• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Happiness Ep 2 Part 4

All content milik tvN

Penulis : Rahmi Iza

Sebelumnya : Happiness Ep 2 Part 3

Selanjutnya : Happiness Ep 3 Part 1

Sinopsis lengkap Happiness bisa diklik disini



Sae Bom dan Seo Yoon akhirnya memakai alat-alat olahraga yang disediakan diluar apartemen.

Sae Bom : Apa yang mereka ajarkan di kelas olahraga?

Seo Yoon : Kami berlari.

Sae Bom : Kau bisa berlari kencang?

Seo Yoon : Tidak.

Sae Bom : Aku pelari yang sangat hebat.


Sementara itu, Seung Young terus menatap bekas cakaran di lehernya.

Lalu dia melihat ada 21 panggilan tak terjawab dari istrinya.

Seung Young nekad, dia menyayat pergelangan tangannya dengan pecahan cermin.


Sae Bom dan Seo Yoon kembali ke apartemen.

Sae Bom menyuruh Seo Yoon istirahat. Dia bilang, Seo Yoon harus istirahat setiap habis berolahraga.


Ponsel Sae Bom berbunyi.

Telepon dari Seung Young.

Seung Young : Aku butuh bantuanmu, Sae Bom-ah. Aku tercakar oleh anggota itu. Aku tidak bisa memberi tahu siapa pun karena aku takut. Tapi lukanya tidak mau sembuh.

Sae Bom terkejut, di mana kau sekarang? Aku akan ke sana sekarang.


Sae Bom langsung membawa Seung Young ke pusat karantina.

Seung Young pucat. Sae Bom meyakinkan Seung Young kalau semua akan baik-baik saja.

Sae Bom : Jalani saja tes hari ini. Kau akan baik-baik saja setelah beristirahat. Aku akan memberi tahu istrimu kau tidak berselingkuh.

Seung Young : Aku takut sekarang karena kurasa aku akan mati.

Sae Bom : Kau tidak akan mati. Kau tidak digigit. Lihat aku. Ini bukan apa-apa. Hei, jalani saja tesnya hari ini. Dan dapatkan hasilnya. Itu saja. Aku juga akan bertanya padanya apa kau bisa dapat poin ekstra. Kau tidak haus, bukan?


Ji Soo langsung memeriksa luka di pergelangan tangan Seung Young.

Tangan Seung Young diborgol dan mulutnya dipasangi alat pengaman.

Ji Soo : Apa kau yakin kalau kau tercakar? Itu seperti sayatan pisau. Luka ini juga masih baru.

Seung Young : Kuharap begitu.

Sae Bom : Bahkan lukaku pulih cukup lama.

Ji Soo : Kelihatannya, ini mungkin bukan luka serius. Aku akan melakukan tes.

Sae Bom : Apa lukanya terlihat berbeda jika ada masalah?

Ji Soo : Warnanya. Area di sekitar luka berubah menjadi hitam kemerahan. Tetap di sini sampai tes selesai.

Ji Soo selesai mengobati luka Seung Young.

Seung Young tanya, Ji Soo takkan melepas borgolnya.

Ji Soo melepas borgolnya, tapi mengaitkannya dengan kursi.

Ji Soo : Apa cukup bagimu untuk bergerak? Beri tahu aku jika kau haus.

Sae Bom minta Ji Soo melepas borgolnya juga.

Ji Soo malah pergi setelah meminta Sae Bom ikut dengannya.


Setelah mereka pergi, Seung Young meyakinkan dirinya kalau tidak akan terjadi apa-apa.

Seung Young : Tidak apa-apa. Tidak akan terjadi apa-apa. Aku hanya akan mendapat uang lalu pulang. Semua akan baik-baik saja.


Ji Soo mengambil darah Sae Bom.

Ji Soo : Jika hal seperti ini terjadi lagi, beri tahu aku sebelumnya. Aku tidak mau terkejut.

Sae Bom : Baiklah. Bisa buka tasku?

Ji Soo membukanya dan menemukan sekotak kecil di dalamnya.

Sae Bom : Aku bersikap baik kepada orang yang tidak kusukai.


Ji Soo mencicipinya, lalu duduk di dekat Sae Bom.

Sae Bom : Anggota kami, orang yang digigit Lee Jong Tae. Kudengar keadaannya tidak baik. Bahkan permintaan keluarganya untuk berkunjung ditolak.

Ji Soo : Jika digigit, kau akan terinfeksi apa pun yang terjadi. Kondisimu memburuk, dan waktumu akan berkurang dalam keadaan sadar. Kita tidak pernah tahu kapan mereka haus dan mengincar manusia, jadi, tidak boleh ada pengunjung.

Sae Bom : Bagaimana dengan pengobatan?

Ji Soo : Tidak ada untuk saat ini. Saat keadaan memburuk, mereka selalu haus. Mereka menggila dan menyerang setiap kali melihat manusia. Satu-satunya yang bisa kami lakukan sekarang adalah memperlambat prosesnya sebelum mereka mencapai titik itu.

Sae Bom : Jadi, benar bahwa tidak ada yang keluar dari sini hidup-hidup.

Ji Soo : Kau sangat beruntung. Jika tidak terjadi apa-apa, Pak Lee juga akan berakhir begitu.


Sae Bom dan Ji Soo kembali ke tempat mereka ninggalin Seung Young tadi. Tapi pas sampe sana, mereka kaget melihat Seung Young sudah pergi.

Ji Soo langsung keluar mencari Seung Young.


Sae Bom menghubungi Seung Young.

Seung Young sendiri mencoba kabur sambil menenteng kursi yang didudukinya tadi.

Sae Bom : Dimana kau?

Seung Young : Aku punya keluarga. Jika aku mati di sini, mereka akan merahasiakannya. Sae Bom-ah,  ada cara untuk tetap aman dan menghasilkan uang.

Seung Young memutuskan panggilan Sae Bom.

Sae Bom teringat kata-kata Seung Young terakhir.

Seung Young : Menurutmu mereka akan baik-baik saja? Bagaimana jika semua orang mati di sana? Seorang reporter meneleponku. Dia menawarkan bayaran jika aku memberitahunya apa yang terjadi di sini.

Mengertilah Sae Bom tujuan Seung Young sebenarnya.


Para petugas mulai berlarian mencari Seung Young.

Ji Soo ngasih tahu Sae Bom kalau Seung Young kabur memakai pakaian karantina.

Ji Soo : Mereka pikir dia memindahkan kursi.

Sae Bom : Di mana para pasien kritisnya? Di mana mereka?

Ji Soo : Mereka dikarantina di gudang berpendingin tempat kami menyimpan makanan, tapi jumlahnya terus naik, jadi, kami harus memindahkan mereka.

Sae Bom : Jadi, mereka dipindahkan ke mana?

Ji Soo : Truk berpendingin.


*Omo, feeling Sae Bom benar!

Seung Young masuk truk berpendingin!

Lalu Seung Young mendengar suara pintu truk dikunci.

Dia lari ke pintu, tapi pintunya memang sudah dikunci dari luar.

Ponsel Seung Young berdering. Telepon dari si reporter.

Seung Young pun berkata, akan mengirimkan video serta rekaman pembicaraan yang sempat dia rekam setelah si reporter mengiriminya uang.


Lalu Seung Young melihat tanda-tanda salah satu pasien bangun.

Seung Young malah nekad, merekam para pasien.

Tapi kemudian, semua pasien bangun dan berlari ke arahnya.


Yi Hyun dan Jung Kook di dalam mobil, tepatnya di depan pencucian mobil Seyang.

Mereka mengintai seseorang.

Jung Kook : Kenapa tidak masuk jika dia di dalam?

Yi Hyun : Aku menunggu seseorang.

Tak lama, Tae Seok masuk ke mobil mereka.

Jung Kook : Letnan Kolonel Han Tae Seok? Kenapa kau ada di sini?

Tae Seok : Pengedar itu. Kau keberatan jika Kopral Jung dan aku bertemu dengannya?

Jung Kook : Tentu saja tidak. Aku akan menunggu di sini.

Tae Seok keluar duluan.

Jung Kook : Kau....

Yi Hyun : Aku tahu.


Yi Hyun menyusul Tae Seok.

Yi Hyun : Kenapa kau kemari?

Tae Seok : Pabrik menyimpan sisa persediaan Next lainnya. Aku ingin mencari tahu siapa yang mengeluarkannya. Menurut berita, penyakit ini juga menyebar ke luar negeri.

Yi Hyun : Apa Next tersedia di seluruh dunia?

Tae Seok : Aku bilang aku tidak pandai memproduksi, tapi pandai mencuri, bukan? Aku mencurinya dari perusahaan asing. Saat aku bekerja di Daya Saing yang Ditingkatkan.

Yi Hyun : Mengesankan.

Dan mereka masuk ke sebuah ruangan.


Ternyata ruangan yang dimasuki Yi Hyun dan Tae Seok bukan sekedar ruangan, tapi tempat pencucian mobil.

Mereka menemui si pengedar obat Next.

Tae Seok :  Ada tiga orang.

Salah satu dari orang2 itu nanyain Jong Tae.

Yi Hyun pun dengan mudahnya berhasil melumpuhkan mereka.

Tae Seok nanyain dimana pil nya ke salah satu dari mereka.

Dia bilang di bagasi.

Yi Hyun lalu melemparkan borgol ke Tae Seok.

Yi Hyun : Borgol mereka.


Lalu Yi Hyun membuka bagasi. Tapi begitu membuka bagasi, dia diserang pasien yang terjangkit penyakit gila itu.

Tae Seok pun menembak pasien itu. Tapi saat hendak menembak, dia teringat sama salah satu wanita yang dirawat di pusat karantina yang positif penyakit gila itu.

Entah kekasih atau istrinya Tae Seok.


Yi Hyun terkejut Tae Seok menembak orang.

Yi Hyun : Kau menembak manusia di depan polisi?

Tae Seok : Kau pikir ini manusia?

Jung Kook masuk sembari mengarahkan pistolnya.

Yi Hyun bilang semuanya udah selesai.


Mereka lalu melihat Tae Seok menyiram salah satu pengedar dengan selang air bertekanan tinggi.

Pria itu tak bisa kabur karena tangannya diborgol ke tiang.

Tae Seok pun akhirnya berhenti menyiram pria itu.

Tae Seok menginterogasi pria itu, apa dia mengonsumsi Next?

Pria itu, banyak sekali. Dia hilang akal dan tetap seperti itu.

Tae Seok : Kau juga meminum pilnya, bukan? Kau akan segera berakhir seperti dia.


Lalu Tae Seok dapat telepon ada masalah di pusat karantina.

Tae Seok pun memberitahu Yi Hyun hal itu. Dia juga bilang Sae Bom ada di sana.

Sontak Yi Hyun panic.


Sae Bom, Ji Soo bersama para petugas langsung menyebar di beberapa truk pendingin mencari Seung Young.

Lalu Sae Bom dihubungi Yi Hyun. Yi Hyun bilang mereka semua bukan manusia.

Sae Bom panic dan langsung menghubungi Seung Young.


Ji Soo akhirnya mendengar keributan di dalam salah satu truk pendingin.

Dia pun menyuruh petugas memeriksa.


Petugas membuka pintu truk pendingin.

Bersamaaan dengan itu, Sae Bom teriak, melarang petugas membuka pintu.

Para pasien yang kumat, langsung berusaha keluar. Petugas berusaha sekuat tenaga menutup pintu.


Kamera menyorot Seung Young yang sudah menjadi bagian dari mereka.

Bersambung...

Episode 3 ditulis oleh Anis dari ddrama-queen ya.... Sampai jumpa di episode 4.

Happiness Ep 2 Part 3

All content milik tvn.

Penulis : Rahmi Iza

Sebelumnya : Happiness Ep 2 Part 2

Selanjutnya : Happiness Ep 2 Part 4

Sinopsis lengkap Happiness bisa diklik disini



Sae Bom membereskan sampah. Dan Yi Hyun mencuci piring.

Selesai memasukkan sampah kertas ke dalam plastik besar, Sae Bom menempelkan kupon ke dinding. Di kupon itu, sudah ada 3 cap.

Itu kupon makanan. Sae Bom menatap kupon makanannya dan mengajak Yi Hyun makan di restoran itu sebanyak 20 kali agar bisa mendapat tangsuyuk gratis.

Yi Hyun setuju.


Sae Bom lalu memberi Yi Hyun kertas.

Yi Hyun : Apa ini?

Sae Bom : Kontrak yang menyatakan bahwa unit ini atas nama kita berdua saat kita membeli apartemen ini dalam sepuluh tahun. Kau paham pembagian 6-4, bukan? Aku berusaha lebih keras untuk mendapatkan tempat ini.

Yi Hyun : Tentu saja. Kau bahkan menyelamatkan hidupku.


Sae Bom lalu mulai mengomentari apartemennya.

Sae Bom : Aku ingin mengubah lantainya dengan pola herringbone, tapi rasanya tidak tepat membongkar lantai baru. Tapi ini bagus dan rapi juga.

Dia lalu rebahan di sofa.

Sae Bom : Sulit kupercaya. Rumah kita sendiri.


Sae Bom lalu berdiri dan menatap jendela.

Sae Bom : Untuk gordennya, aku memikirkan warna netral, seperti putih atau krem.

Yi Hyun : Tentu.  Apa kita perlu memasang tirai?

Sae Bom menatap lampu.

Sae Bom : Kurasa pencahayaannya sempurna. Kurasa kita bisa memasang lampu untuk dekorasi. Kita harus beli peralatan olahraga untuk ruangan ini.

Yi Hyun : Kedengarannya bagus.


Dia juga mengomentari wastafel nya.

Sae Bom : Baja antikarat yang terbaik untuk meja wastafel, tapi ini masih sangat baru.

Yi Hyun : Kita selalu bisa menggantinya nanti.

Sae Bom : Mau mengganti keran kamar mandi dan dapur?

Yi Hyun : Baiklah.

Sae Bom : Kita harus dapatkan banyak uang. Tapi ini bagus. Memberi kita alasan untuk menghasilkan uang.

Yi Hyun : Benar. Aku juga akan bekerja keras. Kita bisa!


Yi Hyun terus mengikuti kemana Sae Bom pergi.

Sae Bom agak terkejut melihat dua kasur di dalam kamar.

Yi Hyun : Kudengar orang dari kantor wilayah mungkin datang. Haruskah kuubah? Mau kupindahkan?

Sae Bom : Tidak, ini sudah bagus. Seseorang harus selalu memperhatikan detail.

Yi Hyun : Benar.


Sekarang, Sae Bom sudah rebahan di kasur.

Sementara Yi Hyun sibuk mengecas ponselnya.

Sae Bom cerita, saat dia masih muda, dia pernah punya rumah.

Sae Bom : Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi kami terus pindah ke rumah yang lebih kecil, dan akhirnya, kami pindah ke rumah setengah basemen. Hanya ada satu kamar di sana.

Yi Hyun : Saat SMA?

Sae Bom : Ya. Bahkan jika sudah di luar rumah seharian, aku harus tidur di malam hari. Aku akan menunda pulang sampai saat terakhir, dan kami semua berbaring berdampingan di kamar itu dan tidur. Orang tuaku bertengkar setiap hari. Aku berusaha mengabaikannya sebaik mungkin, tapi saat tidak bisa, aku mengambil kunci mobil ayahku dan pergi. Aku selalu ingin punya kamar sendiri. Kamar yang sepenuhnya milikku. Aku hampir berhasil mewujudkannya. Dunia tidak boleh hancur sekarang.

Sae Bom pun tertidur.

Yi Hyun yang melihat Sae Bom udah tidur, bergegas bangun dan menyelimuti Sae Bom.

Setelah menyelimuti Sae Bom, Yi Hyun mematikan lampu dan mulai tidur.

Tapi Sae Bom bermimpi buruk.


Dalam mimpinya, Jong Tae yang sudah berubah menjadi zombie mengatakan padanya, kalau dia akan berakhir sepertinya juga.

Sae Bom pun terbangun. Dia kaget setengah mati.

Yi Hyun ikut terbangun.

Yi Hyun : Ada apa?


Lalu mereka mendengar suara berisik dari lantai atas.

Yi Hyun : Apa yang mereka lakukan malam-malam begini? Kau mau aku ke atas?

Sae Bom : Tidak. Aku terkejut, itu saja.

Suara berisik yang mereka dengar mungkin berasal dari kamar 601.


Paginya, Yi Hyun dibangunkan dengan bunyi ponselnya.

Yi Hyun : Apa?

Yi Hyun melihat jam di ponselnya. Masih jam enam.

Yi Hyun : Sekarang?

Terpaksalah Yi Hyun bangun.

Sae Bom tanya siapa yang nelpon.

Yi Hyun bilang kenalannya. Lalu dia pergi setelah menyuruh Sae Bom tidur lagi.


Ternyata Yi Hyun pergi ke lobi, menemui Tae Seok.

Yi Hyun : Kenapa kau harus mengambil darahnya padahal dia sudah cukup menderita?

Tae Seok : Kami tidak mengambil banyak. Jangan mengeluh, ingatlah aku yang membuat kalian menikah.

Yi Hyun pun duduk.

Yi Hyun : Apa hubungannya denganmu? Itu murni karena keahlianku.

Tae Seok : Jika aku tidak memberinya poin ekstra, apa dia akan memintamu menikah dengannya?

Yi Hyun : Kau berhasil menyelinap ke gedung kami.

Tae Seok : Lihat berita tentang penampungan tunawisma?

Yi Hyun : Ya.

Tae Seok : Sore ini, laporan akan keluar bahwa orang-orang di sana diberikan Next. Jika ada efek samping, semua pasokan di pasar akan ditarik kembali, dan mereka yang ketahuan menjualnya akan dijatuhi hukuman berat. Itu rencana pemerintah.

Yi Hyun : Kenapa kau memberitahuku itu?

Tae Seok : Karena kita harus mengerjakan ini bersama. Kami mengirim surat ke kantormu, meminta bantuanmu.

Yi Hyun : Aku agak sibuk.


Tapi kemudian Yi Hyun dihubungi kaptennya.

Yi Hyun menjawab. Kaptennya meminta dia bekerja sama dengan Tae Seok.

Yi Hyun tak punya pilihan lain selain menerimanya karena itu perintah dari kaptennya.


Yi Hyun lalu tanya pada Tae Seok, apa selanjutnya.

Tae Seok memberikan ponsel Jong Tae. Dia bilang, dia sudah membuka kunci ponsel itu.

Tae Seok : Berpura-puralah menjadi dia, temui pengedarnya, dan tangkap dia.

Yi Hyun : Apa dia bekerja dengan kita?

Tae Seok : Bisa dibilang begitu.

Flashback...

Tae Seok mendatangi Jong Tae yang sedang mengamuk.

Jong Tae diikat di ranjangnya dan mulutnya diberi pengaman.

Tae Seok meletakkan jari Jong Tae untuk membuka kunci ponsel Jong Tae.

Flashback end...


Yi Hyun : Apa kau tahu kenapa kasus narkotika sangat sulit? Para berandalan ini sangat penuh rasa curiga, tapi mereka juga serakah. Mereka tidak akan setuju bertemu kecuali kubayar setengah uang muka. Polisi tidak punya dana. Bukannya aku tidak mau membantu. Kita tidak akan dapat kemajuan...

Tae Seok berdiri dan meletakkan tas yang sudah pasti isinya uang ke depan Yi Hyun.

Tae Seok : Ini danamu. Bawa kembali tanda terima jika memungkinkan, dan kembalikan sisanya.

Yi Hyun : Kudengar kau pernah bekerja di perusahaan farmasi. Sesuatu tentang meningkatkan daya saing.

Tae Seok : Daya Saing yang Ditingkatkan. Itu tim yang mencuri produk perusahaan pesaing. Aku tidak bisa membuat apa pun, tapi aku cukup pandai mencuri.

Yi Hyun : Dan memukuli orang.

Tae Seok : Hubungi aku jika kau menemukan pengedarnya. Aku akan datang sebagai pengamat.

Yi Hyun : Berapa sebenarnya jumlahnya? Kau tidak akan berbohong tentang jumlahnya nanti, bukan?

Tae Seok : Kopral Jung Yi Hyun. Juga dikenal sebagai "penyelidik". Kau selalu menggunakan logika untuk memecahkan kasus.

Yi Hyun : Banyak kolega memanggilku buldoser atau aku hanya beruntung. Aku dapat pemikiran aneh yang kebetulan cocok.

Tae Seok : Orang-orang menganggap atlet tidak pintar. Bagaimana jika kau buktikan bahwa kau pintar dan juga bugar?

Tae Seok beranjak pergi.


Sae Bom yang masih rebahan, lagi ngeliat-liat beberapa barang rumah tangga yang akan dibelinya.

Lalu Nyonya Kim Bok Nam menelponnya.

Sae Bom menjawabnya, ya, eomma?

Nyonya Kim tengah dirawat di rumah sakit.

Nyonya Kim : Kau pindah ke apartemen kemarin? Kenapa tidak bilang? Haruskah ibu mendengar tentangmu dari Yi Hyun?

Sae Bom : Aku lelah, Bu. Aku dites untuk penyakit menular.

Nyonya Kim : Ibu menjalani tes COVID-19 lebih dari lima kali.

Sae Bom : Bukan itu. Ibu tahu penyakit menggigit yang dibicarakan orang-orang.

Nyonya Kim : Penyakit orang gila itu?

Sae Bom : Penyakit itu ada namanya?

Nyonya Kim : Ya. Itu diciptakan dari "penyakit anjing gila". Mereka bilang manusia juga bisa terkena rabies. Astaga. Pemilik anjing mengalami masa sulit belakangan ini.

Sae Bom : Ya, pokoknya penyakit itu. Aku dites untuk penyakit itu, dan kini aku dikarantina. Aku bermimpi menggigit seseorang semalam.

Nyonya Kim : Benarkah? Apa Yi Hyun tidak keberatan berada di dekatmu?

Sae Bom : Tidak. Kami sangat saling mencintai. Aku akan segera sembuh, dan mengundang Ibu ke pernikahan kami.

Sae Bom lalu pura-pura batuk.

Sae Bom : Aku batuk. Aku harus pergi.


Setelah itu, Sae Bom memeriksa kulkas.

Sae Bom : Kita butuh bahan makanan.

Lalu Sae Bom membaca katalog yang ada di meja.

Lagi asik-asik baca katalog, dia kembali mendengar suara berisik dari lantai atas.


Paginya, Seo Yoon, si gadis kecil penghuni kamar 502, menyelipkan secarik kertas ke pintu Sae Bom.

Tapi Sae Bom tiba-tiba keluar.

Sae Bom : Apa itu? Kau menantangku berkelahi?

Sae Bom pura-pura mengeluarkan jurus.

Seo Yoon diam saja menatapnya.

Sae Bom pun berhenti melakukannya dan membaca tulisan di kertas yang diberikan Seo Yoon.


Ternyata tulisannya adalah ucapan terima kasih Seo Yoon atas tteok yang diberikan Sae Bom. Dia bilang, tteok nya enak.

Sae Bom : Toko ini juga mengantar pesanan. Kau tahu itu, bukan?

Seo Yoon : Ya. Tteok Myungwon.

Sae Bom : Benar. Jika kau mau tteok, beri tahu keluargamu kau ingin tteok mereka.

Seo Yoon : Omong-omong, apa benar kau polisi?

Sae Bom : Ya, benar. Lihat ini.


Sae Bom nunjukin tulisan dibelakang jaketnya.

Sae Bom : Ini lebih baik dari sekadar polisi.

Seo Yoon : Aku ingin menjadi sepertimu saat aku sehat.

Sae Bom : Kau sakit sekarang?

Seo Yoon : Sedikit saja.

Sae Bom : Dahulu, aku juga sakit parah. Jadi, aku tidak bisa bersekolah selama dua tahun. Tapi aku baik-baik saja sekarang. Kau akan jauh lebih kuat dariku. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Aku serius.

Seo Yoon : Kau mau ke mana?

Sae Bom : Berjuang.


Sae Bom dan Seo Yoon pergi ke kamar 601.

Setelah lama membunyikan bel, Joo Hyeong keluar dari dalam.

Joo Hyeong baik-baik saja.

Sae Bom : Aku tinggal di bawah. Dan kau berisik sejak semalam. Kau sedang menjalankan proses renovasi?

Joo Hyeong : Maafkan aku. Kami memindahkan perabot.

Sae Bom : Di tengah malam?

Joo Hyeong : Aku sangat pandai mengambil inisiatif. Aku harus beraktivitas saat terfokus pada sesuatu. Maaf atas gangguannya.

Sae Bom : Itu bukan berinisiatif. Itu gangguan.

Sae Bom berusaha mengintip ke dalam, tapi dihalangi Joo Hyeong.

Joo Hyeong : Itu tidak akan terjadi lagi.

Sae Bom : Tolong hati-hati.

Joo Hyeong : Tunggu sebentar. Terima kasih untuk tteok-nya.

Sae Bom : Bagaimana kau tahu itu dariku? Kurasa kita belum pernah bertemu.

Joo Hyeong : Aku sudah dengar tentangmu. Dia cantik. Putrimu mirip denganmu.

Joo Hyeong menutup pintu.


Sae Bom pun tanya, apa Seo Yoon mengenal Joo Hyeong.

Seo Yoon : Kami naik lift bersama beberapa kali. Tapi kurasa dia tidak tertarik berinteraksi dengan orang lain. Dia dan istrinya sama-sama dokter. Tapi dia hanya berdiam diri di rumah. Ibuku bilang ada masalah hukum.

Sae Bom : Begitu rupanya. Atau mungkin dia suka berdiam diri di rumah.

Sae Bom menyuruh Seo Yoon pulang.

Seo Yoon tanya, Sae Bom mau kemana.

Sae Bom bilang dia mau olahraga.

Seo Yoon tampak sedih. Sae Bom pun tanya, apa Seo Yoon sendirian di rumah.

Seo Yoon : Ayahku mengirim paket. Dan ibuku membantunya memilahnya di pagi hari.

Sae Bom : Bagaimana dengan sekolah?

Seo Yoon : Aku sedang belajar di rumah. Selama kami memberi tahu guru sebelumnya, kami bisa libur 19 hari setiap tahun.

Sae Bom : Begitu rupanya. Ikut aku. Mari berolahraga hari ini.


Sae Bom dan Seo Yoon pergi ke tempat gym yang tadi Sae Bom lihat di katalog.

Karyawan gym menyuruh Sae Bom menuliskan nomor unit apartemen Sae Bom.

Begitu melihat nomor unit apartemen Sae Bom, si karyawan langsung bilang kalau orang yang menyewa unit apartemen Seyang dilarang masuk ke gym.

Sae Bom : Kenapa tidak bisa? Apa karena biaya perawatannya?

Si karyawan bilang, itu salah satu alasannya.

"Tapi itu karena harga peralatan olahraga. Penghuni penjualan umum membeli mesin-mesin itu. Tapi beberapa orang bilang mengizinkan orang dari unit sewaan tidak adil."

"Begitu rupanya. Baiklah. Aku akan berolahraga di luar."

"Tapi jika kau menerima sesi latihan dariku, aku bisa membiarkanmu menggunakan fasilitas ini."

"Aku akan berolahraga di rumah."

Sae Bom mengajak Seo Yoon pergi.


Sambil berjalan keluar, Sae Bom tanya, kenapa Seo Yoon gak kasih tahu dia soal ini.

Seo Yoon : Kupikir kau bisa memperbaikinya. Kau tahu hukum yang bisa memperbaiki ini?

Sae Bom : Akan sulit memperbaiki ini begitu uang terlibat. Tapi ada satu cara.

Bersambung ke part 4...