Baek Seok terkejut melihat sosok Yong Gi di hadapannya. Saking terkejutnya, ia sampai tak mampu mengatakan apapun. Melihat Baek Seok yang diam saja, Yong Gi pun mengira Baek Seok tidak ingat padanya. Yong Gi lantas mengucapkan beberapa kata agar Baek Seok ingat padanya. Tapi Baek Seok tetap diam dan terpaku menatap Yong Gi. Yong Gi kemudian menari dan menyanyikan sepenggal lagu agar Baek Seok ingat, tapi Baek Seok tetap diam.
“Kau tidak ingat? Kau dan aku melakukan itu di festival sekolah. Bagaimana mungkin kau tidak mengenali cinta pertamamu ketika aku mengenalimu?” protes Yong Gi.
Baek Seok tetap membeku. Yong Gi yang berpikir Baek Seok tidak ingat padanya akhirnya memutuskan pergi. Namun baru beberapa langkah, Baek Seok memanggil Yong Gi dan mengajak Yong Gi bicara. Yong Gi pun berkata kalau ia mau menjemput putrinya dulu. Setelah Yong Gi pergi, Baek Seok terduduk lemas. Ia pun teringat kata2 Hae Gang.
“Aku akan mencoba menjadi Yong Gi yang kau ingat.” Ucap Hae Gang saat itu.
“Apa yang telah kulakukan padamu? Apa yang harus kulakukan sekarang?” ucap Baek Seok bingung.
Yong Gi panic karena tidak menemukan Woo Joo. Ia bertanya pada resepsionis, tapi sayangnya resepsionis itu tidak tahu karena baru mulai bertugas. Yong Gi panic, ia pikir Tae Seok yang membawa Woo Joo. Yong Gi pun berlari kesana kemari mencari Woo Joo, tapi ia tak bisa menemukannya.
Baek Seok yang masih syok mendengar teriakan Yong Gi yang memanggil2 Woo Joo. Baek Seok pun langsung menghampiri Yong Gi. Sambil menangis, Yong Gi memberitahu Baek Seok bahwa Woo Joo hilang. Yong Gi pun kembali mencari Woo Joo. Baek Seok ikut membantu Yong Gi mencari Woo Joo, tapi Woo Joo tak ada dimana pun.
Yong Gi lantas kembali ke tempat dimana ia meninggalkan Woo Joo. Yong Gi menangis. Baek Seok berusaha menenangkan Yong Gi. Tak lama, perawat datang sambil menggeret koper Yong Gi. Perawat itu memberitahu bahwa Woo Joo ada bersama Gyu Seok.
Yong Gi pun langsung ke ruangan Gyu Seok. Dengan wajah panic, ia menanyakan keberadaan Woo Joo. Tapi Gyu Seok pura2 tidak mendengar dan terus mendengar sesuatu lewat headsetnya. Yong Gi kesal dan melepaskan headset itu dari telinga Gyu Seok.
“Katakan dimana putriku! Mereka bilang kau membawanya!” teriak Yong Gi.
“Kau penipu. Kau menggunakan anakmu untuk mendapatkan uang dariku.” Ucap Gyu Seok dalam Bahasa China.
Yong Gi langsung diam. Gyu Seok lantas menunjukkan dimana Woo Joo. Yong Gi pun langsung menghampiri Woo Joo yang tertidur pulas. Yong Gi menangis sambil memanggil nama Woo Joo.
“Bahasa Korea mu sangat baik. Kau orang Korea atau China? Kau Zhang Ming atau Dokgo Yong Gi? Apa alasanmu mendekatiku?” tanya Gyu Seok.
Yong Gi hanya bisa diam dan menangis.
Jin Ri bertanya pada Nyonya Hong, apa Seol Ri tidak mau putus dengan Jin Eon setelah semua yang terjadi. Nyonya Hong bilang bahwa Seol Ri akan mendaftarkan pernikahan terlebih dahulu dan menggelar resepsi pernikahan tahun depan. Jin Ri tersenyum sinis. Ia berkata kalau mereka hanya memiliki sebuah apotek, masihkah Seol Ri bersikap sama. Jin Ri juga berkata bahwa ia melihat sosok Do Hae Gang dalam diri Kang Seol Ri. Nyonya Hong pun kesal mendengarnya.
Jin Ri yang baru saja tiba di kantor, bertemu Hae Gang yang masih melanjutkan aksi unjuk rasa. Hae Gang menganggukkan kepalanya, menyapa Jin Ri. Hae Gang pun diminta Jin Ri untuk melepas maskernya. Dengan wajah kesal, Hae Gang melepas maskernya. Jin Ri tersenyum sinis.
“Kau masih tidak sadar juga setelah kami menempatkan si tol*l itu di unit perawatan intensif? Jika kau tidak mendapat sepeser pun karena melakukan ini, pasti kau melakukan ini karena ini menyenangkan untukmu. Dengan kata lain, kau punya tujuan lain melakukannya. Kau bahkan tidak diberitakan di koran. Kenapa? Karena aku yang mencegahnya. Aku tidak menyukai wajahmu, tapi bagaimana kau menjalani hidupmu sejauh ini aku sangat menyukainya.” Ucap Jin Ri.
“Cara aku hidup?” tanya Hae Gang bingung.
“Menjadi pengungkap masalah di perusahaan dan menjadi pacar kakaknya Seol Ri.” Jawab Jin Ri.
“Aku sudah mengeceknya, tidak ada catatan bahwa aku pernah bekerja di Cheon Nyeon Farmasi.” Ucap Hae Gang.
“Betapa lucunya dirimu, melihatmu berbohong padaku dengan wajah seperti itu. Karena kau ingin menghapus masa lalumu, kau berpura2 amnesia. Apa itu lebih baik?” tanya Jin Ri.
“Aku memang amnesia. Bahkan meskipun aku ingin menghapus masa laluku, aku tidak bisa melakukannya karena tidak ada masa lalu yang kuingat.” Jawab Hae Gang.
“Apa kau mau bercanda denganku?” tanya Jin Ri.
“Aku tidak bercanda. Itulah kenapa Choi Jin Eon mengira aku ini…”
Hae Gang menggantung kalimatnya. Jin Ri yang menyadari maksud Hae Gang pun terkejut menatap Hae Gang.
Jin Eon menyuruh seorang bawahannya membawakan semua dokumen2 tentang Hae Gang. Mi Ae dan Seketaris Byeon terlihat tegang. Jin Eon lantas menatap Mi Ae dan Seketaris Byeon.
“Kudengar kalian berdua dulu bekerja di Pabrik Guri. Direktur Eksekutif membawa mu ke sini.” Ucap Jin Eon.
“Itu benar.” Jawab Seketaris Byeon gugup.
“Disini tidak ada yang berhubungan dengan pekerjaanmu sebelumnya. Seketaris Byeon pernah dipecat karena tuduhan perlakuan yang tidak menyenangkan tapi sekarang kau ada di sini.” Ucap Jin Eon lagi.
Seketaris Byeon awalnya mengiyakan, tapi tak lama berselang ia pun terkejut.
“Bukankah kau seorang yang luar biasa?” tanya Jin Eon, membuat Seketaris Byeon kesal.
“Aku yakin ada alasan yang hanya diketahui oleh kalian berdua. Alasanku memanggil kalian berdua ke sini karena Dokgo Yong Gi-ssi. Kalian mengenal Dokgo Yong Gi-ssi dengan baik, kan?” ucap Jin Eon lagi.
Seketaris Byeon dan Mi Ae makin gugup.
“Aku harus melakukan sesuatu terhadapnya. Tapi karena catatan dirinya sudah dihapus, aku berharap kalian bisa membantuku. Mulai hari ini, aku ingin kalian menceritakan apapun yang kalian tahu tentang Dokgo Yong Gi-ssi.” Ucap Jin Eon.
“Baik, aku akan melakukannya.” Jawab Seketaris Byeon gugup.
“Seketaris Byeon, kau keluarlah. Song Mi Ae-ssi yang akan mengatakannya duluan padaku.” Ucap Jin Eon.
Seketaris Byeon pun terpaksa keluar. Mi Ae tidak mau mengatakannya. Ia menyuruh Jin Eon menanyakannya langsung pada Seol Ri karena ia sudah mengatakan semuanya pada Seol Ri. Mi Ae pun buru2 keluar dari ruangan Jin Eon. Jin Eon merasa heran.
Jin Ri masih bersama Hae Gang. Ia berkata, “Seharusnya kau bilang padaku kalau kau benar2 amnesia jadi aku bisa membantumu menjadi Do Hae Gang-ssi.”
Hae Gang kaget, apa?
“Bukankah kau ingin menjadi menantu Cheon Nyeon Farmasi? Aku bisa melakukannya.” Jawab Jin Ri.
Hae Gang tersenyum sinis.
“Jangan mengejekku, tapi pikirkan hal ini. Kau tidak akan kehilangan apapun di sini. Berhenti berpura2 sebaliknya ketika itu jauh lebih baik menjadi menantu Cheon Nyeon Farmasi daripada hanya menjadi menantu dari pemilik toko pangsit. Aku akan menolongmu.” Ucap Jin Ri sembari tersenyum yakin.
(Aigoo, Jin Ri melakukannya lagi. Dulu dia juga mengatakan hal yang sama pada Seol Ri)
Jin Ri lalu memberikan kartu namanya pada Hae Gang. Ia menyuruh Hae Gang untuk segera menghubunginya. Jin Ri beranjak pergi, sementara Hae Gang menghela napas kesal. Begitu Jin Ri pergi, Hyun Woo langsung menghampiri Hae Gang.
“Kudengar kau bukan Do Hae Gang?” ucap Hyun Woo, membuat Hae Gang lagi2 menghela napas kesal.
“Pria itu, Jin Eon… dia melihat Do Hae Gang dalam dirimu. Dia bahkan mempertaruhkan posisinya untuk membantumu. Tapi aku melihatmu sebagai Dokgo Yong Gi. Dalam drama Soo Ae, Soo Ae yang kaya meninggal. Aku pikir karakter utama selalu menyedihkan. Kau aman, jadi kau bisa melakukan protes sesukamu dan tidak perlu cemas. Jin Eon menyuruh pengawal untuk menjagamu jadi tidak akan ada seorang pun yang bisa menyentuhmu.” Ucap Hyun Woo.
Hae Gang tampak tertekan dengan kata2 Hyun Woo.
(Widiiih, dramanya Soo Ae disebut2… yg pernah nonton Mask pasti langsung ngeh nih. Tapi kenapa aku ngeliat ada kebencian ya di mata Hyun Woo pada Yong Gi 2. Jujur aja nih ya… sejak awal aku selalu ngerasa si Hyun Woo ini mendukung hubungan Jin Eon dan Seol Ri)
Sementara itu di ruangannya, Jin Eon sedang memikirkan kata2 Seol Ri.
(Dugaanku benar, Jin Eon nguping omongan Seol Ri dan Tae Seok)
“Kenapa Do Hae Gang mati? Bagaimana bisa dia mati? Kau tahu kan, kakak ipar? Itulah kenapa kau berbohong dan mencoba menutupinya, bahkan berbohong dengan mengatakan dia mati bunuh diri. Itu bukan bunuh diri dan itu juga bukan kecelakaan biasa. Apa seseorang membunuh Do Hae Gang?” tanya Seol Ri.
“Apa kau pikir aku dan ayah pelakunya?” jawab Tae Seok.
“Tidak mungkin.” batin Jin Eon cemas.
Tuan Baek meminta Seol Ri dan Nyonya Hong ke rumahnya. Tuan Baek ingin Seol Ri putus dari Jin Eon. Ia ingin Seol Ri keluar dari rumah Jin Eon. Nyonya Hong terkejut, ia lalu berkata Seol Ri yang akan mengambil keputusan karena Seol Ri sudah dewasa. Tuan Baek mengajak Seol Ri pulang. Seol Ri setuju, asalkan Tuan Baek mengusir Yong Gi dari rumah mereka. Tuan Baek terkejut dan menanyakan alasannya. Seol Ri bilang karena Yong Gi sudah menghancurkan ayahnya, kakaknya dan juga dirinya.
“Apa maksudmu?” tanya Tuan Baek heran.
“Yong Gi Eonni menyukai Jin Eon Sunbae.” Jawab Seol Ri.
Baik Nyonya Hong dan Tuan Baek sama2 terkejut.
“Ayah harus mengusirnya. Dia sudah membuat kakak berada dalam situasi yang sulit. Dia membuatku berasa dalam situasi sulit juga. Jika wanita itu pergi, aku akan kembali ke rumah.” Jawab Seol Ri lagi.
(Ini si Seol Ri segitu bencinya sama Hae Gang. Aku jadi ingat episode awal, dimana Seol Ri kesal melihat foto Jin Eon bersama Hae Gang dan Eun Sol. Sejak awal dia bahkan tahu kalau hanya Hae Gang lah satu2nya yang dicintai Jin Eon, tapi dia tetap kekeuh mengejar Jin Eon. Jin Eon disini juga bersalah, karena dia memberikan harapan untuk Seol Ri. Kalau aku jadi Seol Ri, sejak awal aku sudah menyerah).
Nyonya Hong dan Seol Ri masuk ke kamar Jin Eon. Seol Ri pun kecewa karena tidak mendapati Jin Eon di sana. Seol Ri lantas masuk ke ruang baca Jin Eon dan juga tidak menemukan Jin Eon di sana. Nyonya Hong menyusul Seol Ri dan duduk di kursi.
“Apa yang kau lakukan? Berdiri seperti patung dengan wajah sedih di kamar anakku. Aku tidak menyukai semuanya tentangmu, tapi aku tidak bisa diam saja dengan kesedihanmu itu. Jadi duduklah.” Ucap Nyonya Hong.
Seol Ri tampak bingung.
“Kami tidak bisa mengatakan iya untuk pernikahan ini, jadi segera tinggalkan putraku. Beraninya seseorang sepertimu mencoba menikahi putraku. Anakku bekerja mati2an hanya untuk membantu biaya ujianmu dan melunasi hutang ibumu. Dan dia bahkan dihajar oleh penagih hutang yang datang ke rumahnya kemarin. Kau tidak tahu itu, kan? Karena semua yang kau butuhkan sudah tersedia di kamarmu yang kecil itu.” ucap Nyonya Hong kesal.
Seol Ri pun terkejut mendengarnya, ibu?
“Memangnya aku ini ibumu? Jangan panggil aku seperti itu! Berapa kali harus kukatakan padamu! Enyahlah! Dari pandanganku, dari hidup putraku. Pergilah!”
Seol Ri pun syok. Tak lama berselang, sikap Nyonya Hong pada Seol Ri pun kembali hangat. Nyonya Hong berkata bahwa ia yang akan mengurus Yong Gi. Seol Ri pun menangis menatap Nyonya Hong.
(Sebentar2 ingat, sebentar2 lupa. Kayaknya Nyonya Hong terkena Alzheimer nih. Tapi satu hal yang aku suka dari Seol Ri. Seol Ri ini sangat menyayangi Nyonya Hong. Dia bahkan orang pertama yang sadar ada yang tidak beres pada Nyonya Hong)
Di ruangannya, Jin Eon dan Hyun Woo sedang melihat petikan wawancara Yong Gi. Hyun Woo bilang, jika wanita yang ada di video itu adalah Yong Gi yang sedang melakukan unjuk rasa di depan kantor mereka. Hyun Woo juga mengatakan tentang Kim Sun Yong yang bunuh diri setelah dituduh melakukan korupsi. Hyun Woo juga bilang bahwa Kim Sun Yong adalah ayah dari bayi yang dikandung Yong Gi.
Jin Eon terkejut, bunuh diri?
“Mungkin karena itulah dia kehilangan ingatannya. Aku tidak tahu apakah ini karena wajahnya yang mirip Hae Gang atau bukan, tapi aku merasa kasihan padanya.” Ucap Hyun Woo.
“Jadi hanya notebook Kim Sun Yong yang hilang?” tanya Jin Eon.
Hyun Woo membenarkan.
“Dan produser yang tadinya akan menyiarkan rekaman itu sekarang menjadi Manajer Kepala di kantor kita.” ucap Jin Eon.
Hyun Woo terkejut, apa? Apa mungkin….
“Kuharap itu tidak benar. Kuharap ini hanya kesalahpahaman saja.” ucap Jin Eon.
“Jika dia tidak bunuh diri, dan seperti yang dikatakan Yong Gi bahwa dia tidak melakukan korupsi, itu artinya Pudoxin…”
Jin Eon membenarkan ucapan Hyun Woo.
“Lalu apa yang akan terjadi pada Dokgo Yong Gi? Bagaimana jika dia ingat semuanya?” tanya Hyun Woo cemas.
Di ruangannya, Produser Kim (ah aku lebih suka menyebutnya sebagai produser ketimbang Manajer Kepala) memberitahu Tae Seok bahwa ia sudah menemukan jenazah seseorang. Produser Kim bilang jenazah itu besok akan dikremasi dan mereka bisa mengambil abunya. Tae Seok mengangguk dan menyuruh Produser Kim mencari tahu project yang sedang dikerjakan Jin Eon yang bisa mereka sabotase. Tae Seok ingin Jin Eon keluar dari perusahaan secepatnya.
Produser Kim pun memberitahu bahwa saat ini Jin Eon sedang meneliti obat untuk penyakit Gaucher (penyakit yg diderita Woo Joo nih). Produser Kim bilang, dewan direksi saat ini menentangnya, tapi jika Jin Eon sukses dengan obat itu maka dewan direksi akan berinvestasi untuk obat itu. Produser Kim juga bilang bahwa Gyu Seok masih ragu2 soal ini.
“Ini tidak seharusnya mempengaruhi Gyu Seok. Dia itu peneliti, bukan pembuat. Tapi jika dia berhasil mendapatkan pendanaan yang stabil dan berhasil mengembangkan obat, ini akan mengukir sebuah prestasi.” Jawab Tae Seok.
“Kurasa begitu.” ucap Produser Kim.
“Untuk investasi, diperlukan dana yang tidak sedikit. Jika adik ipar berhasil mendapatkan dananya sendiri dan orang2 bertanya kenapa dia berkeras dengan project yang ditentang dewan direksi, itu karena dia anak dari Presdir Cheon Nyeon Farmasi?” jawab Tae Seok.
Jin Eon berjalan meninggalkan kantornya. Ia berhenti sejenak dan menghela napas sebelum akhirnya berjalan menuju mobilnya.
Jin Eon melajukan mobilnya dan menemukan Hae Gang di tepi jalan. Jin Eon memperlambat laju mobilnya dan mengikuti Hae Gang. Sementara Hae Gang yang tak sadar bahwa dirinya diikuti Jin Eon terus melangkah dengan gontai.
(Ah, lagu ini lagi.. Years by Ryu. Aku suka banget lagu ini)
Hae Gang memasang headset nya, namun ingatannya seketika melayang pada Jin Eon saat Jin Eon mengambil sebelah headsetnya. Mereka lantas bersandar di pagar rumah Jin Eon, menikmati alunan music dan Jin Eon menggenggam erat tangan Hae Gang.
Jin Eon terpaku menatap Hae Gang. Hae Gang melepaskan kembali headset nya. Tiba2, tiga remaja yang sedang bersepeda melaju ke arah Hae Gang. Jin Eon langsung membunyikan klaksonnya membuat tiga remaja itu kaget. Hae Gang langsung menatap ke arah Jin Eon.
Hae Gang terpaku sejenak menatap Jin Eon, sebelum akhirnya ia berjalan menghampiri Jin Eon. Jin Eon menurunkan kaca mobilnya. Hae Gang tersenyum pahit menatap Jin Eon.
“Kau sudah bercukur?” tanya Hae Gang.
“Iya.” Jawab Jin Eon.
“Kau juga tidur dengan baik?” tanya Hae Gang.
“Iya.” Jawab Jin Eon.
“Kau sudah sarapan?” tanya Hae Gang.
“Aku sudah sarapan. Kau tidak perlu mencemaskanku lagi sekarang.” Jawab Jin Eon.
“Bagaimana kalau aku mengajakmu makan bersama. Kau bersedia?” tanya Hae Gang.
Jin Eon diam saja. Diamnya Jin Eon, membuat Hae Gang mengerti bahwa Jin Eon tak ingin terlibat lagi dengannya. Hae Gang tampak kecewa. Jin Eon lantas menaikkan kaca mobilnya, dan melajukan mobilnya. Hae Gang menatap kepergian Jin Eon dengan wajah pedih.
Woo Joo sudah tertidur pulas, sementara Baek Seok membantu Yong Gi membereskan barang2. Yong Gi terkejut mengetahui Baek Seok seorang Pengacara. Dulunya, Yong Gi berpikir Baek Seok akan menjadi penyair atau penulis karena Baek Seok suka membaca. Yong Gi lalu teringat buku yang pernah diberikan Baek Seok padanya setelah 100 hari mereka jadian.
“The Days when My Soul was Warm., kan?” tanya Baek Seok.
“Kau mengingatnya. Aku membaca buku itu kadang2, dan seperti judulnya aku merasakan kehangatan dalam jiwaku. Itulah kenapa aku berterimakasih padamu, tapi sayang sekali aku kehilangan buku itu.” jawab Yong Gi.
Tiba2, Yong Gi bertanya apa Baek Seok sudah menikah.
“Belum.” Jawab Baek Seok.
“Kenapa? Kau sudah tua. Apa ada seseorang yang kau sukai?” tanya Yong Gi.
Mendengar kata2 Yong Gi, wajah Baek Seok langsung berubah. Baek Seok lantas menatap Yong Gi dan berkata bahwa ada seseorang yang ingin dia nikahi.
“Tapi semuanya tidak berjalan dengan baik?” tanya Yong Gi.
“Dia istri pria lain.” Jawab Baek Seok sedih.
“Apa kau sudah gila? Kau tidak boleh melakukannya. Tidak boleh.” Ucap Yong Gi.
Presdir Choi menyelipkan sebuah dompet diantara barang2 Hae Gang. Tak lama kemudian, Nyonya Kim datang menawarkan secangkir teh. Presdir Choi bertanya, apa Jin Eon sering datang ke sana. Nyonya Kim berkata, bahwa Jin Eon sering datang ke rumahnya dan berdiam diri di ruang baca.
Tae Seok ada di kamar Gyu Seok. Gyu Seok menyuruh Tae Seok pergi. Ia mengaku bahwa ia sangat lelah karena diganggu oleh ibu dan anak yang aneh kemarin (maksudnya Yong Gi dan Woo Joo. Hahah… hati2 loh Gyu Seok, benci dan cinta itu beda tipis. Haha….)
“Kau belum memberikan jawaban pada adik iparku, kan?” tanya Tae Seok.
“Tidak ada jawaban yang bisa kuberikan. Aku tidak mau terlibat denganmu.” Jawab Gyu Seok.
“Jangan terlibat denganku, tapi terlibat dengan adik iparku dan kembangkan obat itu. Aku akan pergi jadi kalian berdua bisa bekerja sama.” Ucap Tae Seok.
“Kenapa kau tiba2 berubah pikiran? Apa karena aku? Jangan lakukan itu. Kau adalah kau. Aku adalah aku. Sudah ada fakta kau menikahi orang aneh demi aku. Jangan bicarakan hal ini lagi.” Jawab Gyu Seok.
(Hahaha.. Gyu Seok pun menyadari kalau Jin Ri aneh.. eiits, tapi kok Gyu Seok bilang Tae Seok menikahi Jin Ri karena dia ya?)
“Aku tidak menikahi orang aneh karena dirimu. Aku menikahinya karena aku menginginkannya. Ini juga bukan karena dirimu, tapi ini karena aku dan kakak iparku.” Ucap Tae Seok.
“Karena Choi Jin Eon?” tanya Gyu Seok heran.
Belum sempat kita mendengar jawaban Tae Seok, kita sudah dialihkan pada scene Nyonya Kim dan Presdir Choi. Nyonya Kim berkata bahwa ia sudah menyuruh Jin Eon membakar barang2 Hae Gang tapi Jin Eon tidak melakukannya jadi ia berpikir kalau ia akan melakukannya sendiri. Presdir Choi kemudian memberitahu Nyonya Kim bahwa Yong Gi sudah kembali ke Korea. Presdir Choi juga memberikan alamat tempat tinggal Yong Gi. Presdir Choi lalu bertanya, apa Tae Seok sering datang mengunjungi Nyonya Kim. Presdir Choi juga bilang bahwa Yong Gi kembali ke Korea agar putrinya bisa mendapat pengobatan dari Gyu Seok. Nyonya Kim terkejut.
Pembicaraan keduanya pun terhenti karena kedatangan Gyu Seok dan Tae Seok. Tae Seok terkejut melihat ayah mertuanya, begitupula dengan Presdir Choi yang terkejut melihat menantunya.
“Ayah Mertua, apa yang membawamu ke sini?” tanya Tae Seok.
“Aku ke sini karena kudengar Jin Eon sering datang ke sini. Itu sangat menggangguku.” Jawab Presdir Choi.
“Oh begitu, ya. Tapi aku tidak menyangka kalian sedekat itu.” ucap Tae Seok sambil melirik Presdir Choi dan Nyonya Kim secara bergantian.
Yong Gi menyelimuti Woo Joo yang sudah tidur pulas. Baek Seok masih menemani Yong Gi. Baek Seok menyuruh Yong Gi mengganti wallpaper rumahnya. Yong Gi bilang bahwa ia tidak akan tinggal lama disitu. Ia bilang ia hanya akan tinggal di sana selama 3 bulan.
“Kau tidak tertarik pindah ke Korea?” tanya Baek Seok.
“Aku memiliki situasi, situasi yang membuatku tidak bisa kembali.” Jawab Yong Gi.
“Situasi yang membuatmu menetap di China?” tanya Baek Seok.
“Aku pergi ke China karena aku lari dari seseorang.” jawab Yong Gi.
“Siapa?” tanya Baek Seok.
“Seseorang yang membunuh ayah putriku.” Jawab Yong Gi.
Baek Seok kaget, apa?
“Seseorang yang membunuh ayah putriku, berusaha membunuhku dan juga putriku. Tolong jangan katakan pada siapapun bahwa kau bertemu denganku.” Jawab Yong Gi.
Jin Eon menemui Nyonya Kim. Ia ingin tahu apa saat Hae Gang pergi, Hae Gang mengendarai mobilnya sendiri. Nyonya Kim bilang bahwa Hae Gang menyewa sebuah mobil. Jin Eon ingin melihat kontraknya, Nyonya Kim pun heran. Jin Eon juga bertanya, tanggal ketika Hae Gang pergi dan mengalami kecelakaan. Nyonya Kim bilang bahwa Hae Gang pergi pada tanggal 26 September.
“Lalu bagaimana ibu mendapatkan kembali barang2nya?” tanya Jin Eon.
“Kakak Ipar mu yang menyuruh seseorang mengantarnya. Kakak Ipar mu sangat peduli pada Hae Gang. Dia yang mengurus pemakaman Hae Gang dan dia juga sering datang mengunjungiku.” Jawab Nyonya Kim.
Jin Eon terkejut dan merasa aneh. Jin Eon lantas minta izin ke ruang baca. Di sana, Jin Eon memeriksa barang2 Hae Gang dan menemukan struk jalan tol dan dompet Yong Gi. Jin Eon terkejut dan mengira kalau mereka sedang bersama pada saat terjadinya kecelakaan itu.
Hae Gang kembali ke kantornya pada malam hari. Ia menyalakan lampu dan terkejut mendapati Baek Seok berdiam diri di sana tanpa cahaya lampu. Hae Gang lantas mendekati Baek Seok. Ia merengek seperti anak kecil, berkata bahwa dirinya lapar dan ingin makan ramen.
Jin Eon masih di ruang baca, bertanya2 kenapa Hae Gang dan Yong Gi bisa bersama di hari yang sama. Ia berkata, satu orang kehilangan hidupnya dan yang satunya lagi kehilangan ingatannya. Pikiran Jin Eon pun buyar karena kedatangan Nyonya Kim. Nyonya Kim terkejut melihat Jin Eon membongkar barang2 Hae Gang.
“Apa Hae Gang kembar?” tanya Jin Eon.
Nyonya Kim terkejut.
“Apa Hae Gang memiliki saudara kembar?” tanya Jin Eon lagi.
Nyonya Kim terlihat gugup, tapi ia menyangkal bahwa Hae Gang memiliki saudara kembar. Jin Eon pun mengaku bahwa ia melihat seseorang yang mirip Hae Gang. Nyonya Kim terkejut, tapi ia tetap menyangkal bahwa Hae Gang memiliki saudara kembar. Jin Eon menatap Nyonya Kim dengan tatapan curiga.
Hae Gang sedang menari sambil menyanyikan lagu yang pernah dinyanyikan Yong Gi dan Baek Seok di festival sekolah. Baek Seok menatap lesu Hae Gang. Melihat Baek Seok yang tidak bersemangat, membuat Hae Gang kesal.
“Kenapa kau tidak mau menyanyi denganku! Ini tidak menyenangkan kalau aku melakukannya sendirian! Makanan ini juga tidak enak. Aku benar2 kesepian. Sudahlah, aku tidak mau melakukannya lagi! Ayo minum.” Ucap Hae Gang kesal.
Hae Gang pun menegak sojunya dengan wajah kesal dan Baek Seok masih tetap kehilangan semangatnya.
“Kau dan aku pertama kali datang ke pertunjukan music Two Two kan? Dan hadiahnya adalah pager, kan?” tanya Hae Gang.
Baek Seok diam saja, dan wajahnya tampak lesu.
“Jawab aku! Jawab aku bahkan meskipun kau membenciku!” ucap Hae Gang.
“Aku tidak membencimu. Bagaimana bisa aku membencimu? Aku baik2 saja. Ini adalah usia ketika orang hidup sampai mereka berusia 100 tahun dan bahkan jika hari ini terasa lebih berat, memangnya kenapa? Kau akan hidup nyaman saat kau tua nanti. Aku akan hidup sampai seratus tahun lagi. Jadi karena itulah aku baik2 saja hari ini. Aku baik2 saja. Aku akan hidup denganmu sampai aku berusia 100 tahun.” Jawab Baek Seok.
“Kau benar, ini adalah era dimana orang akan hidup sampai seratus tahun lagi. Aku bersyukur dipertemukan denganmu sepanjang hidupku. Bahkan walau aku tidak bisa mendapatkan ingatanku kembali, aku akan mengingat waktu yang kuhabiskan bersamamu. Aku akan mengingatnya sampai aku berumur 100 tahun.” Ucap Hae Gang.
Mendengar kata2 Hae Gang, Baek Seok hampir menangis. Hae Gang juga berkaca2 dan larut dalam pikirannya sendiri.
(Kasihan juga ya Baek Seok.. dia mencintai Hae Gang, wanita yang dikiranya adalah cinta pertamanya dan dia begitu terluka mendapati kenyataan jika wanita di depannya bukanlah Yong Gi cinta pertamanya)
Jin Eon berdiri di depan kantor Baek Seok. Baek Seok terkejut menerima panggilan dari Jin Eon. Jin Eon mengaku ada di depan kantor Baek Seok dan ia mau bicara berdua dengan Baek Seok. Baek Seok mengerti. Dan pada Hae Gang, Baek Seok beralasan ingin membeli beberapa bir lagi.
Hae Gang terkejut, kau masih ingin minum lagi? Aku saja sudah mabuk.
“Aku tidak akan mabuk. Aku akan segera kembali. Kau jangan kemana2.” Pinta Baek Seok, lalu pergi.
Diluar, Jin Eon memberitahu Baek Seok bahwa Yong Gi ada bersama Hae Gang saat Hae Gang mengalami kecelakaan. Baek Seok pun terkejut. Jin Eon lantas mengembalikan dompet Yong Gi dan berkata ia menemukan dompet Yong Gi diantara barang2 Hae Gang.
“Aku ingin tahu kenapa istriku meninggal? Aku ingin tahu kenapa dompet Dokgo Yong Gi-ssi ada diantara barang2 istriku? Kenapa di depan mataku, dia terlihat seperti Hae Gang? Meskipun semua orang mengatakan tidak, kenapa dia terlihat seperti Hae Gang di mataku? Jika aku mengikuti jejak Dokgo Yong Gi-ssi, aku akan mengetahui penyebab kematian istriku. Aku menceritakan ini padamu karena aku tidak ingin ada kesalahpahaman.” Ucap Jin Eon.
Sementara di dalam, Hae Gang yang sudah mabuk terus menatap ke arah ponselnya. Hae Gang lantas mengambil ponselnya.
Baek Seok menatap dompet Yong Gi dengan tatapan kecewa. Baek Seok kemudian memberitahu Jin Eon bahwa Hae Gang ada di dalam sedang menunggunya. Baek Seok bilang ia harus segera pergi membeli bir. Baek Seok pun beranjak dari duduknya. Tepat saat itu, ponsel Jin Eon berdering. Jin Eon terkejut menatap nama di layar ponselnya, dan Baek Seok terluka menyadari siapa yang menghubungi Jin Eon. Baek Seok pun beranjak pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan dengan wajah terluka.
Tepat saat Hae Gang hendak menutup teleponnya, Jin Eon menjawab telepon Hae Gang. Karena Hae Gang diam saja, Jin Eon memilih menutup teleponnya. Tepat saat itu, Hae Gang berbicara. Hae Gang berkata bahwa Jin Eon yang membuatnya tidak bisa mengatakan apapun. Hae Gang mengatai2 Jin Eon pada awalnya, Jin Eon tertegun mendengarkan Hae Gang mengata2inya.
“Karena aku tidak memiliki apapun untuk dikatakan, aku akan menutup teleponnya. Mulai hari ini, aku sudah selesai denganmu. Aku tidak bisa mengatakan apapun. Pikiranku dipenuhi oleh… hal2 yang tidak bisa kukatakan.” Ucap Hae Gang.
Hae Gang pun meletakkan ponselnya di meja dan memejamkan matanya. Jin Eon tertegun, ia lantas hendak menutup teleponnya, tapi kemudian Hae Gang memanggilnya lagi.
“Choi Jin Eon. Hey, Choi Jin Eon! Jin Eon-ah. Jin Eon-ah. Jin Eon-ah.” Ucap Hae Gang.
Hae Gang terus meracau, menyebut nama Jin Eon. Jin Eon membeku mendengarnya.
Jin Eon masuk ke dalam, ia melihat Hae Gang yang tertidur di meja. Hae Gang hampir saja jatuh. Jin Eon pun mendekat, dan ia membetulkan posisi tidur Hae Gang. Jin Eon kemudian duduk di hadapan Hae Gang, menatap Hae Gang yang tertidur pulas.
Hae Gang lantas merubah posisi tidurnya. Jin Eon menyibakkan rambut yang menutupi wajah Hae Gang. Jin Eon juga menyelimuti Hae Gang dengan jaketnya. Jin Eon kemudian merebahkan kepalanya disamping Hae Gang dan menatap Hae Gang penuh arti. Tak lama kemudian, Jin Eon pun memejamkan matanya. Sepanjang malam, Jin Eon berada di sana menemani Hae Gang.
(Owww… so sweet… suka bgt liat pandangan lembut Jin Eon ke Hae Gang)
Baek Seok berdiri di depan kamar Hae Gang. Tak lama kemudian, Baek Seok masuk ke kamar Hae Gang dan berbaring di sana. Baek Seok nampak sangat terluka. Baek Seok lantas mengucapkan kalimat yang pernah diucapkannya saat menenangkan Hae Gang yang mimpi buruk.
“Ayo tidur, Yong Gi-ya. Lupakan semuanya dan tidurlah. Semuanya akan baik2 saja. Obliviate. Obliviate.” Ucapnya sambil menepukkan tangannya ke lantai.
(Kasihan juga Baek Seok. Dia jatuh cinta pada Hae Gang yang disangkanya Yong Gi. Dan sekarang dia harus menerima kenyataan bahwa wanita yang dicintainya adalah Hae Gang, bukan Yong Gi. Sementara Hae Gang mencintai Jin Eon. Tapi aku salut sama Baek Seok. Dia berbesar hati merelakan Hae Gang kembali pada Jin Eon).
Pagi harinya, Hae Gang terbangun dan terkejut melihat Jin Eon tidur di depannya. Mata Hae Gang mulai berkaca2 melihat jaket Jin Eon melekat di tubuhnya. Hae Gang lantas menatap Jin Eon yang masih tidur pulas. Tak lama kemudian, Jin Eon bangun. Tepat saat itu, air mata Hae Gang menetes. Jin Eon terkejut melihat tangisan Hae Gang.
“Kenapa kau menangis, Dokgo Yong Gi-ssi? Kenapa kau, di depanku bersikap seperti ini? Kumohon, jangan menangis Dokgo Yong Gi-ssi. Kalau melakukan itu, maka aku… aku…”
Tangis Hae Gang pecah. Jin Eon mengangat tangannya, hendak menghapus air mata Hae Gang. Namun, ia urung melakukannya. Jin Eon lalu bangkit, mengambil jaketnya dari tubuh Hae Gang dan beranjak pergi.
“Karena aku takut. Aku menangis karena aku takut. Aku takut, mungkin aku akan jatuh cinta padamu. Aku takut, aku mungkin sudah jatuh cinta padamu. Aku takut padamu.” Jawab Hae Gang.
Jin Eon tertegun, ia kemudian menatap cemas Hae Gang.
“Aku berharap kau bisa menemukan ingatanmu kembali. Kau ingin menemukannya, denganku? Bersamaku?” ucap Jin Eon.
Tangis Hae Gang semakin pecah. Jin Eon mengerti dan beranjak pergi.
Jin Ri masuk ke kamarnya sambil membersihkan wajahnya dan membawa secangkir kopi. Jin Ri lantas melihat Tae Seok yang duduk lemas di kasur dan menawari Tae Seok secangkir kopi.
“Minum kopi dengan perut kosong?” tanya Tae Seok dengan tatapan kosong.
“Jika kau tidak mau, setidaknya sikat gigimu dan minumlah sedikit air. Kenapa? Apa yang kau cemaskan? Kau tidak tidur semalaman dan sikapmu beberapa hari ini juga sangat aneh.” Jawab Jin Ri.
“Kau adalah Jin Ri-ku. Kau sangat aneh karena tidak pernah memiliki rasa khawatir. Bagaimana bisa seseorang tidak memiliki rasa cemas seperti dirimu?” tanya Tae Seok.
Jin Ri malah tersenyum dan bernyanyi.
“Buang semua kecemasanmu dan tersenyumlah, tersenyumlah, tersenyumlah.” Nyanyi Jin Ri. Hahah…
“Itu karena aku hidup seperti anak kecil yang tidak bersalah.” Ucap Jin Ri.
“Apa? Anak kecil yang tidak bersalah? Mulailah dengan menemukan hati nuranimu terlebih dulu. Tidak peduli seberapa banyak aku pikirkan, nuranimu sudah tertutup.” Jawab Tae Seok.
Jin Ri langsung kesal. Haha… pasangan ini kocak, tapi kalo udah kumat bikin kesel.
“Kudengar Jin Eon sudah mulai bekerja kembali. Apa yang membuatnya kembali begitu cepat? Dokgo Yong Gi? Dia sangat merindukan Do Hae Gang, itulah kenapa dia kembali bekerja. Aku punya feeling, feeling yang sangat kuat.” Ucap Jin Ri.
(Lihat cat kuku nya Seol Ri, jadi inget Hae Gang. Dan makin ke sini aku makin ngeliat sosok Hae Gang dalam diri Seol Ri)
“Ya sudah, kau turunlah. Kita makan bersama Hae Gang-ah.” Jawab Nyonya Hong.
“Ibu, ada yang ingin kukatakan.” Ucap Seol Ri, membuat Nyonya Hong penasaran.
Nyonya Hong tidak percaya saat Seol Ri mengatakan bahwa ia mengidap Dementia. Seol Ri bilang, karena itulah ia mengajak Nyonya Hong periksa ke rumah sakit. Ia berkata, bahwa dirinya akan sangat lega jika Nyonya Hong tidak mengidap penyakit itu. Tapi jika Nyonya Hong mengidap penyakit itu, Seol Ri ingin Nyonya Hong melakukan pengobatan secepatnya sebelum semuanya menjadi buruk. Nyonya Hong pun mulai cemas.
Jin Eon pulang dan bertemu dengan Jin Ri dan Tae Seok di depan pintu. Jin Ri terkejut melihat kondisi Jin Eon yang sudah membaik. Jin Ri ingin tahu apa perasaan Jin Eon sudah baik2 saja. Jin Eon pun mengatakan bahwa dirinya baik2 saja. Tae Seok mengajak Jin Eon sarapan. Jin Eon diam saja sembari menatap tajam Tae Seok.
Nyonya Hong termenung di ruang makan. Jin Ri dan Tae Seok yang baru tiba di ruang makan terkejut melihat Nyonya Hong. Nyonya Hong diam saja saat Jin Ri bertanya apa yang dipikirkan Nyonya Hong. Tae Seok kemudian bertanya apa Nyonya Hong baik2 saja. Nyonya Hong menggeleng. Tae Seok dan Jin Ri semakin penasaran.
“Aku minta maaf kalau aku pernah melakukan kesalahan pada kalian berdua.” Ucap Nyonya Hong.
“Apa?” tanya Jin Ri heran.
“Aku akan mencoba hidup lebih baik mulai sekarang. Aku pikir aku bisa hidup 1000 tahun lagi. Ada banyak hal yang kulakukan dengan salah. Aku akan memulainya dari awal lagi. Sebagai sebuah keluarga. Seperti layaknya seorang ibu dengan putri dan putranya.” Jawab Nyonya Hong.
Jin Ri dan Tae Seok pun saling berpandangan heran.
“Dia orang yang sangat berbahaya. Bagi kakakku dan bagimu.” Jawab Seol Ri.
“Kenapa denganku?” tanya Jin Eon.
“Karena dia si pengungkap masalah. Dan juga, tunangan Yong Gi Eonni. Yang aku dengar, dia memiliki video yang dapat mengancam Cheon Nyeon Farmasi, tapi video itu tidak pernah disiarkan.” Jawab Seol Ri.
“Tidak pernah disiarkan?” tanya Jin Eon.
“Feelingku tidak enak. Saat ingatannya nanti kembali, aku pikir dia akan berbahaya bagi perusahaan dan juga bagi dirimu. Akan lebih baik jika kau menghindarinya” jawab Seol Ri.
(Mulai deh si Seol Ri ngasut Jin Eon buat jauhin Hae Gang).
Seol Ri terkejut mendengarnya.
Di kantor, Hae Gang sedang bersih2 ketika Tuan Baek datang. Tuan Baek datang membawakan Hae Gang sup. Hae Gang tertegun. Tuan Baek lantas menyuruh Hae Gang mencuci tangan dan sarapan. Setelah Hae Gang pergi, wajah Tuan Baek langsung berubah gelisah.
Hae Gang pun mulai mencicipi sup bikinan Tuan Baek. Hae Gang sangat menyukainya. Tuan Baek menyuruh Hae Gang memakan nasinya juga. Saat Hae Gang hendak makan, Tuan Baek berkata bahwa Baek Seok sudah melalui waktu yang cukup sulit. Hae Gang pun langsung berhenti makan mendengarnya.
“Jika kau mencampakkannya, jika kau meninggalkannya, kau mungkin juga akan terluka. Kembalilah selagi masih bisa. Kami masih menunggumu. Tidak peduli apapun yang dikatakan orang tentang dirimu, aku hanya akan mendengarkanmu dan mempercayai apapun yang kau katakan.” Ucap Tuan Baek.
Hae Gang pun jadi serba salah mendengarnya.
Di kantor, Jin Eon dan Hyun Woo sedang membahas soal dompet Yong Gi yang ditemukan di antara barang2 Hae Gang. Hyun Woo penasaran, kenapa Hae Gang bisa bersama Yong Gi pada hari kecelakaan itu. Tak lama kemudian, Mi Ae masuk dan memberikan Jin Eon nomor kontak Yong Gi.
“Ingatanku sedikit tidak baik, tapi setelah aku mencari, aku menemukan foto kami di depan mobilnya.” Jawab Mi Ae.
Jin Eon pun berterima kasih pada Mi Ae. Setelah Mi Ae beranjak keluar, Jin Eon memberikan nomor kontak itu pada Hyun Woo. Hyun Woo berkata, bahwa mereka memerlukan nomor identitas Yong Gi. Sayangnya, Jin Eon tidak memilikinya. Hyun Woo pun menawari Jin Eon menghubungi nomor kontak Yong Gi yang diberikan Mi Ae.
Jin Eon kembali teringat kata2 Seol Ri.
“Ayah percaya, bahwa orang itu yang mati karena bunuh diri akan segera kembali. Dan kau, kakak ipar, kau mencari orang yang mati karena bunuh diri itu kesana kemari. Tapi kau berkata bahwa Do Hae Gang tidak akan pernah kembali.” Ucap Seol Ri.
Teringat kata2 Seol Ri, membuat Jin Eon menyadari bahwa Hae Gang kemungkinan masih hidup. Jin Eon pun menyuruh Hyun Woo mencari tahu abu siapa yang ada di guci abu Hae Gang.
Di rumah abu, guci abu Hae Gang hilang!!
Jin Eon lah yang mengambil guci abu Hae Gang. Ia ingin tahu guci itu kosong atau tidak. Jin Eon pun syok mendapati bahwa guci itu kosong. Ia lantas menatap foto Hae Gang.
“Tetaplah hidup. Sepanjang kau masih hidup, Do Hae Gang.” Ucap Jin Eon.
Tepat saat itu, Hae Gang masuk ke ruangan Jin Eon.
Bersambung…………..