• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

My Golden Life Ep 5 Part 2

Sebelumnya...


Di ruangannya, Do Kyung lagi mikirin bagaimana cara Ji An mendapatkan uang sebanyak itu. Dan khayalan terakhirnya, kalau Ji An mendapatkan uang sebanyak itu dari hasil menjual organ, membuat dia makin panic. Di tengah kepanikannya, tiba2 Seketaris Yoo datang memberitahunya kalau meeting akan segera dimulai.

“Meeting? Meeting apa?” tanya Do Kyung heran.



Seketaris Yoo pun menjawab dengan wajah kesal kalau tadi pagi Do Kyung yang mengajak meeting dengan tim perencanaan strategis.

Seketaris Yoo lantas melirik bungkusan hitam di meja Do Kyung dan penasaran apa isinya.

“Seketaris Yoo, katakan kau membutuhkan 20.000 dollar hari ini. Apa yang akan kau lakukan?” tanya Do Kyung.

Seketaris Yoo pun berkata, akan meminjamnya pada Do Kyung. Do Kyung langsung menjawab tidak akan memberikan Seketaris Yoo pinjaman.

“Aku akan memakai uang sewa.” Ucap Seketaris Yoo lagi.



“Kau tinggal di rumah temanmu. Tidak ada deposit.” Jawab Do Kyung.

“Aku akan menjual arlojiku.” Ucap Seketaris Yoo.

“Kau tidak memilikinya!” jawab Do Kyung. 

“Lalu aku akan meminta uang pesangonku di muka .” ucap Seketaris Yoo.   

“Tidak ada uang pesangon.” Jawab Do Kyung. 

“Aku akan memintanya pada orang tuaku.” Ucap Seketaris Yoo. 

“Apakah orang tuamu akan memberimu uang sebanyak itu?” tanya Do Kyung.


“Ngomong2 apakah plastic itu isinya 20.000 dollar?” tanya Seketaris Yoo.

"Orang tua macam apa yang akan memberikan 20.000 dollar? Tidak seorang pun yang tahu." ucap Do Kyung.

"Kecuali kalau mereka rentenir." jawab Seketaris Yoo. 


Seohyun terkejut melihat ibunya ada di rumah. Sang ibu berkata, dirinya hanya mampir sebentar untuk memeriksa kamar Eun Seok. Seohyun pun pamit, mau ke kelas sorenya tapi Nyonya No tidak terlalu menggubris Seohyun, membuat Seohyun akhirnya pergi dengan wajah kecewa. 


Tuan Seo lagi menurunkan kayu dari lantai atas, tiba2 saja merasa pusing. Ia jatuh terduduk di tangga dan kayu2 yang tadi diangkutnya juga langsung berhamburan. Rekan2 Tuan Seo langsung cemas.




Di saat Tuan Seo lagi cemas mikirin Ji An, istrinya malah ketemuan sama Nyonya No. Nyonya No meminta Nyonya Yang memberitahu Ji An kalau mereka sudah siap menunggu kepulangan Ji An. Nyonya No juga bilang akan memaafkan kesalahan Tuan Seo dan Nyonya Yang yang sudah menculik Eun Seok. Nyonya No kemudian bertanya, kapan ia bisa membawa Eun Seok nya pulang.

“Segera. Ji An membutuhkan waktu untuk menyelesaikan masalahnya.” Jawab Nyonya Yang.



Nyonya Yang lantas meminta Nyonya No mengirim Ji An sekolah keluar negeri. Nyonya Yang bercerita tentang impian Ji An yang ingin menjadi pematung. Nyonya Yang bilang, kalau saja keluarganya tidak bangkrut, ia dan suaminya sudah mengirim Ji An sekolah seni ke Chicago.

“Kami akan mengurusnya.” Jawab Nyonya No.

“Ji An sangat baik dan berbakat.” Ucap Nyonya Yang.

“Cukup! Kau membesarkannya bertahun2, jadi butuh waktu untuk memutuskan hubungan. Untuk bergabung dengan keluarga kami, dia membutuhkan waktu. Kau tidak akan bertemu dengannya sampai dia bisa menyesuaikan dirinya.” Jawab Nyonya No.



Sontak, pertanyataan Nyonya No ini mengejutkan Nyonya Yang. Nyonya No lantas memberikan sebuah amplop pada Nyonya Yang.

“Kami bermaksud membuka toko itu sendiri, lokasinya sangat bagus. Jika kau mengisi formulir itu dan mengirimkannya, staff kami akan menghubungimu.” Ucap Nyonya No.

“Kami tidak membutuhkan ini.” tolak Nyonya Yang.



“Aku mencari tahu tentang kalian sebelum mendatangi kalian. Suami muberusaha keras setelah usahanya gagal. Suamimu adalah pekerja harian. Bukankah seharusnya dia memiliki pekerjaan tetap?” jawab Nyonya No.

Kagetlah Nyonya Yang mengetahui pekerjaan suaminya.

“Eun Seok akan khawatir kalau mengetahui ayahnya adalah kuli bangunan.” Ucap Nyonya No lagi.

“Tidak, kau salah. Suamiku bekerja di sebuah pusat distribusi. Dia manajer di sana.” Jawab Nyonya Yang.

“Itukah yang dikatakan suamimu?” tanya Nyonya No.

Nyonya Yang langsung terdiam. Nyonya No lantas memaksa Nyonya Yang mempertimbangkan sarannya sebagai ganti rugi karena telah membesarkan Eun Seok.



Selesai melayani pelanggan, Ji Soo nangis lagi memikirkan eonni nya. Melihat tangis Ji Soo, Nam Goo pun bertanya, apa orang tua Ji Soo meninggal? Apa cinta Ji Soo ditolak oleh si Mr. Sun? Apa Ji Soo sakit mata? Ji Soo pun menggeleng.

“Kau berhenti menangis kalau ada pelanggan. Pergilah ke psikiater! Aku benci melihat orang menangis.” Jawab Nam Goo.



Toko roti mereka pun kedatangan pelanggan lagi. Seorang nenek dengan cucunya. Ji Soo pun langsung menyuruh nenek itu duduk. Nam Goo heran sendiri melihat sikap hangat Ji Soo ke nenek itu.



Do Kyung masih aja membahas soal Ji An. Kali ini ia membahasnya dengan Gi Jae, sahabatnya. Ia penasaran, bagaimana bisa gadis yang tidak memiliki 5000 dollar mendapatkan uang 20.000 dollar dalam semalam. Do Kyung juga mengaku, pernah mengejek gadis itu.

Gi Jae pun langsung menyuruh Do Kyung mengembalikan uang itu. Ia yakin, gadis itu tengah berupaya menjebak Do Kyung. Ia curiga, ada yang diam2 mengambil gambar Do Kyung saat Do Kyung menerima uang itu. Makin panik lah si Do Kyung ini, apalagi saat teringat ketika dirinya tak sengaja menarik baju Ji An karena mau mencegah agar Ji An tidak pergi.



Ji An meyakinkan Ji Soo yang masih ngambek kalau tidak akan ada yang berubah setelah dirinya pergi. Ji Soo, Ji Tae, Ji Ho akan tetap menjadi saudaranya. Begitu pula orang tua mereka, akan tetap menjadi orang tuanya.

“Aku tidak akan bisa melihatmu lagi setiap hari! Kita tidak akan tinggal bersama lagi!” ucap Ji Soo.

Ji Soo mulai menangis.

“Kalau itu karena uang, kau bisa meminta pekerjaan pada mereka!” ucap Ji Soo.

Ponsel Ji An tiba2 berdering. Ji An mau menjawab, tapi Ji Soo langsung menyingkirkan ponsel Ji An.

“Tidak bisakah kau tetap disini?” pinta Ji Soo.



Ponsel Ji An berdering lagi. Tahu itu dari Do Kyung, Ji An langsung memutus panggilannya. Makin panik lah si Do Kyung ini. Apalagi setelah mendengar kata2 Gi Jae, ia makin takut foto2nya kesebar di internet.



Soo A mengajak Ji Tae menghadiri pernikahan kenalannya besok pagi. Ji Tae terkejut, karena sebelumnya mereka udah sepakat kalau tidak akan menghadiri acara2 seperti itu bersama. Soo A bilang, si mempelai pria adalah cinta pertamanya tapi cintanya ditolak. Soo A mengaku tidak mau pergi sendiri. Ji Tae pun setuju menemani Soo A. Soo A langsung senyum sumringah.



Tuan Seo termenung, memikirkan kata2 istrinya yang ingin menukar putri kandung mereka dengan putri orang lain.



Sementara itu, tangis Nyonya Yang mengalir deras menatap kedua putrinya yang sudah terlelap. Ji An dan Ji Soo terlelap dengan posisi Ji An memeluk Ji Soo dari belakang.



Esok paginya, Nyonya Yang sedang melihat formulir yang diberikan Nyonya No. Saat mendengar suara bel, ia langsung menyembunyikan surat itu di laci. Ia pikir, Hae Ja yang datang tapi ternyata Tuan Seo. Tuan Seo langsung mencari Ji An. Nyonya Yang bilang, Ji An sedang pergi menghadiri pernikahan sahabatnya. Nyonya Yang lantas mengajak suaminya itu bicara.

"Bisnisku gagal saat Ji An mulai masuk SMA. Dia terpaksa melepaskan mimpinya. Dia harus bekerja sampai lulus kuliah. Itu sebabnya dia tidak bisa mempertahankan nilai bagus dan berjuang mencari pekerjaan. Semua yang kau katakan memang benar." ucap Tuan Seo.

"Aku tidak bermaksud menyalahkanmu." jawab Nyonya Yang.


Tuan Seo lantas membujuk istrinya untuk meluruskan kesalahpahaman ini. Namun Nyonya Yang tetap kekeuh ingin mengirim Ji An ke keluarga itu, agar Ji An tidak hidup menderita. Nyonya Yang bilang Ji An bisa hancur kalau tahu fakta sebenarnya.

"Aku! Aku ayahnya! Aku tidak akan membiarkan dia terluka!" jawab Tuan Seo. 

Tuan Seo pun berkata, Ji An mau pergi ke keluarga itu karena Nyonya Yang menakuti2 Ji An kalau keluarga itu akan menuntut mereka. Tapi Nyonya Yang tetap mau mengirim Ji An ke keluarga kandungnya Ji Soo. 

Hyuk membawa Ji An ke kafe kakaknya. Sang kakak pun terkejut melihat gadis yang dibawa oleh adiknya itu.



Ji An mengembalikan jaket Hyuk. Ia juga minta maaf karena tidak datang ke peresmian kafe Hyuk. Ji An kemudian bertanya, kenapa Hyuk begitu baik padanya. Hyuk pun berkata, ada sebuah alasan.



Hyuk lantas mengingat pertemuan pertamanya dengan Ji An. Saat itu, ia adalah murid baru di sekolahan Ji An. Hyuk berkata, ayahnya mengirim dia ke sekolah Ji An agar bisa belajar bisnis karena Hyuk tidak bisa kuliah karena ada desas desus bahwa Hyuk tukang bully di sekolah lamanya.

Hyuk lantas masuk ke kelas seni dan melihat Ji An sedang menggergaji. Hyuk pun langsung jatuh cinta pada Ji An. 



Hyuk berkata pada Ji An, ia jatuh cinta pada kelas seni sejak itu. Hyuk dan Ji An lantas tertawa mengingat kenangan mereka di kelas seni.

Pertemuan mereka pun akhirnya berakhir, karena Ji An ditelpon oleh ayahnya. Ji An terkejut tahu ayahnya ada di Seoul. Tuan Seo mengajak Ji An ketemuan. Ji An pun langsung pergi untuk menemui ayahnya.



Hyuk memanggilkan taksi untuk Ji An. Bersamaan dengan Ji An yang masuk ke taksi, Ji Soo nongol di depan kafe Hyuk. Ia langsung panic melihat sikap ramah Hyuk pada gadis lain. Ji Soo tak sadar, bahwa gadis lain yang ada di dalam taksi adalah Ji An.



Sepeninggalan Ji An, Hyuk pun digoda oleh kakaknya. Woo Hee juga membahas soal perasaan Hyuk pada Ji An. Woo Hee ternyata tahu Ji An adalah cinta pertama Hyuk.

Ji Soo berusaha menghubungi Ji An. Ji Soo mau curhat soal Mr. Sun nya tapi sayangnya Ji An me-reject panggilan Ji Soo.



Ji An akhirnya tiba di taman. Ia terdiam melihat sang ayah yang termenung sendirian di taman. Tak lama kemudian, Ji An pun menghampiri ayahnya. Ia heran ayahnya mengajak ketemuan di taman, bukan di rumah. Tuan Seo beralasan, ada yang mau ia bicarakan. Tuan Seo pun meminta Ji An untuk tidak kaget setelah mendengar apa yang akan dikatakannya. Tuan Seo lantas melarang Ji An pindah ke keluarga kandung Ji Soo. Ji An pun kaget. Ia heran kenapa ayahnya bisa melarangnya  pindah ke keluarga kandungnya.



Bersambung……..

Akhirnya selesai juga sy nulis episode ini….

Ji An mutusin pindah ke keluarga yang sebenarnya keluarga kandung Ji Soo… Sy gak heran sih… mengingat betapa beratnya hidup Ji An ini…. di antara Ji An, Ji Soo, Ji Tae dan Ji Ho yang paling menderita ya si Ji An ini... puncaknya pas kejadian di mall itu, mentalnya terpukul banget… padahal sebelumnya dia fine2 aja, tapi abis kejadian di mall, dia nyerah dan mutusin pindah ke keluarga kandung Ji Soo...

Entah apa jadinya kalau dia tahu keluarga yang dia pikir keluarganya bukan keluarga kandungnya…. mungkin seperti yang dikatakan Nyonya Yang, Ji An akan hancur….

Biang keroknya emang Nyonya Yang nih…. Sy ngerti, sy paham Nyonya Yang ini gak tega lihat penderitaan Ji An, tapi sepertinya bukan alasan yang bijak kalau ‘membuang’ Ji An ke keluarga yang sebenarnya keluarga kandung Ji Soo….

Soal Do Kyung, sumpah sy ngakak terus tiap adegan dia bayangin bagaimana Ji An dapetin uang sebanyak itu…

My Golden Life Ep 5 Part 1

Sebelumnya...


Ji An akhirnya membuat keputusan. Ia akan pindah ke rumah keluarga kandungnya. Sontak saja, Ji Tae, Ji Soo dan Ji Ho yang tidak tahu apa-apa terkejut mendengar kata2 Ji An. Ji Ho bahkan mengira kakaknya itu sedang bercanda.

“Kau sudah membuat keputusan?” tanya Nyonya Yang.

Ji Ho dan Ji Tae langsung menatap sang ibu, minta penjelasan. Nyonya Yang pun akhirnya menjelaskan. Sebelum mereka pergi ke Dubai, saat Ji Tae tinggal di rumah ibunya. Ji Tae pun ingat, saat itu ia tengah sakit dan tinggal di rumah neneknya bersama sang ayah. Nyonya Yang bilang ada kecelakaan waktu itu. Saat Nyonya Yang mau menjelaskan kecelakaan itu, Ji An tiba2 saja memotong kata2 ibunya. Ia bilang, biar ia saja yang menjelaskannya.


“Kembaran Ji Soo meninggal dunia. Dan mereka menemukanku sebelum pindah ke Dubai. Mereka berpikir, aku dicampakkan.” Ucap Ji An.

Ji Tae, Ji Soo dan Ji Hoo tentu saja kaget. Mereka tidak percaya Ji An bukan saudara mereka. Ketiga bersaudara itu semakin kaget saat Nyonya Yang mengatakan siapa orang tua kandung Ji An. Nyonya Yang lantas beranjak ke dapur. Ji Soo masih tidak percaya kalau Ji An bukan lah saudara kembarnya.


Ji An menyusul ibunya ke dapur. Ia mendapati sang ibu tengah menangis. Ji An pun meminta maaf atas keputusannya. Nyonya Yang pura2 tegar. Ia berkata, Ji An tidak perlu minta maaf karena memang sudah seharusnya begitu. Tapi Ji An tahu ibunya kecewa.


Tak lama, Ji Soo pun ikut menyusul mereka. Ji Soo yakin ibunya berbohong. Ia tidak percaya Ji An bukan kembarannya. Nyonya Yang pun menghapus air matanya dan meminta Ji Soo menerima kenyataan soal Ji An.


Sepeninggalan Nyonya Yang, Ji Soo marah karena keputusan Ji An mau pindah itu. Ji An pun merangkul Ji Soo dan mengajak Ji Soo keluar dari dapur.


Nyonya No yang sedang sarapan bersama suami dan kedua anaknya, diberitahu Seketaris Min kalau para pekerja sudah datang. Tuan Choi heran para pekerja datang secepat itu. Nyonya No mengatakan, ia sengaja memanggil mereka agar renovasi kamar Eun Seok cepat selesai.

Do Kyung pun kaget, ia langsung bertanya apa Eun Seok akan pulang.

“Ibu tidak yakin, tapi mungkin dia akan datang.” jawab Nyonya No.

“Dia mungkin tidak akan datang, jadi jangan terlalu berharap.” Ucap Tuan Choi.

“Tidak akan ada yang bisa ibu lakukan kalau dia menolaknya, kan?” tanya Seohyun.

“Maksudku kita harus memberinya waktu. Aku tidak akan membiarkannya tinggal di rumah itu.” jawab Tuan Choi.


Tak lama kemudian, Nyonya Yang pun menghubungi Nyonya No. Nyonya No pun langsung lega mendengar kabar soal Ji An dari Nyonya Yang. Seohyun ingin tahu kapan Eun Seok akan datang. Tuan Choi tiba2 bangkit dari duduknya. Ia beranjak dari ruang makan dan masuk ke kamar mandi.


Di kamar mandi, Tuan Choi menangis bahagia karena putrinya yang hilang bertahun2 akhirnya pulang.


Sementara itu, Ji Tae penasaran kenapa orang tua kandung Ji An baru menemukan Ji An sekarang. Ji An pun mengaku tidak tahu cerita detailnya. Ji Soo pun kesal karena Ji Tae hanya ingin tahu soal itu, padahal Ji An akan pindah. Ji Soo juga menanyakan perasaan Ji Ho kalau Ji An pergi meninggalkan mereka.


Ji Ho yang ingat kejadian Ji An berlutut pada pelanggan di mall, terpaksa mengatakan kalau ia tidak masalah Ji An pergi. Ji Ho bilang, meskipun Ji An pergi, Ji An akan tetap menjadi kakaknya.


Ji Soo marah. Ji Ho pun meminta Ji Soo merelakan Ji An. Ji Ho bilang, sudah waktunya Ji An hidup bahagia.

Ji Soo lantas menanyakan pendapat Ji Tae. Tapi Ji Tae malah langsung pamit mau bekerja. Ji Soo tambah kesal. Dia makin kesal setelah Ji Tae bilang tidak masalah kalau mereka tidak bertemu lagi dengan Ji An. Namun wajah Ji Tae jelas menunjukkan kalau dia terpukul dengan fakta soal Ji An.


Ji Soo masih tidak rela Ji An pergi. Ji An pun menenangkan Ji Soo kalau mereka hanya berpisah rumah.

“Kalian keluargaku. Aku tidak akan keluar dari keluarga ini.” ucap Ji An.

Namun Ji Soo tetap saja protes. Begitu pula, Ji Tae dan Ji Ho yang wajahnya jelas menunjukkan mereka tidak rela Ji An pindah.


Tak lama kemudian, Nyonya Yang keluar dari kamar dan heran sendiri melihat ketiga anaknya masih di rumah. Ji Tae dan Ji Ho pun pergi duluan. Sementara Ji Soo masih menunjukkan wajah protesnya. Dan Ji An memaksakan diri menelan sarapannya.


Tuan Choi keluar dari kamar mandi. Bersamaan dengan itu, Nyonya No masuk ke kamar menyusul Tuan Choi. Nyonya No terkejut melihat mata Tuan Choi yang sembab. Tuan Choi yang malu karena ketahuan menangis pun beralasan kalau dia habis muntah.


Sekembalinya ke meja makan, Tuan Choi pun mengatakan alasan yang sama pada kedua anaknya. Do Kyung senang melihat ayahnya akhirnya tersenyum setelah sekian lama. Nyonya No pun meminta Do Kyung dan Seohyun membantu Eun Seok agar Eun Seok bisa secepatnya menjadi bagian dari keluarga mereka.


Tuan Choi juga berkata, tidak boleh ada yang tahu mereka sudah menemukan Eun Seok sebelum mereka membuat pengumuman resmi. Seohyun bingung maksud ayahnya. Tuan Choi bilang, mereka harus memberikan waktu pada Eun Seok untuk menyesuaikan diri. Do Kyung pun mengerti.

Nyonya No yakin, media akan langsung bergerak kalau tahu berita kemunculan Eun Seok. Seohyun ingin tahu apa yang akan dilakukan orang tuanya kalau media sampai tahu.

“Kami akan menanganinya jadi pastikan kalian tidak membuat ulah.” Jawab Tuan Choi.


“Biarkan aku tahu apa rencana kalian. Aku tidak sabar ingin bertemu dengan Eun Seok. Aku ingin tahu siapa namanya dan dimana dia bekerja. Aku tidak berani menanyakannya karena kalian belum siap menceritakannya pada kamu.” ucap Do Kyung.

“Dia gadis yang baik. Dia tumbuh dengan baik meskipun dalam lingkungan yang sulit.” Jawab Tuan Choi.


Nam Goo terheran2 karena Ji Soo belum datang juga ke tokonya. Biasanya Ji Soo selalu on time. Tak lama, Ji Soo datang sambil menghapus air matanya. Nam Goo terkejut melihat Ji Soo menangis. Ji Soo pun berkata, ada sesuatu yang harus dilaluinya mulai sekarang. Nam Goo awalnya terdiam, tapi sedetik kemudian ia malah berkata itu bukan urusannya dan menyuruh Ji Soo kembali bekerja.


Di kantornya, Ji Tae mencari tahu soal Haesung Grup. Ji Tae pun terkejut mengetahui Ji An punya kakak yang seusia dengannya.


Ji An menghubungi Do Kyung saat Do Kyung lagi di mall, melakukan pengecekan produk. Do Kyung langsung menjawab teleponnya tanpa melihat nomor si pemanggil. Begitu tahu yang menelpon Ji An, Do Kyung pun langsung bergegas keluar dari butik.

“Kenapa kita harus bicara? Aku sedang bekerja sekarang.” jawab Do Kyung.

“Aku menelpon karena kita harus menyelesaikan urusan kita yang belum selesai.” Ucap Ji An.

“Aku rasa kita tidak perlu melakukannya.” Jawab Do Kyung.

“Kubilang ada urusan yang harus kita selesaikan.” Ucap Ji An.

“Tidak ada! Kita sudah mendiskusikannya semalam.” jawab Do Kyung.

“Kau membuat keputusan sepihak. Ada sesuatu yang harus kuurus. Aku akan memberimu 5.000 dollar.” Ucap Ji An.

“Kau membicarakan soal 5.000 dollar? Lupakan.” Jawab Do Kyung.

“Kau member N-Gaon, kan? Haruskah aku mendatangimu  ke kantormu?” tanya Ji An.

Do Kyung langsung ketakutan. Ia pikir Ji An lagi mengancamnya.

“Kau bekerja diluar kantor sekarang? Dimana kau sekarang? Kenapa aku tidak boleh menemuimu disana? Ini tidak akan lama. Hanya 3 menit.” Ucap Ji An.

Belum sempat Do Kyung menjawab, Ji An sudah bilang akan sampai di tempat Do Kyung dalam 30 menit…


Ji An sendiri lagi di bank, mau mencairkan uang 20.700 dollar nya yang dikirimkan Nyonya No.


Di mobilnya, Do Kyung panic mikirin Ji An yang mau ke kantornya. Ia takut beritanya soal meninggalkan Ji An malam itu tersebar di media. Terlebih lagi, sang ayah sudah mewanti2nya untuk tidak membuat masalah karena banyak berita negative soal anak chaebol yang beredar belakangan ini di internet.

Do Kyung pun menyesal sudah meminta Ji An datang malam itu ke Yangpyeong.


Ji An dan Do Kyung bertemu di tepi jalan. Begitu Ji An datang, Do Kyung yang menunggu di mobil langsung mengenakan kacamata hitamnya gara2 takut berita negatifnya kesebar. Dia bahkan juga tidak mau turun dari mobilnya dan hanya menurunkan sedikit jendelanya untuk Ji An. Karena Do Kyung mengaku sedang terburu2, Ji An pun langsung memberikan bungkusan di tangannya.

“Apa ini?” tanya Do Kyung.

“Lihat saja sendiri.” Jawab Ji An.

“Kenapa aku harus melakukannya?” tanya Do Kyung.

“Inilah yang mau kuberikan padamu.” Jawab Ji An.

“Apa ini?” tanya Do Kyung.

“Semua uangnya.” Jawab Ji An, sembari memberikan bungkusan plastic yang ternyata berisi uang pada Do Kyung.


Kaget lah Do Kyung melihat uang sebanyak 20.700 dollar di dalam bungkusan itu.

“Cepat hitung dan berikan aku tanda terimanya!” suruh Ji An.

“Apa maksudmu tanda terima?” tanya Do Kyung

“Haruskah aku memberimu 20.700 dollar tanpa memeriksa biaya perbaikannya?”


“Aku sudah menyingkirkan mobil itu dan mendapatkan mobil ini.” jawab Do Kyung.

“Aku tidak peduli. Aku hanya melakukan apa yang kau inginkan. Berikan aku perkiraan berapa biaya perbaikannya dan hitung uangnya sekarang.” ucap Ji An.

“Kau ingin aku menghitung uangnya disini? Tapi darimana kau mendapatkan uang ini?” tanya Do Kyung.

“Aku hanya mau mau melunasi hutangku dan cepat berikan aku perkiraan biayanya.” Jawab Ji An.


“Darimana kau mendapatkan ini? Kau tidak memilikinya semalam? Kau meminjamnya dari lintah darat?” tanya Do Kyung.

“Oya, aku lupa. 100 dollar untuk trunk show, 80 dollar untuk ongkos taksi, 10 dollar untuk laundry dan 10 dollar untuk makan malam yang tidak sempat kumakan. Aku mengambil 200 dollar.”  Jawab Ji An, lalu mengambil 200 dollar dari dalam bungkusan yang berada di pangkuan Do Kyung.


Barulah Do Kyung turun dari mobilnya. Do Kyung memaksa Ji An mengambil kembali uang itu. Do Kyung bilang ia tidak bisa menerimanya. Ji An balik melemparkan bungkusan itu pada Do Kyung. Ji An bilang ia tidak meminjam uang itu ke lintah darat jadi Do Kyung tidak perlu cemas.

“Kalau tidak, bagaimana seseorang sepertimu bisa mendapatkan uang sebanyak ini?” jawab Do Kyung.

“Seseorang sepertiku? Memangnya aku orang seperti apa?” tanya Ji An.

Do Kyung langsung gugup menjelaskannya. Ji An mulai kesal dan menjawab sendiri pertanyaannya.


“Seorang gadis yang tidak tahu malu dan sopan untuk 20.000 dollar tapi angkuh untuk 5.000 dollar? Seorang pengemis yang membungkuk saat kau membebaskanku dari hutang?”

“Kau lah yang menyebabkan kesalahpahaman itu. Kau tidak ingat?” tanya Do Kyung.

“Bagaimana bisa kau menyuruhku ke Yangpyeong, memanfaatkanku lalu membuangku?” protes Ji An.

“Aku sudah bilang aku…”

“Ada urusan mendesak.” Sambung Ji An.

“Jika kau ada urusan mendesak, apa aku tidak boleh marah terhadap apa yang terjadi pada diriku? Kenapa? Karena kau sendiri yang mengurangi hutangku. Kau sendiri yang memutuskan tidak mau menerima uangku. Saat aku marah, kau bilang aku arogan? Kau pikir seseorang sepertiku tidak bisa marah?” ucap Ji An.


Do Kyung tidak terima semua ucapan Ji An. Tapi Ji An terus mengoceh. Ia bahkan mengejek Do Kyung yang masih menerima uang dari orang tua.  Do Kyung protes dan terus mendesak Ji An memberitahunya darimana uang itu Ji An dapatkan.

“Kenapa aku harus memberitahu padamu? Lintah darat, menjual organ, atau bekerja di bar, itu bukan urusanmu.” jawab Ji An.


Ji An lantas beranjak pergi tapi Do Kyung langsung menahannya dengan menarik bajunya. Ji An pun langsung berbalik dan menatap galak Do Kyung. Do Kyung memaksa Ji An mengambil kembali uang itu. Ji An pun salah paham, mengira Do Kyung masih menganggapnya seperti pengemis.

“Kau akan menghancurkan hidupmu hanya untuk menjaga harga dirimu tetap utuh!” jawab Do Kyung.


Do Kyung lantas melemparkan bungkusan itu ke Ji An dan buru2 masuk ke mobilnya. Ji An tak tinggal diam. Ia langsung mengetuk2 kaca mobil Do Kyung. Do Kyung pun menurunkan sedikit kacanya dan meminta Ji An tidak menghubunginya lagi. Ji An setuju, lalu beranjak pergi. Do Kyung langsung senang melihat Ji An pergi, tapi kesenangannya langsung sirna melihat Ji An berdiri di depan mobilnya.


Ia langsung sewot melihat Ji An melemparkan bungkusan itu ke mobilnya. Ia bergegas turun dari mobilnya dan mengejar Ji An, tapi Ji An keburu naik taksi.


Dalam perjalanan, Ji An menghapus kontak Do Kyung dari ponselnya. Setelah itu, ia pun menarik napas lega.


Tuan Seo langsung senyum sumringah dapat panggilan dari istrinya. Sang istri mengajaknya makan siang bersama. Tuan Seo terkejut tahu istrinya ada di Daejeon.


Tuan Seo langsung nyamperin istrinya menggunakan taksi. Ia terkejut istrinya tiba2 nongol di Daejeon hanya untuk mengajaknya makan. Nyonya Yang mengaku sudah membooking restoran terkenal di Daejeon untuk mereka berdua, tapi Tuan Seo mengajaknya makan sesuatu yang disukainya.


Sementara Tuan Seo menyantap makan siangnya dengan lahap, Nyonya Yang hanya minum saja daritadi. Tuan Seo pun heran melihat istrinya itu tidak menyentuh makanan sedikit pun. Nyonya Yang mengaku sedang tidak berselera.

“Kenapa tidak? Apa ada sesuatu yang mau kau katakan? Katakan saja.” Ucap Tuan Seo.

“Aku akan mengatakannya kalau kau sudah selesai makan.” Jawab Nyonya Yang.

“Sejak awal aku sadar kau bersikap aneh. Kau tidak akan ada disini hanya untuk mengajakku makan. Jadi katakan lah.” Ucap Tuan Seo.

“Kau akan kehilangan seleramu sekali kau mendengarnya.” Jawab Nyonya Yang.

“Perutku akan sakit kalau mendengarnya setelah makan, jadi cepat katakan.” Ucap Tuan Seo.


Dengan berat hati, Nyonya Yang mengaku kalau ia sudah membuat kesalahan besar. Tuan Seo mengira kesalahan Nyonya Yang itu adalah meminjam uang dari Hae Ja. Nyonya Yang menggeleng.

“Lalu apa?” tanya Tuan Seo.


“Ternyata mereka tidak meninggalkannya. Anak itu… seseorang menculiknya… lalu membuangnya setelah mengambil perhiasannya.” Jawab Nyonya Yang.

“Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.” Tanya Tuan Seo.

“Aku membicarakan Ji Soo. Ibu kandungnya datang padaku.” Jawab Nyonya Yang.

“Ibu kandung Ji Soo?” tanya Tuan Seo, kaget.

“Tapi aku bilang itu Ji An.” Jawab Nyonya Yang.

“Tunggu. Maksudmu, kau mau bilang ibu kandung Ji Soo datang padamu tapi kau bilang Ji An putri kandungnya?” tanya Tuan Seo.


Nyonya Yang lantas menyodorkan artikel tentang menghilangnya Eun Seok yang dulu sempat dicetaknya. Nyonya Yang kemudian berkata, Ji Soo adalah putri pemilik Haesung Group yang menghilang. Tuan Seo pun kaget tahu Ji Soo anak pemilik Haesung Group.


Di sisi lain, Tuan Choi dan Nyonya No juga sedang makan siang bersama. Intinya, Tuan Choi menyuruh Nyonya No membayar mahal Tuan Seo dan Nyonya Yang yang sudah mengambil putri mereka agar Eun Seok merasa terbebani dan mau kembali pada mereka. Tuan Seo juga mengaku merasa menyesal karena berpikir bahwa Eun Seok sudah meninggal. Ia mengaku merasa bersalah pada Eun Seok dan juga Nyonya No.

“Ini pasti juga terasa berat untukmu, kan?” jawab Nyonya No.

“Terima kasih karena kau tidak pernah menyerah selama 25 tahun terakhir. Aku berhutang padamu.” Ucap Tuan Choi.

“Tapi aku yang membuatnya menghilang.” Sesal Nyonya No.

“Itu bukan berarti kau melakukannya dengan sengaja.” Jawab Tuan Choi yang membuat Nyonya No sedikit tersenyum.


Nyonya Yang masih menjelaskan pada suaminya kalau ia tidak tahu bagaimana cara orang tua kandung Ji Soo menemukan mereka.

“Mereka menyewa seorang pramunia kosmetik dari pintu ke pintu.  Kau ingat hari dimana sikat gigi Ji An dan Ji Soo menghilang? Mereka melakukan tes DNA dengan sikat gigi itu.” ucap Nyonya Yang.

“Tapi kau bilang Ji An putri mereka? Kenapa kau melakukan itu?” tanya Tuan Seo.

“Aku tidak tahu. Itu keluar begitu saja dari mulutku. Dia bertanya padaku, yang mana putrinya. Dia terus mendesakku ke sudut. Lalu aku teringat Ji An. Dan nama Ji An langsung keluar dari mulutku.” Jawab Nyonya Yang.

“Apa yang kau bicarakan? Ini konyol!” ucap Tuan Seo.

“Saat aku melihat Ji An di kantor polisi…” jawab Nyonya Yang.


Nyonya Yang pun teringat bagaimana ia bisa tahu Ji An ada di kantor polisi. Ternyata, Ha Jung lah yang memberitahu Nyonya Yang. Dia diam2 mengirim sms pada Nyonya Yang kalau Ji An ada di kantor polisi dan menyuruh Nyonya Yang datang.


Nyonya Yang langsung ke kantor polisi, tapi ia tetap berada di taksi dan melihat Ji An sedang bicara dengan ayahnya Ha Jung. Saat itu, ayah Ha Jung berkata, dunia sangat kejam.


Tangis Ji An langsung pecah setelah Ha Jung pergi. Tanpa Ji An sadari, Nyonya Yang berdiri di belakangnya. Nyonya Yang menangis melihat Ji An diperlakukan seperti itu.


Usai dari kantor polisi, Nyonya Yang terus mengikuti Ji An. Nyonya Yang juga mendapatkan telepon dari seseorang tentang Ha Jung yang merebut pekerjaan Ji An karena koneksi keluarga.

Flashback end…


“Saat aku melihat punggung Ji An hari itu, rasanya aku ingin mati saja. Ji An menjalani hidupnya seperti itu. Dia berjuang untuk membiayai sekolahnya, dia bekerja sebagai pekerja kontrak. Jadi aku menyebutkan namanya. Ini gila, kan? Aku mengambil anak orang lain dan membesarkannya. Dan sekarang, aku mengatakan putri mereka adalah Ji An, bukan Ji Soo.” Ucap Nyonya Yang.

Tuan Seo terkejut, saking terkejutnya ia tak tahu harus mengatakan apa.

“Aku tidak mau mengakui kebenarannya. Aku tidak mau memberitahu kalau Ji Soo lah putri mereka.” Lanjut Nyonya Yang.

“Yang Mi Jung…” Tuan Choi mulai kesal.


“Kita membesarkan Ji Soo seperti putri kita sendiri. Ayo kita tukar putri kita dengan putri mereka.” Ucap Nyonya Yang.

“Apa kau gila? Katakan yang sebenarnya pada mereka dan minta maaf lah!” suruh Tuan Choi.

“Ini sudah terlambat.” Ucap Nyonya Yang.

“Apa maksudmu?” tanya Tuan Seo.

“Ji An sudah memutuskan hidup bersama mereka.” Jawab Nyonya Yang.


Tuan Seo pun panic. Dia langsung mengajak Nyonya Yang kembali ke Seoul untuk meluruskan semuanya. Namun Nyona Yang menolak karena Ji An sudah memutuskan untuk pergi. Tuan Choi pun marah, ia bilang Ji An memutuskan pergi karena Ji An tidak tahu kebenarannya.

“Lalu apa yang mau kau lakukan setelah sampai di Seoul?” tanya Nyonya Yang.

“Aku akan memberitahu Ji An dulu, lalu memberitahu keluarga itu kalau Ji An bukan putri mereka.” Jawab Tuan Seo.

“Tae Soo-ya, jika kau melakukan itu, kau akan kehilangan kedua putrimu.” Ucap Nyonya Yang.

“Aku kehilangan mereka? Apa maksudmu?” tanya Tuan Seo.


“Ji An sudah memutuskan hidup sebagai putri mereka. Kau pikir Ji Soo akan memaafkan kita? Dia tahu kita mengirim Ji An ke keluarga kaya.” Jawab Nyonya Yang.

“Ji Soo tahu soal ini?” tanya Tuan Seo kaget.

“Ji Tae dan Ji Ho juga tahu.” jawab Nyonya Yang.

“Ji An mengumumkan di depan seluruh keluarga kalau dia akan pindah ke keluarga itu.” ucap Nyonya Yang.

“Kenapa kau melakukan ini! Kau bahkan tidak mendiskusikan dulu denganku soal ini! Apa yang sudah kau lakukan! Bagaimana bisa!” marah Tuan Choi.


Tuan Seo pun menangis. Tapi Nyonya Yang tetap kekeuh mau mengirim Ji An ke keluarga yang sebenarnya keluarga kandung Ji Soo.

“Bagaimana dengan Ji An?” tanya Tuan Seo.

Menurut Anda bagaimana perasaannya? Apa yang akan dia lakukan? Dia tidak menipu mereka. Aku yang melakukannya! Dia juga tertipu olehku. Dia akan terkejut dan menyalahkanku. Aku tidak peduli tentang itu.” jawab Nyonya Yang.

“Lalu bagaimana dengan Ji Soo? Kau tidak merasa bersalah padanya?” tanya Tuan Seo.

“Ji Soo… dia cukup senang disini. Ji An, dia tidak bahagia dengan kita!” jawab Nyonya Yang, membuat Tuan Seo tercengang.


Tuan Choi pergi mengambil hadiah yang sudah dia siapkan. Hadiah itu berupa pena mewah yang ada ukiran nama Choi E.S. Sudah bisa ditebak pena itu disiapkan Tuan Choi untuk Eun Seok.


Ji An sedang menikmati harinya di Hongdae. Ia berjalan2, sambil menikmati satu cup ice cream. Tak lama kemudian, Myung Shin menghubunginya. Myung Shin terkejut saat menyadari Ji An ada ada di Hongdae. Ji An mengaku, ia sedang jalan2.

“Kudengar kau tidak mendapatkan pekerjaan di Haesung?” tanya Myung Shin.

“Itu benar.” jawab Ji An dengan ceria.

“Apa yang terjadi padamu? Kau bertingkah seperti gadis yang berasal dari keluarga kaya.” Ucap Myung Shin.


“Myung Shin-ah, langit di bulan September benar-benar indah. Awannya juga cantik. Siapa yang tahu langit di Seoul masih terlihat seperti ini?” jawab Ji An.


Ji An-ah, apa kau baik-baik saja?” tanya Myung Shin cemas. 

Pembicaraan itu pun akhirnya terhenti karena Myung Shin harus kembali mengajar setelah terdengar bunyi bel.


Tuh kaan bener si Eun Seok itu Ji Soo… dan Nyonya Yang terpaksa mengatakan Ji An itu Eun Seok karena gak tega liat Ji An menderita…

Air mata sy jatuh pas scene flashback Ji An dan Nyonya Yang di kantor polisi..

Tapi sy kesel sama Nyonya Yang yang kekeuh mau ngirim Ji An ke keluarga kandungnya Ji Soo… sy udah ngilu duluan ngebayangin kalau Ji An dan Ji Soo tahu kebenarannya… mereka pasti bakal terpukul banget….

Dan…untuk Park Shi Hoo… saya mulai menikmati acting dia… sy mulai merasakan chemistry nya dengan Shin Hye Sun…. ngakak banget liat dia kalau udah mikirin Ji An plus adu bacot ama Ji An….