikirkannya saja membuatku tertawa. Hei, kau akan menghabiskan sisa hidupmu sebagai orang cacat sementara kau mengurus semuanya menggantikanku. Menyenangkan, bukan?

Goo Deok mengiyakan dengan wajah enggan.

Setelah itu, Goo Deok berkata akan mengambilkan gaun So Hye.

Goo Deok : Ganti pakaianmu sekarang agar kau tidak terlambat.


Goo Deok pun berdiri dan mulai beranjak tapi So Hye memanggilnya.

So Hye pun menyuruh Goo Deok menyingkirkan pispot dari kamarnya. Terpaksalah Goo Deok menyingkirkan pispot itu.


Di gudang, Goo Deok tengah menulis sesuatu di buku. Geumbok yang melihat itu, memuji Goo Deok. Geumbok sendiri duduk di depan Goo Deok. Dia pun bertanya kenapa Goo Deok pandai dalam segala hal padahal Goo Deok tidak pernah belajar melakukannya.

Goo Deok : Apa pun itu, jika kuamati beberapa kali, aku langsung memahaminya.

Goo Deok pun selesai menulis.

Goo Deok : Sudah selesai. Semuanya cocok. Jika Tuan Kim menuduhmu mencuri lagi, tunjukkan ini kepadanya dan katakan semuanya cocok. Jangan dicambuk lagi.

Geumbok pun mengambil bukunya yang ditulisi Goo Deok tadi.


Setelah itu, mereka bergosip soal So Hye. Geumbok bilang kalau dia merasa So Hye akan menikah kali ini.

Goo Deok : Mereka sudah menemukan pria yang cocok untuknya?

Geumbok : Kau tahu keluarga mantan gubernur Provinsi Gyeonggi. Putra sulung mereka.

Goo Deok : Kenapa mereka ingin putra mereka menikahi Nona So Hye? Rumor bahwa dia lahir di luar nikah mungkin benar.

Geumbok : Yang lebih penting, kudengar dia benar-benar gila.

Goo Deok : Maksudmu, dia orang gila?

Geumbok : Ya. Mereka cocok. Wanita gila dan orang gila.

Geumbok lantas tertawa.


Soeddong terburu masuk ke sebuah rumah, sambil membawa gendang tabuh. Di dalam, tuan mudanya lagi nyantai sambil memetik gitar. Di depan pintu, terlihat banyak tulisan yang digantung.

Soeddong protes, aku akan mati saat membereskan kekacauan ini. Sungguh, apa ini? Ini sebabnya semua orang heboh bilang kau sudah gila, menyebutmu orang gila.

Tuan Muda Song Seo In pun tanya siapa yang memujinya di belakangnya.

"Apa itu terdengar seperti pujian bagimu?" tanya Soeddong sambil membereskan gulungan kertas yang berserakan di lantai.

Seo In bilang, seperti kata orang, hanya ada garis tipis antara orang gila dan genius artistik.

Seo In : Jika aku diakui sebagai seniman sebelum aku mengembuskan napas terakhirku, aku akan sangat senang.


Soeddong pun akhirnya duduk di depan Seo In.

Soeddong : Astaga, kau sangat optimistis. Jika kau tidak ingin belajar, setidaknya kau harus menguasai seni bela diri.

Seo In : Yang benar saja. Kau tahu aku takut pedang dan panah.

Soeddong : Aku yakin kau satu-satunya pria di seluruh Joseon tanpa satu pun kapalan di telapak tangannya.

Seo In : Hei. Itu karena aku merawat tanganku.


Seo In lantas mencolek krim di dekatnya.

Seo In : Dengan ini. Aku merawat kulitku. Kau mau merasakan ini? Ini sangat lembut.

Soeddong mencobanya.

Soeddong : Ini terasa nyaman.

Seo In : Benar, bukan?

Soeddong : Ya.


Soeddong lantas menasihati Seo In.

Soeddong : Aku tahu aku sudah sering mengatakan ini, tapi kau putra sulung yang harus meneruskan marga.

Seo In : Jika namanya kuteruskan, anakku hanya akan seperti aku. Kita punya Seo Ho yang cerdas. Apa yang perlu dikhawatirkan?

Soeddong : Doryongnim.

Seo In : Soeddong-ah, begini, tidak semua orang bisa menjalani hidup dengan cara yang sama. Apa kita harus membaca buku sama, mengikuti ujian sama, dan mendapatkan gelar pemerintahan yang sama? Itu tidak menyenangkan.


Tiba2, terdengar suara seorang wanita.

"Kau di dalam?"

Soeddong terkejut dan menoleh ke pintu, astaga. Apa yang terjadi?

Seo In menyahut.

Seo In : Ya, aku di sini!

Soeddong pun menyuruh Seo In keluar.


Diluar, sang ibu, Nyonya Cha, sudah menunggu.

Seo In : Astaga. Kau bisa saja menyuruhku mendatangimu. Kenapa ibu datang ke rumah kumuh ini? Benar juga. Ibu tidak suka saat aku mengunjungi rumah utama.

Nyonya Cha : Mak Comblang datang ke sini. Pernikahannya akan diadakan.

Seo In : Pernikahan siapa?

Nyonya Cha : Kau bisa menemuinya di hari ulang tahun ayahmu.


Seo In dan Nyonya Cha pun sama-sama ingat saat Seo In terakhir kali mengacau di hari ulang Tuan Song.


Seo In pun tanya, apa sang ibu yakin dia bisa menghadiri perjamuan ulang tahun sang ayah.

Nyonya Cha menjawab dengan dingin.

Nyonya Cha : Kau tidak perlu berada di sana. Ibu akan membawanya ke sini.


Nyonya Cha lantas beranjak pergi.

Seo In : Tapi siapa wanita muda yang bersedia menikahiku ini?

Nyonya Cha pun berhenti melangkah dan berkata, dia wanita miskin tapi sangat terampil dan cerdas.

Seo In mengerti.

Seo In : Keluarga orang kaya baru. Mereka sempurna untuk keluarga terhormat dalam masalah keuangan, seperti kita.


Nyonya Cha langsung sewot dan berbalik menatap Seo In.

Nyonya Cha : Bisakah kau membantu keluarga sekali saja?

Seo In : Apa dia cantik?

Nyonya Cha tak menjawab dan melengos pergi.


Seo In pun tanya ke Soeddong apa wanita itu cantik. Tapi Soeddong juga tak menjawab dan beranjak ke dalam.

Seo In protes, kenapa kau tidak memberitahuku?

Goo Deok mengambil tas karungnya yang dia sembunyikan di dalam lubang di dekat tembok rumah. Goo Deok lantas mengeluarkan sebuah kertas dari dalam tasnya. Lalu dia celingukan dan setelah itu dia membuka kertas itu yang ternyata adalah peta Joseon.


Setelah melihat peta, Goo Deok memeriksa dompetnya. Dia pun mengeluh dengan bilang kalau dia sudah menabung bertahun-tahun tapi hanya segitu yang dia miliki.

Goo Deok : Apa yang bisa kulakukan  untuk menumbuhkan uangku?


Sekarang di halaman rumahnya, Goo Deok lagi mengemas kacang tanah. Gae Jook yang duduk disamping Goo Deok pun tanya, apa yang Goo Deok pikirkan sampai terus melakukan hal seperti itu.

Gae Jook : Berhentilah menabung. Jantung ayah copot setiap kali kau menyelinap keluar.


Goo Deok tiba2 membuat angka satu dengan telunjuknya di depan muka sang ayah.

Gae Jook : Apa? Kau ingin ayah tutup mulut?

Goo Deok : Ini sinyal kita. Artinya kita hanya punya satu kesempatan.

Gae Jook : Astaga.

Goo Deok : Ayah tahu harus bagaimana saat aku mengirimkan sinyal ini, bukan?

Gae Jook : Ambil bungkusannya dan datang ke gerbang masuk Puncak Yongdu?


Goo Deok pun memarahi ayahnya.

Goo Deok : Kenapa ayah bilang begitu? Aku membuat sinyal agar kita tidak perlu mengatakannya.

Gae Jook : Astaga, yang benar saja. Berhenti memikirkan hal tidak berguna. Kau tidak boleh ke mana-mana.

Goo Deok : Nona So Hye hanya akan membawaku saat dia menikah. Menurut ayah apa artinya? Jika ayah terbaring sakit karena batuk ayah memburuk, ayah akan berakhir seperti ibu.

Gae Jook pasrah, bagaimanapun, kita akan mati. Lagi pula, kita akan mati, jadi, tidak ada ruginya.

Goo Deok : Mari pertaruhkan nyawa kita dan kabur, ayah.

Gae Jook : Tapi situasimu berbeda. Kau masih muda dan sehat. Kenapa kabur padahal hidupmu masih panjang?

Goo Deok : Ya, tepat sekali. Ayah ingin melihatku menghabiskan sisa hidupku mengosongkan pispot Nona So Hye setiap hari? Jika dia memutuskan memotong
kakiku, aku akan menjadi cacat. Jika aku jatuh sakit, mereka akan menguburku hidup-hidup.

Gae Jook : Itulah takdir kita. Kau pikir akan menemukan jalan keluar jika melarikan diri?

Goo Deok : Aku akan menemukan sesuatu. Ayah, aku Goo Deok. Ayah tidak memercayaiku?

Gae Jook : Ayah memercayaimu.

Goo Deok pun meminta ayahnya agar tidak melupakan isyarat mereka.

Malam harinya, Gu Deok berdoa di makam ibunya yang berada di tengah hutan. Selesai berdoa, Gu Deok pun menatap lirih makam sang ibu.

Gu Deok : Ibu, ibu tidak sakit lagi, kan? Ibu sudah tenang sekarang, bukan?


Kita lantas diperlihatkan flashback masa lalu Gu Deok, saat Gu Deok yang masih remaja, memohon kepada Tuan Kim Nak Soo agar membelikan obat untuk ibunya. Tapi, Tuan Kim tidak peduli dan menyuruh pelayannya membuang ibu Gu Deok.


Di belakang Gu Deok, Gae Jook menggendong sang istri sambil menangis.


Gu Deok marah. Melihat itu, para pelayan lekas memegangi dia.

Gu Deok : Teganya anda melakukan ini. Apa kami hewan? Apa kami sehina itu?

So Hye : Hei, apa bedanya kau dengan hewan?

Tuan Kim menyuruh pelayannya membuang ibu Gu Deok. Dia juga mengancam akan mengubur Gu Deok hidup-hidup bersama ibu Gu Deok.


Ibu Gu Deok yang berada di gendongan ayah Gu Deok, mengajak ayah Gu Deok pergi dengan suara lemah.

Gu Deok pun langsung mendekati sang ibu. Dia berusaha mencegah ayah-ibunya pergi. Tapi, para pelayan memegangi Gu Deok. Para pelayan juga ikut bersedih atas apa yang menimpa Gu Deok namun mereka tak bisa berbuat banyak.


Gae Jook terjatuh di tengah hutan. Tangisnya pecah. Tak lama, sang istri yang tergolek di tanah, memegaginya. Gae Jook pun langsung memeluk istrinya.

Gae Jook : Kenapa kau masih bernapas? Berhentilah menahan semua ini. Berhentilah bernapas. Di kehidupanmu selanjutnya, kuharap kau menjadi bangsawan agar kau bisa makan nasi
dan memakai pakaian sutra. Aku sungguh berharap kau bisa
hidup layak di kehidupan berikutnya.

Flashback end....

Gu Deok masih menatap makam ibunya.

Gu deok : Jika aku memasak makanan bergizi untuk ayah dan memberinya obat yang bagus, dia akan pulih. Jadi, Ibu. Tolong bantu kami melarikan diri, ya? Kumohon.

Besoknya, ada pertunjukan di tengah pasar. Para warga tampak antusias menonton pertunjukan. Goo Deok tampak menjajakan kacang tanahnya di sepanjang pasar.


Di depan sebuah bangunan yang terletak di sudut gang pasar yang sama, Seo In tengah mengganti bajunya dengan baju yang sama seperti yang Soeddong kenakan. Soeddong yang menemani Seo In, memberitahu bahwa calon ayah mertua Seo In kabarnya mengumpulkan banyak suap saat bekerja di Biro Berat dan Pengukuran.

Seo In cuek.

Seo In : Hei, apa aku bilang penasaran tentang itu?

Soeddong : Ayolah. Kau bilang ingin tahu tentang calon mertuamu.

Seo In : Aku bertanya apa dia cantik.

Soeddong : Semua orang punya definisi berbeda dari "cantik", jadi, aku tidak tahu. Aku tahu dia sangat kejam dan mudah marah. Mereka bilang dia sangat berbakat dan cerdas, jadi, aku penasaran siapa yang mereka bicarakan. Keluarga itu punya pelayan bernama Goo Deok. Gadis itu menyulam dan membaca menggantikannya. Gadis itu melakukan semuanya.

Seo In : Goo Deok? Ada orang yang bernama Goo Deok? Yang artinya belatung?

Soeddong : Arti namaku tai sapi.

Seo In : Bukan aku yang memberimu nama itu.


Seo In lantas melemparkan baju yangban nya ke dalam bangunan di di depannya. Tapi tiba2 saja alerginya kumat.

Seo In kesal, sial, serbuh sari pinus ini.

Soeddong : Kau benar-benar merepotkan. Bersihkan hidungmu.

Soeddong pun memegang hidung Seo In. Seo In men-sisikan ingusnya ke tangan Soeddong. Setelah itu, Soeddong membersihkan tangannya dari ingus Seo In.

Seo In : Kau tahu, aku seorang seniman, jadi, bahkan hidungku sangat sensitif.

Soeddong : Sungguh, haruskah kau melakukan ini? Kenapa kau harus menonton setiap pertunjukan jalanan?

Seo In : Bukan itu yang ingin kulakukan. Darahku mengatakan aku harus melakukan ini. Ayo.

Seo In pun bergegas pergi, yang diikuti oleh Soeddong.


Soeddong dan yang lain tertawa mendengarkan cerita si pendongeng dalam pertunjukan.

Namun Seo In merasa bosan.


Seo In kemudian melihat ada yang menjual kacang.

Dia pun menyuruh Soeddong membeli kacang.


Goo Deok yang menjual kacang, berjalan ke arah Soeddong dan Seo In. Soeddong mengenalinya.

Seoddong : Hei, bukankah kau Goo Deok?

Goo Deok langsung menyuruh Seoddong diam.


Seo In ikut nimbrung.

Seo In : Pelayan berbakat, Goo Deok?

Goo Deok memelototi Seo In.

Goo Deok : Siapa kau berani menyebut namaku?


Seo In lantas melihat cara berpakaian Goo Deok.

Seo In : Kau menyamar sebagai pria.

Goo Deok pun melirik Soeddong dan tanya siapa Seo In.

Goo Deok : Lihat dia. Dia bodoh dan berisik.

Seo In membela diri.

Seo In : Ini karena serbuk sari pinus.

Soeddong pun mengenalkan Seo In sebagai sepupunya. Dia juga bilang nama Seo In adalah Nam Bong.


Goo Deok pun menjual kacangnya ke Seo In.

Goo Deok : Ini, dua pun untuk satu ikat.

Seo In : Dua pun untuk beberapa kacang? Astaga, kau pencuri.

Goo Deok : Tentu saja, akan lebih murah jika kau pergi ke sumbernya untuk membelinya, memanggangnya, dan mengupasnya sendiri. Tapi aku melakukan semua itu untukmu agar kau bisa memakannya. Kau bahkan tidak mau membayar dua pun?
Kau pencuri.

Seo In : Beraninya kau membantahku seperti ini?  Apa? Pergi ke sumber untuk membelinya, memanggangnya, dan mengupasnya? Itu argumen yang logis.

Soeddong memuji2 Goo Deok.

Soeddong : Ya, dia sangat pintar. Tidak ada yang bisa mengalahkannya.


Goo Deok lantas minta Soeddong mengizinkannya bekerja di di dapur Soeddong selama perjamuan ulang tahun.

Soeddong : Tapi nonamu juga akan hadir. Bagaimana jika dia menjambak rambutmu lagi jika kau ketahuan?


Seo In : Apa? Rambutmu dijambak?

Goo Deok pun menunjukkan rambutnya.

Goo Deok : Tidak apa-apa. Rambutku tumbuh dengan cepat. Lihat, sudah tumbuh.

Soeddong beneran melihat rambut Goo Deok.

Soeddong : Rambutmu lebat sekali.


Goo Deok lantas kembali memohon pada Soeddong agar diizinkan bekerja di dapur.

Goo Deok : Omong-omong, bisa tolong tanyakan kepada mereka? Aku butuh uang. Kumohon?

Soeddong : Baiklah, akan kutanyakan.

Goo Deok : Omong-omong, kudengar tuan mudamu dorayi.

Seo In : Dorayi? Apa itu?

Goo Deok : "Do" berarti "lari". "Ra" berarti "palu". "Yi" berarti "terbelah". Artinya orang gila yang berlarian seolah-olah kepalanya terbelah dua karena kepalanya dipukul dengan palu.

Seo In sewot.

Seo In : Jangan berbohong!

Goo Deok : Kenapa kau berteriak?

Seo In : Menurut rumor, nonamu juga tidak waras.

Goo deok : Ada apa dengan nonaku?


Tiba2, Goo Deok melihat So Hye datang.

Seo In juga panic karena So Hye datang bersama ibunya.

Sontak lah Goo Deok dan Seo In langsung lari. Mereka lari ke arah yang berlawanan.


Tepat setelah mereka lari, So Hye dan Nyonya Cha tiba di tempat tadi Goo Deok dan Seo In berdiri.


Goo Deok berjalan mundur sambil celingukan, mencari So Hye. Tapi tiba2, dia menabrak Seo In yang juga berjalan mundur menghindari Nyonya Cha. Goo Deok dan Seo In sama2 kaget.

Goo Deok : Astaga, kau mengejutkanku.

Tapi kemudian, Goo Deok sadar akan sesuatu.

Goo Deok : Hei, Nam Bong. Kenapa kau bersembunyi? Apa kau melakukan kesalahan?

Goo Deok lalu melihat Seo In memakai baju yangban.

Goo Deok : Apa yang kau kenakan?

Seo In menyombong.

Seo In : Bisa dibilang lahir ke dunia ini adalah dosa.


Goo Deok lantas panic. Dia takut So Hye menemukannya.

Goo Deok : Astaga, aku harus bagaimana? Dia tidak tertarik dengan
buku dan semacamnya. Kenapa dia di sini? Untuk melihat apa?

Seo In : Kudengar kau melakukan segalanya untuk nonamu. Benarkah itu?

Goo Deok : Apa kau selalu selancang ini?

Goo Deok lantas memarahi Seo In karena berani berpura2 menjadi bangsawan. Seo In pun berkata dia memang bangsawan. Goo Deok tak percaya dan menyuruh Seo In melepas baju yangban. Dia juga memaksa Seo In melepaskan baju yangban.

Seo In : Kita tidak cukup dekat untuk meminta yang lain membuka pakaian.

Goo Deok : Kau menafsirkan hal-hal dengan aneh.

Goo Deok lantas bertanya apa Seo In baik2 saja.

Goo Deok : Apa kau gila?

Seo In pun menatap Goo Deok dengan tatapan berani.

Seo In : Ya. Aku gila. Gila.

Goo Deok pun ingat kata2nya tadi ke Soeddong soal Seo In.

Goo Deok : Omong-omong, kudengar tuan mudamu benar-benar dorayi. Orang gila yang berlarian seolah-olah kepalanya terbelah dua.


Menyadari Seo In adalah calon suami So Hye, Goo Deok tertawa panic.

Goo Deok : Begitu rupanya. Kau bukan sepupu Soeddong.


Goo Deok mau kabur. Tapi Seo In menariknya.

Seo In : Kau mau ke mana?

Goo Deok : Bunuh aku karena kelancanganku. Tolong lepaskan aku.

Seo In : Kau harus membayar karena menghina bangsawan. Ikut aku.

Seo In menyeret Goo Deok.

Goo Deok panic, kau mau bawa aku kemana? Ke kantor hakim? Ke Nona ku?

Seo In menaruh jualan Goo Deok di atas batu. Setelah itu, dia meminta Goo Deok tetap bersamanya karena Goo Deok tak bisa menjual apapun sekarang.

Ternyata Seo In membawa Goo Deok ke sebuah rooftop agar mereka tetap bisa melihat pertunjukan pasar tanpa takut ketahuan Nyonya Cha dan So Hye.

Seo In lantas menyuruh Goo Deok menyuruh Goo Deok melihat pertunjukan.

Seo In : Maka aku akan memaafkanmu. Lihat itu. Sim Cheong tidak cukup putus asa. Ada banyak kisah yang lebih baik daripada Sim Cheong dan Heung Bu. Kenapa mereka menampilkan akhir yang sangat membosankan? Standarnya sangat rendah hingga aku tidak tahan melihatnya. Baru-baru ini aku membaca cerita tentang Hong Gil Dong. Rasa sakit putra selir yang tidak bisa memanggil ayahnya "Ayah".


Goo Deok agak terdiam dan menatap Seo In saat Seo In menyebut soal rasa sakit putra selir yang tidak bisa memanggil ayahnya dengan sebutan ayah.

Seo In : Itu sangat menyentuhku.

Goo Deok menjawab, ya. Kita semua orang yang tinggal di bawah langit yang sama. Kenapa ada yang harus berada di atas yang lain?

Seo In : Kau sudah membaca cerita itu?

Goo Deok : Aku yakin buku-buku yang kau baca adalah salinan tulisan tanganku. Kau pasti membaca banyak buku dan berkesempatan melihat banyak pertunjukan hebat. Jadi, kau akan menemukan acara begini di alun-alun desa hina. Tapi bagi orang rendahan sepertiku, entah pertunjukannya bagus atau buruk tidak terlalu penting.

Seo In : Kenapa?


Goo Deok : Karena hidup sudah sulit. Kami melupakannya sebentar saat menonton pertunjukannya. Seorang duda buta memohon menyusui wanita untuk membesarkan putri tunggalnya yang akhirnya menjadi ratu. Itu tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata.

Seo In tertegun mendengar cerita Goo Deok.


Goo Deok mencoba tersenyum. Tiba2, salju turun. Mereka mendongak ke atas, menatap langit yang mengucurkan hujan. Goo Deok lanjut bercerita.

Goo Deok : Orang-orang suka cerita saat orang miskin dan menyedihkan hidup bahagia pada akhirnya. Mereka membayangkan kebahagiaan yang tidak akan pernah kami alami. Kami hidup melalui mereka.

Seo In lantas menatap ke arah si pendongeng.

Seo In : Mereka memberi kebahagiaan bagi yang bekerja keras setiap hari. Mereka membiarkan orang-orang itu melupakan masalah mereka sebentar.

Goo Deok : Itulah kekuatan yang dimiliki para seniman.

Seo In : Kau memberiku pelajaran besar.

Goo Deok gak ngerti, apa?


Seo In : Sampai sekarang, aku tidak tahu kenapa aku menulis, kenapa aku menggambar, dan kenapa aku menari. Pikiranku menjadi sangat jernih. Bertemu denganmu hari ini adalah hadiah yang bagus.

Goo Deok : Aku tidak mengerti maksudmu, tapi aku senang kau tampak senang. Boleh aku pergi sekarang?

Goo Deok mau pergi tapi Seo In memeganginya dan bertanya kapan mereka bisa bertemu dan mengobrol lagi. Goo Deok sontak kaget mendengar Seo In mau ketemu dia lagi. Seo In juga mengaku ingin lebih mengenal Goo Deok.

Seo In : Apa yang membuatmu bersemangat? Ya. Apa impianmu?

Goo Deok : Impianku? Impianku adalah mati karena usia tua. Alih-alih mati karena dipukuli atau kelaparan, aku ingin menua dan mati. Tanpa kehilangan kaki atau kepalaku. Aku hanya ingin hidup. Jika aku beruntung, di gubuk kecil di tepi laut, mungkin aku bisa hidup bersembunyi dengan ayahku.

Seo In lagi2 tertegun dibuat Goo Deok.

Goo Deok kemudian sadar diri dan berkata kalau dia takkan berani bicara dengan Seo In lagi.

Goo Deok : Aku orang rendahan, dan itu tidak diizinkan.

Seo In : Aku hanya memikirkan diriku sendiri.


Seo In lalu memberikan aksesori kepalanya yang mirip permata ke Goo Deok. Goo Deok kaget diberi permata oleh Seo In. Seo In bilang itu karena Goo Deok gagal menjual kacang gara2 dia.

Goo Deok : Ini terlalu berharga. Aku tidak bisa menerimanya.

Seo In : Kalau begitu, kita sebut saja hadiah.

Goo Deok : Hadiah?

Seo In : Ya. Ini. Gunakan saat diperlukan.

Goo Deok tersenyum manis menatap permata hadiah dari Seo In. Tak lama kemudian, dia dan Seo In pun saling bertatapan.

Bersambung ke part 2...

0 Comments:

Post a Comment