(HARI INSIDEN PEMBUNUHAN DI WOLHA-DONG, PUKUL 01:20 DINI HARI)
Joon Hyuk baru
saja keluar dari apartemen Jung Woo langsung menuju mobilnya. Saat Joon Hyuk
berjalan menuju mobilnya, lampu di apartemen Jung Woo tiba2 menyala. Kita lalu
melihat Sung Gyu yang membawa Ha Yeon ke apartemennya. Ji Soo yang baru saja
selesai mandi, mengira Ha Yeon tidur bersama Jung Woo saat mendapati kamar Ha
Yeon yang kosong. Saat hendak masuk ke
kamarnya, Ji Soo merasa aneh melihat tirai jendelanya yang terbuka, padahal ia
yakin sudah menutup tirainya tadi. Tak lama, Ji Soo menyadari seseorang tengah
berdiri belakangnya.
"Si... siapa
kau? Ju.. Jung Woo-ssi." panggil Ji Soo. Namun tiba2 Seok keluar dari
kamarnya dan langsung memegangi Ji Soo. Seok melapor pada Min Ho kalau untuk
sementara Jung Woo tidak akan bangun. Entah apa yang sudah ia berikan pada Jung
Woo, sehingga Jung Woo tidak bangun2.
"Siapa
kalian sebenarnya?" tanya Ji
Soo takut.
"Wah,
aku merasa kecewa. Bagaimana kau
tidak bisa mengenali pria yang ingin
sekali ditangkap oleh suamimu?"
jawab Min Ho.
"Jadi
kau...?"
"Benar
sekali. Seon Ho lah yang mati, bukan
aku. Sayangnya hanya Jaksa Park yang
tidak percaya itu." jawab Min
Ho.
Ji Soo lalu
menyadari bahwa Ha Yeon sebenarnya menghilang.
"Di
mana Ha Yeon? Di mana Ha Yeon kami?"
tanyanya.
"Ha
Yeon... dia baik-baik saja..
Tak ada yang perlu dicemaskan."
jawab Min Ho.
"Jangan
bunuh dia. Kumohon jangan bunuh dia." pinta Ji Soo.
"Sebenarnya,
aku sudah menjadwalkan konfrensi pers untuk besok pagi. Sayang sekali harus dibatalkan." jawab Min Ho.
"Aku
pastikan aku akan membujuk suamiku. Jangan
bunuh suamiku." pinta Ji Soo.
"Jaksa
Park tidak akan mati." ucap Min
Ho.
Ji Soo bingung, Apa?
"Itu
karena dialah yang akan jadi tersangka karena membunuhmu." jawab Min Ho.
Ji Soo
terbelalak, Yeobo! Yeobo!
Dan Seok pun
langsung membekap mulut Ji Soo. Min Ho kemudian mengambil pisau dapur. Saat
hendak menusukkan pisau itu ke perut Ji Soo, Min Ho baru ingat kalau Jung Woo
kidal. Min Ho pun menikam Ji Soo dengan tangan kirinya. Ia menikam Ji Soo
sebanyak dua kali. Ji Soo langsung rubuh. Seok terpaku melihatnya. Usai menusuk
Ji Soo, Min Ho mengajak Seok pergi. Sebelum pergi, Seok menjatuhkan semua
barang agar terlihat seolah2 mereka Jung Woo dan Ji Soo sempat bertengkar sebelum
akhirnya Jung Woo menusuk Ji Soo.
Di saat Min Ho
dan Seok sibuk menjatuhkan barang2 di rumah Jung Woo, Ji Soo yang sekarat menyalakan
handycam nya yang terjatuh tepat di depannya untuk merekam semua kejadian itu.
Kemudian,
terdengar suara Min Ho yang membangunkan Jung Woo. Jung Woo terbangun dan
langsung memanggil Ji Soo. Tapi karena Ji Soo tak menyahut, Jung Woo pun turun
dari tempat tidurnya dan beranjak ke pintu. Betapa terkejutnya ia melihat Ji
Soo yang sudah tergeletak bersimbah darah. Jung Woo pun langsung memangku Ji
Soo sambil memanggil2 nama Ji Soo.
"Jung
Woo-ya." ucap Ji Soo dengan napas tersendat.
"Tunggu,
kita harus menelpon 911." jawab
Jung Woo.
"Yeobo, Ha
Yeon... hilang." ucap Ji Soo.
Jung Woo terkejut
dan langsung menatap kamar Ha Yeon yang kosong. Jung Woo lalu berteriak
memanggil Ha Yeon. Tepat saat itu, Ji Soo menghembuskan napas terakhirnya.
Tangis Jung Woo pecah. Ia pun berusaha membangunkan Ji Soo. Tak lama, terdengar
suara Min Ho yang memanggil Jung Woo. Min Ho lalu mendekati Jung Woo dengan
tangan masih memegang pisau.
"Cha Min Ho. Apa
yang kau lakukan?" tanya Jung
Woo pelan.
"Kaulah
yang membunuhnya. Semua ini karena
kau. Karena kau mencurigaiku."
jawab Min Ho.
Jung Woo geram,
Cha Min Ho...
"Kenapa
juga kau harus mengekoriku ke mana-mana? Kenapa
kau menggangguku? Kenapa? Cha Min Ho
sudah mati. Dia sudah mati. Sudah kubilang dia sudah mati. Kenapa kau tidak mempercayaiku? Sejauh apa kau akan menyelidikinya?" ucap Min Ho.
"Harusnya
kau bunuh saja aku." jawab Jung
Woo.
"Oh,
benar juga. Kalau kau kubunuh kakakku juga tidak perlu mati." ucap Min Ho.
"Cha
Min Ho!" teriak Jung Woo.
"Cha
Min Ho sudah mati. Kau bikin aku jadi gila. Dan akhirnya kaulah yang
membunuh istrimu." jawab Min
Ho.
Tangis Jung Woo
pun kembali pecah saat menatap jasad Ji Soo. Jung Woo kemudian membaringkan
tubuh Ji Soo kembali di lantai dan mau membunuh Min Ho dengan pisau itu tapi
Min Ho langsung menanyakan dimana Ha Yeon membuat langkah Jung Woo terhenti.
Min Ho mengancam, kalau Jung Woo membunuhnya, maka Ha Yeon akan mati. Dan jika
Jung Woo mau Ha Yeon tetap hidup, maka Jung Woo harus ditangkap sebagai pelaku
pembunuhan Ji Soo. Min Ho juga berkata, kalau tadi ia menusuk Ji Soo dengan
tangan kiri.
"Brengsek
kau!" maki Jung Woo tanpa bisa melakukan apapun.
Bersamaan dengan ingatan Jung Woo yang sudah kembali, Min Ho
diantarkan masuk ke sel Jung Woo. Min Ho menatap Jung Woo sambil tersenyum mengejek.
Sementara Jung Woo menatap Min Ho dengan tatapan penuh emosi. Tiba2 saja, Jung
Woo merasa mual. Jung Woo pun langsung berlari ke kamar mandi.
“Cha Min Ho, ternyata kau. Kaulah orangnya, Cha Min Ho.”
Ucapnya dendam.
Jung Woo lalu teringat kalau sebelum kejadian terbunuhnya Ji
Soo, ia sedang berusaha menangkap Min Ho. Jung Woo pun emosi, tapi ia berusaha
menahan dirinya karena ia tahu Min Ho sudah curiga kalau ingatannya kembali.
Jung Woo lantas meletakkan kepalanya dibawah kran air yang menyala. Usai
membasahi kepalanya, ia lalu menatap cermin dan memastikan kalau semuanya tidak
akan berjalan sesuai dengan yang Min Ho rencanakan.
Jung Woo keluar dari kamar mandi dan Milyang langsung
mendekatinya dengan cemas. Jung Woo mengaku kalau ia muntah karena makan malam
yang ia santap semalam. Mendengar itu, Wooruk langsung berkata kalau tadi
malam Jung Woo tidak makan. Tak mau membuat Min Ho curiga, Jung Woo pun
bertanya pada Milyang apa yang ia makan hari ini.
“Kau makan ayam bakar dengan terburu-buru.” Jawab Milyang.
“Benar. Mungkin itu penyebabnya. Hampir saja aku mati.” Jawab
Jung Woo.
Moongchi dan Wooruk mendekati Min Ho. Moongchi ingin tahu
apa yang dimakan Min Ho. Wooruk menegur Moongchi. Ia meminta Moongchi tidak
mengganggu Min Ho karena itu hari pertama Min Ho ada di sana. Tapi Moongchi gak
peduli dan menyuruh Min Ho menjawabnya. Min Ho pun menatap Moongchi sambil
tersenyum mengejek.
“Apa kau barusan tersenyum? Kau tersenyum?” tanya Moongchi
kesal.
Wooruk pun ingin memukul Min Ho dengan kursi plastic, tapi
gak jadi karena Min Ho menatapnya dengan tajam. Wooruk pun yakin kalau Min Ho
punya bekingan yang kuat. Bangjang lalu bertanya pada Milyang, haruskah mereka
memulai ritualnya untuk menyambut tahanan baru. Milyang melarang karena hari
sudah malam. Moongchi lalu mengajak mereka semua tidur. Dan Min Ho, masih menatap
Jung Woo dengan rasa penasaran.
Jung Woo tidur disamping Min Ho. Tak lama, Jung Woo bangun
dan mencekik Min Ho. Tepat saat itu, Min Ho terbangun. Ternyata itu hanya mimpi
Min Ho saja. Pada kenyataannya, Jung Woo tertidur lelap di sampingnya.
“Ada apa denganmu? Ini sama sekali tidak lucu. Aku sudah
jauh-jauh datang ke sini. Kau benar tidak ingat aku?” batinnya sambil menatap
Jung Woo heran.
Bangjang kemudian menegur Min Ho yang masih belum tidur juga. Karena ditegur Bangjang, terpaksa lah Min Ho kembali tidur. Setelah Min Ho memejamkan matanya, Jung Woo terbangun dan mengingat kembali tentang apa yang ia lakukan pada pisau yang Min Ho pakai untuk membunuh Ji Soo. Pisau yang digunakan Min Ho untuk membunuh Ji Soo, ternyata disembunyikan Jung Woo didalam sebuah plastic. Sedangan pisau yang diletakkan Jung Woo di lantai sebagai senjata pembunuhan ternyata pisau lain yang diambil Jung Woo.
“Darahmu ada di pisau itu yang kau gunakan untuk membunuh Ji
Soo. Aku menyembunyikannya. Tunggu saja, Cha Min Ho.” Batin Jung Woo sambil
menatap Min Ho penuh kebencian.
Keesokan harinya, saat sipir melakukan pengabsenan tahanan,
Moongchi memberitahu Min Ho untuk mengatakan ‘enam selesai’ dengan keras dan
penuh semangat. Tapi Min Ho lagi2 diam saja, membuat Moongchi kesal. Moongchi
pun mengadu pada Bangjang. Bangjang hanya berkata, kalau mulut Min Ho dipenuhi
lem. Saat pengabsenan, Min Ho pun
berkata sesuai yang dibilangin Moongchi membuat semuanya terkejut.
“Astaga, dia bisa bicara.” ucap Wooruk.
Karena Min Ho anak baru, Wooruk pun mengajari Min Ho apa
yang harus dilakukan setelah menerima air dari petugas. Wooruk bilang, Min Ho
harus meletakkan air minum itu di sela2 seliimut kalau tidak mau airnya menjadi
dingin. Dengan air itu, mereka bisa membuat kopi dan memasak mie. Tapi Min Ho
cuek saja, membuat Wooruk kesal.
“Hei, kau! Lihat dan pelajarilah. Sebaiknya kau mempelajari
semua ini. Sekarang ini adalah tugasmu. Aku tidak akan mengulanginya lagi.”
Ucap Wooruk .
Bangjang pun menegur Wooruk . Ia meminta Wooruk tidak terlalu
keras pada Min Ho. Bangjang pun mengingatkan Wooruk kalau dulu Wooruk membuat
Sung Gyu menangis di hari pertama Sung Gyu menjadi tahanan.
“Kenapa kau bawa2 Sung Gyu?” tanya Jung Woo sambil menatap
tajam Min Ho.
Min Ho pun langsung menatap ke arah Jung Woo. Tak mau Min Ho
curiga, Jung Woo pun langsung tersenyum dan mengaku kalau ia sangat lapar.
Milyang pun berkata, kalau sarapan akan datang beberapa menit lagi. Wooruk
menyuruh Jung Woo makan yang banyak saat sarapan tiba.
Wooruk dan Moongchi kesal karena Min Ho menghabiskan jatah
air panas mereka. Dengan entengnya, Min Ho berkata kalau ia tidak tahu.
Bangjang yang mendengar itu pun setuju kalau Moongchi dan Wooruk memberi Min Ho pelajaran. Wooruk pun langsung
mencengkram kerah baju Min Ho. Tapi Milyang kemudian memberitahu mereka kalau
Min Ho adalah Presdir Grup Chamyung sambil menunjukkan artikel Seon Ho yang
dibacanya di koran. Mendengar itu, mereka pun terdiam.
“Kau harusnya memberitahu kami sejak awal.” Ucap Wooruk.
“Bahkan nomor tahanannya pun tak biasa. Ada 3 angka 7 di
nomornya. Kulitnya bagus sekali. Dia terlihat berbeda dengan kita. Terutama
kau.” jawab Moongchi.
“Mulai sekarang, kau bisa memperlakukan sel ini seperti
rumahmu sendiri. Kenapa kau tidak berbaring saja? Mau itu di dalam atau di luar
tahanan, orang yang punya uang paling banyak
adalah pemenangnya. Bukankah begitu?” ucap Wooruk.
Bangjang nyeletuk, Siapapun yang punya uang menang? Jadi kau
senang sekarang?”
‘Yang kau lakukan hanyalah membeli ayam goreng. Kau harusnya
melakukan sesuatu yang lebih dari sekadar membeli ayam goreng.” Jawab Moongchi.
Moongchi lalu bertanya, siapa yang setuju kalau boss di sel
mereka diganti. Moongchi dan Wooruk mengangkat tangan. Bangjang pun langsung
menimpuk mereka dengan handuk.
“Omong-omong kenapa mereka tidak memasukkanmu ke sel
orang-orang kaya?” tanya Milyang sambil membaca artikel Seon Ho.
“Ada seseorang yang harus kutemui.” Jawab Min Ho sambil
menatap Jung Woo.
“Tahanan 3866, apa kau tahu caranya berterima kasih pada seseorang?
Dia memberikan kita kantong tidur yang baru, pakaian dalam dan juga sepatu.”
Ucap Wooruk.
Jung Woo pun langsung berterima kasih pada Min Ho.
“Karena kita punya anggota baru kenapa kita tidak saling
memperkenalkan diri?” tanya Bangjang.
Bangjang lalu menyuruh Moongchi membuatkan mereka cokelat
panas. Moongchi pun protes karena lagi2 harus membuatkan mereka cokelat panas.
Jung Woo memberikan beberapa cangkir pada Moongchi. Moongchi pun berkata, kalau cokelat panas
buatan Sung Gyu sangat lezat.
“Tahanan 3866, bukankah Sung Gyu mengunjungimu? Dia bilang
apa?” tanya Bangjang.
Mendengar itu, Min Ho pun langsung menatap Jung Woo dengan
rasa penasaran.
“Kata Sung Gyu, operasi adiknya berjalan lancar. Dia sangat
senang bisa keluar dan mengurus adiknya. Dia datang untuk mengucapkan terima
kasih padaku.” Jawab Jung Woo.
“Kalau kau tidak membantunya sebelum dia menghadapi persidangan dia tidak akan bisa
berada di samping adiknya sekarang.” ucap Bangjang.
“Dia bilang dia akan berkunjung lagi.” Jawab Jung Woo.
“Giliran kau, Moongchi!” suruh Banjang.
“Seperti yang kalian tahu aku dulunya ada di bagian
keuangan.” Ucap Moongchi sambil menatap Min Ho.
“Lihat dirimu. Karena kedatangan Tahanan 777 seorang lintah
darat berubah jadi ahli keuangan.” Ejek Wooruk.
“Diamlah. Omong-omong, aku divonis setahun yang lalu. Sekarang
waktuku tinggal dua minggu lagi.” Jawab Moongchi.
“Meskipun begitu kau tetap saja mendesah terus. Apa kau
tidak ingat hari pertamamu masuk ke sini?” tanya Bangjang.
Flashback…
Moongchi masuk ke sel
dengan semangat dan langsung memperkenalkan dirinya.
“Halo. Aku tahanan
2114, Cheon Pil Jae. Kalian bisa memanggilku Moongchi. Aku adalah Moongchi.
Senang bertemu dengan kalian.”
Flashback end…
“Kau sangat periang. Kau sepertinya bahagia sekali.” Ucap
Bangjang.
“Benar. Selama 20 tahun aku ada dalam penjara baru pertama
kalinya aku melihat ada tahanan yang
begitu bahagia, Moongchi.” Jawab Milyang.
“Kau seperti seekor anjing yang dilepaskan ke tengah salju.”
Ucap Wooruk.
“Jangan bawa-bawa ibuku kali ini. Kau bahkan tidak tahu apa
yang kurasakan. Tidak ada kebaikan yang akan kau dapat dari sini.” Semprot
Moongchi.
“Ada apa?” tanya Milyang.
Moongchi pun mau bercerita tapi gak jadi. Ingatan Moongchi lalu melayang ke saat ia ditangkap dan
dijebloskan ke sel, ia melihat pengumuman pemenang lotre di televisi di kantor
polisi. Nomor yang keluar sebagai pemenang adalah nomornya.
Flashback…
Moongchi pun langsung
berteriak memanggil ayahnya saat melihat nomornya keluar sebagai pemenang.
“Ayah. Ayah! Maafkan
anakmu yang kurang ajar ini. Aku tidak
bisa menghadiri peringatan kematianmu!”
Flashback end…
“Tapi, hakim memberiku vonis setahun. Harusnya dia kurangi 3
hari saja. Aku hanya butuh 3 hari saja.” Rengek Moongchi.
“Dia bicara apa, sih? Kalau masa hukumannya bisa dikurangi 3
hari memangnya kenapa?” tanya Bangjang.
“Bukan apa-apa.” Jawab Moongchi.
“Baiklah. Kau yang selanjutnya, Tahanan 3866.” Suruh
Bangjang.
“Kenapa emblem namanya warna merah?” tanya Min Ho.
“Dia mendapat vonis mati.” Bisik Wooruk.
“Aku tidak tahu. Maafkan aku.” ucap Min Ho sambil menatap
Jung Woo.
Berita Min Ho yang di penjara akhirnya sampai ke telinga CEO Cha. CEO Cha marah dan menganggap tim pengacaranya tidak becus melakukan apa2. Seketaris CEO Cha lantas membisiki CEO Cha tentang apa yang terjadi sebenarnya. Setelah mendengar itu, CEO Cha langsung menyuruh seketarisnya memanggil Yeon Hee.
Yeon Hee sendiri sedang melukis untuk melupakan semuanya.
Namun suara teriakan Jennifer yang mau dibunuh Min Ho terus terngiang di
telinganya. Tak dapat menahan lagi emosinya, Yeon Hee pun merusak lukisan yang
sudah ia buat. Tak lama, ponselnya berdering. Telepon dari CEO Cha.
Yeon Hee pun pergi menemui CEO Cha dan baru masuk ruangan,
Tuan Cha langsung melemparkan gelas ke dinding yang ada di sebelah Yeon Hee.
Pecahan kacanya, nyaris saja melukai Yeon Hee.
CEO Cha menyuruh Yeon Hee menyerahkan diri secepatnya.
“ Seon Ho harus memimpin Chamyung Grup. Dia tidak pantas
direndahkan karena kesalahan yang kau buat! Aku sudah mengembalikan keluargamu
yang hampir hancur. Ini yang kau lakukan untuk membalasku?” ucap CEO Cha.
“Menyelamatkan keluargaku? Kau kira aku tidak tahu? Kaulah
yang membuat keluargaku hancur!” balas Yeon Hee.
“Apa katamu? Apa kau sudah kehilangan akalmu?” ucap CEO Cha.
“Kalau bukan karena kau keluarga kami tidak akan ada dalam
masalah. Kalau kau tidak memisahkan kami tidak ada hal buruk yang akan terjadi.”
Jawab Yeon Hee.
“Berani sekali kau mengatakan itu?” marah CEO Cha.
“Apa yang harus kukatakan pada polisi? Apa kau mau aku
mengatakan pada mereka bahwa anakmu yang membunuh kakaknya sendiri dan juga
Jennifer Lee?” tanya Yeon Hee.
“Apa? Apa maksudnya itu?” tanya CEO Cha.
“Apa maksudmu kau tidak tahu itu? Yang kau pedulikan
hanyalah Chamyung Grup. Makanya kau berpura-pura tidak tahu kalau Min Ho
membunuh kakaknya sendiri. Kaulah yang membuat Min Ho melakukan semua itu!”
teriak Yeon Hee.
Dan ternyata… semua itu hanyalah halusinasi Yeon Hee saja. Kenyataannya,
Presdir Cha menyuruhnya duduk dengan lembut. Yeon Hee lantas melihat ke bawah,
mencari pecahan kaca yang tadi melukanya, tapi tidak ada karena Presdir Cha
memang tidak pernah melemparinya gelas.
“Kau pasti kaget. Kau tahu Seon Ho tidak akan melakukan sesuatu
yang tak bertanggung jawab seperti itu.” ucap CEO Cha.
“Aku minta maaf.” Jawab Yeon Hee.
“Dia akan segera keluar. Jangan mencemaskan dia.” ucap CEO
Cha lembut, lalu memegang bahu Yeon Hee.
“Eun Soo jangan sampai tahu soal ini.” pinta CEO Cha lagi.
Yeon Hee pun mengangguk lembut. Tak lama, Tuan Kim datang
memberitahu CEO Cha tentang Nyonya Myung yang menghilang.
Para tahanan sedang berolahraga, namun Min Ho lebih tertarik
pada Jung Woo yang duduk di tepi lapangan. Min Ho menghampiri Jung Woo dan berkata
kalau cuacanya mendung. Jung Woo pun tersenyum pada Min Ho.
“Kau pasti merasa kesulitan karena ingatanmu yang hilang. Aku
juga pernah mengalami hal yang sama. Aku mengerti perasaanmu. Adikku meninggal.”
Ucap Min Ho.
Jung Woo hanya berkomentar seadanya. Min Ho lalu menatap Jung Woo dan bertanya,
apakah Jung Woo benar2 kehilangan ingatan.
“Aku tidak yakin.” Jawab Jung Woo.
“Astaga. Mengecewakan sekali. Kukira kita sudah cukup dekat.”
Ucap Min Ho.
“Kita?” tanya Jung Woo.
“Omong-omong apa kau sedang berpura-pura tidak mengenalku?”
tanya Min Ho.
“Apa aku punya alasan kenapa aku harus melakukan itu? Aku
sama sekali tidak ingat apapun.” Jawab Jung Woo.
“Begitu, ya. Bukan apa-apa.” Ucap Min Ho lalu beranjak
pergi.
Begitu Min Ho pergi, Cheol Sik langsung menghampiri Jung
Woo. Cheol Sik bertanya, apa Jung Woo mau pergi sendirian. Cheol Sik berkata,
Jung Woo tak boleh meninggalkannya sendirian di penjara itu. Min Ho yang belum
berjalan terlalu jauh, bisa mendengar omongan Cheol Sik. Jung Woo pun langsung
menyuruh Cheol Sik diam dan menunjuk Min Ho dengan gerakan wajahnya.
“Apa dia akan dipindahkan?” gumam Min Ho sambil tersenyum
menyeringai.
Setelah Min Ho menjauh, Cheol Sik bertanya apakah Min Ho
orang yang selama ini ingin ditangkap Jung Woo. Jung Woo pun berkata, kalau ia
butuh bantuan Cheol Sik untuk menangkap Min Ho. Tahu Min Ho lah yang membuatnya
harus mendekam di penjara, Cheol Sik pun kesal dan ingin menghajar Min Ho. Tapi
Jung Woo langsung mencegahnya.
“Belum saatnya.” Ucap Jung Woo.
“Berjanjilah padaku. Kalau kau berhasil melarikan diri dari
pernjara kau akan membebaskanku.” Pinta Cheol Sik.
“Baiklah.” Jawab Jung Woo.
Kepala Penjara lalu menghampiri Min Ho. Dan mereka pun pergi
bersama. Sementara Kepala Sipir, mengawasi Min Ho dari ruangannya. Kepala Sipir
berkata, kalau Min Ho satu sel dengan Jung Woo dan merasa kalau itu sangat
menarik.
Kepala Penjara membawa Min Ho ke ruang kunjungan karena Seok
ingin menemui Min Ho. Seok memberitahu Min Ho kalau ia sudah menyuruh orang
mencari Sung Gyu. Min Ho pun kesal karena keberadaan Sung Gyu masih belum
ditemukan.
“Bagaimana soal Park Jung Woo? Apa kau mau aku mencari
seseorang untuk mengurusnya?” tanya Seok.
“Dia tidak ingat aku. Tidak akan seru kalau aku langsung
membunuhnya sekarang.” jawab Min Ho.
“Tapi tepat setelah insiden itu, saat dia kehilangan
ingatannya kau pernah menyelamatkan hidupnya.” Ucap Seok.
“Aku memang menyelamatkan hidupnya. Tapi kali ini akan
berbeda. Aku akan membuat ingatannya tentangku kembali.” Jawab Min Ho.
CEO Cha menemukan
istrinya sedang menangis di rumah abu Seon Ho. CEO Cha meminta maaf tidak
memberitahu istrinya soal anak2 mereka karena sang istri sedang sakit. Nyonya
Myung pun semakin menangis. Ia bertanya pada suaminya, apa yang harus ia
lakukan untuk Seon Ho nya yang malang. Nyonya Myung lalu bertanya, apa CEO Cha
tahu Seon Ho lah yang meninggal. CEO Cha hanya menjawab kalau semuanya sudah
berlalu sekarang.
“Bagaimana bisa kau mengatakan itu? Seon Ho meninggal. Bagaimana
bisa kau...” Nyonya Myung memukul2 CEO Cha.
“Min Ho lah yang meninggal. Ingat itu baik-baik.” Jawab CEO
Cha sambil memegang erat tangan Nyonya Myung.
“Bagaimana dengan Min Ho?” tanya Nyonya Myung.
“Aku tidak bisa kehilangan dua anak sekaligus.” Jawab CEO
Cha.
“Kau sudah membunuh kedua anakku.” Ucap Nyonya Myung.
“Cha Min Ho yang sangat kau sayangi itu. Dialah yang
membunuh Seon Ho. Dia memilih untuk hidup sebagai Seon Ho. Apa yang harus
kulakukan? Kalau kau tidak mau kehilangan Seon Ho, pastikan kau tutup mulutmu. Jangan
mengoceh dan membuat kekacauan.” Jawab CEO Cha.
Nyonya Myung seketika rubuh. Tak lama, Nyonya Myung
menanyakan keberadaan Min Ho. CEO Cha tak mampu menjawabnya.
Jung Woo menemui dokternya dan ia berhasil menyusun
permainan puzzle yang diberikan dokternya. Dokter pun tahu kalau ingatan Jung
Woo sudah kembali seutuhnya. Dokter pun meminta Jung Woo berhati2 karena Jung
Woo bisa saja kehilangan ingatan lagi.
“Kalau semua ingatanmu sudah kembali kau akan kehilangan itu
lagi. Untuk melindungi dirimu dari ingatan yang menyakitkan itu. Itulah
penyebabnya kenapa kau terus-terusan kehilangan ingatanmu selama 5 bulan ini. Sebentar
lagi kau akan kehilangan ingatanmu lagi.” Ucap dokter
“Apa ada cara untuk menghentikannya?” tanya Jung Woo.
“Kau bilang kau selalu bermimpi sebelum kau kehilangan
ingatanmu.” Tanya dokter.
“Ya. Anak dan istriku mencoba membangunkanku dalam mimpi.”
jawab Jung Woo.
“Kau bermimpi ke saat-saat yang paling kau inginkan untuk
kembali. Tepat sebelum kau kehilangan ingatanmu. Mungkin ada jawabannya dalam
mimpi itu.” ucap dokter.
“Ada jawaban di dalan mimpiku?” tanya Jung Woo.
Di sel, Bangjang cs kembali mengikuti tarian Twice. Sementara
Min Ho duduk di pojok sambil membaca buku. Kali ini, mereka menarikan lagu yang
berjudul TT. Tapi karena telat menyalakan TV, jadi mereka hanya menari sebentar
saja. Setelah Twice selesai bernyanyi, mereka kemudian menerima penghargaan
bersama Kim Min Suk (pemeran Sung Gyu).
“Dia kelihatan mirip Sung Gyu, kan?” seru Wooruk.
“Sung Gyu seratus kali jauh lebih tampan darinya.” Jawab
Bangjang, lalu menyuruh Wooruk mematikan TVnya.
Bangjang lalu mengajak mereka makan roti. Wooruk pun
memberikan roti dan susu pada Min Ho. Min Ho yang sedari tadi mengisi waktu
dengan membaca buku, akhirnya menutup bukunya dan memakan roti yang diberikan
Bangjang. Tepat saat itu, Jung Woo kembali ke sel dan Bangjang ingin tahu apa
yang dikatakan dokter.
“Ya. Dia bilang aku baik-baik saja.” Jawab Jung Woo sambil
duduk disamping Min Ho.
“Apa kau bertemu dengannya lagi? Kau tidak cocok begitu.”
protes Moongchi yang naksir si dokter.
Min Ho pun menatap Jung Woo dengan rasa penasaran. Bangjang
mengoceh karena Min Ho yang masih belum memperkenalkan diri. Bangjang lantas
menyuruh Min Ho melakukan sesuatu.
“Aku?” tanya Min Ho.
“Baiklah, kau memberikan ini pada kami jadi kau tidak perlu
melakukannya. Tapi segalanya jadi membosankan di sini. “ jawab Wooruk.
Kami tidak perlu dengar soal kejahatan yang kau lakukan. Kalau
kau merasa percaya diri,bernyanyilah untuk kami.” suruh Moongchi sambil
menirukan gerakan TT.
“Jadi haruskah aku melakukannya?” tanya Min Ho.
“Dia liar juga. Apakah kau mau menyanyi?” tanya Moongchi.
“Aku pernah ikut teater dulu. Aku hanya ingat sedikit dari
naskahnya.” Jawab Min Ho.
“Kalau begitu tunjukkan pada kami. Kapan lagi sampah seperti
kami bisa menyaksikan teater?” suruh Bangjang.
Tanpa ragu, Min Ho mulai berpose, lalu berkata, Jangan bunuh dia. Kumohon jangan bunuh dia.”
“Apa judul naskah ini?” Bangjang bertanya2.
“Aku pastikan aku akan membujuk suamiku. Kumohon jangan
bunuh suamiku. Kumohon.” Ucap Min Ho.
Jung Woo pun terpengarah. Min Ho lantas membuka kacamatanya
dan menatap Jung Woo.
“Suamimu tidak akan mati. Itu karena dialah yang akan
menjadi tersangka atas kematianmu.” Ucap Min Ho.
Jung Woo terpancing. Dia langsung mendorong dan mencekik Min
Ho.
“Akan kubunuh kau! Aku akan membunuhmu, brengsek! Aku pasti
akan membunuhmu!” teriak Jung Woo.
Tahanan yang lain pun langsung menjauhkan Jung Woo dari Min
Ho. Sementara Min Ho tersenyum senang mengetahui ingatan Jung Woo ternyata
sudah kembali. Jung Woo akhirnya tersadar. Ia pun bingung bagaimana caranya
untuk meyakinkan Min Ho kalau ia masih hilang ingatan. Tepat saat itu, Milyang
berkata, kalau Min Ho sudah makan roti Jung Woo. Mendapat alasan kenapa ia
mengamuk, ia pun meneruskannya. Ia mengamuk pada Min Ho yang sudah memakan
rotinya.
“Kau salah memberikan rotinya.” Ucap Moongchi pada Wooruk.
Seperti anak kecil, Jung Woo pun merengek minta rotinya
dikembalikan. Milyang pun bergegas memberikan rotinya pada Jung Woo.
“Tahanan 3866 marah karena rotinya. Dia benar-benar sudah
beradaptasi dengan baik di sini.” Ucap Bangjang.
“Ini adalah tempat di mana seseorang bisa saling bunuh karena
sepotong roti.” Jawab Wooruk pada Min Ho.
“Rotiku! Kenapa kau makan rotiku?” tanya Jung Woo galak pada
Min Ho dengan mulut penuh roti.
Melihat itu, Min Ho pun kesal karena Jung Woo mengamuk
karena roti, bukan karena sudah ingat padanya.
Bersambung ke part 2....
Bersambung ke part 2....