Chi Hyun memberontak saat akan ditangkap petugas. Ia merebut pistol petugas dan mengarahkannya pada Joon Jae. Chung pun seketika teringat pada sosok yang membuat Dam Ryung dan Sae Wa tewas. Sosok itu adalah… Chi Hyun!
Chung berlari dan memeluk
Joon Jae. Tepat saat itu, pistol meletus. Chung tertembak! Tae Oh dan Nam Doo
terkejut melihatnya. Petugas langsung meringkus Chi Hyun. Joon Jae membeku.
Ingatannya langsung melayang ke sosok Dam Ryung yang tewas karena menyelamatkan
Sae Wa. Chung pun mulai terkulai lemas. Joon Jae menatap Chung.
“Heo Joon Jae, aku takut kau
akan melindungiku lagi, tapi aku sangat bahagia. Akhirnya telah berubah. Kali
ini, aku yang melindungimu.” Batin Chung.
“Tidak.” Ucap Joon Jae
seraya memegangi wajah Chung.
Kesadaran Chung akhirnya
menghilang. Tangis Joon Jae pecah. Dipeluknya Chung dengan erat. Tak lama
kemudian, ambulance datang. Chung pun langsung dibawa ke ambulance.
“Jangan pergi. Jangan pergi
ke manapun. Aku mencintaimu.” Isak Joon Jae.
Berita tertangkapnya Seo Hee langsung menjadi topic pembicaraan di Korea. Yoo Ran yang menyaksikan berita itu bersama Jin Joo dan Dong Shik di TV pun syok. Jin Joo dan Dong Shik berusaha menenangkan Yoo Ran.
Chi Hyun nampak tertekan dalam perjalanan menuju kantor polisi. Tiba-tiba, Chi Hyun minta berhenti di toilet. Di toilet, Chi Hyun menangis. Tak lama kemudian, Chi Hyun ingat saat ia menyuruh Nam Doo membunuh Joon Jae.
Flashback…
Chi Hyun memberikan dua serum yang berisi racun. Tapi Nam
Doo hanya mengambil satu serum saja dan meyakinkan Chi Hyun kalau ia tidak akan
gagal. Chi Hyun pun akhirnya menyimpan serum yang satunya.
Flashback end…
Chi Hyun keluar dari toilet
dengan wajah pucat. Polisi langsung membawa Chi Hyun ke mobil. Apakah Chi Hyun
meminum racun itu? Sepertinya iya…
Setibanya di rumah sakit,
Chung langsung dibawa ke ruang operasi. Joon Jae menunggu diluar dengan cemas.
“Mengapa aku hidup seperti binatang didorong ke sudut. Mengapa
aku hidup seperti aku menerima hukuman, aku tidak yakin. Tapi aku harap hidupmu
tidak seperti ini. Aku tidak yakin siapa dirimu, tetapi pikiran itu hanya
terjadi dalam situasi ini.” ucap Dae Young.
Tiba-tiba saja, Chi Hyun merasa kesakitan. Tak lama kemudian, Chi Hyun terjatuh. Petugas Cha kaget.
Tiba-tiba saja, Chi Hyun merasa kesakitan. Tak lama kemudian, Chi Hyun terjatuh. Petugas Cha kaget.
Petugas Hong menginterogasi Seo Hee. Tapi Seo Hee masih saja tidak mau mengaku. Saat mereka sedang berdebat, Petugas Cha datang memberitahu Petugas Hong tentang apa yang terjadi pada Chi Hyun. Petugas Hong kaget. Seo Hee tersenyum sinis. Ia yakin, kedua petugas itu kaget lantaran kedatangan pengacaranya. Namun senyumnya langsung hilang saat Petugas Hong memberitahu soal Chi Hyun.
Seo Hee langsung berlari ke ruang interogasi Chi Hyun. Ia menemukan Chi Hyun yang terkapar di lantai. Seo Hee teriak, menyuruh petugas memanggil dokter. Petugas berkata, dokter akan tiba beberapa menit lagi. Chi Hyun bilang itu percuma. Dengan napas tersengal, ia berkata hanya tinggal menunggu waktu.
“Kenapa kau melakukan itu?
Mengapa kau melakukan itu, Chi Hyeon-ah !?” tanya Seo Hee.
Chi Hyun menangis. Lalu
dengan napas tersendat, ia berkata menjadi anak Seo Hee adalah kutukan baginya.
Setelah mengatakan itu, Chi Hyun menghembuskan napas terakhirnya. Tangis Seo
Hee pecah.
Chung masih belum keluar dari ruang operasi. Di depan ruang operasi, Joon Jae terus menunggui Chung ditemani Nam Doo dan Tae Oh. Tak lama kemudian, Nam Doo dapat kabar dari Detektif Hong tentang kematian Chi Hyun. Joon Jae pun terkejut mendengarnya.
“Dia tadinya memberiku dua
dosis akar wolfsbane. Tapi kubilang aku tidak butuh dua dan mengganti yang
kuambil. Tapi tampaknya Heo Chi Hyeon menyimpan yang satu lagi dan meminumnya. Itu
sangat mematikan sehingga jika diminum, hanya butuh waktu lebih lama, tapi
tetap fatal.” Ucap Nam Doo.
“Dia sangat tidak
bertanggung jawab sampai akhir.” Jawab Joon Jae.
Chung akhirnya dipindahkan
ke ruang rawat. Dokter yang mengoperasi Chung terheran-heran karena Chung masih
bisa bertahan, padahal peluru itu menembus organ vitalnya.
“Dia kehilangan banyak
darah, dan tekanan darahnya menurun drastis juga. Dalam kasus seperti ini,
mereka biasanya kena shock, jadi aku memasang mesin jantung-paru-paru padanya. Tapi
setelah aku selesai menjahit lukanya... Ini biasanya tidak seperti ini. Tapi
otot-otot jantungnya pulih dengan amat mudah.” Ucap dokter.
“Bagaimana dengan
tanda-tanda vitalnya?” tanya Joon Jae.
“Itu juga biasanya tidak
seperti ini. Tanda-tanda vitalnya menjadi stabil dengan sangat cepat. Tentu
saja, lokasi pelurunya cukup kritis, jadi kita perlu mengamatinya untuk melihat
kapan dia sadar kembali.” Jawab dokter.
Dokter pun penasaran, makanan seperti apa yang dimakan Chung hingga Chung mampu bertahan dari kondisi kritis seperti itu.
“Daripada makan sesuatu yang
aneh, dia terutama makan sangat banyak.” jawab Nam Doo.
Dokter pun makin penasaran
dengan Chung. Untuk menghilangkan kecurigaan si dokter, Joon Jae pun langsung
mengusir si dokter dengan cara halus.
Si A yang lagi tidur melihat kehidupan masa lalunya sebagai pengantin Dam Ryung. Saat malam pertama, Dam Ryung pergi meninggalkan Si A.
Si A yang lagi tidur itu pun
langsung ngomel2…
“Bagaimana bisa kau pergi
begitu saja? Kau mau pergi ke gadis mana!” teriaknya.
Si A terbangun dan heran
sendiri dengan mimpinya.
Di ruang makan, Jin Joo dan
Dong Shik lagi membahas soal Chung yang tertembak karena melindungi Joon Jae.
“Katakan. Bisakah kau...menerima
tembakan untukku?” tanya Jin Joo.
“Aku hanya bisa menerima
lemparan batu.” Jawab Dong Shik.
Jin Joo langsung kesal.
“Bagaimana denganmu?” tanya
Dong Shik.
“Aku harus membesarkan
anak-anak. Kalau aku kena tembak, siapa yang akan merawat anak-anak?” jawab Jin
Joo.
Si A masuk ke dapur dan penasaran kenapa Jin Joo dan Dong Shik membicarakan soal tembakan. Jin Joo pun memberitahu tentang Chung yang tertembak karena melindungi Joon Jae. Si A syok mendengarnya.
Di rumah sakit, Joon Jae dan
Yoo Ran menunggui Chung. Yoo Ran cemas karena Chung masih belum sadar padahal
operasinya berjalan dengan baik. Joon Jae menenangkan Yoo Ran dengan berkata,
Chung belum sadar karena baru mengalami operasi besar.
“Apa dia bicara tentang
melakukan ini?” tanya Yoo Ran.
Joon Jae pun bingung, Bicara
apa?
Yoo Ran pun memberitahu Joon Jae apa yang pernah dikatakan Chung padanya. Chung mengatakan soal putri duyung. Chung bilang, jika putri duyung membunuh pangeran dengan sebilah pisau, maka putri duyung bisa hidup. Tapi jika dia gagal membunuhnya, maka dia akan jadi buih dan menghilang.
“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Chung pada Yoo Ran.
“Pada zaman dahulu, seorang pria jatuh ke laut, tapi
kapalnya terbalik. Dia bertemu putri duyung dan selamat. Dia menikahi putri
duyung itu dan punya banyak anak. Mereka hidup berbahagia. Anak-anak yang
dilahirkan dari manusia dan duyung. Sebagian kembali ke air, dan sebagian tetap
di darat. Mereka menjadi seperti pelindung bagi orang-orang di desa itu. Sambil
berkomunikasi dengan duyung-duyung di laut, ketika ada badai. Mereka memberi
tahu orang-orang agar tidak ke laut. Ada juga kisah putri duyung yang seperti
ini. Putri duyung pergi ke darat bukan karena keserakahan, tapi karena cinta.”
Jawab Yoo Ran.
“Meski akan menyenangkan kalau semua cerita punya akhir yang
bahagia, ada juga cerita yang tidak.” Jawab Chung.
Flashback end…
“Dia bicara tentang itu?” tanya
Joon Jae heran.
“Ya. Jadi karena ini yang
terjadi, hatiku sakit sekali. Aku ingin dia cepat sadar sehingga bisa
mengucapkan terima kasih. Bagaimana dia bisa berpikir untuk berlari di depan
senjata?” ucap Yoo Ran.
Joon Jae lalu teringat
perdebatannya dengan Chung soal tembakan di pinggir tebing, ketika mereka
dikejar2 orang Nyonya Jang.
“Itulah. Orang yang begitu
takut pada senjata tidak punya rasa takut.” Ucap Joon Jae.
Joon Jae lalu bertanya pada
ibunya, apa benar ada legenda seperti itu. Apa pria itu benar2 menikahi putri
duyung dan punya anak, lalu hidup bahagia untuk waktu yang lama?
“Apa kau tidak ingat? Ketika
kau kecil dan bilang tidak bisa tidur, aku selalu menceritakan kisah itu. Kau
sangat menyukainya.” Jawab Yoo Ran.
“Senang sekali kalau itu
benar.” ucap Joon Jae.
Yoo Ran lalu menyuruh Joon
Jae mengantarkan sup yang dibawanya untuk istri Sopir Nam.
Saat menuju ruangan Sopir
Nam, Joon Jae bertemu Nam Doo. Joon Jae pun mengajak Nam Doo ikut dengannya.
Sopir Nam kembali melihat kehidupan masa lalunya. Ia ketahuan oleh Nam Doo saat tengah bersembunyi dari kejaran Nam Doo dan Chi Hyun di masa lalu. Tapi Nam Doo malah membantunya. Nam Doo memberi tahu jalan agar Sopir Nam bisa sampai ke sebuah tempat bernama Bancheon Inn.
“Pergilah ke ibukota,
katakan pada mereka untuk memberikan kuda yang ditahan Park Moo. Lakukan
pekerjaan Kepala Desa minta kepadamu.” Suruh Park Moo.
“Mengapa kau melakukan ini?”
tanya Sopir Nam bingung.
“Untuk membayar utangku dan
untuk membalas dendam.” Jawab Park Moo.
Kembali ke masa kini, dimana Nam Doo yang pertama kali melihat Sopir Nam membuka mata. Istri Sopir Nam langsung pergi memanggil dokter. Begitu melihat Nam Doo, Sopir Nam langsung memanggil Nam Doo dengan nama Park Moo. Kontan saja, Nam Doo bingung. Nam Doo bilang namanya Jo Nam Doo, bukan Park Moo.
Sopir Nam lalu melihat Joon Jae, dan memanggil Joon Jae Dam Ryung. Joon Jae pun mengerti bahwa Sopir Nam juga mendapat penglihatan tentang kehidupan mereka di masa lalu. Setelah berhasil menguasai dirinya, Sopir Nam memberi tahu Joon Jae bahwa ia bermimpi. Mimpi yang sangat panjang. Tangan Sopir Nam nampak menggenggam erat tangan Joon Jae.
“Itu bagus karena paman
sudah bangun.” Jawab Joon Jae.
Joon Jae pun berterimakasih
karena Sopir Nam sudah mau menjadi temannya, baik di kehidupan masa lalu maupun
di kehidupan sekarang.
Joon Jae dan Nam Doo kembali menunggui Chung. Joon Jae heran sendiri karena Chung masih belum sadar.
“Itu kataku. Mereka jelas
mengatakan operasinya berjalan lancar. Apakah ada sesuatu yang pasti berbeda
dari kita, neurologis atau sesuatu?” jawab Nam Doo.
“Apa katamu?” tanya Joon Jae
bingung
“Sejujurnya, aku mendengar
percakapan antara kalian. Antara kau dan Chung... tentang putri duyung dan
hal-hal seperti itu.” jawab Nam Doo.
Joon Jae terkejut
mendengarnya. Takut rahasia Chung ketahuan, Joon Jae pun berkata mereka hanya
bercanda saat itu.
“Makanya itu. Rumah kita
bukanlah taman kartun atau apapun itu. Aku tidak tahu kenapa aku percaya ini, tapi
aku memercayainya. Chung tidak seperti kita. Dia seorang putri duyung.” Jawab
Nam Doo.
Joon Jae pun gugup. Melihat
Joon Jae gugup, Nam Doo tertawa dan berkata ia tidak akan melakukan apapun pada
Chung. Joon Jae tidak percaya. Nam Doo pun mengakui bahwa dirinya adalah
seseorang yang matanya menjadi buta karena uang, tapi ia akan tetap setia pada
dua prinsip.
“Apa?” tanya Joon Jae.
“Aku, tanpa kecuali, membalas kembali musuhku. aku membayar kembali utangku jika mungkin. Meskipun Chung tidak menyelamatkanku, dia melindungi Joon Jae-ku. Joon Jae-ku.” Jawab Nam Doo.
Joon Jae tertegun
mendengarnya, tapi kemudian ia bergidik ngeri mendengar kata2 ‘Joon Jae ku’
yang keluar dari mulut Nam Doo.
“Hei, dan ini tulus tapi
setelah mengatakan itu aku merasa ngeri juga.” jawab Nam Doo.
Tiba2, terdengar lah suara
Chung. Chung protes karena Nam Doo mengatakan Joon Jae ku. Ia bilang, Joon Jae itu
miliknya. Joon Jae dan Nam Doo pun senang karena Chung akhirnya sadar.
“Kalau kau tidak bangun aku
benar-benar akan mengikutimu.” Ucap Joon Jae.
“Kenapa? Kau bilang kau akan
bertemu seorang wanita cantik dan hidup dan makan dengan baik.” Jawab Chung.
“Tapi tidak ada. Tidak ada yang lebih cantik darimu tidak peduli berapa banyak aku mencari.” Ucap Joon Jae.
“Kau mencari?” tanya Chung.
“Aku memikirkannya dan
menyadari hidup ini singkat. Aku merasa cintaku akan lebih panjang dari
hidupku. Jadi itu sebabnya, dalam kehidupan ini, cintaku tidak akan berakhir.”
Ucap Joon Jae.
Chung langsung menangis haru
mendengar kata2 Joon Jae. Joon Jae lantas menggenggam tangan Chung dan
berterimakasih karena Chung sudah kembali padanya. Joon Jae lalu mencium tangan
Chung. Melihat hal itu, Nam Doo merasa mual dan memilih pergi.
Masyarakat langsung melempari Seo Hee dengan telur dan meneriaki Seo Hee pembunuh saat Seo Hee dibawa keluar dari kantor polisi. Seo Hee awalnya masih bisa menahan diri, namun saat melihat sosok Yoo Ran ditengah orang2 yang melemparinya, ia marah dan ingin menyerang Yoo Ran. Polisi langsung menahan Seo Hee dan menyeret paksa Seo Hee ke dalam bus tahanan.
Dae Young yang
menyaksikannya lewat televisi pun tersenyum evil. Dae Young lalu meraih
ponselnya dan menghubungi Professor Jin. Meski tidak bersuara, Profesor Jin
tahu Dae Young lah yang menghubunginya.
Profesor Jin langsung mengontak Joon Jae. Joon Jae yang saat itu tengah ada di rumah sakit, langsung mengontak Nam Doo dan menyuruh Nam Doo menghubungi Detektif Hong.
Dae Young mulai
berkonsultasi dengan Profesor Jin. Profesor Jin penasaran, kenapa Dae Young
ingin mencari ingatannya yang hilang.
“Pernahkah kau berjalan
tanpa ingatanmu? Perasaan terperangkap di hutan dengan dua matamu tertutup tapi
mendengar suara binatang dari sekitarmu. Takut dimakan oleh hewan itu tidaklah
sesulit itu, tapi takut tidak tahu kapan dan di mana sesuatu akan datang
menyerangmu... Itulah apa yang membuatku lebih gila.” jawab Dae Young.
“Di saat yang sama, bukankah
ketakutan lebih baik daripada kenyataan?” tanya Profesor Jin.
“Tidak, tapi aku masih harus
tahu. Aku tidak bisa hidup seperti ini lagi. Karena dosa yang aku bahkan tidak
bisa mengingatnya.” Jawab Dae Young.
Dae Young pun mulai
diterapi. Seketika, ia melihat kehidupannya sebagai Bangsawan Yang.
Sementara itu, Joon Jae
sedang dalam perjalanan menuju klinik Profesor Jin.
Dae Young melihat kehidupan
masa lalunya.
“Tuan Cheon, aku dengar kau bisa
meramal lebih baik daripada kebanyakan dukun di luar sana.” tanya selir
Bangsawan Yang.
“Ini bukan berarti bahwa aku
memiliki kemampuan khusus meramal, hanya aku memiliki banyak ketertarikan dalam
nasib orang lain.” Jawab Tuan Cheon, Profesor Jin di masa lalu.
“Bagaimanapun, bacalah nasib
kami untuk tahun baru.” Pinta selir Bangsawan Yang.
“Bunga-bunga indah yang
menembus salju yang keras dan mekar di mana-mana, semuanya milikmu.” Ucap Tuan
Cheon.
“Semuanya milikku,
bunga-bunga indah? Mengapa? Bunga bukanlah emas dan barang berharga.” Jawab
Selir Bangsawan Yang.
“Aroma menawan dari
bunga-bunga akan menembus celah-celah tubuhmu sampai kau mati. Bahkan jika
semua mati dan terlahir kembali, semuanya tidak akan saling meninggalkan dan
akan bersama-sama.” Jawab Tuan Cheon.
“Ini sesuatu yang baik, kan?”
tanya Selir.
“Dosa tidak dapat menentukan
nasib baik dan jahat.” Jawab Tuan Cheon, membuat si Selir sedikit kesal.
“Lalu, bagaimana denganku?”
tanya Bangsawan Yang.
“Pohon yang tersambar petir
masih ada ruhnya hingga bisa tumbuh lagi. Apa kau menerima hukuman agar bisa
hidup? Atau hidup agar bisa menerima hukuman? Kau akan menjalani hidup yang
membingungkan.” Jawab Tuan Cheon.
“Apa maksudmu?” tanya Bangsawan
Yang kaget.
“Jadi, kau mungkin tersambar
petir dan terbakar sampai jadi debu hitam. Lebih baik kalau tidak dilahirkan
lagi tapi ini juga takdir yang tidak bisa kau pilih.” Jawab Tuan Cheon.
Bangsawan Yang pun kesal
dengan ramalan Tuan Cheon. Saking kesalnya, ia pun mengusir Tuan Cheon.
Setelah itu, Dae Young
melihat Bangsawan Yang dan selirnya hendak melarikan diri, namun ditangkap oleh
pasukan yang dipimpin Park Moo. Park Moo bertanya, apa Bangsawan Yang mengenal
seseorang yang bernama Park No Joon.
“Aku tidak pernah mendengar,
bertemu, atau melihat orang itu.” jawab Bangsawan Yang.
“Kapalnya ditahan paksa di
pelabuhan, sehingga dia harus menetap di sini selama 20 hari dan ditemukan
sudah jadi mayat hanya karena dia keberatan.” Jawab Park Moo.
Park Moo lantas mencabut pedangnya dan mengarahkannya pada Bangsawan Yang. Park Moo bilang, ia adalah putra Park No Joon, seseorang yang dibunuh Bangsawan Yang. Park Moo lalu menebas Bangsawan Yang, untuk membalaskan dendam atas kematian ayahnya dan Dam Ryung.
Sebelum meninggal, Bangsawan
Yang memastikan bahwa dirinya akan terlahir kembali dan memiliki semua yang
tidak dia miliki di dunia ini.
Setelah itu, giliran si
Selir yang dibunuh. Park Moo memaksa selir Bangsawan Yang minum racun Bunga
Wolfbane.
Tepat setelah selir
Bangsawan Yang tewas, Dae Young terbangun. Dae Young lalu bertanya, Profesor
Jin ada di pihak siapa.
“Dulu seperti itu, dan
sekarang seperti ini juga. Aku hanya seseorang yang mengamati takdir. Aku tidak
berada di pihak mana pun.” Jawab Profesor Jin.
Dae Young lalu berdiri dan
mencekik Profesor Jin. Seolah sudah bisa membaca nasibnya, Profesor Jin tidak
melawan. Tepat saat itu, Joon Jae datang menyelamatkan Profoser Jin.
Dae Young dan Joon Jae pun saling bertatapan. Setelah itu, kita melihat kehidupan masa lalu dimana Dam Ryung dan Bangsawan Yang saling bertatapan. Bangsawan Yang yakin takdir akan berpihak lagi padanya kali ini.
“Tidak masalah di pihak mana takdir berada. Pada akhir takdir buruk itu, kami bersama, jadi kami bahagia. Begitu juga sekarang.” jawab Dam Ryung.
Kembali ke kehidupan sekarang, dimana Penyidik Hong akhirnya meringkus Dae Young tepat saat Dae Young akan melukai Joon Jae. Nam Doo yang cemas langsung menghampiri Joon Jae. Dae Young terkejut melihat sosok Nam Doo yang mirip Park Moo. Ditatap seperti itu, membuat Nam Doo sedikit takut.
Si A datang menjenguk Chung. Tak lupa, ia membawa bunga. Karena Chung masih tidur, Si A pun meletakkan bunga yang dibawanya di atas kasur dan berniat pergi. Tapi tiba2 saja, Chung membuka matanya membuat Si A terkejut setengah mati. Chung tidak menyangka Si A akan datang menjenguknya.
“Kudengar kau tidak sadar,
jadi aku hanya akan meninggalkan bunganya di sini.” Jawab Si A.
“Apa kau sebenarnya khawatir
padaku?” tanya Chung.
“Jujur saja, ini pertama
kali aku melihat seseorang yang terkena tembakan. Apa kau benar-benar
tertembak? Astaga, bagaimana ini? Pasti sakit sekali. Jadi, di mana tepatnya kau
tertembak?” oceh Si A.
“Kedengarannya kau menikmati
ini.” protes Chung.
“Hei, apa kau gila? Aku
tidak begitu menyukaimu, tapi aku tidak membencimu sampai senang kau tertembak.”
Jawab Si A.
“Jadi, kau menyukaiku?”
tanya Chung.
“Sudah kubilang. Aku
bukannya benar-benar menyukaimu.” Jawab Si A.
“Tapi aku menyukaimu.” Ucap
Chung.
“Tapi kenapa?” tanya Si A
penasaran.
“Aku selalu ingin menjadi
sepertimu. Kau bisa menua bersama orang yang kau suka.” Jawab Chung.
“Kau mau bilang aku tua? Aku tampak muda untuk usiaku. Aku bukan tipe
yang akan menua bersama seseorang.” sewot Si A.
“Bukan itu, tapi aku iri.
Kau bisa menghabiskan waktu bersama orang yang kau suka.” Ucap Chung.
“Apa yang bisa kulakukan
meski punya banyak waktu? Orang yang kuinginkan hanya melihatmu. Ah, aku bahkan
bermimpi ditelantarkan suamiku! Hei, aku lebih iri padamu.” Jawab Si A.
“Orang yang jadi takdirmu
akan datang.” ucap Chung.
“Apa kau kerasukan setelah
tertembak? Ada apa denganmu?” tanya Si A.
“Aku juga sudah menunggu
lama, dan dia muncul. Jadi takdirmu akan muncul juga, Cha Si Ah.” Jawab Chung.
“Kau mengatakan untuk
menjauh dari Joon Jae, ya? Aku akan melakukannya meski kau tidak bilang. Kau
bahkan tertembak demi Heo Joon Jae. Bagaimana aku bisa mengalahkan itu?” ucap
Si A.
Si A lalu beranjak pergi. Dan seperti yang dibilang Chung, Si A bertemu dengan takdirnya di depan rumah sakit. Salju tiba-tiba turun, sedikit mengejutkan Si A. Lalu tak lama, Tae Oh muncul di hadapannya. Tidak seperti biasanya, Si A nampak terpesona pada Tae Oh.
Tapi Si A seperti biasa,
tetap jual mahal saat Tae Oh berniat mengantarnya pulang. Tae Oh lantas
mengeluarkan ponselnya, tapi Si A dengan pedenya merebut ponsel Tae Oh dan
memotret dirinya. Si A kemudian melihat galeri foto Tae Oh. Dan dia pun sewot
melihat banyaknya foto Chung di ponsel Tae Oh.
Si A pun pergi dengan wajah super kesal. Tapi kemudian, seseorang mengikutinya. Si A mengira Tae Oh lah yang mengikutinya. Ia pun berbalik dan terkejut melihat sosok yang mengikutinya adalah orang gila. Si A langsung lari. Tepat saat itu, Tae Oh datang dan langsung memukuli si orang gila.
Si A terduduk di bangku
taman. Ia menangis melihat Tae Oh berupaya mengusir orang gila itu. Setelah
orang gila itu pergi, Tae Oh menghampiri Si A. Tae Oh memeluk Si A. Setelah
itu, Tae Oh menatap Si A dan… mencium Si A.