Di kamarnya, Eun Hye melihat foto Sung Gyu dan Ha Yeon. Ia pun bertanya2, dimana mereka sebenarnya? Apa mereka bersama? Bibi lalu masuk memberikan camilan untuk Eun Hye. Eun Hye bertanya, apa bibinya sudah bertemu dengan pria pemilik mata indah itu. Tapi bibi tidak mau menjawab dan menyuruh Eun Hye makan. Bibi lalu melihat berkas kasus Eun Hye dan berkomentar kalau Eun Hye sekarang terlihat seperti pengacara. Bibi pun tersenyum bangga.
“Semoga beruntung.” Ucap bibi kemudian.
“Terima kasih untuk makanannya.” Jawab Eun Hye.
Bibi pun keluar dari kamar Eun Hye. Eun Hye kemudian membaca
berkas kasus milik klien barunya dan terkejut mengetahui kliennya ditahan di
Woljeong, penjara yang sama dengan Jung Woo.
Jung Woo mendekam di toilet disaat semua orang sudah tidur.
Ia menangis sendirian mengingat Ha Yeon. Puas melampiaskan emosinya dengan
menangis, Jung Woo kembali tidur. Dalam tidurnya, ia kembali memimpikan Ha Yeon
dan Ji Soo yang membangunkannya. Tak lama, Jung Woo pun terbangun dengan kaget.
Kata2 dokternya pun terngiang di telinganya.
“Kau memimpikan
saat-saat yang paling kau inginkan untuk kembali. Jawabannya mungkin ada dalam
mimpi itu. Sebentar lagi kau akan kehilangan ingatanmu lagi.” Ucap dokter.
“Tidak.” Gumam Jung Woo.
Jung Woo lantas menatap Min Ho dengan tatapan marah.
Adegan pun berpindah pada Sung Gyu yang mengajak Ha Yeon
makan di sebuah kedai. Ketika orang2 mulai mendatangi kedai, Sung Gyu pun
langsung menutupi wajahnya dengan topinya. Melihat Ha Yeon yang makan dengan
lahap, Sung Gyu berusaha menahan tangisnya.
Joon Hyuk diberi selamat oleh Deputi Jaksa atas penghargaan
yang baru saja diterimanya. Joon Hyuk pun berterima kasih pada Deputi Jaksa.
Deputi Jaksa berkata, itu semua berkat kerja keras Joon Hyuk sendiri jadi Joon
Hyuk tak perlu berterima kasih padanya. Joon Hyuk lalu menanyakan kasus Min Ho.
Deputi Jaksa pun meminta Joon Hyuk menangani kasus Min Ho sampai selesai dan
melarang Joon Hyuk menekan Min Ho.
Eun Hye menemui Jung Woo setelah dia menemui kliennya yg
lain di penjara itu. Eun Hye juga mengaku mampir untuk menanyakan sesuatu pada
Jung Woo, tapi Jung Woo langsung berkata kalau ia ingat siapa pembunuh Ji
Soo. Jung Woo pun memberitahu
pembunuhnya bernama Cha Min Ho dan sekarang Min Ho tinggal satu sel dengannya.
Jung Woo juga berkata, kalau sekarang Min Ho menggunakan nama Seon Ho dan
menjadi Presdir Grup Chamyung. Eun Hye terkejut.
“Kenapa? Kau mengenalnya?” tanya Jung Woo.
“Dia adalah klien… yang baru saja aku temui.” Jawab Eun Hye.
Flashback!
Eun Hye menemui Min Ho dan memperkenalkan dirinya pada Min
Ho. Eun Hye lalu bertanya, kenapa orang seperti ‘Seon Ho’ memilih pengacara
seperti dirinya, bukan dari firma hukum yang terkenal. Min Ho diam saja. Eun
Hye pun berjanji akan mengerahkan seluruh kemampuannya.
Flashback end!
“Dia mungkin saja sengaja memilihmu karena aku.” jawab Jung
Woo.
“Apa yang harus kulakukan?” tanya Eun Hye.
“Berpura-pura saja kau tidak tahu apa-apa. Kau tidak tahu
soal ingatanku yang sudah kembali, dan kau tidak tahu dia Cha Min Ho. Aku akan
fokus pada perpindahanku ke penjara lain.” Jawab Jung Woo.
“Aku tidak yakin kalau melarikan diri adalah pilihan yang
benar.” ucap Eun Hye ragu.
“Kalau aku berhasil menemukan Ha Yeon, aku akan menyerahkan
diri. Dan aku akan mengikuti sidang ulang. Kalau aku dinyatakan tidak bersalah,
aku tidak akan dihukum karena melarikan diri dari penjara.” Jawab Jung Woo.
Eun Hye lalu menunjukkan foto tempat pisau. Ada dua tempat
yang kosong di sana.
“Semua bukti menyatakan kalau kaulah pelakunya tapi aku
yakin akan menemukan sesuatu dari penyelidikan ini dan aku menemukan ini. Dua
pisau hilang. Aku sudah bertanya pada Nyonya Oh Jeong Hee soal ini. Dia bilang,
sebelumnya pisaunya ada di sana. Kalau satu lagi dijadikan barang bukti, pisau
yang satunya lagi ke mana?” ucap Eun Hye.
“Aku yang menyembunyikannya.” Jawab Jung Woo.
Eun Hye kaget, apa?
“ Itu adalah pisau yang digunakan Cha Min Ho untuk menikam Ji
Soo. Aku menyembunyikannya. Ada darah Cha Min Ho di pisau itu.” jawab Jung Woo.
“Jadi maksudmu…?” tanya Eun Hye.
“Itu akan jadi bukti kunci di persidangan. Aku
menyembunyikan hasil penyelidikan yang menunjukkan adanya identitas Cha Min Ho di
pisau itu.” jawab Jung Woo.
“Di mana kau sembunyikan itu?” tanya Eun Hye.
“Pertama, aku akan fokus untuk proses transferku ke rutan
yang baru.” Jawab Jung Woo.
Jung Woo lalu menyuruh Eun Hye mencari Ha Yeon. Eun Hye
mengerti. Jung Woo juga minta Eun Hye hati2 pada Min Ho.
Sementara itu, di ruangan Kepala Sipir, Min Ho yang berdiri
di depan jendela berkata kalau Jung Woo dan Eun Hye hanya melakukan hal bodoh.
Di sisi lain, kita melihat Joon Hyuk yang menerima
penghargaan dari Kepala Jaksa. Usai menerima penghargaan itu, Joon Hyuk dan
seluruh teman2 jaksanya pergi makan2. Tak lama, Deputi Jaksa memanggil Joon
Hyuk dan membawa Joon Hyuk ke ruangan yang diperuntukkan khusus untuk para
petinggi kejaksaan.
Usai berpesta, Joon Hyuk kembali ke ruangannya. Sampai di ruangannya,
ia menelpon sang ibu untuk memberitahu tentang dirinya yang mendapat
penghargaan. Sang ibu pun mengaku bangga pada Joon Hyuk. Joon Hyuk lantas
menanyakan ayahnya. Sang ibu bilang kalau ayah Joon Hyuk pergi minum2 lagi.
“Bilang padanya jangan terlalu banyak minum. Kalian berdua
harus datang mengunjungiku kalau aku sudah di Amerika nanti. Kalian berdua bisa
jalan-jalan.” Ucap Joon Hyuk.
“Mendengarnya saja aku sudah merasa senang.” Jawab sang ibu.
Joon Hyuk lantas ingin mengatakan sesuatu, tapi sang ibu
langsung menyudahi pembicaraan mereka dengan alasan agar Joon Hyuk bisa
istirahat. Joon Hyuk tampak tertekan.
Tak lama, ponsel Joon Hyuk kembali berdering. Dia mengira
yang menghubunginya adalah ayahnya. Mata Joon Hyuk pun langsung terbelalak mengetahui
yang menghubunginya Ha Yeon. Tapi Ha Yeon belum sempat bicara apa2, Sung Gyu
sudah datang dan memutuskan teleponnya. Sung Gyu lalu melihat buku Ha Yeon.
Ternyata Ha Yeon membawa buku kecil berisi nomor telepon orang2 yang harus ia
hubungi kalau ia tersesat.
“Ha Yeon. Kau menelpon siapa?” tanya Sung Gyu lembut.
“Ayahku benar pergi untuk menangkap orang jahat, kan?” tanya
Ha Yeon.
“Apa?” Sung Gyu kaget.
“Ayah tidak menjawab telponnya. Ibu juga tidak. Ayah tidak
melakukan itu pada Ibu, kan? Aku melihatnya di gereja. Apa yang kulihat di TV
itu semua bohong, kan? Yang kau katakan padaku adalah kebenarannya, kan? Kau
bilang kalau aku bersikap baik, Ayah dan Ibu akan datang menjemputku.” Ucap Ha
Yeon.
Ha Yeon pun menangis. Sung Gyu iba dan langsung memeluk Ha
Yeon. Ia menenangkan Ha Yeon dan meminta Ha Yeon hanya percaya padanya.
Di ruangannya, Joon Hyuk benar2 syok dengan fakta tentang Ha
Yeon yang masih hidup. Joon Hyuk lantas menatap piagam penghargaannya dan
berkata, seandainya Ha Yeon menghubunginya lebih cepat… Joon Hyuk lantas
membanting semua barang2nya di meja termasuk piagam penghargaannya. Joon Hyuk
tampak begitu menyesal. Dengan wajah menyesal, ia terus2an menyebut nama Ha
Yeon.
Tae Soo baru saja kembali ke ruangannya sehabis berkeliling.
Tae Soo lantas mengecek ponselnya dan mendapati ada 3 panggilan tak terjawab.
Mungkinkah itu dari Ha Yeon????
Ha Yeon sudah tidur pulas sementara Sung Gyu masih terjaga.
Sung Gyu ingin menghubungi 112, namun ia mengingat kembali hari kematian
adiknya. Ternyata alasan Sung Gyu mau menculik Ha Yeon karena Seok berjanji
akan menyelamatkan adik Sung Gyu, tapi adik Sung Gyu malah meninggal. Seok beralasan, kalau operasi adik Sung Gyu
berhasil, tapi adik Sung Gyu meninggal karena kondisi yang terlalu lemah.
“Aku memperingatkanmu
untuk jaga-jaga. Kau sebaiknya jangan melakukan sesuatu yang bodoh. Misalnya,
menyerahkan diri karena adikmu sudah meninggal. Jangan melakukan sesuatu macam
itu. Kalaupun kau melakukan itu, kaulah yang akan disalahkan atas semua ini. Apa
yang kami inginkan.. hanyalah agar Jaksa Park menjadi tersangkanya.” Ucap Seok
saat itu.
Dan Sung Gyu pun membatalkan niatnya menghubungi nomor 112.
Sung Gyu lalu menatap Ha Yeon. Ia menyelimuti Ha Yeon dan berkata kalau ayah Ha
Yeon akan segera datang.
Kembali ke sel, dimana Bangjang cs bertanya2 dimana Min Ho.
Sementara Jung Woo berdiri menghadap keluar jendela. Tak lama, Petugas
Moon—rekannya Tae Soo—datang memberitahu kalau ada tamu untuk Jung Woo.
“Astaga, dia selalu kedatangan tamu. Aku harap kau juga kedatangan tamu, Tahanan
2835.” Ucap Moongchi pada Wooruk.
“Di sini terlalu jauh. Siapa yang akan repot-repot
berkunjung. Semua orang ingin mengunjungiku, tapi aku melarang mereka. Aku akan
segera keluar.” Jawab Wooruk.
“Dia tidak punya keluarga.” Ucap Moongchi, membuat Wooruk
langsung menatapnya galak.
Diluar sel, Jung Woo ingin tahu siapa tamunya. Sayangnya,
Petugas Moon tidak tahu. Rekan Petugas Moon berkata, kalau yang ia tahu tamunya
adalah seorang anak kecil. Jung Woo terkejut, tapi kemudian Jung Woo langsung
sadar kalau itu hanya jebakan. Benar saja! Min Ho mengawasi Jung Woo dari
lantai atas. Jung Woo pun langsung mengamuk dan berkata kalau Ha Yeon sudah
mati. Bangjang cs yang mengintip dari sela pintu pun merasa kalau Jung Woo
kehilangan ingatan lagi. Karena Jung Woo terus mengamuk, petugas akhirnya
menjebloskannya ke sel isolasi.
“Cha Min Ho. Semua
tidak akan berjalan seperti kemauanmu.” Gumam Jung Woo setelah berada di sel
isolasi.
“Ha Yeon, tunggu Ayah. Ayah akan segera menemuimu.” Ucap
Jung Woo lagi.
Min Ho duduk di pojokan sambil membaca buku, sementara
Bangjang cs sibuk membahas Jung Woo yang masih belum kembali. Moongchi yakin kalau Jung Woo tidak akan
dibebaskan dari sel isolasi karena terus membuat masalah sepanjang waktu.
Wooruk menyahut tentang Jung Woo yang akan segera dipindahkan.
“Mungkin memang sebaiknya begini. Kita jadi punya ruang yang
lebih luas di sini. Dan lebih tenang kalau dia tidak ada.” Ucap Wooruk.
“Tapi aku ingin bertemu dengannya sebelum dia pindah. Kita
ini berteman dengannya.” Jawab Bangjang.
“Dia hanya membuat kita stres saja. Dia jadi gila karena
persidangan itu.” ucap Bangjang.
“Apa maksudmu?” tanya Bangjang.
“Maksudku waktu dia membuat keributan soal roti itu. Dia
bahkan tidak pernah makan roti sebelumnya. Kenapa dia mengamuk hanya karena
roti?” ucap Wooruk heran.
“Dia akan membusuk di penjara. Siapa yang tidak akan gila
kalau jadi dia?” jawab Moongchi.
“Apa dia akan dipindahkan?” tanya Min Ho.
“Ya. Karena dia sudah divonis mati. Tidak ada ruang eksekusi
di rutan ini.” jawab Bangjang.
“Kita tidak akan bisa melihat wajahnya lagi. Selesai.” Ucap
Wooruk.
“Bagaimana bisa kau bersikap sedingin itu?” protes Bangjang.
“Dan dia juga tidak punya sopan santun.” Sambung Moongchi.
“Urus saja urusanmu sendiri. Akulah yang jahat di sini.”
Sewot Wooruk.
Min Ho pun sadar kenapa Jung Woo begitu menahan diri. Itu
semua karena dia akan segera dipindahkan.
Jung Woo mendapat jatah makan, tapi ia tak langsung
memakannya. Tae Soo yang melihat itu, menyuruh Jung Woo makan yang banyak
karena Jung Woo akan segera dipindahkan. Jung Woo langsung memanggil Tae Soo.
Tae Soo pun meminta Jung Woo tidak menyebut namanya lagi.
“Semua sudah berakhir sekarang. Saat kau dipindahkan, kau
akan merindukan tempat ini. Secercah cahaya kecilpun tidak ada di sana. Bahkan
petugas penjara pun enggan dikirim ke sana.” Ucap Tae Soo.
“Apa maksudmu?” tanya Jung Woo.
“Mereka sudah mengubah penjara barumu. Kau akan dipindahkan
ke Rutan Jinpoong.” Jawab Tae Soo.
Jung Woo kaget, Jinpoong?
“ Kau akan tahu kalau kau sudah tiba di sana. Kau pasti akan
merasa ingin mati saja.” Ucap Tae Soo.
“Aku sudah menyerah untuk banding. Aku memang harus ke
penjara yang memiliki ruang eksekusi.” Jawab Jung Woo.
Tapi Tae Soo tidak menjawab dan malah melangkah pergi. Jung
Woo bertanya2, kenapa ia dipindahkan ke Jinpoong. Tak lama, Jung Woo pun sadar
kalau semua itu ulah Min Ho.
Dan benar saja! Itu memang ulah Min Ho. Min Ho kini sedang
bicara dengan Kepala Sipir di ruangan Kepala Sipir. Kepala Sipir pun berkata,
kalau ia sudah memerintah orang2 di rutan Jinpoong untuk mengawasi Jung Woo
dengan baik. Sebagai imbalan, Min Ho pun memberikan kartu nama firma hukum
terkenal, Lee & Park, pada Kepala Sipir.
“Kenapa sebuah firma hukum membutuhkan aku?” tanya Kepala
Sipir.
“Mereka bukan hanya bertugas membela klien di pengadilan. Mereka
juga mengurus klien di penjara kalau mereka mendapat masalah.” Jawab Min Ho.
Kelapa Sipir pun tersenyum senang.
Di sel isolasi, Jung Woo mencari cara bagaimana agar ia
tidak jadi dipindahkan ke Rutan Jinpoong.
Akhirnya, tibalah saatnya bagi Jung Woo dipindahkan ke Rutan
Jinpoong. Petugas Moon dan rekannya
menjemput Jung Woo. Petugas Moon bahkan sampai mengucapkan salam perpisahan
segala. Saat hendak dibawa menuju bus, Jung Woo bertemu dengan Milyang yang
sudah menunggunya. Milyang memberikan barang2 Jung Woo. Milyang terlihat sedih
dan meminta Jung Woo jaga diri baik2.
Jung Woo pun naik ke bus. Tak lama, bus yang dinaiki Jung
Woo pun mulai melaju. Min Ho yang melihat kepergian Jung Woo dari ruangan
Kepala Sipir bertanya2, apakah Jung Woo akan pergi begitu saja.
Setelah Jung Woo pergi, Kepala Sipir langsung memindahkan
Min Ho ke sel khusus orang kaya. Di sana ada tempat tidur dan juga listrik,
tempat terbaik yang Woljeong punya. Tapi tetap saja Min Ho tak menyukainya.
Kepala Sipir lalu menyuruh Kepala Penjara menyiapkan air panas untuk Min Ho
mandi. Tak lama, Kepala Penjara mendapatkan informasi kalau ada masalah di sel
isolasi Jung Woo. Kepala Sipir pun langsung memberitahukannya pada Min Ho.
Min Ho masuk ke sel isolasi Jung Woo. Setibanya di sana, ia
langsung berteriak kesal memanggil nama Jung Woo.
Sementara di bus, Jung Woo yakin kalau Min Ho akan
memanggilnya kembali.
Dugaan Jung Woo benar. Min Ho langsung memerintahkan Kepala Sipir untuk memanggil Jung Woo kembali ke Rutan Woljeong. Kepala Sipir awalnya merasa bingung, tapi ia tetap melakukan perintah Min Ho tanpa bertanya apapun.
Min Ho lantas tertawa kesal sambil melihat tulisan nama
aslinya di dinding sel isolasi Jung Woo. Jung Woo menuliskan nama Min Ho dengan
darahnya.
Sementara di bus, Jung Woo melihat jari2nya yang terluka
semua.