• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 6 Part 2

Sebelumnya...


“Gon-ah, sekarang kau orangku, kan?” tanya Hwa Gun dengan tatapan sedih. Gon mengiyakan.

“Jika kau ingin melindungiku, mulai sekarang rahasiakan segala sesuatu tentang Putra Mahkota. Jika kau memberitahukan rahasianya pada kakekku, lalu Putra Mahkota terluka, hatiku akan hancur. Jika pedangmu sampai menghunus Putra Mahkota, sama artinya kau mengonyak jantungku.” Ucap Hwa Gun, membuat Gon sedikit terkejut.

  
Hwa Gun lantas berbalik dan menatap Gon.

“Jika Putra Mahkota mati, aku juga mati. Jadi sebagaimana kau melindungiku, kau juga harus lindungi Putra Mahkota. Dengan begitu, aku bisa hidup.” ucap Hwa Gun.

Gon mengangguk mengiyakan. Entahlah apakah ia akan menuruti Hwa Gun atau tidak, tapi kuharap Gon benar-benar akan melindungi Putra Mahkota.

  
Keesokan harinya Raja mendapati PM Lee Sun masih menangisi kepergian Chun Soo. Dengan terpaksa, Raja menyuruh PM Lee Sun mengeksekusi Tuan Han. Raja berkata, Tuan Han adalah abdi setia PM Lee Sun.

“Tuan Han akan dibawa ke tempat eksekusi. Dia adalah orang pertama yang harus membayar atas tindakan gegabahmu kemarin. Sekarang kau ingin menyalahkan orang lain dan mengatakan tak tahu apa-apa? Ini karenamu. Pemuda yang mati di tempatmu, dan Tuan Han mati karena mematuhi perintahmu. Semua karenamu.” Ucap Raja.

PM Lee Sun semakin terluka.

  
“Inilah dirimu. Putra Mahkota Joseon. Raja Joseon selanjutnya. Satu kata saja darimu dapat membahayakan rakyatmu. Satu keputusanmu dapat menyelamatkan atau justru menghabisi rakyatmu. Setiap keputusan yang kau buat mempertaruhkan seluruh Joseon. Itulah... dirimu.” Ucap Raja.


Di tempat persembunyiannya, Ga Eun membaca surat dari ayahnya.

“Ga Eun-ah, Putra Mahkota tidaklah bersalah. Ayah meninggal bukan karena dirinya. Ayah pun tak ingin meninggalkanmu…”


Ga Eun langsung memacu kudanya menuju ibukota. Kita lalu kembali mendengar kelanjutan isi dari surat Tuan Han.

… namun ada yang lebih ayah benci dibanding kematian. Kita harus memilih antara hidup atau keadilan,itu bukanlah kebebasan sesungguhnya. Tolong pahami keputusan ayahmu ini yang memilih keadilan dibanding kehidupan. Maafkan aku dan ayah selalu menyayangimu.”

  
PM Lee Sun terluka dengan ucapan ayahnya tadi. Ia tak sanggup mengeksekusi Tuan Han. Raja bilang kalau PM Lee Sun tak melakukannya, orang lain yang akan mati.

“Saya tidak bisa melakukannya. Lebih baik saya mati daripada melakukannya. Saya akan datang pada mereka. Saya akan menghampiri Kelompok Pyunsoo dan mengatakan untuk membunuh saya, lalu berhenti...”

“Tetaplah kuat. Siapa yang akan memimpin rakyat bila Rajanya meninggal? Dan kau menyebut dirimu Putra Mahkota Joseon?” marah Raja.

“Memang saya yang ingin menjadi Putra Mahkota?! Apa saya yang mau hidup memakai topeng begitu? Kenapa saya harus hidupdengan mengorbankan nyawa Tuan Han?!” teriak PM Lee Sun.

Raja terdiam.

“Kenapa anda melakukannya? Kenapa anda harus memiliki perjanjian dengan Kelompok Pyunsoo? Kenapa anda memberikan Departemen Pengadaan Air sebagai balasan atas nyawa saya? Kenapa? Kenapa? Kenapa seperti itu?!”

  
Dan, bruuuk! PM Lee Sun seketika jatuh pingsan. Chung Woon dan Kepala Lee yang menunggu diluar sejak tadi pun langsung masuk. Chung Woon juga marah karena PM Lee Sun harus mengeksekusi sendiri Tuan Han.


Sun kehabisan bahan makanan. Tak lama kemudian, Woo Bo datang membawa dua kantong beras. Satunya ia berikan pada Sun dan satu lagi untuk mereka berikan ke Ga Eun.

  
Dalam perjalanan ke rumah Ga Eun, Sun bertanya bagaimana caranya meruntuhkan Departemen Pengadaan Air.

“Kau pikir meruntuhkan mereka akan membawa perubahan?” jawab Woo Bo.

“Bukankah Raja mampu melakukannya?” tanya Sun.

“Menemukan Raja yang mau melakukannya akan lebih sulit dibanding mengubah dunia ini.” jawab Woo Bo.

“Bagaimana jika aku yang melakukannya dan bukan Raja?” tanya Sun.

“Tidak akan ada yang bisa melakukannya. Karena Joseon ini bukan milik Raja.” Jawab Woo Bo, membuat Sun terperangah.

  
Woo Bo dan Sun akhirnya tiba di rumah Ga Eun. Namun seorang pria datang dengan terengah2 dan memberitahu kalau Tuan Han akan dieksekusi Putra Mahkota besok. Ga Eun yang baru datang terkejut.

“Siapa katamu yang akan dieksekusi? Siapa yang akan dieksekusi?” tanyanya pedih.

  
PM Lee Sun terbangun dan mendapati dirinya ada di penjara tanpa baju kebesarannya. Sontak, ia langsung menggedor pintu dengan panic.Tak lama kemudian, seseorang membukakan pintu dan orang itu Hwa Gun.

“Kau... gadis yang kulihat di tempatku. Bagaimana kau bisa masuk kemari?” tanya PM Lee Sun heran.

Belum dijawab, PM Lee Sun berkata harus segera pergi. Hwa Gun pun menawari kudanya.

  
Rombongan Ga Eun berlari menuju tempat eksekusi. Bersamaan dengan itu, PM Lee Sun memacu kudanya menuju tempat eksekusi. Hwa Gun tampak begitu senang bisa berkuda bersama PM Lee Sun.

  
Tuan Han mulai dibawa ke panggung eksekusi. Seluruh warga berkumpul menyaksikan eksekusi itu. Tuan Han mendengarkan pandangannya, ia cemas kalau2 Ga Eun menyaksikan eksekusinya. Tuan Han lalu melihat Moo Ha yang berdiri diantara kerumunan dengan tubuh gemetar.

  
Tak lama kemudian, Chung Woon yang mengenakan topeng dan baju PM Lee Sun naik ke panggung dan siap mengeksekusi Tuan Han. Chung Woon mengayunkan pedangnya, namun ia terhenti sejenak karena merasa tak tega. Ga Eun menangis menyaksikan itu.


Tepat saat itu, PM Lee Sun datang dan berlari menembus kerumunan warga sambil berteriak meminta eksekusi dihentikan. Namun terlambat, Tuan Han sudah dieksekusi.

Ruler : Master Of The Mask Ep 6 Part 1

Sebelumnya...

  
PM Lee Sun merintih, meminta Tuan Han diampuni. Chun Soo yang tak tega mendengar rintihan PM Lee Sun pun membujuk Chung Woon untuk melepaskan PM Lee Sun. Chun Soo berkata, PM Lee Sun bahkan belum minum setetes air sama sekali. Ia takut PM Lee Sun pingsan. Lebih buruknya lagi, jika Tuan Han sampai meninggal, PM Lee Sun mungkin saja takkan mau bertahan hidup.

  
Raja akhirnya kembali. Begitu Raja kembali, Chung Woon memohon agar PM Lee Sun dilepaskan. Dan tak disangka-sangka, Raja menyuruh Chung Woon mengikuti keinginan PM Lee Sun.

  
Begitu keluar, PM Lee Sun dan Chung Woon langsung pergi ke penjara untuk membebaskan Tuan Han. Tuan Han yang selama ini mengenal PM Lee Sun dengan nama Chun Soo pun terkejut melihat Chun Soo ada di sana. PM Lee Sun beralasan, dia disana karena dikirim oleh Putra Mahkota.

“Putra Mahkota mengirim dirimu? Katakan pada Putra Mahkotabahwa beliau tidak boleh jatuh hanya karena hal ini.” pinta Tuan Han.

“Tidak. Tetaplah hidup dan silakan katakan sendiri padanya. Cepat keluarlah.” Suruh PM Lee Sun.


Tapi Tuan Han bukannya bergegas, malah memberi PM Lee Sun secarik kertas. Ia meminta PM Lee Sun memberikan kertas itu pada Ga Eun. PM Lee Sun pun mengira Tuan Han menolak pergi karena khawatir Ga Eun akan terluka.

“Ga Eun putriku...tolong lindungi dia.” pinta Tuan Han.

“Pasti. Aku akan membawa Ga Eun ke tempat aman lalu lekas kembali kemari. Tolong tunggulah aku.” jawab PM Lee Sun.


Tapi rupanya maksud Tuan Han bukanlah itu. Belum sempat menjelaskan, PM Lee Sun sudah keburu pergi sambil memanggil Chung Woon dengan sebutan guru. Sadarlah Tuan Han kalau pria yang dikenalinya dengan nama Chun Soo itu adalah Putra Mahkota.

  
PM Lee Sun dan Chung Woon pun bergegas menuju kediaman Tuan Han. Ga Eun sendiri dikurung pengawal militer di rumahnya. Tak lama kemudian, Ga Eun mendengar suara PM Lee Sun yang memanggilnya. Ga Eun bergegas keluar dan menemui PM Lee Sun.

“Ga Eun-ah, kau... baik-baik saja? Apa kau terluka?” tanya PM Lee Sun cemas.

“Ayahku dibawa pergi. Dia sudah salah dituduh. Pengawal militer mengurungku di sini, aku tidak bisa menemuinya.” Jawab Ga Eun.


Ga Eun kemudian melihat pengawal militer yang berjaga di depan rumahnya pergi. Ga Eun langsung ingin pergi menemui ayahnya, tapi PM Lee Sun mencegahnya dengan mengaku sudah bertemu ayah Ga Eun.

“Apakah ayahku baik-baik saja? Kapan dia akan dibebaskan?” tanya Ga Eun.


Mendengar pertanyaan Ga Eun, PM Lee Sun pun bingung harus menjawab apa. PM Lee Sun lantas menunjuk ke arah Chung Woon. Ia mengklaim bahwa Chung Woon adalah suruhan Putra Mahkota dan ayah Ga Eun baru akan melarikan diri kalau Ga Eun sudah berada di tempat yang aman.

  
“Tapi, ayahku kan tidak melakukan kesalahan apa-apa. Kenapa dia harus melarikan diri?” sewot Ga Eun.

“Itu...” PM Lee Sun langsung memutar otaknya mencari alasan.

“… karena mustahil membersihkan namanya untuk saat ini. Kau dan ayahmu harus menyelamatkan diri dulu, setelah itu baru dia akan...”


PM Lee Sun lantas teringat dengan surat yang dititipkan Tuan Han. Ia pun menyerahkan surat itu pada Ga Eun. PM Lee Sun lalu membujuk Ga Eun untuk pergi. Ia bilang itu demi keselamatan Tuan Han.

  
Beberapa saat kemudian, kita melihat Ga Eun sudah duduk di atas kuda. Ga Eun pun pergi bersama seorang pria yang disuruh mengawalnya. Ketika kuda mulai berjalan, Ga Eun menoleh ke arah PM Lee Sun. PM Lee Sun terus menatap Ga Eun.

  
Tiba2 saja, Chung Woon merasakan kehadiran seseorang. Ia menoleh ke belakang tapi melihat siapapun. Benar saja, Gon memang mengawasi mereka dari balik semak.

  
Hwa Gun lagi ngambek pada kakeknya karena kakeknya ikut campur, ia batal jadi Putri Mahkota padahal ayahnya sudah berjanji akan menjadikannya Putri Mahkota.

“Itulah sebabnya. Jika sungguh menginginkan sesuatu, kau harus berusaha sendiri untuk mewujudkannya. Jangan mengandalkan orang lain untuk menggapainya. Hal yang mudah didapat,akan mudah juga terlepas. Sebab tidak sepenuhnya usahamu.” Jawab Dae Mok.

“Jika aku sungguh menginginkan sesuatu, aku harus mewujudkannya sendiri.” Gumam Hwa Gun.

  
Hwa Gun lalu punya ide. Di hari ulang tahunnya, ia mau sang kakek memberikannya Gon sebagai hadiah ulang tahunnya. Dae Mok sedikit terkejut, tapi ia langsung menyetujui permintaan cucunya. Senyum Hwa Gun langsung mengembang. Dae Mok membalas senyum Hwa Gun dengan seringainya.

Oooow… apakah Dae Mok benar2 akan menyerahkan Gon pada Hwa Gun??


Moo Ha (sekarang kita panggil Moo Ha aja ya) berlutut di depan penjara Tuan Han. Ia merasa bersalah karena sudah membuat kesaksian palsu dengan mengatakan kalau aduannya pada Putra Mahkota soal Departemen Pengadaan Air itu hanyalah kebohongan. Moo Ha mengaku berbohong agar bisa selamat.

Tuan Han tersenyum. Ia mengerti kalau hanya itu satu2nya cara agar Moo Ha selamat.


“Seandainya saya tidak memulai penyelidikan itu... Seandainya saya tidak memberikan laporannya pada Putra Mahkota...” sesal Moo Ha.

“Seandainya kau tetap diam, aku hanya akan menjadi orang bodoh yang tak tahu apa-apa. Rakyat menderita akibat Kelompok Pyunsoo, aku tidak akan mengetahuinya.” Jawab Tuan Han.

Moo Ha semakin merasa bersalah. Ia bahkan tak sanggup untuk menatap wajah Tuan Han.

“Aku tetap meminta bantuanmu meski ini mungkin sangat sulit. Bantulah Yang Mulia Putra Mahkota. Tetaplah di sisi Putra Mahkota agar beliau sanggup bertarung hingga akhir.” Pinta Tuan Han.

“Saya tidak bisa. Tidak mampu. Saya tidak sanggup menahan semua ini.” tolak Moo Ha.

“Kalau begitu maukah kau mengabulkan yang ini?” tanya Tuan Han.


Beberapa saat kemudian, Moo Ha terhuyung meninggalkan penjara. Ia masih syok dengan permintaan Tuan Han. Tuan Han meminta agar kematiannya tidak disaksikan oleh Ga Eun. 


  
Tepat setelah Moo Ha pergi, PM Lee Sun datang dengan Chung Woon. Ia memberitahu, kalau sudah mengirim Ga Eun ke tempat yang aman, jadi Tuan Han bisa pergi. Tuan Han pun berlutut.

“Yang Mulia, hamba hanyalah orang rendahan, tapi maukah Yang Mulia mengenang hamba?” tanya Tuan Han.

PM Lee Sun bingung, apa?

  
“Hamba dibunuh bukan karena penyelidikan terhadap Departemen Pengadaan Air. Itu karena kelompok kuat di baliknya, yaitu Kelompok Pyunsoo. Namun, hamba tidak memiliki kekuatan cukup melawan Kelompok Pyunsoo. Jika hamba tidak melindungi orang lain dari kematian ini, maka tak akan ada lagi rencana masa depan.” Ucap Tuan Han.

“Kau bisa tetap hidup dan merancang rencana baru bersamaku. Jangan seperti yang dikatakan ayahanda-ku, bahwa kau mati demi melindungiku.” Pinta PM Lee Sun.


Tuan Han terdiam. Ia teringat kata2 Raja, saat Raja menemuinya tadi.
“Aku memiliki permintaan. Putra Mahkota-ku yang lemah mungkin akan terpuruk akibat kematianmu. Kau jadilah motivasi Putra Mahkota sekaligus kekuatan bagi dirinya.” Pinta Raja,

  
“Yang Mulia, jika Putra Mahkota kalah dari Kelompok Pyunsoo lalu siapa lagi yang dapat mengalahkan Kelompok Pyunsoo? Siapa lagi yang akan berani bertarung demi rakyat dan mengembalikan hak atas air pada mereka?” tanya Tuan Han.

PM Lee Sun marah, kenapa kau bahkan tidak berusaha bertahan hidup? Apa kau tidak merindukan Ga Eun yang menantimu?

“Apakah Yang Mulia mengira hamba bodoh sehingga memilih keadilan dibanding putri hamba sendiri? Yang Mulia merasa kematian hamba tidak ada artinya?” tanya Tuan Han.

PM Lee Sun menggeleng, bukan begitu…

  
“Jika kau meninggal, aku tidak akan memiliki keyakinan melawan Kelompok Pyunsoo.Sebab itu tetaplah hidup.” pinta PM Lee Sun dengan mata berkaca-kaca.

“Yang Mulia harus bertahan meski itu menyakitkan. Yang Mulia harus tetap kuat. Yang Mulia tidak boleh menyalahkan diri, menganggap tidak melakukan apa-apa. Jika Yang Mulia menyerah, mereka akan menjadi lebih buruk lagi.” Jawab Tuan Han.

  
“Tidak. Tidak. Tidak. Kumohon... tetaplah hidup. Tolong jangan mati karena aku.” tangis PM Lee Sun mulai mengalir.

“Yang Mulia akan melalui jalan yang panjang dan berliku mulai sekarang. Meski begitu, janganlah menyerah. Hamba... telah menjadi batu loncatan Yang Mulia... hamba akan mensyukurinya sampai kapanpun juga.” jawab Tuan Han.


PM Lee Sun pun terduduk lemas.


Dae Mok baru saja mendapat laporan tentang PM Lee Sun yang membantu Ga Eun kabur. Ia senang dan merasa bisa memanfaatkan Ga Eun untuk menangkap Putra Mahkota.


Gon tiba2 menyadari Hwa Gun sedang menguping. Begitu Gon meliriknya, ia pun kabur. Dae Mok menyuruh Gon menjadi pengawal Hwa Gun. Ia bilang tidak akan memanggil Gon lagi kecuali untuk urusan darurat dan menyuruh Gon melindungi serta mematuhi Hwa Gun. Namun, Dae Mok juga memerintahkan Gon melaporkan tindak tanduk Hwa Gun padanya.

  
PM Lee Sun dan Chung Woon memohon Raja mengampuni Tuan Han. Ia berkata, seharusnya seorang Raja tidak membunuh orang yang tidak berdosa, apalagi itu rakyatnya. Di sela pembicaraan mereka, Chun Soo datang untuk menyampaikan pesan Kelompok Pyunsoo.

  
Dengan suara tersendat-sendat, Chun Soo bilang kalau PM Lee Sun lah yang harus mengeksekusi Tuan Han esok hari, kalau PM Lee Sun menolak maka mereka akan membunuh semua orang yang dekat dengan PM Lee Sun.

  
Tiba2 saja, Chun Soo ambruk dengan mulut berbusa karena racun. PM Lee Sun sontak meminta dipanggilkan tabib istana.

  
Chun Soo akhirnya sadar, namun keadaannya benar2 menyedihkan. Begitu Chun Soo sadar, PM Lee Sun langsung menanyakan siapa yang mengirim pesan itu dan meracuni Chun Soo. Tapi Chun Soo malah berkata, seandainya ia tahu akan mati seperti ini, ia seharusnya melihat wajah Putra Mahkota saat itu. Karena itulah, PM Lee Sun melepas topengnya meski diprotes Chung Woon. Saat itu pula, pandangan Chun Soo menjadi jelas dan melihat PM Lee Sun yang berlinang air mata. Chun Soo memuji ketampanan PM Lee Sun.


Setelah melihat wajah PM Lee Sun, Chun Soo meninggal dunia. Tangis PM Lee Sun pecah. Dipeluknya jasad Chun Soo erat2 sambil meraung2 memanggil Chun Soo.
  
Tanpa ia sadari, Hwa Gun dan Gon mengintip mereka dari atap. Gon terkejut melihat wajah Putra Mahkota yang sebenarnya. Sedangkan Hwa Gun, ia ikut menitikkan air mata melihat kesedihan PM Lee Sun.