• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Great Show Ep 1 Part 3

Sebelumnya...


Soo Hyun yang lagi main game di ponselnya, disamperin adiknya, Ji Hyun.

Ji Hyun tanya, gimana bisa Dae Han yang mantan anggota dewan berakhir sebagai sopir pengganti.

Soo Hyun : Entahlah.

Ji Hyun : Jadi, karena itu kau sedih?

Soo Hyun : Tentang apa?

Ji Hyun : Sudah jelas. Kau bermain game begitu kau pulang. Tapi cinta pertamamu benar-benar hancur. Wajar saja untuk sedih.

Soo Hyun : Tidak. Ratingku naik. Aku merasa luar biasa. Dan ini sudah lebih dari 10 tahun. Itu konyol.

Ji Hyun : Benar sekali. Sudah lebih dari 10 tahun. Kenapa kau tidak bisa melupakannya?

Soo Hyun : Berhentilah menulis novel.

Ji Hyun : Novel? Aku penasaran bagaimana akhirnya.

Soo Hyun : Kenapa kau sangat penasaran? Bagian akhirnya sudah diterbitkan 14 tahun lalu.


Dae Han minum lagi, tapi kali ini di rumahnya. Dia minum sambil menatap ikan2 di akuariumnya.

Dae Han : Kalian juga berpikir riwayatku sudah tamat? Tidak. Aku Wi Dae Han. Tunggu dan lihat saja. Aku akan menjadi hebat.


Seorang gadis remaja, Han Da Jung, berdiri di depan kediaman Dae Han.

Da Jung :  Tidur yang nyenyak. Besok akan menjadi hari yang sangat sibuk.


Paginya, Dae Han keliaran di pasar, menyapa semua orang. Awalnya, semua org bersikap biasa saja padanya.

Tapi saat ia mendekati nenek2 penjual makanan yang baru pertama kali dilihatnya, nenek itu menjawabnya ketus.

"Apa urusanmu sudah berapa lama aku di sini!" ketus nenek itu padahal Dae Han cuma tanya, apa si nenek orang baru di daerah itu.

Dae Han lantas berniat membeli kue dagangan si nenek, tapi si nenek bilang tidak mau menjual kuenya pada orang seperti Dae Han.

Dae Han heran, kenapa?

"Kau anggota dewan itu, bukan? Yang membiarkan ayahnya mati sendirian. Astaga. Kau berani sekali. Kau berjalan-jalan menunjukkan wajahmu!"


Soo Hyun lewat dan melihat bagaimana Dae Han diperlakukan.

Dae Han : Bu, aku sangat menyesalinya. Aku akan bersikap baik kepada orang tua seumur hidupku.

"Omong kosong. Yang benar saja."


Soo Hyun lantas mendekati mereka. Dae Han kaget melihat Soo Hyun.

Soo Hyun membela Dae Han. Ia bilang, Dae Han memang menyebalkan saat menjadi anggota dewan tapi dia menjalankan tugasnya dengan baik.

Soo Hyun : Dia politisi yang baik, bahkan menang Anggota Dewan Terbaik.

"Kalian bekerja sama, bukan? Kurang ajar. Beraninya kalian menipuku!" si nenek melempari mereka dengan garam.


Dae Han dan Soo Hyun pun lari.

Sepanjang perjalanan, Dae Han dan Soo Hyun bicara.

Dae Han : Hei. Omong-omong, Soo Hyun. Bagaimana kau bisa sama persis seperti 14 tahun lalu? Kau makan pengawet atau semacamnya?

Soo Hyun : Aku tidak terlihat sama. Aku sudah sangat tua, menjadi penulis TV selama 10 tahun.

Dae Han : Sama sekali tidak. Kau punya kecantikan polos dan dewasa. Itu sempurna.

Soo Hyun : Kecantikan polos dan dewasa? Yang benar saja. Politik membuatmu pandai berbohong. Kenapa kau tidak bilang tubuhku juga bagus?

Dae Han : Tapi tubuhmu tidak bagus. Tapi kenapa kau disini?


Soo Hyun : Aku pindah ke area ini belum lama ini. Bagaimana denganmu?

Dae Han : Aku sudah tinggal di sini selama 30 tahun. Ini zona yang kuwakili juga. Hei. Senang bertemu denganmu. Kau pindah ke mana?

Soo Hyun : Aku tinggal di kompleks bernama Vila Woosung.

Dae Han kaget, Vila Woosung di 190-15 Geunwon-dong?

Soo Hyun : Kau pasti bekerja keras mengawasi distrik itu. Bagaimana kau tahu nomornya?

Dae Han : Bagaimana tidak? Aku tinggal dekat Vila Woosung dan aku sudah di sana selama 30 tahun.

Soo Hyun kaget, apa? Kebetulan sekali.

Dae Han : Hei. Ini bukan kebetulan, tapi takdir.

Soo Hyun : Tidak. Dengar, Dae Han. Aku menjadi yakin akan sesuatu hari ini. Tidak ada hal baik yang akan terjadi jika kita berdekatan. Dengar. Kita bertemu usai 14 tahun dan dilempari garam. Kita bernasib buruk.

Dae Han : Hei. Bagaimana kau bisa menjadi sangat pesimis?

Soo Hyun : Omong-omong, kau masih berpolitik?

Dae Han : Tentu saja. Harus.

Soo Hyun : Baiklah. Semoga berhasil. Aku akan mendukungmu dari jauh. Dari sejauh mungkin.


Da Jung tiba2 datang dan teriak minta tolong pada Dae Han. Soo Hyun pun meminta Da Jung tenang dan cerita pelan2.

Da Jung : Aku kehilangan adikku.

Dae Han : Apa? Adikmu? Bagaimana bisa hilang?

Da Jung : Aku harus ke toilet, jadi, aku menyuruhnya menunggu di luar. Saat aku keluar, dia sudah tidak ada.

Dae Han : Berapa lama kau di sana? Apa kau sembelit?

Mendengar pertanyaan Dae Han, Soo Hyun langsung memukul Dae Han.

Soo Hyun : Apa yang terjadi?

Orang2 di sekitar mereka mulai berkumpul. Melihat itu, Dae Han pun teriak2, memberitahu mereka kalau gadis itu kehilangan adiknya.

Soo Hyun : Berapa usia adikmu?

Da Jung : Delapan.


Dae Han : Astaga! Itu sangat kecil. Apa yang harus kita lakukan! Dengar. Jangan khawatir. Akan kucari adikmu, jangan cemas. Aku mantan Anggota Dewan Wi Dae

Han!

Soo Hyun : Kenapa kau berteriak? Kau sangat menyebalkan.

Dae Han : Aku berusaha menghiburnya. Adiknya mungkin kembali ke sini, jadi, tetaplah di sini.

Dae Han lalu mengajak Soo Hyun ke kantor polisi, membuat laporan orang hilang.

Sontak semua org tepuk tangan.


Dae Han menemani Da Jung ke kantor polisi. Dalam perjalanan, mereka bicara.

Dae Han : Bagaimana kau bisa kemari dari Chuncheon?

Da Jung : Ibuku membesarkanku dan adikku sendirian dan dua bulan lalu, dia dibunuh oleh pelaku tabrak lari.

Dae Han kaget, astaga...

Da Jung : Aku punya dua ayah.

Dae Han : Kau punya dua ayah?

Da Jung : Yang satu ayah kandungku, dan satu lagi adalah pria yang dinikahi ibuku setelah melahirkan aku.

Dae Han : Di mana ayah tirimu sekarang?

Da Jung : Dia pergi dua tahun lalu. Kami belum mendengar kabarnya.

Dae Han : Lalu bagaimana dengan ayah kandungmu?

Da Jung : Ayah kandungku tidak tahu aku lahir. Tapi kini hanya dia yang bisa kuandalkan. Itu sebabnya aku datang jauh-jauh kemari dengan adikku. Menemui ayahku.

Dae Han : Astaga. Kau sudah banyak menderita. Tapi jangan terlalu khawatir, ya? Kita akan mencari adikmu dan kamu akan segera bertemu dengan ayahmu.


Di kantor polisi, Da Jung memberikan nomor telepon adiknya pada polisi.

Polisi : Kami akan ke TKP dan memeriksa video kamera pengawas.

Dae Han : Baik. Tolong lakukan yang terbaik. Hidupnya sangat berat. Kau tahu siapa aku, bukan?

Polisi : Aku belum pernah bertemu dengan Anda.

Dae Han : Kau pasti orang baru di sini. Aku mantan Anggota Dewan Wi Dae Han. *LOL LOL


Di pasar, Soo Hyun sibuk lari2an mencari adiknya Da Jung. Ia menunjukkan foto adiknya Da Jung dan menanyainya pada setiap orang yang lewat tapi tidak ada yang melihat adik Da Jung.


Da Jung menerima telepon.

Da Jung : Tae Poong-ah!  Kau kembali ke motel? Tindakanmu benar. Tetaplah bersama Tak. Kakak akan segera ke sana.


Dae Han langsung menghampiri Da Jung. Da Jung berkata, adiknya sudah balik ke hotel karena tidak melihatnya.

Dae Han senang mendengarnya dan beranjak pergi tapi sebelum pergi, ia minta polisi tidak memberitahukan identitasnya pada siapa pun.

Dae Han : Tidak boleh kubiarkan tangan kiriku tahu yang dilakukan tangan kanan. Baik, mantan Anggota Dewan Wi Dae Han akan pergi sekarang.

Bersambung ke part 4....

The Great Show Ep 1 Part 2

Sebelumnya...


Dae Han berdiam diri di depan Sungai Han, bersama Hye Jin. Hye Jin tanya apa yang akan dilakukan Dae Han setelah kalah dalam pemilu.

Dae Han : Akan kusiapkan pemiliu berikutnya empat tahun lagi.

Hye Jin : Bagaimana dengan hidupmu? Kau tidak punya tempat tujuan lain.

Dae Han : Aku hanya belajar cara jadi pencuri, jadi, aku harus menjadi pencuri. Jika tampil di berbagai acara sebagai komentator, aku akan bertahan.

Hye Jin : Kau pikir acara akan merekrutmu, seorang putra durhaka?

Sontak, Dae Han terdiam dipanggil 'putra durhaka' oleh Hye Jin.

Hye Jin menghela nafas. Lalu ia berkata, bahwa mereka adalah partner strategis.

Hye Jin : Aku ingin bertemu denganmu hari ini karena ingin bicara.

Terdengar narasi Dae Han.

Dae Han : Hanya ada satu hal untuk dibicarakan. Dicampakkan oleh pacar selain kalah dalam pemilu terlalu menyedihkan.


Hye Jin mau bicara tapi Dae Han menghentikannya. Dae Han bilang, dia lah yang akan bicara dulu.

Dae Han : Aku harus bertanggung jawab karena tidak memenuhi janji kita. Kita harus mengakhirinya di sini. Aku tidak bisa mengurusmu sekarang. Maafkan aku.

Hye Jin : Kau akan menjadi politisi sukses. Kau mengatakan apa yang ingin dikatakan orang lain.

Hye Jin kemudian turun dan pergi dengan wajah kecewa.

*Oh, jd mereka pacaran toh, terus Hye Jin nyampakin Dae Han karena video kontroversial itu?? Omo... Tega bener...


Dae Han akhirnya turun dari mobilnya dan menatap gedung pemerintahan yang ada di seberang Sungai Han.

Dae Han : Ada ungkapan populer di kalangan politisi. Monyet akan tetap menjadi monyet setelah jatuh dari pohon. Tapi jika anggota dewan tidak memenangi pemilu, orang itu lebih rendah dari manusia.


Paginya, spanduk yang memasang foto Dae Han, dicopot dan dimasukkan ke tempat sampah.

Terdengar narasi Dae Han.

Dae Han : Mulai hari ini, aku lebih rendah dari manusia.

-3 tahun kemudian-


PD Koo dan timnya, serta Joon Ho, sedang makan-makan di sebuah restoran daging.

PD Koo mengajak mereka semua bersulang.

PD Koo : Semuanya, angkat gelas kalian. Untuk Debat!

PD Koo kemudian berkata, bahwa keberhasilan mereka berkat Joon Ho dan Soo Hyun. PD Koo bilang mereka mencapai rating 3.8 persen pekan lalu.


Soo Hyun menatap sengit PD Koo.

Soo Hyun : Pak Koo, bagaimana jika kau melihat orang di sampingmu?

PD Koo : Di sampingku?


PD Koo menoleh ke kirinya yang tidak ada siapa-siapa. Soo Hyun sedikit merebahkan badannya. Terlihat lah Penulis Ahn yang duduk disamping Soo Hyun, tengah menatap PD Koo dengan sengit. Soo Hyun terkekeh. PD Koo langsung diam. Ia kemudian melihat tim nya yang lain juga menatap sengit padanya. Barulah PD Koo memuji yang lainnya.

Soo Hyun : Kalau begitu, bagaimana jika kau memanggang dagingnya dengan kami?

PD Koo mencari alasan. Ia tanya, haruskah ia melakukannya. Soo Hyun mengangguk.


Joon Ho menawarkan diri. Ia bilang, biar ia yang memanggang dagingnya.

Soo Hyeon : Tidak apa-apa. Lagi pula, mereka sudah selesai.

Joon Ho : Kalau begitu, aku akan membeli sesuatu yang tidak perlu dipanggang.

Penulis Ma : Seperti apa?

Joon Ho : Kau suka sashimi?

"Sashimi?" Soo Hyun tampak berpikir. Setelah itu ia menjawab, tidak akan cukup.


Pria berkacamata yang duduk di depan Soo Hyun menyela Soo Hyun.

"Bu Jung, kau bilang kau tidak punya pacar. Kenapa mencari di tempat lain? Apa pendapatmu tentang Pak Kang?" ucapnya, berusaha menjodohkan Joon Ho dan Soo Hyun.

Sontak Joon Ho langsung menatapnya dan Soo Hyun menatap Joon Hoo.

"Pak Kang?" tanya Soo Hyun.

"Penampilannya bagus, pekerjaannya bagus, keluarganya kaya, kepribadiannya baik..." jawab pria itu sambil meletakkan isian samgyeopsal ke daunnya.

"Dia punya segalanya." tambah pria itu, lalu memakan samgyeopsalnya.


"Kenapa orang sepertinya mau berhubungan denganku?" tanya Soo Hyun.

Diluar dugaan, Joon Ho menjawab 'mau' dengan wajah antusias. Sontak Soo Hyun kaget dan yang lain heboh.

Soo Hyun : Kau makin pandai menghibur orang.

Joon Ho : Tidak, aku serius.

Yang lain pun semakin heboh dengan jawaban Joon Ho. Soo Hyun tertawa. Penulis Ma tampak kecewa mendengar jawaban Joon Ho.

Soo Hyun : Apa pun yang kau lakukan, orang sepertimu bukan tipeku.

Joon Ho : Kenapa tidak?

Soo Hyun : Kau terlalu sempurna.


Penulis Ma kemudian bertanya, kenapa Soo Hyun mengencani Dae Han.

Sontak, semua mata langsung mengarah ke Soo Hyun.

Soo Hyun : Siapa bilang aku mengencani Anggota Dewan Wi?

Penulis Ma : Temanku.

Soo Hyun : Bagaimana dia bisa tahu kehidupan cintaku?

Penulis Ma : Rekan kerja pacarnya teman sekamar Wi Dae Han saat kuliah dan dia bilang kalian berdua berkencan saat kuliah.

Soo Hyun : Benarkah? Kalau begitu, beri tahu teman rekan kerja pacarnya bahwa aku di BEM dengan Anggota Dewan Wi, tapi kami tidak pernah berkencan, dan aku akan menuntutnya jika dia menyebarkan rumor palsu!


Joon Ho tertawa mendengarnya.

Penulis Ma minta maaf.


Pria berkacamata ikut membahas Dae Han.

"Tapi dia memang tampak seperti orang hebat. Kau tahu apa yang dilakukannya belakangan ini setelah kalah dalam pemilu?"


Dae Han sendiri sedang bekerja sebagai supir pengganti. Penumpangnya, seorang pria, mengoceh soal anggota dewan dalam kondisi setengah mabuk.

"Kita harus mengganti semua anggota dewan. Mau melihat ke mana pun, tidak ada yang cukup bagus. Mereka hanya tahu cara menjilat orang selama pemilu untuk mendapatkan suara. Kau pikir membungkuk di sepanjang jalan akan membuat hidup kita lebih baik?"

Dae Han tersenyum mendengarnya.

"Omong-omong, kau yakin tidak mengemudi hanya untuk pamer?"

"Aku sudah melakukan ini lebih dari setahun. Aku bukan bagian dari sirkus, jadi, untuk apa aku berpura-pura lebih dari setahun?"

"Lalu kenapa menjadi sopir pengganti? Kau pernah menjadi anggota dewan."

"Setelah kalah dalam pemilu, aku tidak punya pekerjaan lain. Aku dahulu ajudan, jadi, aku tidak punya pekerjaan untuk kembali. Tapi sesuatu terlintas di benakku.

Pekerjaan paling mirip dengan anggota dewan adalah sopir pengganti. Keduanya berada di belakang kemudi untuk masyarakat dengan kecepatan dan arah yang diinginkan masyarakat untuk membawa mereka ke tujuan dengan aman dan nyaman."

"Aku mengerti."


Mereka tiba di tempat tujuan. Dae Han minta bayaranya 15 dollar tapi pria itu memberinya 20 dollar karena kasihan padanya. Dae Han menolak tapi pria itu memaksa.

Pria itu lalu mengajak Dae Han foto dengannya tapi saat Dae Han mengambil foto mereka dengan ponsel pria itu, pria itu tiba2 muntah di jaketnya.


Dae Han berakhir di toilet umum, mencuci jaketnya yang terkena muntahan pria tadi. Selesai mencuci jaketnya, dia mencium jaketnya, berharap baunya sudah hilang tapi baunya masih menempel. Dae Han pun kesal dan menatap wajahnya di cermin.

Terdengar narasi Dae Han.

Dae Han : Jika menjadi anggota dewan dengan lencana emas di dadamu, kau bisa menikmati pengalaman 200 fasilitas dan hak istimewa yang luar biasa.....


Dae Han membayangkan dirinya berada di atas pesawat kelas bisnis dengan lencana emas di dadanya. Ia juga membayangkan pramugari yang TP-TP dengannya.

Dae Han :  Kau bisa naik kelas bisnis untuk perjalanan dinas ke luar negeri, melewatkan imigrasi saat masuk atau ke luar negeri, dan memakai ruang dan parkiran VIP di bandara. Kau mendapatkan kantor hampir seluas 100 meter persegi dan empat pejabat serta tiga sekretaris, sampai sembilan orang, sebagai anggota timmu. Total gaji mereka 360.000 dolar dan gajimu sebesar 137.960 dolar akan dibayar setiap tahun. bahkan jika kau tidak mengajukan satu RUU legislatif selama empat tahun dengan lencana emas. Dengan pajak yang dibayar rakyat. Kukira kelebihan dan hak istimewa itu berlebihan saat aku menjadi anggota dewan....


Kyung Hoon sendiri lagi main golf di ruangan yang disebutkan Dae Han tadi.

Sementara Bong Joo kembali menjad staff biasa.


Dae Han kini mengeringkan jaketnya.

Dae Han : ... tapi sekarang, aku sangat merindukan masa-masa itu.


Dae Han kemudian makan dan minum soju di warung tenda bersama Bong Joo.

Bong Joo : Dia muntah di bajumu? Apa karena itu kau bau?

Dae Han langsung mencium jaketnya yang memang masih bau.

Bong Joo : Omong-omong, apa kau tidak merasa bersalah kepada anggota dewanmu saat dia dipermalukan seperti itu?

Dae Han : Merasa buruk?

Bong Joo : Tapi aku memikirkan ini. "Kurasa aku benar." "Jika dia berhenti mengemudi saat aku menyuruhnya, ini tidak akan terjadi kepadanya."

Dae Han kesal.

Dae Han : Bagus untukmu, Nak. Bagus untukmu.


Dae Han menenggak sojunya.

Dae Han : Aku harus mencari nafkah, bukan? Aku hanya punya utang, bukan tabungan.

Bong Joo : Tetap saja, kau harus berhenti. Itu lebih merugikan daripada menguntungkan. Orang-orang berpikir itu hanya pertunjukan.

Dae Han : Mereka benar. Ini semua hanya pertunjukan. Aku diusir dari partai. Aku harus punya pertunjukan agar tidak terlupakan, bukan?

Bong Joo : Apa yang kau cemaskan? Citramu sebagai putra durhaka sangat kuat sampai mereka tidak akan pernah melupakanmu. Seharusnya kau lebih mencemaskan bagaimana kau bisa dilupakan.

Dae Han : Jujurlah kepadaku. Kau membenciku, bukan? Itu sebabnya kau mengacau denganku.

Bong Joo : Sejujurnya aku mencemaskanmu. Kau bahkan minum obat penenang saat kalah dalam pemilu.

Dae Han : Itu sudah lama sekali. Aku berhenti meminumnya lebih dari setahun lalu.

Bong Joo : Dahulu kau sangat keren saat berada di dewan. Tapi sekarang kau menjadi sopir pengganti dan mengalami gangguan panik. Ayahmu seharusnya setidaknya menunggu sepekan lagi.


Soo Hyun sedang di jalan pulang sambil bicara di telepon dengan ayahnya.

Soo Hyun :  Ya. Aku dalam perjalanan pulang dari tamasya perusahaanku. Haruskah aku mampir?

"Tidak apa-apa. Tidak perlu. Kau pasti lelah bekerja. Pulang dan beristirahatlah."

Soo Hyun : Tetap saja, aku senang aku pindah ke dekat restoran. Aku bisa membantu saat ayah sibuk.

Soo Hyun melewati seorang pria berjaket hitam yang lagi asyik main di mesin boneka.

Pria itu teriak karena gagal mencapit boneka, membuat Soo Hyun kaget.

Soo Hyun yang tak tahu itu Dae Han, pergi begitu saja.

Soo Hyun : Ayah juga bermain mesin capit?

"Sesekali, ya. Ibumu bersikap seperti tidak tahu, tapi dia suka saat ayah memenangi boneka untuknya."

Soo Hyun : Benarkah? Aku tidak pernah mengerti kenapa orang memainkan itu. Lagi pula, kita tidak pernah menang. Lebih murah hanya membeli boneka."

Dae Han berusaha mencapit bonekanya lagi tapi lagi2 ia gagal membawa boneka itu keluar dari dalam mesin.

Bersambung ke part 3....