• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruler : Master Of The Mask Ep 8 Part 1

Sebelumnya...


Ga Eun menyendiri di dekat sebuah pondok. Seseorang datang memakaikan jaket ke tubuhnya. Ga Eun menoleh, ia tersenyum dengan mata berkaca-kaca melihat kedatangan ayahnya namun semua itu hanya bayangannya saja karena yang datang bukanlah Tuan Han, tapi Putra Mahkota.

“Ayah biasanya datang kemari bersamaku untuk melihat bintang.” Ujar Ga Eun.

“Apa kau pernah mendengar ini sebelumnya? Mereka bilang, matahari hanya tampak saat siang dan diganti bulan saat malam. Mereka bilang, matahari dan bulan tak bisa terlihat bersama. Namun, itu tidak benar. Di sana... Mereka ada di langit bersama, 'kan? Sekalipun kau tidak lagi bisa melihat ayahmu, dia... akan selalu ada di sisimu.” Jawab PM Lee Sun.


Tangis Ga Eun kembali mengalir. Putra Mahkota menatap iba pada Ga Eun. Ga Eun balas menatap Putra Mahkota dengan tatapan sendu.


“Ada banyak sekali yang ingin kukatakan. Ga Eun-ah...” Putra Mahkota lantas menunjukkan kalung berbandul bulan dan matahari.


“Sebagaimana matahari yang menanti bulan ini, aku juga akan selalu bersamamu. Aku mungkin tak bisa melihatmu dengan sangat jelas, sebagaimana matahari dan rembulan. Kau mungkin berubah, namun apapun yang kau lakukan, aku akan melindungimu.” Ucap Putra Mahkota.

Putra Mahkota lantas memakaikan kalung itu ke leher Ga Eun.

“Mungkin akan sulit, namun maukah kau mengingatnya? Bahwa aku akan selalu di sisimu seperti ini. Bahwa kau tidaklah sendirian.” Ucap Putra Mahkota.

  
“Apa kau akan pergi?” tanya Ga Eun cemas.

“Untuk memenuhi janjiku pada ayahmu dan menjadi seseorang yang mampu melindungi mereka yang berharga untukku, maka aku harus pergi. Aku, entah bisa memenuhi janji pada ayahmu atau tidak, maukah kau tetap mengawasiku?” ucap Putra Mahkota.

Ga Eun hanya menjawabnya lewat tatapan tak rela Putra Mahkota pergi.

“Jika kau mau, kita bertemu lagi di sini tiga hari lagi.” Janji Putra Mahkota.

  
Putra Mahkota lalu mencium dahi Ga Eun. Tangis keduanya mengalir.

Rombongan Raja dan Putra Mahkota menuju istana. Sun yang mengenakan seragam kasim, tampak menutupi wajahnya karena takut ada yang mengenalinya. Setibanya di istana, Ratu menyambut mereka dengan tersenyum lebar. Ratu memberi ucapan selamat karena hujan akhirnya turun berkat ritual yang dilakukan sendiri oleh Raja.

“Aku pun senang.” Jawab Raja.

“Yang Mulia, tentang Putri Mahkota...”

“Kita diskusikan masalah itu nanti saja.” Jawab Raja dingin, lalu melangkah masuk ke istana bersama Putra Mahkota dan Sun. Ratu tampak kecewa atas penolakan Raja.


Youngbin Lee tak setuju dengan rencana Putra Mahkota. Ia meminta Raja menghentikan Putra Mahkota. Raja berkata, bahwa ia sudah memberi izin bagi Putra Mahkota. Ia yakin, langit juga sudah memberi restu.

“Ibu, saya harus menemukan jalan menggulingkan Kelompok Pyunsoo. Saya pasti kembali setelah menemukan jalan menjadi Raja sesungguhnya.” Ucap Putra Mahkota.

“Haruskah kau pergi?” tanya Youngbin Lee tak rela.

“Juga, ada seseorang yang ingin saya bawa bersama. Putri Hanseongbu Han Gyu Ho, Han Ga Eun.” Jawab Putra Mahkota.

Raja dan Youngbin Lee pun terkejut mendengarnya.

  
Ga Eun sedang melipat seragam ayahnya. Tanpa sengaja, ia menemukan kertas di dalam saku seragam ayahnya. Kertas itu adalah kertas mandat Putra Mahkota yang memerintahkan ayahnya menyelidiki Departemen Pengadaan Air. Ga Eun pun langsung ingat ucapan ayahnya yang mengaku sebagai pengkhianat dan sudah melakukan kejahatan besar.


Ga Eun syok, ia marah…

“Putra Mahkota memang memberi ayah perintah, kenapa berbohong!”


Ga Eun lalu melirik tajam pedang ayahnya. Ooow… dia membawa pedang itu menuju istana. Setibanya di sana, dia langsung menebas umbul-umbul. Kontan, para pengawal langsung mengamankannya. Ga Eun berteriak marah.

“Putra Mahkota telah mengeksekusi ayahku, Hanseongbu Han Gyu Ho. Katakan padanya, aku kemari untuk membunuhnya!”

  
Kepala Lee memberitahu Raja soal Ga Eun yang ditahan. Raja pun langsung teringat janjinya pada Tuan Han akan menjaga Ga Eun. Raja menyesal karena lupa akan janjinya itu. Raja lantas menyuruh Kepala Lee membebaskan Ga Eun dan membawa Ga Eun ke hadapannya.


Putra Mahkota mulai mengajari Sun apa saja yang biasa ia lakukan. Cara membaca buku, berjalan, dll. Setelah itu, ia membawa Sun ke green house-nya. Putra Mahkota bilang, itu adalah tempat favoritnya. Sun takjub melihatnya.

“Orang-orang hanya melihat topengku dan menatap tajam layaknya anak panah. Saat rasanya terlalu sulit, aku ke sini untuk menangis.” Ucap Putra Mahkota.


Sun tampak tersentuh mendengar cerita Putra Mahkota. Putra Mahkota kemudian menatap Sun, lalu memegang tangannya.

“Lee Sun-ah, aku akan tanya sekali lagi. Saat aku pergi setelah inisiasi, kau akan hidup memakai topeng. Kau sungguh baik-baik saja? Harus menyembunyikan dirimu sendiri sepanjang waktu bukanlah hal yang mudah. Kau tidak bisa memercayai siapa pun dan tidak boleh berbagi pikiran dengan orang lain. Akan lebih berat dibandingkan hidup kelaparan dan kesusahan.” Ucap Putra Mahkota.

“Yang Mulia, sebagaimana kepercayaan hamba, tolong Yang Mulia juga memercayai hamba.” Jawab Sun.

“Baiklah.” Ucap Putra Mahkota.

“Mungkin akan sulit, tapi bertahanlah demi aku.” pinta Putra Mahkota.

“Namun, hamba mencemaskan ibu dan adik hamba.” Jawab Sun.

“Aku akan menjaga mereka. Jangan cemas. Fokuslah saja belajar.” ucap Putra Mahkota.


Sun lalu tersenyum pada Putra Mahkota, tapi begitu mata mereka bertemu, Sun buru2 menunduk. Putra Mahkota lalu memberikan topengnya pada Sun. Ia berkata, saat Sun memakai topengnya, maka Sun menjadi dirinya jadi Sun tidak boleh menundukkan kepala lagi.

“Dan juga saat aku kembali, aku ingin kau tetap menjadi teman... sekaligus menjadi abdi setiaku.” Ucap Putra Mahkota.

“Ha... hamba hanya orang rendahan bagaimana bisa berada di dekat Yang Mulia?” jawab Sun.


Pembicaraan terhenti lantaran Chung Woon datang dan memberitahu soal Ga Eun. Putra Mahkota terkejut. Sun pun berkata, akan memakai topengnya sekarang jadi Putra Mahkota bisa menemui Ga Eun.


Putra Mahkota keluar memakai seragam kasim. Ia tak sendiri, tapi ditemani Chung Woon.  Mereka pergi dengan terburu-buru hingga tak menyadari Kepala Lee mengawasi mereka di belakang. Begitu mereka pergi, Kepala Lee langsung menemui Sun. Kepala Lee membawa Sun menemui Raja.

  
“Putra Mahkota diberitahu inisiasi dilakukan besok, sebenarnya... hari ini. Saat dimulai, Dae Mok akan menyuruhmu minum anggur bunga poppi. Lalu kau akan mengalami nyeri jantung yang luar biasa serta halusinasi. Tahanlah. Kemudian, dia akan membuka topeng dan menanyakan namamu. Apa yang harus kau katakan?” tanya Raja.

“Aku...” tatapan mata Sun berubah tajam, Putra Mahkota Joseon, Lee Sun.

Ruler : Master Of The Mask Ep 7 Part 2

Sebelumnya...

  
Sun dibawa ke ruang interogasi. Raja sendiri yang menginterogasi Sun. Sun ditelanjangi dan disiksa. Sun beralasan, kalau ia hanya merasa tersentuh akan kepedulian Putra Mahkota terhadap rakyat.

“Putra Mahkota bahkan begitu baik terhadap hamba yang bukan siapa-siapa. Beliau akan menjadi Raja hebat di masa mendatang yang mengutamakan rakyatnya.” Ucap Sun.

“Kau bilang itu pendapatmu. Kau tidak berhak berpendapat dengan statusmu itu!” marah Raja.


Sun pun kembali disiksa. Wajahnya ditutupi kain dan disiram air. Kontan saja, Sun megap2.

“Kenapa kau menawarkan diri kepada Putra Mahkota?” tanya Raja.

“Sebab Putra Mahkota berkata beliau akan menjadi keadilan bagi rakyat. Hamba rasa sanggup mengorbankan nyawa demi beliau. Memangnya orang rendahan tidak boleh menjadi abdi setia?” jawab Sun.

  
Raja makin murka. Ia menuduh Sun menganggap Putra Mahkota orang lemah. Sun pun kembali disiksa. Wajahnya ditutupi kain dan disiram air.


Seorang pejabat mengintip, tapi ia langsung ketahuan Kepala Lee. Kepala Lee menebas kepalanya dan memasukkannya ke ruang interogasi. Sun teriak ketakutan melihat mayat pria itu.


“Aku tanya sekali lagi. Mengapa kau menawarkan diri pada Putra Mahkota? Kau menawarkan diri karena memiliki keinginan pribadi! Beraninya kau!” tuduh Raja.

“Hamba kelaparan!” teriak Sun akhirnya. Raja terkejut mendengarnya. Sun lalu berlutut di hadapan Raja.

“Pekerjaan sehari-hari begitu berat. Ibu hamba sakit. Bahkan ayah hamba telah meninggal sekarang dan entah harus bagaimana keluarga hamba. Hamba ingin keluarga hamba tidak lagi kelaparan. Hamba hanya ingin membaca dan belajar sesuka hamba!”  ucap Sun.


Raja lantas bicara di luar dengan Kepala Lee. Raja yakin, Sun bukanlah mata2 Dae Mok. Seorang anak bernama Lee Sun muncul tepat waktu, Raja yakin itu pertanda bagus. Raja ingin Sun dikirim menggantikan Putra Mahkota pada inisiasi itu. Saat Dae Mok dan Kelompok Pyunsoo berkumpul, langsung kepung mereka. Raja mengingatkan kalau Dae Mok hanya bisa disingkirkan saat inisiasi itu.


Raja tengah melakukan ritual esok harinya. Tak lama kemudian, Putra Mahkota datang dan duduk di belakang Raja. Putra Mahkota mengungkapkan keinginannya untuk menemui Kelompok Pyunsoo sebelum bertukar tempat dengan Sun. Raja tak memberi restu. Putra Mahkota berkata, kalau Raja harus mengizinkannya.


Raja lantas mendongak ke langit, menatap matahari yang begitu terik. Raja berkata, PM Lee Sun boleh pergi ke sana kalau doa PM Lee Sun agar hujan turun terkabul.

“Ayahanda yang telah menjadikan air negeri ini kompensasi atas nyawa saya. Namun merupakan takdir saya untuk mengembalikannya pada rakyat. Inilah tugas Putra Mahkota, Raja masa depan Joseon. Anda berkata satu langkah saya dapat menghabisi rakyat. Bahwa keputusan saya mempengaruhi seluruh negeri. Namun saya sebelumnya bahkan tak tahu rakyat bisa mati akibat kehausan.” Ucap PM Lee Sun.


“Itu bukan kesalahanmu. Aku melakukan itu untuk melindungimu.” Jawab Raja.
“Tidak. Itu salah saya. Karena saya bukanlah orang biasa, saya Putra Mahkota, maka jelas itu salah saya. Tolong izinkan saya melakukannya. Saya akan menemukan cara mengembalikan air pada rakyat.” Ucap PM Lee Sun.


Raja merasa berat. Jelas saja, karena ia takut Putra Mahkota terluka. Langit seketika menghitam. Tak lama kemudian, hujan pun turun dengan derasnya. Raja terkejut. Ia bangkit dari duduknya dan menatap ke arah Putra Mahkota.


Dae Mok tengah berpesta bersama kroninya. Menteri Choi memuji kehebatan Dae Mok yang berhasil mengendalikan Raja dan Putra Mahkota. Menteri Heo lantas berkata, kalau Putra Mahkota memiliki mental yang sangat lemah. Menteri Choi yakin, jika mereka menekan Putra Mahkota sedikit lagi, maka Putra Mahkota akan datang sendiri memohon diselamatkan.


“Benar sekali.” Ucap seseorang di balik pintu. Pintu kemudian terbuka. Terlihatlah sosok Putra Mahkota yang datang bersama Chung Woon. Mereka semua langsung terkejut.

“Apa kau Pimpinan Kelompok Pyunsoo, Dae Mok?” tanya PM Lee Sun dingin.

“Beliau Putra Mahkota.” Ucap Chung Woon.

Woo Jae ingin bangkit memberi hormat, tapi langsung ditahan pejabat yang duduk di sebelahnya. Para pejabat lantas menoleh ke arah Dae Mok. Dae Mok dan Putra Mahkota saling bertatapan dengan dingin, sebelum akhirnya Dae Mok bangkit dan memberi hormat pada Putra Mahkota. Kroni2 Dae Mok seketika ikut bangkit dan memberi hormat pada PM Lee Sun.

“Tidak. Tak usah. Sebelumnya, aku... tidak tahu apa-apa soal Kelompok Pyunsoo. Aku datang untuk mengatakan betapa menyesal tidak mengenal kalian lebih awal. Namun, tidak pantas juga aku mendadak muncul begini, jadi lupakan saja semua formalitas dan ayo duduk bersama.” Jawab PM Lee Sun.

“Namun, Yang Mulia, hukum…”

“Hukum?” Putra Mahkota memotong kata2 Dae Mok.


“Jika kita mengikuti hukum yang berlaku, maka kau harus berlutut padaku sejak dari halaman. Kau mau begitu? Namun, kulihat tempat dudukmu bahkan lebih tinggi dari wakil perdana menteri. Artinya, formalitas jabatan tidaklah berlaku di sini, terlebih aku menerobos masuk, jadi tidak usah repot-repot dan duduk saja bersama.” Sindir PM Lee Sun, membuat semuanya kaget.

  
Dae Mok pun akhirnya duduk berhadapan dengan PM Lee Sun.

“Apa yang membuat Yang Mulia Putra Mahkota jauh-jauh kemari?” tanya Dae Mok.

“Aku datang meminta saran darimu. Apa kau keberatan?” jawab Putra Mahkota.

“Sebenarnya, yang dibutuhkan Raja adalah kesetiaan. Temukan orang-orang kepercayaan dan biarkan mereka mengabdi dengan setia. Jika mampu, tak peduli kesulitan apa pun yang mengguncang negeri, akan selesai dengan sendirinya.” Ucap Dae Mok.

“Orang kepercayaan yang mengabdi dengan setia. Apa kau termasuk?” tanya PM Lee Sun.

“Saya terlalu tua dan lemah untuk melakukan hal semacam itu. Silakan, percayakan pada orang-orang muda saja, dan jangan pernah mencurigainya. Jika seperti itu, Yang Mulia akan mendapat kedamaian hakiki saat mengambil alih tahta kepemimpinan negeri ini.” jawab Dae Mok.

“Aku akan mengingat saranmu.” Ucap PM Lee Sun.


PM Lee Sun lalu memberikan kode pada Chung Woon. Chung Woon pun dengan sigap meletakkan sebuah bunga berwarna kuning di atas meja. PM Lee Sun berkata, itu bukanlah hadiah tapi wujud terima kasihnya atas saran Dae Mok.


“Apa dua tahun lalu, ya? Aku melihat tanaman liar ini sedang tumbuh. Cantik sekali, sehingga aku membawanya. Setahun setelahnya, tak kunjung berbunga. Hanya daunnya saja yang terus memanjang mirip seperti daun bawang. Kupikir mungkin ia masih beradaptasi dan aku harus menunggu. Tapi setahun kemudian tetap tak berbunga. Aku lelah menanti dan coba memeriksanya, dan kata para ahli, tanaman itu harus kedinginan agar dapat berbunga. Dipikir-pikir, rumah hijau milikku terlalu hangat sehingga ia tak berbunga. Bukankah itu lucu sekali?” ucap PM Lee Sun sambil tertawa.


Senyum PM Lee Sun kemudian menghilang. Wajahnya berubah serius dan sorot matanya nampak tajam menatap Dae Mok.

“Namun setelahnya, saat terkena hujan dan salju, ia sungguh berbunga.” Ucap PM Lee Sun.

“Anda datang jauh-jauh kemari menceritakan perihal bunga? Saya sangat tersentuh dengan kepedulian anda terhadap saya. Saya hanya mengharapkan ini. Selalu mencintai rakyat, tolong jadilah Raja seperti itu.” jawab Dae Mok.

“Tentu saja, aku pasti akan begitu.” ucap Putra Mahkota.


Keduanya lalu saling bertatapan dengan tajam.


  
Setelah PM Lee Sun pergi, Dae Mok memperhatikan bunga kuning pemberian PM Lee Sun dengan wajah super kesal.

“Bukankah kau mengatakan dia Putra Mahkota bermental lemah akibat depresinya?” ucap Dae Mok pada Menteri Heo.

Semua pun langsung ketakutan.

“Seperti itulah rumor yang beredar.” Bela Menteri Joo.


“Lalu, tumbuhan apa ini? Dia sedang menegaskan akan menjadi bunga yang  mengalahkan badai salju! Apakah Putra Mahkota sedang mendeklarasikan perang padaku!” ucapnya geram.

Bersambung……….

Preview Ep 8