Jung Woo yang duduk tenang di dalam bus melihat jari-jarinya yang terluka. Ia yakin, kalau Min Ho pasti ingin bertemu dengannya lagi. Sementara itu, Min Ho masuk ke sel isolasi dan menemukan tulisan namanya dinding yang ditulis Jung Woo pakai darah. Min Ho langsung berteriak, bawa dia kembali sekarang!
Petugas Moon yang
mendampingi Jung Woo mendapat perintah kembali ke Woljeong. Ia pun langsung
menyuruh supir putar balik ke Woljeong.Dalam perjalanan kembali, Jung Woo
menggumamkan nama Ha Yeon.
Setibanya di
Woljeong, Kepala Penjara dengan senyum ramah memberitahu Jung Woo kalau ada
yang salah dengan sistem keamanan mereka. Kepala Penjara lalu memerintahkan
petugas membawa Jung Woo ke atap. Di sana, Min Ho sudah menunggunya. Mereka
dipisahkan oleh pagar kawat.
“Cha Min Ho.”
Panggil Jung Woo.
Dan Min Ho pun
langsung berlutut.
“Kau adalah
satu2nya orang yang tahu kalau aku adalah Cha Min Ho. Kumohon padamu. Kumohon
berpura-pura lah tidak tahu apa-apa. Kalau kau menjaga rahasiaku, aku akan…
melakukan apapun yang kau mau. Kumohon. Selamatkan aku. Kumohon padamu.” Ucap
Min Ho.
Min Ho lalu
mendongakkan wajahnya dan memandangi Jung Woo sambil tertawa, apa kau tertipu?
Jung Woo pun
balas tertawa, dasar bajingan sinting…
Min Ho kemudian
berdiri. Dan Jung Woo langsung bertanya, kenapa Min Ho melakukan itu padanya.
Min Ho pun balik bertanya, apa buruknya kalau ia hidup sebagai Seon Ho. Apa
ruginya bagi Jung Woo, kalau ia hidup sebagai Seon Ho.
“Kau sungguh-sungguh menanyakan itu?” tanya Jung Woo heran.
“Seperti orang
lain, kau harusnya melupakan masalah ini
dan nikmati saja
keuntungannya. Kau
memperjuangkan ini sendirian,
kau kira akan ada bedanya?
Kaulah yang menyebabkan masalah bagi Yoon Ji Soo dan Park Ha Yeon.”
Jawab Min Ho.
Jung Woo pun
marah, ia bersumpah akan membunuh Min Ho. Tapi Min Ho hanya menganggap itu
sebagai gertakan karena Min Ho tahu Jung Woo menahan diri selama ini karena
ingin pindah rutan tanpa sepengetahuannya.
“Karena
anakmu.” Ucap Min Ho.
Jung Woo pun
hanya bisa menggeram.
“Dan aku juga
tidak akan membunuhmu. Ayo kita berlomba. Lomba untuk menemukan
putrimu. Jaksa Park,
akan lebih sakit bagimu
melihat anakmu mati ataukah
melihat anakmu menyaksikan
kematianmu? Akan
kulakukan apapun yang
membuatmu paling menderita.”
Ucap Min Ho.
Jung Woo pun emosi. Ia memukul pintu kawat sambil berteriak, Dasar kau bajingan sinting! Cha Min Ho! Cha Min Ho! Cha Min Ho! Keluar! Keluar! Sialan kau. Hei, Cha Min Ho. Akan kubunuh kau!
Kepala Sipir pun
datang begitu mendengar keributan Jung Woo. Ia memerintahkan petugas memasukkan
Jung Woo kembali ke sel. Jung Woo pun langsung diseret petugas. Sambil diseret
petugas, Jung Woo terus meneriakkan nama Min Ho.
“Presdir, Apa kau baik-baik saja?” tanya Kepala Sipir.
Min Ho mengangguk
senang.
“Oh, dan… kau kedatangan tamu.” Ucap Kepala Sipir.
Dalam perjalanan
menuju sel, Jung Woo berpikir tentang Ha Yeon yang tidak ada bersama Min Ho. Ia
pun yakin kalau Ha Yeon bersama Sung Gyu, karena itulah ia harus segera keluar
dari penjara.
Di dalam sel,
Wooruk dan Moongchi sedang bermain mahjong. Sementara Bangjang menuliskan surat
yang didiktekan Milyang.
“Jung Jae Yoon, Jung Jae Min. Apa kalian belajar dengan baik? Ayah sedang ada di
pantai di selatan
Perancis di mana kau
bisa melihat Pelabuhan Marseille.”
Moongchi langsung
nyeletuk, Apa kau sudah pernah ke tempat
yang namanya Marseille ini?
“Tidak. Aku
hanya pernah baca di buku.”
Jawab Milyang.
“Bagaimana
bisa kau menipu dan mengatakan pada mereka kau sedang berlayar? Cap pos-nya akan
bertuliskan Woljeong.” Ucap
Wooruk.
“Istriku yang
akan membacakannya untuk mereka. Setelah keluar dari
sini, kupastikan aku akan
membeli sebuah kapal sungguhan.”
Jawab Bangjang.
“Kau tidak
akan pernah keluar dari sini.”
Ucap Wooruk, lalu berseru Skakmat!
Dan Bangjang pun
langsung mengacak2 bidak Wooruk. Moongchi tersenyum senang dan mengacungkan
jempolnya pada Bangjang. Tak lama, Jung Woo datang.
“Aku sudah
dengar soal kesalahannya.
Kau kembali ke sini lagi?”
tanya Bangjang.
Jung Woo
mengangguk. Milyang langsung mendekati Jung Woo.
“Bagaimana
caranya kau bisa kembali?
Senang sekali melihatmu
kembali ke sini.” Ucap
Milyang.
“Di sini sudah
sangat sempit. Sekarang
semakin sempit lagi. Saat satu
orang keluar, yang lainnya
pasti akan masuk.
Penjara ini tidak punya yang namanya istirahat.”
Jawab Moongchi.
“Sudah
tertulis di wajahnya kalau dia
tidak akan pernah keluar
dari sini. Aku iri
padanya.” Ucap Wooruk.
Cheol Sik keluar
dari toilet. Ia pun terkejut melihat Jung Woo. Begitu pula Jung Woo yang kaget
melihat Cheol Sik di selnya. Cheol Sik pun langsung mendekati Jung Woo.
“Kenapa kau
masih di sini?” tanya Cheol
Sik.
“Oh, Tahanan
777 sepertinya dipindahkan
ke ruangan tunggal.
Tidak masuk akal kalau ada orang
kaya yang mau
tinggal di sel macam ini.”
ucap Bangjang.
“Pria kaya
pergi dan pria
miskin datang.” jawab Wooruk.
Moongchi tertawa
geli. Sementara Cheol Sik marah. Ia mau menghajar Wooruk, tapi Moongchi ikut
maju membuat nyalinya ciut. Bangjang pun melerai mereka.
Saat waktu
olahraga, Cheol Sik mendekati Jung Woo. Ia ingin tahu apa yang terjadi hingga
Jung Woo dibawa kembali ke Woljeong. Jung Woo pun memberitahu Cheol Sik kalau
Min Ho sudah tau ingatannya pulih.
“Jadi apa yang
akan terjadi sekarang?
Kau tidak bisa keluar dari sini. Tamatlah, begitu?”
tanya Cheol Sik.
“Aku akan
mencari cara untuk keluar.”
Jawab Jung Woo.
“Aku juga akan
cari cara.” Ucap Cheol Sik,
lalu beranjak pergi.
Tamu Min Ho
ternyata ayahnya sendiri. Sang ayah datang bersama jaksa kenalannya. CEO Cha
sangat marah pada Min Ho. Min Ho hanya bisa meminta maaf karena sudah melakukan
kesalahan.
“Bagaimana kau
bisa dengan mudahnya
menyebut ini kesalahan!”
sewot CEO Cha.
CEO Cha lalu
menyuruh jaksa bicara pada Min Ho.
“Presdir Cha, kau harus pergi ke kantor kejaksaan
sekarang.” ucap jaksa.
“Aku sudah
melakukan investigasi
soal ini.” jawab Min Ho.
“Bukan tentang
kasus ini. Mereka sudah menemukan sebuah dokumen perusahaan yang kau buat 3 tahun lalu.” ucap jaksa.
Min Ho bingung, maksudmu?
“Kau akan
diperiksa untuk tuduhan
penipuan, membuat pendanaan palsu, menyuap
dan menghindari pajak.”
Jawab jaksa.
Min Ho terkejut.
CEO Cha marah. Min Ho lagi2 hanya bisa minta maaf.
“Kami sudah
bicara pada kejaksaan
agar investigasinya berjalan tanpa diketahui oleh media. Kau tidak perlu mencemaskan soal ini. Kau hanya akan
diperiksa selama beberapa hari
saja.” Ucap jaksa.
CEO Cha dan jaksa
lalu beranjak pergi. Setelah ayahnya dan jaksa itu pergi, Min Ho pun tersenyum
tidak percaya Seon Ho melakukan semua itu.
Di ruangannya,
Joon Hyuk sedang melihat rekaman CCTV di sekitar telepon umum tempat Ha Yeon
menelponnya. Dalam rekaman CCTV itu, terlihat Ha Yeon yang berjalan bersama
Sung Gyu.
“Apa kau Ha Yeon? Kalau Ha Yeon masih
hidup… Kalau selama ini dia hidup…” gumam Joon Hyuk, lalu melihat berkas saat Jung Woo
memindahkan koper yang diduga berisi jasad Ha Yeon dari rumah ke mobil.
“Jung Woo, kau
tahu soal ini. Kau tahu Ha
Yeon masih hidup. Lalu kenapa
kau bisa tertangkap? Apa yang
sebenarnya terjadi padamu
hari itu?” tanya Joon
Hyuk.
Di toilet, sambil
memoleskan lipstick ke bibirnya, Eun Hye mengingat pertemuannya dengan Min Ho.
“Aku benar-benar sangat menyesali semua ini. Terima kasih untuk kerja kerasmu.” Ucap Min Ho.
Eun Hye lantas meminta
bantuan Min Kyung. Tapi Min Kyung menolak karena apa yang diminta Eun Hye itu
melanggar hukum.
“Karena itulah
aku minta tolong
padamu. Aku tidak
punya orang lain yang bisa
membantuku, selain dirimu.
Dengan melakukan ini kau mungkin saja akan menyelamatkan seseorang. Kita kan bisa tahu dari mana saja dia mengakses
internetnya. Apapun yang
bisa membuatku tahu di mana
posisinya. Kumohon, Min
Kyung-ah.” Pinta Eun Hye,
sambil menyodorkan catatan kecil.
Min Kyung pun
terpaksa mengambil catatan kecil itu. Yes!
Min Ho sudah tiba
di gedung kejaksaan bersama jaksa yang tadi. Saat naik lift, ia membatin…
“Sialan kau,
Park Jung Woo. Padahal aku baru saja
mulai bersenang-senang dengan dia.”
Min Ho lalu bertanya berapa lama investigasinya
akan berlangsung. Jaksa berkata, Min Ho akan berada di kejaksaan selama 3 hari.
“Apa semuanya
akan baik-baik saja?” tanya
Min Ho.
“Ini bukan
masalah besar. Tenang saja.” Jawab jaksa.
Jaksa Yeo membawa
Min Ho ke ruang interogasi. Di sana, dua junior Jaksa Yeo sudah menunggu. Jaksa
Yeo menyuruh Min Ho duduk, tapi Min Ho menolak dengan alasan punggungnya sakit
karena terlalu banyak duduk. Jaksa Yeo lalu menyuruh juniornya memenangkan
kasus Min Ho dengan cepat. Ia mengimingi dua juniornya itu dengan naik jabatan.
Di ruangannya,
Kepala Sipir sedang membaca artikel tentang kematian Min Ho. Ia lalu ingat saat
masuk ke sel isolasi Jung Woo, ia melihat ada tulisan nama ‘Cha Min Ho’ di
dinding. Kepala Sipir pun mulai mencium sesuatu yang busuk.
Di sel, Jung Woo
mengingat kata2 Min Ho tadi soal mana yang lebih sakit, melihat putrinya mati
atau putrinya melihatnya mati. Tak lama, Cheol Sik mendekati Jung Woo dan
berbisik kalau ia sudah menemukan jalan keluar.
“Apa kau
menemukan jalan keluar?”
celetuk Moongchi yang mendengar bisikan Cheol Sik itu.
“Sekarang
cuacanya sangat dingin.
Mau ke mana kau? Keluarlah
kalau musim semi tiba.” Ucap Bangjang.
“Seorang
tahanan di gedung 24 dihukum selama 3 tahun. Tapi hukumannya jadi 5 tahun karena dia mencoba melarikan
diri.” Jawab Milyang.
“Benar, aku
ingat dia. Dots. Dia harusnya
dipenjara selama 3 tahun di sini,
tapi hukumannya ditambah 2 tahun karena itu.” ucap Bangjang.
“Sialan. Kalau aku bisa keluar
sekali saja, aku tidak
peduli harus dihukum dengan tambahan 3 atau 5 tahun.” Jawab Moongchi.
Bangjang senyum2
saja melihat Moongchi, membuat Moongchi makin sewot.
Moongchi lalu
kembali bertanya pada Cheol Sik, bagaimana caranya?
“Aku sudah
memperhitungkan ini. Ada 7 pintu
keluar yang harus dilewati.”
Jawab Cheol Sik.
“Kedengarannya
seperti hal yang
mudah saja.” Ucap Wooruk.
“Hei, bodoh!” rutuk Cheol Sik.
“Bisakah kau
membuka satu pintu saja?”
tanya Moongchi.
Wooruk langsung
diam. Dan Moongchi langsung kecewa.
“Kukira tadi
kau menemukan sesuatu
yang sensasional.” Ucap
Moongchi.
Sedangkan Jung
Woo, ia berpikir tentang 7 pintu yang harus ia lalui untuk bisa keluar dari
penjara itu. Tak lama, Moongchi mendekati Jung Woo.
“Tahanan 3866.
Kau kan yang pintar di sini.
Carilah cara untuk keluar.”
Pinta Moongchi.
“Ayolah. Kau
kan sebentar lagi keluar.
Berhentilah mencampuri urusan orang dewasa.” Jawab Cheol Sik.
“Orang dewasa?” tanya Moongchi.
“Dihukum mati,
dihukum seumur hidup.” jawab
Cheol Sik sambil menunjuk Jung Woo dan dirinya sendiri.
“Aku juga
punya alasan kenapa aku harus
segera keluar dari sini.”
Ucap Moongchi.
“Dasar bodoh.” Maki Cheol Sik.
“Kaulah yang
bodoh.” Balas Moongchi.
“Kau tolol.” Ucap Cheol Sik.
“Lihat saja
kepalamu yang besar itu.”
jawab Moongchi.
“Kau juga,
sampah.” Ucap Cheol Sik.
“Dasar kepala
besar.” Jawab Moongchi.
“Kalau aku
berhasil melewati 7 pintu,
aku bisa keluar dari sini?”
gumam Jung Woo.
Tak lama
kemudian, Kepala Sipir membuka pintu sel dan mengajak Jung Woo bicara.
Kepala Sipir
membawa Jung Woo ke tengah lapangan. Kepala Sipir sedikit berbasa basi dengan
mengatakan cuaca yang sangat dingin malam itu. Jung Woo yang enggan beramah
tamah dengan Kepala Sipir, bertanya apa yang mau dibicarakan Kepala Sipir
padanya.
“Aku ingat
saat pertama kali kau datang ke sini. Presdir Cha memintaku untuk mengawasimu. Dari yang kupelajari selama ini, kalian berdua pasti punya
sejarah.” Jawab Kepala Sipir.
“Aku menyelidiki kasus
kematian adiknya. Kami punya
takdir dan hubungan yang sangat buruk.”
Ucap Jung Woo.
“Aku sudah
menduganya. Awalnya
kukira ini karena adiknya.
Tapi aku punya firasat ada sesuatu yang lain di balik semua ini. Bisa kau beritahu aku apa itu?” pinta Kepala Sipir.
“Yang kutahu
hanya itu saja.” Jawab Jung
Woo.
“Aku tahu
bukan hanya itu yang kau tahu.
Yang kudengar, ini juga ada hubungannya dengan anakmu. Sepertinya namanya Park Ha Yeon.” Ucap Kepala Sipir.
Jung Woo pun
langsung tegang.
“Jangan cemas. Aku ini adalah pria
yang cerdas. Kau tidak mau
memberitahuku?” ucap Kepala
Sipir.
Jung Woo diam
saja. Karena Jung Woo tetap bungkam, Kepala Sipir pun mengangkat tangannya.
Daaan… dua pengawas yang berdiri di menara, langsung mengarahkan tembakan pada
Jung Woo. Jung Woo pun terkejut. Kepala Sipir pun lagi2 memberikan kode dengan
tangannya dan kedua pengawas itu langsung menurunkan senjata mereka.
“Aku adalah
Tuan di sini. Tidak ada
yang peduli jika kau mati.
Aku bisa membuat kau seolah
mati karena mencoba melarikan diri. Presdir Cha akan kembali dalam beberapa hari. Akan kuberi kau waktu
untuk berpikir sampai hari
itu. Mungkin saja
kau bisa memberikan aku sesuatu yang lebih besar daripada Presdir Cha.” Ucap Kepala Sipir.
Kepala Sipir
kemudian tertawa, lalu menepuk2 bahu Jung Woo dan beranjak pergi. Setelah
Kepala Sipir pergi, Jung Woo pun bergumam soal Min Ho yang akan kembali setelah
beberapa hari.
Cheol Sik sedang
menyiapkan kasurnya disebelah Jung Woo. Melihat itu, Bangjang pun menyuruh
Wooruk dan Moongchi untuk menunjukkan pada Cheol Sik dimana seharusnya Cheol
Sik tidur. Wooruk dan Moongchi pun langsung menghampiri Cheol Sik.
“Hei, anak
baru! Berani sekali kau
berpikir kau bisa tidur di ruangan
yang sama dengan kami, di hari pertamamu?” ucap Wooruk.
“Siapa yang
kalian panggil anak baru?
Aku sudah lumayan lama di sini.”
Protes Cheol Sik.
“Kalau kau
anak baru, walaupun kau
seorang presiden, kau harus
tidur di kamar mandi.” Jawab
Wooruk.
“Benar. Kami
tidak peduli walaupun kau
adalah kakeknya presiden.”
Ucap Moongchi.
“Aku berada di
sel lain sebelum dipindahkan ke sini.”
Jawab Cheol Sik.
“Bagaimanapun,
ini adalah malam pertamamu di
sini.” Ucap Wooruk.
“Ikan Batu.” Panggil Cheol Sik.
Wooruk langsung
menyahut, Ya?
“Aku akan
pergi.” Jawab Cheol Sik, lalu
pergi ke kamar mandi dengan wajah kesal. Tapi baru membuka pintu kamar mandi,
ia kembali menatap Bangjang cs dan meminta bantalnya dengan wajah kesal.
Moongchi pun mengendikkan kedua bahunya sambil tertawa jahil. Milyang
menyodorkan tisu toilet. Wooruk dan Moongchi pun makin tertawa.
Cheol Sik pun tak
punya pilihan lain selain tidur di toilet. Ia tidur dengan hidung yang disumbat
tisu toilet dan’menggunakan seragamnya sebagai selimut.
Semua sudah
tidur. Jung Woo tampak gelisah dalam tidurnya. Tak lama, Jung Woo pun terbangun
dengan keringat membasahi sekujur tubuhnya.
Keesokan harinya
Joon Hyuk mengunjungi Jung Woo. Joon Hyuk membuat alasan kalau sebenarnya ia
sudah berniat mengunjungi Jung Woo saat mendengar Jung Woo menyerah untuk
banding. Jung Woo mengerti.
“Jung Woo-ya, Kenapa kau menyerah
untuk banding terakhir?” tanya Joon Hyuk.
“Aku sudah
membuat pengakuan. Tidak masuk
akal kalau aku malah naik
banding. Apalagi harus
bertemu denganmu di
persidangan.” Jawab Jung Woo.
“Kau benar. Kalaupun kau naik
banding, tidak banyak
yang akan berubah.” Ucap Joon
Hyuk.
“Aku tahu.” jawab Jung Woo.
“Omong-omong pencariannya sudah
dihentikan.” Ucap Joon Hyuk.
“Aku mengerti.” Jawab Jung Woo.
“Maaf aku
tidak bisa menemukan Ha Yeon.”
Ucap Joon Hyuk.
“Tidak
masalah. Satu-satunya
cara adalah mengembalikan
semua ingatanku.” Jawab
Jung Woo.
“Ingatanmu
masih belum kembali sepenuhnya?”
tanya Joon Hyuk.
“Ya.” jawab Jung Woo.
“Jung Woo-ya,kenapa kau tidak
memberitahuku kalau Ha Yeon
masih hidup?” batin Joon
Hyuk.
“Joon Hyuk-ah, kau tahu kan kalau Ha Yeon masih
hidup?” batin Jung Woo.
Di ruang
kesehatan, dokter sedang mengobati luka Jung Woo. Dokter paham, kalau Jung Woo
tidak akan memberitahunya kalau ia tanya apa yang terjadi. Dokter lalu mengaku
senang karena bisa melihat Jung Woo lagi.
“Terima kasih. Tapi kau kelihatannya
terlalu perhatian padaku.”
Ucap Jung Woo.
“Itu karena
kau adalah pasienku.” Jawab
dokter.
“Apa kau tahu aku ini
sudah membunuh istri dan
anakku?” tanya Jung Woo.
“Ya. Seorang dokter tidak
boleh memihak. Aku berharap
kau bisa membuka diri padaku.”
Jawab dokter.
Jung Woo lalu
melihat dua lisensi dokter yang terpajang di dinding. Lisensi psiakiater dan
lisensi ahli paru2. Jung Woo pun memuji kepintaran dokter yang memiliki dua
lisensi.
“Kebetulan
saja aku punya dua. Aku tidak
begitu pandai, kok.” Jawab
dokter merendah.
Polisi mendatangi
kediaman Seon Ho untuk menanyakan soal Jennifer pada Yeon Hee. Yeon Hee
berkata, kalau Jennifer adalah teman semasa kuliahnya.
“Keluarganya
di Amerika melaporkan dia hilang
karena tidak ada
catatan dia sudah meninggalkan Korea dan mereka kehilangan kontak dengannya.” Jawab polisi.
“Dia makan
malam dengan kami suatu malam
dan langsung pergi setelahnya.”
Ucap Yeon Hee.
“Aku tidak
percaya dia hilang. Apa ada hal
lain yang kau ingat?” tanya
polisi.
“Aku tidak
tahu. Itu adalah
terakhir kali aku melihatnya.”
Jawab Yeon Hee.
“Apa suamimu
dekat dengannya?” tanya
polisi.
Yeon Hee pun
terkejut, Apa?
“Dia
meninggalkan hotel bersama suamimu.”
Jawab polisi.
“Dia juga
berteman dekat dengan
suamiku. Kudengar
suamiku yang mengantarnya.
Jennifer butuh seseorang untuk
mengantarnya berkeliling.”
Ucap Yeon Hee.
“Ke mana
mereka pergi saat itu?” tanya
polisi.
“Apa kau
mencurigai suamiku?” tanya
Yeon Hee.
“Bukan, bukan
begitu. Karena waktu kejadiannya
tepat setelah dia bertemu suamimu,
kemudian keberadaan Jennifer Lee tidak diketahui. Aku hanya bertanya saja untuk
memastikan. Apa ada
sesuatu yang kau tahu?”
polisi menjelaskan.
“Aku tidak
yakin.” Jawab Yeon Hee
tegang.
Min Ho menjalani
investigasi dengan ogah-ogahan. Dua jaksa mempertanyakan rekening yang Seon Ho
buat dengan meminjam nama orang lain. Min Ho mengaku tidak tahu menahu soal
itu. Ia lalu mengeluhkan ruang interogasi yang sangat dingin.
Tak lama, Jaksa
Yeo masuk bersama Yeon Hee. Jaksa Yeo meminta waktu istirahat. Dua jaksa itu
pun langsung keluar bersama Jaksa Yeo.
“Di mana Jennifer?” tanya Yeon Hee sambil menatap tajam Min
Ho.
“Apa kau gila?”
ucap Min Ho panic karena Yeon Hee menanyakan pertanyaan itu.
“Polisi datang
ke rumah kita.” jawab Yeon
Hee.
“Apa yang kau
katakan pada mereka?” tanya
Min Ho.
“Kau tidak
perlu cemas.” Jawab Yeon Hee.
“Baguslah. Bagaimana kabar Eun
Soo? Katakan
padanya aku sedang ada
dalam perjalanan bisnis.”
Ucap Min Ho.
Yeon Hee diam
saja dan melihat berkas dimeja tentang catatan rekening bank dengan nama
pinjaman milik Seon Ho. Min Ho pun langsung berkata, kalau ia akan segera
keluar.
“Apa kau
mempercayai ayahmu?” tanya
Yeon Hee.
“Apa maksudnya
itu?” tanya Min Ho balik.
“Apa mungkin
selama ini ayahmu tidak tahu
soal dokumen perusahaannya Seon Ho?”
jawab Yeon Hee.
“Semuanya akan
berakhir saat investigasinya selesai.”
Ucap Min Ho.
“Kau akan segera tahu orang macam apa ayahmu itu.” jawab Yeon Hee, membuat Min Ho langsung
menatapnya dengan heran.
Sung Gyu berjalan
menuju penginapannya. Tepat saat itu, Seok datang dengan orang2nya. Untung
saja, Sung Gyu melihat mereka duluan jadi Sung Gyu bisa meloloskan diri.
Sung Gyu lalu
menghampiri Ha Yeon yang menunggu di depan kantor polisi. Ha Yeon batuk2.
Melihat Ha Yeon batuk, Sung Gyu pun langsung mengencangkan syal Ha Yeon.
“Ha Yeon-ah, masuklah ke dalam, dan
sebutkan pada mereka nama ayahmu.” suruh Sung Gyu.
“Paman, aku tidak mau pergi.” Jawab Ha Yeon.
Tapi Sung Gyu
tetap memaksa Ha Yeon pergi sembari menahan tangisnya. Ha Yeon pun berjalan
masuk menuju kantor polisi dengan wajah sedih. Sung Gyu kemudian berjalan
pergi, tapi tiba2 Ha Yeon kembali dan menggenggam tangannya.
“Paman, aku
takut.” Ucap Ha Yeon, lalu
batuk lagi.
“Ha Yeon-ah, kenapa lagi?” tanya Sung Gyu.
“Aku takut
pada polisi.” Jawab Ha Yeon.
“Polisi itu
tidak menakutkan.” Ucap Sung
Gyu.
“Mereka kan
mengambil ayah.” jawab Ha
Yeon sedih.
Sung Gyu pun
langsung memeluk erat Ha Yeon.
Di sel, Bangjang
cs sibuk ngemil dan baca majalah. Sementara di pojokan, Cheol Sik tidur dan
Jung Woo tampak memikirkan sesuatu.Ia ingat saat menyandera Min Ho yang datang
ke rutan dulu. Saat itu, Min Ho takut pada ujung pensil yang digunakan Jung Woo
mengancam Min Ho.
Jung Woo lalu
bangkit dan mengambil cermin yang disembunyikannya di balik selimut dan
memikirkan sesuatu.
Saat diluar, Jung
Woo mengasah pecahan kaca cerminnya di bangku sambil mengawasi sekelilingnya.
Saat ada yang lewat, ia berhenti mengasah.
Apakah yang
direncanakan Jung Woo sebenarnya?? Hmm… ini drama makin makin makin menarik.
Part yang aku
suka disini… Kebersamaan Dedek Ha Yeon dan Sung Gyu… sweet parah pas Sung Gyu
ngeratin syalnya Dedek Ha Yeon...
Kalau scenenya
Cheol Sik, gk usah ditanya deh… aku selalu ketawa lebar ngeliat scene nya… suka
lah bromance nya ama Ji Sung… tapi bromance nya yang paling cetar pas sama Joo
Sang Wook di Fantastic…