• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

My Golden Life Ep 51 Part 1

Sebelumnya...


Ji An menyebut, bahwa hal buruk yang dilakukan Do Kyung terhadapnya adalah membuatnya jatuh cinta pada Do Kyung, jadi Ji An tak bisa memaafkan Do Kyung, juga dirinya sendiri.

“Kau kembali ke Haesung sejak kakekmu jatuh sakit karenamu. Awalnya aku salah paham, tapi aku memahamimu. Kau tidak bisa sekedar pergi dari keluargamu karena kebencian dan kekecewaanmu. Jadi aku membantumu. Aku membantumu tanpa tahu perbuatan keluargamu terhadap ayahku. Serta ayahku menyelamatkan keluargamu demi diriku dan Ji Soo.” Ucap Ji An dengan mata berkaca-kaca.

“Aku tidak menyangka kakek berbuat seperti itu.” Jawab Do Kyung.

“Kau menyesal?” tanya Ji An.

“Sampai membuatku tidak bisa berkata-kata.” Jawab Do Kyung.

“Kalau begitu, lupakan aku sepenuhnya. Itu hal terakhir yang bisa kau lakukan untukku.” Ucap Ji An.

Do Kyung tak sanggup bicara.

“Jawab aku.” Pinta Ji An.

“Kau melupakanku sepenuhnya.” jawab Do Kyung.

“Aku akan melakukannya, tapi aku tidak mau tinggal di ingatanmu juga. Jadi kita bisa bersikap selayaknya orang asing walaupun saling berpapasan selagi kita melanjutkan hidup.” Ucap Ji An.


Lantas, Ji An mengembalikan kalung yang diberikan Do Kyung padanya. Ia menjatuhkan kalung itu di atas meja, lalu beranjak pergi.

Keduanya sama2 terluka.


Ji Tae dan Soo A datang menjemput ayah dan ibu. Semula ayah menolak pulang, karena itulah Ji Tae mengajak ibunya bicara agar Soo A bisa bicara berdua dengan ayahnya. Soo A berkata, jika ayah tetap berada di sana, maka ia dan bayinya akan khawatir. Soo A juga mengaku, kalau ia merasa sudah merampas waktu ayah bersama keluarga. Tuan Seo merasa tidak enak. Soo A mengajak ayah pulang. Ia bilang, ayah adalah kakek dari calon bayinya serta meminta ayah memberikan nama untuk bayinya.


Ji An ke rumah Seok Doo. Ia bermaksud mengembalikan 20 ribu dollar yang dipinjam ayahnya. Seok Doo pun mengaku, bukan ia yang meminjamkan uang itu pada Tuan Seo. Seok Doo menceritakan semuanya, bahwa uang itu didapat Tuan Seo dari perusahaan asuransi untuk kankernya. Seok Doo bilang, Tuan Seo mendaftarkan dirinya sebelum usahanya bangkrut.


Ji An syok, ia terduduk lemas di tangga apartemen Seok Doo saking syoknya.

Tangis Ji An lalu pecah, Appa... Appa...


Do Kyung curhat pada Gi Jae. Ia berkata, tentang dirinya yang tidak pernah melakukan apapun untuk Ji An sejak ia pergi dari rumah.

“Aku menyombong karena membelikannya kalung dengan bekerja paruh waktu. Aku membuatkannya sup rumput laut.” Ucap Do Kyung.

“Bagaimana dengannya? Dia sudah melakukan apa untukmu?” tanya Gi Jae.

“Dia membantuku pada rapat pemegang saham. Dia membantuku menyiapkan presentasi. Saat Kakek mencegahku meneken kontrak, dia menunjukkan pabrik kepadaku. Dia mencarikanku mesin bekas. Dia juga menunjukkan barang-barang pelet. Cara membersihkan kulkas dan menggunakan mesin cuci. Barang paket acara. Desain kertas pembungkus. Desain toilet hewan piaraan. Dia bahkan merawatku saat aku sakit. Dia membuatkanku bubur. Ayahnya membantu kami mencabut artikel soal ibuku. Serta dia menjadikanku pimpinan. Aku tidak percaya diriku sendiri.” Jawab Do Kyung.


“Choi Do Kyung, apa yang kau lakukan usai meninggalkan rumah?” tanya Gi Jae.

“Aku hanya mengeluh kepadanya untuk menerima hatiku dan mencintaiku. Kau tahu aku percaya diri bisa meraih hatinya. Walaupun aku pergi dari rumah, aku tidak pergi dari rumah. Aku masih Choi Do Kyung dari Haesung. Aku tidak melakukan yang dia inginkan. Aku tidak pernah membantunya. Dia malah membantuku. Walaupun menolakku, dia tetap membantuku.” Jawab Do Kyung.

“Kau merasa putus asa, bukan?” tanya Gi Jae.

“Aku bahkan tidak berhak merasa bersalah. Aku merasa dipermalukan. Aku tidak percaya diriku sendiri. Aku marah kepada diriku sendiri.” Jawab Do Kyung.


Do Kyung bicara sambil mengepalkan tangannya.


Tuan Seo yang sedang dalam perjalanan pulang bersama istri, anak dan menantunya dapat kiriman SMS dari Seok Doo. Seok Doo mengatakan soal Ji An yang sudah mengetahui uang asuransi Tuan Seo.


Tuan Seo menghela nafas. Ketika melihat Ji An di pinggir jalan, ia menyuruh Ji Tae berhenti.


Ji An duduk sendirian di toserba favoritnya. Tak lama kemudian, Tuan Seo datang dan mengomentari Ji An yang sama sekali tidak menyentuh kaleng birnya. Tuan Seo lantas duduk di hadapan Ji An dan menghibur Ji An. Tuan Seo bilang, ia tidak dioperasi bukan untuk memberikan Ji An uangnya.

“Benarkah?” tanya Ji An.

“Kau tidak dengar dokternya? Jika ada kesempatan, kenapa ayah tidak meraihnya? Ayah juga punya hasrat.” Jawab Tuan Seo.

“Kesempatan satu persen tetaplah kesempatan. Tapi ada kesempatan 10 persen.” Ucap Ji An.

“Lebih kecil dari itu.” Jawab Tuan Seo.

“Tepat sekali. Jadi, kenapa ayah melakukan itu? Kenapa ayah melakukan semua itu saat kondisi ayah seperti ini? Jika tidak dioperasi, ayah setidaknya dikemoterapi. Bagaimana bisa ayah berkeliaran dalam kondisi begitu untuk Haesung? Kenapa ayah bepergian untuk mencari bukti bagi mereka? Ayah sudah hilang akal? Ayah berjalan ke sana kemari di area itu selama berhari-hari. Kenapa ayah melakukan itu? Untuk apa semua itu?” tanya Ji An.

“Ayah melakukannya karena tahu akan pergi. Jika tidak, bagaimana bisa ayah melakukan itu? Jika ayah menganggap ayah sekadar sakit dan akan membaik jika diobati atau dioperasi, ayah tidak akan punya tenaga untuk melakukan semua itu.” Jawab Tuan Seo.

“Jadi, kenapa ayah memakai semua tenaga untuk itu? Ayah seharusnya menghemat setiap tenaga Ayah. Ayah seharusnya memikirkan kepentingan keluarga kita. Lagi pula, siapa orang-orang itu? Kenapa keluarga Haesung berhak menerima bantuan ayah? Karena ayah mengirimkanku, alih-alih Ji Soo, kepada mereka? Aku hanya tinggal dua bulan di sana. Karena ayah mengambil Ji Soo tanpa melaporkannya? Tapi ayah menyelamatkan Ji Soo karena mengambilnya. Ingat perbuatan mereka kepada ayah setelah mengetahui itu? Mereka memukul dan mengancam ayah. Siapa peduli jika mereka kehilangan kendali akan perusahaan mereka? Kenapa itu penting bagi ayah?” protes Ji An.


“Ayah hanya ingin membantu mereka.” Ucap Tuan Seo.

“Kenapa? Apa membuatku tidak khawatir dan menebus kesalahan ayah sepenting itu?” tanya Ji An.

“Kau sudah bertemu dengan kakak Ji Soo? Apa pria itu berkata seperti itu?” tanya Tuan Seo.

“Aku mengakhiri hubunganku dengannya.” Jawab Ji An.

“Jika kau bisa melakukan itu kini, kenapa tidak melakukannya lebih awal?” tanya Tuan Seo.

Ji An pun terdiam.


“Lantas, semuanya kini tidak masalah. Kau putus dengannya dan ayah menebus kesalahan ayah. Kita bisa menikmati waktu yang tersisa dan jalan masing-masing, bukan?” ucap Tuan Seo.

Tangis Ji An pecah, Appa! Appa, aku minta maaf.  Andai aku bilang kepada ayah bahwa ayah tidak menderita kanker dan itu hanya imajinasi ayah...

“Kau terus menyalahkan dirimu sendiri, bukan?” tanya ayah.

“Itu membuatku menggila.” Jawab Ji An.

“Kau tidak dengar dari Ji Tae? Berkat itu, ayah amat bahagia. Sekarang ayah tidak salah sangka atau pun kecewa. Begitulah cara ayah berdamai dengan diri sendiri.” Ucap Tuan Seo.

“Kuharap... Kuharap ayah bisa tinggal dengan kami lebih lama.” Jawab Ji An.

“Sampai kapan? Kapan kau akan berhenti sedih?” tanya Tuan Seo.

“Setidaknya sampai aku menjadi seorang ibu.” Jawab Ji An.

“Sampai ayah punya cucu? Lantas, ayah mau tinggal sampai melihat anakmu bersekolah SD. Berikutnya sampai SMP dan anakmu menikah. Astaga, jika itu berlanjut, akan terlalu sedih bagi ayah untuk pergi. Kematian selalu menyedihkan jika kau memikirkannya. Ayah puas sekarang. Semua orang menjalani hidupnya masing-masing atau akan mencapai tujuannya. Sebagai seorang ayah, hanya itu yang bisa ayah minta. Semua orang pada akhirnya akan meninggalkan dunia ini. Tidak ada yang bisa memperkirakan kapan itu akan terjadi. Untungnya, ayah bisa menyelesaikan urusan ayah. Ayah melakukan semua yang bisa dilakukan seorang ayah. Ayah hidup dengan baik, menimbang keadaannya. Hanya itu yang penting. Ji An-ah, jika ayah tidak masalah pergi, kau juga tidak apa-apa mengantarkan ayah sambil tersenyum.” Ucap Tuan Seo.

Tuan Seo lantas mengelus pipi Ji An.


Ji An pulang bersama ayah. Ia menggandeng lengan ayah, serta menyenderkan kepalanya di bahu ayah.


Saat hampir tiba di depan rumah, Ji Soo tiba2 datang dan menghambur memeluk ayah.

“Appa, saranghae.” Ucap Ji Soo, lalu menangis di pelukan ayahnya.


Tuan Choi yang baru pulang, terkejut saat diberitahu Seohyun tentang perkelahian Nyonya No dan Seketaris Min.

Tuan Choi langsung melihat keadaan istrinya di kamar. Nyonya No yang merasa malu, menutupi wajahnya dengan selimut dan menangis.


Paginya, Nyonya Yang memasakkan sup ikan untuk Soo A. Soo A minta maaf. Ia berkata, kemaren memang sangat ingin makan sup ikan tapi sekarang ia ingin makan hotteok dari stan dekat kantornya.

“Tidak apa-apa. Kedua gadis itu bisa memakannya.” Jawab Nyonya Yang.

Ji An lalu memanggil ayah. Tapi ayah tidak ada di kamarnya.


Tuan Seo ternyata sedang menyapu halaman. Ji An menyusul ayahnya keluar, tapi sang ayah menyuruhnya masuk karena cuaca sangat dingin.

Ji Tae dan Soo A lantas keluar dan pamit bekerja.


Do Kyung menemui kakeknya. Mereka membahas Ji An. Do Kyung marah, ia menuding kakeknya sengaja memanggil Ji An untuk meredam kemarahannya. CEO No pun berusaha menjelaskan, tapi Do Kyung tidak mau mendengar apa-apa lagi dari kakeknya. Ia menyuruh kakeknya pulang ke Hawaii dan memberikan tiketnya.

CEO No marah, tapi Do Kyung tak peduli dan beranjak pergi.


Ji Ho menyuruh ayahnya memeriksa proposal bisnis franchise nya.

Tuan Seo pun sewot.

“Bagaimana bisa kau membuatnya dengan amat ceroboh? Kau tidak pernah melihat harga mesin. Yang penting itu investasi totalnya. Kau harus pergi ke Pasar Bangsan dan meriset harganya, ya? Kirimkan data ini ke kakakmu dan buat menjadi presentasi PowerPoint. Menyusun idemu dengan baik juga penting.” Ucap Tuan Seo.


Ji Tae naik jabatan, ia dipromosikan menjadi manajer.


Nyonya No ke rumah Ji An dan melihat betapa dekatnya Ji An dan Ji Soo. Nyonya No seketika teringat pertengkarannya dengan adiknya.


Ji An dan Ji Soo akhirnya melihat Nyonya No. Nyonya No mendekati mereka dan mengaku ingin bicara pada orang tua Ji An. Ji An masuk duluan ke rumah agar Ji Soo bisa leluasa bicara dengan Nyonya No.


Ji Soo penasaran, ibunya mau bilang apa. Sang ibu mengaku, ingin berterima kasih pada orang tua Ji An. Ji Soo pun berkata, bahwa ayah dan ibunya sedang ada di pasar.

My Golden Life Ep 50 Part 2

Sebelumnya...


Ji An akhirnya mulai tenang. Do Kyung memberikan saputangannya. Ji An mengambilnya dan mengusap air matanya. Do Kyung bertanya, apa yang membuat Ji An menangis. Tapi Ji An enggan menceritakannya. Ji An lalu bertanya, kenapa Do Kyung datang ke studio.

“Aku tersiksa tinggal di kantor. Aku merindukanmu.” Jawab Do Kyung.

Ji An tertegun, lalu menganggukkan kepalanya. Mereka lantas diam dan saling menatap.


Seohyun terus menatap ayahnya yang sedang makan. Sang ayah yang menyadari itu pun bertanya, apa yang mau dikatakan Seohyun. Seohyun pun minta maaf. Ia merasa, ia sudah lancang karena terus menatap ayahnya yang sedang makan.

“Kau tidak perlu melakukan itu jika bersama keluarga. Ayah ingin kau merasa nyaman di dekat ayah. Bicaralah lebih santai.” Jawab Tuan Choi.

“Tapi ibu tidak akan menyukainya.” Ucap Seohyun.

Tuan Choi mengalihkan topic pembicaraan. Ia bertanya, apa yang ingin dilakukan Seohyun di masa depan. Seohyun berkata, bahwa ia akan dinikahkan dengan Grup New World.

“Maksud ayah bukan itu. Di samping pernikahanmu, ayah bertanya apa ada sesuatu yang ingin kau lakukan di masa depan?” tanya Tuan Choi.


“Aku tidak punya keinginan, Ayah. Semua sudah ditetapkan sejak aku kecil.” Jawab Seohyun.

Tuan Choi pun menyuruh Seohyun merenungkannya. Tapi Seohyun lagi2 berkata kalau dia akan membahas hal itu dengan ibunya, membuat Tuan Choi kecewa.


Seketaris Min terkejut, pasalnya CEO No menyuruhnya memanggil Ji An. CEO No mengaku, ia butuh Ji An untuk menenangkan Do Kyung.

“Anda tidak pernah berubah, Pimpinan No.” sindir Seketaris Min.

“Apa maksudmu?” tanya CEO No.

“Sudah 35 tahun aku bertemu dengan Anda sebagai sekretaris Anda saat Anda CEO Haesung Apparel. Serta Anda belum berubah dari dahulu.” Jawab Seketaris Min.

“Aku sudah tua, tapi masih berjiwa muda. Jika jiwa mudaku hilang, aku lebih baik mati.” Ucap CEO No.


CEO No menelpon Ji An langsung. Ji An yang saat itu ada di studio pun terkejut karena CEO No menyuruhnya datang.


Ji An pun datang menemui CEO No. Ia nampak takut. CEO No bilang, Ji An tidak perlu takut karena ia menyuruh Ji An datang untuk meminta maaf.


Nyonya Yang membuatkan Tuan Seo minuman kaldu yang dibuatnya dari sayur dan jamur. Tuan Seo kaget, ia tak menyangka Nyonya Yang membawa jamur juga ke sana. Nyonya Yang bilang, ia menggunakan bahan2 yang ada di rumah. Tuan Seo lalu bertanya, Nyonya Yang ingin makan malam dengan apa. Nyonya Yang bilang, ia bisa membuat kalguksu atau bubur dari kaldu itu.

“Tempat ini mengingatkanku saat aku kemari untuk menemui orang tuamu. Aku suka di sini. Kau punya kenangan indah akan tempat ini. Serta udaranya bersih. Bukan ide buruk untuk hidup seperti ini.” Ucap Nyonya Yang.

Tuan Seo pun tersenyum mendengarnya. Tuan Seo lalu berniat mencari kayu bakar lagi untuk mereka memasak makan malam.


Saat hendak pergi, Do Kyung tiba2 menelponnya. Do Kyung mengucapkan terima kasih atas bantuan Tuan Seo. Ia juga mengaku, ingin berkunjung dan mengucapkan rasa terima kasihnya.

“Tidak perlu. Bisa membantu sudah membuatku senang. Lagipula, aku tidak di Seoul lagi. Aku di luar kota untuk bekerja. Aku tidak akan kembali ke Seoul selama sekitar dua bulan.  Kau sudah cukup berterima kasih di telepon.” Jawab Tuan Seo, lalu buru2 memutuskan panggilannya.


Soo A terkejut saat Ji Tae memberitahunya bahwa ayah dan ibu pergi ke Jeongseon.


Selesai makan malam, Ji Tae mencari tahu informasi soal kemoterapi.


Dan Ji An, menghubungi dokter spesialis kanker untuk konsultasi.


Di asramanya, Ji Ho juga sedang mencari tahu informasi tentang metode penyembuhan kanker.


Besoknya, Ji An menemui dokter ahli kanker untuk mencari tahu informasi soal obat-obatan yang bisa menyembuhkan penyakit ayahnya.


Sementara Ji Tae, dia pergi mencari buku2 soal kanker.


Ji Ho pergi ke pasar tradisional, mencari sayur2an yang bisa membantu kesembuhan ayahnya.


Ji An memberitahu Ji Tae kalau ia sudah mendatangi beberapa rumah sakit, tapi tidak menemukan jawaban untuk kesembuhan sang ayah.


Tiba2, Soo A datang dan mereka pun berhenti bicara.

“Ini hari Minggu. Kenapa kau tidak tidur pagi ini?” ucap Ji Tae.

“Ada apa? Sesuatu terjadi kepada Ayah?” tanya Soo A.

“Tidak. Aku hanya berbincang dengan Ji An.” Jawab Ji Tae.

“Chagia,  kau tahu aku cepat tanggap. Aku tahu ada yang terjadi di rumah ini dan hanya aku yang tidak tahu.” Ucap Soo A.

“Itu tidak benar.” Jawab Ji An.

“Aghassi, kau tidak menganggapku bagian dari keluarga ini?” ucap Soo A.


Di rumah kos, Ji Soo membuat banyak roti tapi rasanya tidaklah seenak buatan Boss Kang. Ji Soo pun bingung, harus ia apakan roti2 sebanyak itu.

“Bahkan teman serumah kita muak makan roti.” Jawab Hyuk.

“Lantas, aku harus memberikan beberapa untuk Ji An. Untuk berbagi dengan Ibu, Ayah, Kak Ji Tae, Kak Soo A, dan Ji Ho.” Ucap Ji Soo.

Tapi kemudian, Ji Soo bingung kenapa Ji An tidak menelponnya beberapa hari ini. Hyuk pun menyuruh Ji Soo menginap di rumah Ji An. Ia juga menyuruh Ji Soo membawakan roti2 itu untuk Ji An dan mengaku akan mengantarkan Ji Soo ke rumah Ji An.


Ji Tae menenangkan Soo A yang sedih setelah tahu penyakit ayah. Setelah agak tenang, Soo A mengajak Ji Tae menjemput ayah. Soo A tidak mau, ayah melewatkan waktunya yang berharga bersama keluarga karena dirinya dan bayinya. Ia menyuruh Ji Tae menyewa mobil untuk menjemput ayah dan ibu.


Ji Soo kemudian datang. Ia mengaku, akan bermalam di sana. Tapi kemudian, ia heran melihat anggota keluarganya yang tidak bersemangat. Ji An pun memberitahu, kalau ia menunda keberangkatannya ke Finlandia. Ji Soo bertanya alasannya.


“Beri tahu dia. Kami akan naik untuk bersiap.” Ucap Soo A, lalu naik ke kamar bersama Ji Tae.


Ji An memberitahu Ji Soo di kamar. Tangis Ji Soo pun pecah. Ia berharap yang dikatakan Ji An adalah kebohongan. Lantas, Ji Soo ingin menyusul ayahnya ke Jeongseon tapi dilarang Ji An. Ji An bilang, Ji Soo hanya akan menangis nantinya jadi Ji Soo tidak boleh pergi. Ji An bilang, Ji Tae dan Soo A yang akan menjemput ayah, jadi sampai mereka kembali, ia mau Ji Soo menangis sepuasnya.

Ji Soo lalu memeluk Ji An. Ji An berusaha menenangkan Ji Soo, tapi ia juga tak mampu menahan air matanya.


Hyuk ke kantor Do Kyung. Hyuk menyuruh Do Kyung menemui Ji An. Hyuk mengaku, ia tidak mau Do Kyung merasa menyesal nantinya. Do Kyung pun kebingungan. Ia tidak mengerti maksud ucapan Hyuk. Tapi setelah Hyuk memberitahu, bahwa Ji An akan ke Finlandia tiga hari lagi, ia pun kaget.


Seketaris Min kembali ke rumah Haesung, tapi ia datang bukan untuk kembali bekerja. Ia menemui Nyonya No dengan penampilan berbeda dan meletakkan surat pengunduran dirinya di atas meja, lalu duduk di hadapan Nyonya No.

“Kau sudah hilang akal. Beraninya kau duduk!” sentak Nyonya No.

“Aku sudah membuat surat pengunduran diriku.  Ayahku sudah tiada, jadi, aku tidak lagi harus bekerja untuk Anda.” Jawab Seketaris Min.

“Walaupun begitu, kau tahu rumah tangga kami sedang kacau sekarang. Kau tidak boleh berhenti sekarang. Akan kunaikkan gajimu.” Ucap Nyonya No.

“No Myung Hee-ssi, aku tidak butuh uang itu.” Jawab Seketaris Min.

“Min Bujang, apa yang kau lakukan!” sentak Nyonya No.

“Aku mengundurkan diri. Aku tidak boleh bicara sesukaku?” tanya Seketaris Min.

Seketaris Min lantas mengungkit perlakuan Nyonya No yang tidak manusiawi terhadap para pembantunya. Ia juga berkata, bahwa ia setahun lebih tua dari Nyonya No, jadi untuk apa ia berlutut pada Nyonya No.

“Aku punya banyak uang. Mungkin tidak sebanyak kalian. Tapi aku tidak punya waktu menghabiskan yang kudapat dari sini dengan melayani keluargamu selama puluhan tahun.” Ucap Seketaris Min.

“Ya, Min Deul Rae! Beraninya kau bicara seperti itu!”


“Kau tahu, saat Jo Soon Ok mengambil Eun Seok, aku menyaksikan segalanya.”

Nyonya No kaget, Apa?

“Hari itu, suamimu tiba-tiba berhenti mengikutimu. Tapi ayahmu memberikanku tugas yang sama hari itu. Dia menyuruhku mengikutimu dan melihat siapa yang kau temui.”

Flashback...


Dimulai saat Seketaris Min melihat Nyonya No memasangkan jepitan itu ke rambut Ji Soo kecil. 




Setelah itu, Nyonya No pergi membawa Ji Soo dan Seketaris Min mengikutinya. Meski merasa muak, tapi Seketaris Min tetap mengikuti Nyonya No karena tugasnya adalah mengikuti apa yang diperintahkan padanya.


Saat Jo Soon Ok membawa Ji Soo, Seketaris Min hendak mencegahnya. Ia mau turun, tapi karena ingat perintah CEO No, akhirnya ia tak jadi turun dari mobilnya.

Flashback end...


“Kukira kau akan melihat mereka. Tapi kau berkendara melewati mereka.” Ucap Seketaris Min.

“Kau melihatnya membawa Eun Seok? Kenapa tidak memberitahuku?”

“Kau menyuruhku hanya melakukan yang diperintahkan kepadaku. Aku pegawai tetap Haesung Apparel. Sekretaris ayahmu. Aku bekerja amat keras, tapi dia menyuruhku menjadi pembantumu. Dia memintaku membantumu menyelesaikan urusan pasutri baru dan menyebutkan biaya cuci darah ibuku. Aku membutuhkan uangnya dan katanya dia akan membiarkanku bergabung dengan Tim Perencanaan setelah dua tahun. Jadi, aku bekerja keras selama dua tahun itu. Itulah saat aku menyadari kau selalu berkata hal yang sama. "Turuti perintah." Seperti ayahmu. "Kamu hanya harus melakukan yang diperintahkan kepadamu." "Jangan melakukan apa pun dengan inisiatifmu sendiri." "Menuruti perintah adalah tugasmu."

“Bagaimana itu berkaitan dengan kamu mengabaikan penculikan Eun Seok?”

“No Yang Ho menyuruhku mengikutimu. Dia tidak pernah menyuruhku melaporkan penculikan anakmu.”

“Ya, Min Deul Rae, kau...!” Nyonya No mulai berdiri dari duduknya.

“Wae? Aku hanya menuruti perintah.” Jawab Seketaris Min.

“Bedebah! Akan kubunuh kau. Aku akan membunuhmu. Teganya kau. Dasar bedebah! Bagaimana bisa kau melakukan itu? Beraninya kau melakukan itu kepada Eun Seok? Kau pantas mati. Mati!”


Nyonya No pun menjambak rambut Seketaris Min. Seketaris Min membalasnya. Perkelahian pun tak terelakkan.


Ponsel Ji An berdering. Alih2 menjawab, Ji An hanya memperhatikan layar ponselnya. Ji Soo lah yang menjawab karena mengira itu telepon dari sang ayah.

“Do Kyung Oppa?” ucapnya kecewa.

“Kau habis menangis?” tanya Do Kyung.

Ji Soo pun langsung memberikan ponsel itu pada Ji An. Dengan wajah terpaksa, Ji An menjawab telepon Do Kyung. Do Kyung mengajak Ji An ketemuan. Do Kyung mengaku, ia akan mampir ke rumah Ji An.


Para pembantu melihat perkelahian Nyonya No dan Seketaris Min. Wajah keduanya sudah babak belur. Seketaris Min senang melihat kehancuran Nyonya No. Nyonya No marah, ia tak menyangka Seketaris Min bisa melakukan hal sekejam itu pada Eun Seok nya.

“Saat aku berusaha pergi selama dua tahun, kudengar kau meminta agar aku tidak pergi. Aku cepat tanggap, jadi, kau mau aku tetap menjadi pembantumu. Aku mau menikah dan hidup secara manusiawi. No Yang Ho menyuruhku bekerja di sini tiga tahun lagi. Jika aku menolak, tidak ada pekerjaan untukku di Haesung. Dia bahkan tidak akan mengingat itu. Jika kau memperlakukanku dengan bermartabat sedikit saja, kau pasti sudah menemukan Eun Seok.”


Seketaris Min kemudian berdiri dan menjatuhkan kertas yang bertuliskan nomor plat mobil yang membawa Ji Soo.

“Aku tidak pernah menyangka akan memberi ini 25 tahun kemudian. Aku hanya akan menyiksamu untuk sementara, tapi aku kehilangan kesempatan karena kecelakaanmu.”

Seketaris Min juga mengatakan apa yang dikatakan Tuan Choi saat Nyonya No koma.

Flashback....


Saat itu, Nyonya No masih terbaring koma. Tuan Choi menangis. Ia menggenggam tangan Nyonya No dan mengaku tidak bisa kehilangan Nyonya No juga. Tuan Choi juga berjanji, tidak akan menyalahkan Nyonya No atas hilangnya Eun Seok.


Dari depan pintu, Seketaris Min mendengar ucapan Tuan Choi.

Flashback end...


“Media menyebut yang kalian miliki sebagai romansa abad itu. Tapi kemudian, karena kesalahpahaman dia tahu siapa dirimu, kalian berdua menghabiskan sisa hidup kalian dengan amat kaku dan jauh.” Ucap Seketaris Min.

Seketaris Min lalu pergi, tapi sebelum pergi ia melemparkan cek senilai 20 ribu dollar ke wajah Nyonya No.


Nyonya No yang sudah tidak bertenaga itu, tertatih2 kembali ke kamarnya.

Ia masuk ke kamar mandi dan menangis di sana.


Do Kyung dan Ji An bertemu di kafe.

“Jadi, kau belajar di luar negeri?” tanya Do Kyung.

“Untuk sementara.” Jawab Ji An.

“Aku tidak pernah membayangkan kau akan ke luar negeri. Jika tahu, aku pasti sudah memberitahumu. Soal rencanaku.” Ucap Do Kyung.

“Rencana apa?” tanya Ji An.

“Untuk mengurus segalanya. Untuk membereskan segalanya sendiri dan berdiri di hadapanmu. Kembali kepadamu.” Jawab Do Kyung.


Do Kyung lantas membujuk Ji An untuk menunda kepergiannya.

“Kau sama saja, Pak Choi Do Kyung.” Ucap Ji An.

“Tunggu. Kenapa kau memanggilku Pak Choi Do Kyung?” tanya Do Kyung.

“Itu namamu.” Jawab Ji An.

“Tidak. Begitulah kau memanggilku saat ingin menjauhiku.” Ucap Do Kyung.

“Itulah alasanmu seharusnya tidak melakukan ini. Kau seharusnya tidak menelepon. Kau seharusnya tidak memintaku tinggal.” Jawab Ji An berkaca-kaca.

“Sesuatu terjadi kepadamu, bukan?” tanya Do Kyung.


Ji An pun mengingat apa yang dikatakan CEO No padanya saat CEO No mengaku ingin minta maaf pada Ji An. Saat itu, CEO No mengatakan bahwa ia melabrak dan menampar ayah Ji An, serta membuat ayah Ji An berlutut. Sontak, Ji An marah dan langsung pergi.


Saat duduk di taman, ia menerima pesan suara dari Seketaris Min.

Ternyata, Seketaris Min diam2 merekam pembicaraan CEO No yang memaksa Tuan Seo mengaku sudah menculik Ji Soo.

Flashback end...


Ji An memperdengarkan rekaman itu pada Do Kyung. Do Kyung pun hanya sanggup meminta maaf atas apa yang sudah dilakukan kakeknya.

Ji An lantas menolak Do Kyung. Ia mengaku, tidak mau berurusan lagi dengan Do Kyung karena Do Kyung adalah cucu dari orang yang sudah merendahkan ayahnya. Ji An juga bertanya, kenapa Do Kyung tidak memberitahunya soal CEO No yang menampar ayahnya. Do Kyung beralasan, ia takut Ji An terluka, tapi Ji An bilang itu karena Do Kyung takut ia menjauhinya.

Ji An lantas bertanya, apa yang sudah dilakukan Do Kyung untuknya setelah Do Kyung meninggalkan Haesung. Do Kyung pun tidak bisa menjawab.


Terakhir, Ji An mengembalikan hadiah kalung itu dan berkata, bahwa ia tidak bisa memaafkan Do Kyung yang sudah membuatnya jatuh cinta pada Do Kyung serta tidak bisa memaafkan dirinya karena sudah jatuh cinta pada Do Kyung.


Do Kyung terdiam. Ji An lalu menatap Do Kyung dengan mata berkaca-kaca.