• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Blessing of the Sea Ep 3 Part 3

Sebelumnya...


Di sekolah, Hong Joo sedang membagi-bagikan brosur makanan ditemani dua temannya, Jo Hun Jung dan Lee Woo Yang.

"Sim Chung Yi, kau berusaha meningkatkan penjualan? Kau berkali-kali melanggar." ucap Hun Jung.

"Ini, kuberikan dua pamflet terakhir untuk kalian." jawab Hong Joo memberikan brosurnya.

Hong Joo lantas merengek, minta Hun Jung memberitahukannya dimana Si Joon bekerja.

Lalu terdengar bunyi bel dan Hong Joo pun buru-buru pergi.


Di bandara, terpajang spanduk bertuliskan "Pemenang Kontes Piano Chopin ke-16" disertai foto seorang pria berambut panjang.

Tak lama kemudian, pria di foto keluar dari terminal kedatangan. Para fans nya langsung berteriak.

"Poong Do! Kau tampan sekali! Ma Poong Do si tampan berkulit pucat."


Poong Doo lantas menghubungi temannya, Ryan. Poong Doo mengaku sedang dalam perjalanan menuju hotel. Ryan pun meminta Poong Doo waspada.

"Kurasa ada yang menguntitmu. Sisa air botol minummu dijual daring sebagai air suci." ucap Ryan.

Poong Do tertawa mendengarnya.


Hong Joo pulang ke rumahnya, membawa dua plastik penuh berisi lauk. Tapi baru masuk rumah, ia langsung disambit kemarahan sang ibu.

"Orang-orang bilang aku menggunakan anak tiri sebagai budak. Kau yang gila uang dan terus bekerja, jadi, kenapa harus aku yang disalahkan?"

Hak Kyu datang dan meminta Deok Hee berhenti memarahi Hong Joo.

"Sim Hak Gyu! Di mana kau menghabiskan 20 dolarmu kemarin? Kenapa kau beri aku kurang dari seharusnya?" tanya Deok Hee.

Mendengar itu, Hak Kyu pun pura-pura sakit perut dan berlari keluar.


Deok Hee berusaha mengejar Hak Kyu tapi dihalangi Hong Joo.

"Ibu. Aku dapat makanan gratis dari toko lauk. Mau kubawakan untuk Ji Na? Ada rebusan akar lotus dan telur puyuh, kesukaannya."

"Ini sebabnya aku tidak tahan denganmu. Kau tidak pernah peduli padanya selain memberikan barang gratis. Kapan kau pernah peduli pada Ji Na?"

"Hanya dia yang tidak pernah menjawab teleponku."

"Berikan kepadanya dengan kotak lauk yang bersih. Jangan pakai plastik juga. Ji Na benci berantakan dan kotor."

"Jangann cemas, Bu Bang!"


Sekarang, Hong Joo sudah berada di kamarnya. Ia sedang menatap buku rekeningnya.

Setelah itu, ia membuka lacinya dan mencium cat nya.


Lalu, ia melihat sebuah jas berwarna biru.


Tak lama kemudian, ia dihubungi Hun Jung, yang memberitahunya dimana tempat Si Joon bekerja.

Hong Joo pun senang.


Hong Joo langsung ke hotel tempat Si Joon bekerja. Ia menelpon Si Joon dan berkata akan menunggu Si Joon di lobby.

Sementara, Poong Doo juga berada di lobby yang sama. Poong Doo kemudian bangkit dan pergi tanpa membawa tasnya.


Hong Joo lantas melihat para fans Poong Doo yang diusir keamanan hotel.

Hong Joo lalu mendekati tempat Poong Doo duduk tadi dan melihat sejumlah papan bertuliskan 'Istri Poong Doo' dan 'Ma Poong Doo Berkulit Pucat' berserakan dilantai.


Hong Joo tertawa, lalu meletakkan papan2 itu di atas meja dan duduk di kursi.

Ia pun kembali melihat jas yang ternyata akan dia berikan pada Si Joon. Ia berharap, Si Joon menyukainya. Tak lama kemudian, Poong Doo datang dan melihat Hong Joo sedang mencium jas itu tapi dalam penglihatannya, Hong Joo sedang mencium jas berwarna hitam.


Mengira jas itu miliknya, Poong Doo langsung mendekati Hong Joo dan merebut jas Hong Joo.

"Orang tuamu tahu apa rencanamu?" tanya Poong Doo.

Sontak, Hong Joo terheran-heran dan meminta jas nya dikembalikan.

Poong Doo lantas melihat papan-papan milik fansnya di atas meja. Mengira Hong Joo akan menjual jas nya, Poong Doo pun bertanya berapa harga jas itu.

"Tanya saja di toko baju." jawab Hong Joo, lantas berusaha mengambil jas nya.

"Kudengar kau bahkan menjual air yang kuminum. Anggap saja itu manis, tapi ini pencurian."

"Apa yang kau bicarakan? Beraninya kau meremehkanku?" Hong Joo mulai marah.


"Jika menyukai seseorang, harus dengan tulus. Dari mana kau mempelajari trik kotor itu?" tanya Poong Doo.

"Kau benar-benar sudah gila. Kembalikan jaketku!" teriak Hong Joo.

"Kau... beraninya kau. Kau hanya penguntit!" ucap Poong Doo.

"Apa yang kau bicarakan? Apa kau sakit? Apa yang membuatmu berpikir aku menyukaimu? Kau seperti bandit!" jawab Hong Joo.

"Bandit? Itu lebih buruk daripada pencuri." ucap Poong Doo.


Hong Joo berusaha mengambil jaketnya. Poong Doo pun memanggil keamanan untuk mengusir Hong Joo.

Hong Joo marah dan memukul hidung Poong Doo dengan kepalanya.

Poong Doo langsung jatuh. Hong Joo pun mengambil jaketnya dan bergegas pergi.


Poong Doo terkejut menyadari hidungnya berdarah.

"HYA!!" Poong Doo meneriaki Hong Joo.

Hong Joo pun menghentikan langkahnya dan tersenyum puas.


Bersambung.........

Blessing of the Sea Ep 3 Part 2

Sebelumnya...


Sampai di rumah, Hak Kyu langsung meletakkan Hong Joo di tempat tidur. Deok Hee dan Ji Na melihat Hong Joo. Deok Hee ingin tahu dimana Hak Kyu menemukan Hong Joo.

Hak Kyu tidak menjawab pertanyaan Deok Hee dan meminta Ji Na meminjamkan baju pada Hong Joo.

"Bajuku? Baiklah." jawab Ji Na, lalu pergi mengambil bajunya.

"Sulit kupercaya. Kenapa kau tampak serius dan membuatku gugup?" tanya Deok Hee.

"Diam. Dia sedang tidur." jawab Hak Kyu.

"Ada apa denganmu! Di mana kamu menemukannya!" teriak Deok Hee.

Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang memanggil Deok Hee.


Seorang wanita meminta Deok Hee menghentikan perilaku buruk suaminya. Wanita itu berkata, ia terus saja memecat para pelayan dan staf wanita karena suaminya mengencani mereka dan meniduri mereka satu per satu.

"Kau pasti sangat cemas. Aku bersumpah demi karierku sebagai dukun bahwa aku akan menghentikan suamimu yang bertingkah." jawab Deok Hee.

"Bisakah kau melakukan itu?" tanya wanita itu.

"Tentu saja bisa." jawab Deok Hee.


Tapi tiba-tiba, Hong Joo muncul di pintu dan mengatai wajah wanita itu gelap. Hong Joo bilang, ada awan hitam di sekitar wajah dan perut wanita itu.

Deok Hee pun kesal dan menyuruh Hong Joo pergi.

Tapi Hong Joo balik lagi dan meyakinkan wanita itu kalau wajah wanita itu gelap.

"HYAAA!" teriak Deok Hee. Hong Joo pun langsung menutup pintu dan pergi.

Wanita itu marah dan berniat pergi. Tapi sebelum pergi, ia mengingatkan Deok Hee soal uang jaminan rumah yang disewakannya.

"Jika tidak bisa hasilkan 5.000 dolar bulan ini, pindahlah. Aku bahkan tidak suka penyewa tempatku dukun." ucap wanita itu.


Hong Joo sedang menonton liputan tentang  Institusi Kebudayaan Silla yang  membawa krisan Siberia dari Byeonsanbando dua tahun lalu di TV.

"Banyak sekali warnanya. Sungguh memesona." ucap Hong Joo.

Hong Joo lantas bertanya pada Ji Na, bagaimana seseorang bisa masuk ke sana.

"Bagaimana bisa orang masuk TV? kau bodoh?" tanya Ji Na.

"Aku tidak bodoh. Aku akan mulai sekolah tahun depan." jawab Hong Joo.

"Itu bahkan lebih buruk. Bagaimana kau bisa bertahan jika hanya tahu sedikit sekali?" ucap Ji Na.

"Ji Na-ya." Hak Kyu menyuruh Ji Na berhenti.


Hak Kyu kemudian menyuruh Hong Joo makan. Hong Joo pun mulai makan, tapi baru sesuap, Deok Hee sudah datang dan marah-marah pada Hong Joo atas perkataan Hong Joo tadi pada pelanggannya.

"Bisakah kau berhenti! Haruskah kau membentaknya saat dia baru makan!" bentak Hak Kyu.

Hak Kyu lalu beranjak pergi. Deok Hee pun menyusul Hak Kyu.


Hong Joo terus mengikuti Ji Na sampai ke sekolah. Kesal, Ji Na pun meminta Hong Joo berhenti mengikutinya.

Seorang anak laki-laki tiba-tiba menempelkan kertas yang bertuliskan 'anak dukun' di tas Ji Na.

"Bisakah kamu membuatkan azimat untukku?" pinta anak itu.

Dan anak-anak yang lain pun ikut-ikutan mengolok Ji Na sebagai anak dukun palsu.

Si anak laki-laki tadi berkata, bahwa ibunya datang menemui ibu Ji Na dan semua tebakan ibu Ji Na salah.


Melihat itu, Hong Joo pun marah. Ia mencabut kertas di tas Ji Na dan menempelkannya pada jidat si anak laki-laki.

"Kau juga putri dukun?" tanya si anak laki-laki itu pada Hong Joo.

Hong Joo yang kesal, memukul hidung anak laki-laki itu dengan kepalanya. Si anak laki-laki terjatuh dan kaget menyadari hidungnya berdarah.


Anak laki-laki itu berniat membalas Hong Joo. Ia mau memukul Hong Joo, tapi Si Joon datang dan menghentikannya.

"Dia yang mengusikku lebih dahulu." ucap si anak laki-laki itu, lalu pergi dengan teman-temannya.

Si Joon lantas memarahi Ji Na karena berani melawan pemilik toserba.

Ji Na : Kapan aku minta bantuanmu?

Ji Na lalu beranjak pergi.


Si Joon menatap Hong Joo.

Si Joon : Kau baik-baik saja?

Tapi Hong Joo diam saja dan tertawa melihat Si Joon.


Di rumah, Deok Hee mengomel karena tidak bisa menemukan Hong Joo.

Tak lama kemudian, ia mendapat telepon dari seseorang yang memintanya melakukan sesuatu.


Di depan kediaman Deok Hee, orang-orang pada berkumpul.

"Dia sehebat itu?"

"Aku juga mendengarnya."

Orang-orang berkasak kusuk. Ternyata yang mereka maksud adalah Hong Joo. Wanita yang datang meminta bantuan Deok Hee untuk menghentikan perilaku suaminya datang lagi dan memuji-muji Hong Joo.

"Dia tahu bahwa leverku lemah. bahkan Dokter pun tidak tahu. Aku takjub. Jadi, aku memberi tahu tetanggaku. Jangan marah."


Sekarang, Deok Hee sedang menghitung uangnya yang dia dapatkan dari kemampuan Hong Joo. Deok Hee pun penasaran, bagaimana Hong Joo bisa tahu tapi berikutnya, ia yakin bahwa Hong Joo sedang beruntung saja dan berterima kasih karena Hong Joo membuatnya mendapatkan uang banyak.


Tak lama kemudian, Hak Kyu datang dan Deok Hee pun langsung menutupi uangnya dengan badannya.

Hak Kyu datang membawa bukti kalau Hong Joo bukan anaknya. Bukti itu berupa surat hasil tes golongan darahnya dan Hong Joo.

"Lihat ini. Sim Hak Gyu, golongan darah O. Chung Yi, golongan darah AB. Aku ke klinik dan memeriksanya. Dia bukan putriku. Percaya lah padaku."

"Chung Yi?"

"Anak yang datang ke rumah kita!"

"Kenapa menamainya Chung Yi? Itu terdengar sedih."

"Kita tidak bisa memberinya nama keluarga Sim. Aku tidak pernah membohongimu. Aku tidak bersalah."


Hak Kyu lantas mengajak Deok Hee merawat Hong Joo. Deok Hee tidak setuju, tapi saat melihat uangnya, ia pun tidak punya pilihan lain selain menerima Hong Joo. Ditambah lagi, ia menerima telepon dari pelanggannya yang ingin datang menemui Hong Joo 15 hari lagi.


Poong Do sudah berada di kamarnya bersama Pil Doo. Mereka baru saja memakamkan Sung Jae. Pil Doo memberikan sebuah surat dan jam milik Sung Jae. Pil Doo mengakui surat itu sebagai surat dari ibu Poong Do. Pil Doo berharap Poong Do bisa kuat melalui semua itu. Poong Do kian terluka, saat Pil Doo mengatakan, bahwa Hong Joo juga sudah meninggal.


Hak Kyu berjalan pergi, meninggalkan rumahnya, sembari menenteng kaleng cat dan sebuah kotak kayu.

"Aku akan menjaga lukisan dan putrimu. Aku akan membayar perbuatanku." ucap Hak Kyu dalam hati.


Di kamarnya, Poong Doo menangis mengingat kebersamaannya yang begitu singkat dengan Hong Joo.


Young In ada di rumah abu Sung Jae.

"Jangan memaafkan ibumu yang mengerikan yang bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal. Sampai hari ibu mati, dan bahkan setelah ibu mati, ibu tidak bisa memaafkan diri ibu."


Hak Kyu sedang bekerja, mengecat dinding kayu sebuah studio foto dengan warna biru tosca.

Tak lama kemudian, Hong Joo datang membawakan makan siang.

Saat hendak turun dari tangga, Hak Kyu tak sengaja menjatuhkan kaleng catnya.

"Astaga, ayah harus bagaimana? Ayah sudah cocokkan warnanya." Ayah harus menggunakan warna yang persis sama. Bagaimana cara membuatnya?" panic Hak Kyu.

"Aku akan membantu ayah." jawab Hong Joo, yang sontak membuat Hak Kyu kaget.


Hak Kyu pun mencampurkan beberapa warna sesuai instruksi Hong Joo. Semula, Hak Kyu pesimis tapi saat ia mulai mencoba cat nya yang ia campur-campur sesuai instruksi Hong Joo agar mendapatkan warna yang sama, ia pun terkejut.

"Astaga. Ini persis sama. Bagaimana kau tahu? Menyamakan warna dengan mata sangat sulit. Chung Yi, matamu seperti permata."

"Permata? Apakah mataku permata?"

"Mereka jelas permata."


Seorang suster dari klinik tempat Hong Joo dirawat pun datang.

"Ini ada padanya saat dia ditemukan. Aku lupa mengembalikannya karena situasinya kacau." ucap suster itu, lalu menyerahkan sebuah botol kecil dan kekeran pada Hak Kyu.

"Ini seperti bibit." ucap Hak Kyu sambil melihat isi botol kecil itu.

"Ini kekeran. Ini mainanmu?"  tanya Hak Kyu sambil menyerahkan kekeran itu pada Hong Joo.

Hak Kyu lantas bertanya-tanya, bagaimana ceritanya Hong Joo bisa hanyut dan terbawa sampai ke daerahnya.


Tak lama kemudian, Deok Hee dan Ji Na datang. Deok Hee kesal melihat kedekatan Hak Kyu dan Hong Joo.

Deok Hee lantas menyuruh Ji Na bersikap hangat seperti Hong Joo.

"Kau akan disukai jika bersikap begitu." ucap Deok Hee.

"Astaga, lupakan." jawab Ji Na.


Deok Hee dan Ji Na mendekati mereka. Deok Hee berkata, akan pergi belanja dengan Ji Na.

Tepat saat itu, pemilik studio datang dan menyuruh mereka berfoto.

"Kameranya sangat bagus. Ada di dalam.  Ini gratis, jadi, foto saja." ucap pemilik studio.

Hak Kyu tertarik dan menyuruh keluarganya masuk ke dalam.


Saat di foto, Hak Kyu dan Hong Joo tersenyum. Berbeda dengan Ji Na dan Deok Hee yang cemberut.


Sekarang, Ji Na dan Hong Joo sudah SMA. Mereka kembali berfoto. Sama seperti dulu, hanya Hak Kyu dan Hong Joo lah yang tersenyum saat di foto.

Tahun 2010...


Hong Joo bersepeda mengelilingi lingkungannya. Di sepedanya, tergantung foto dirinya bersama Hak Kyu, Deok Hee dan Ji Na yang sudah menjadi keluarganya.

Sepanjang perjalanan, para tetangga menyapanya.

Hong Joo bersepeda sembari tersenyum lebar.


Sekarang, Hong Joo berada di teras sebuah rumah dan berbicara memakai pengeras suara.

"Good morning, Yongwang-ri! Warga Yongwang-ri, apa kalian bermimpi indah? Laut Yongwang-ri tampak tidak bersahabat hari ini. Angin akan bertiup kencang. Warna laut hari ini disebut biru Prusia. Ada lebih dari 100 jenis warna biru. Bukankah itu menarik?" ucap Hong Joo.


Lalu, ahjussi pemilik mic datang.

"Ini berfungsi dengan baik. Aku bisa mendengarmu keras dan jelas. Kau benar-benar MacGyver dari Yongwang-ri."


Ahjussi pemilik mic lantas menyuruh Hong Joo bernyanyi.

Hong Joo pun setuju dan mulai bernyanyi. Para warga Yongwang-ri tampak menikmati suara Hong Joo.

Bersambung ke part 3...........