• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Again My Life Eps 5 Part 1

 All Content From SBS, Viu, nodrakor
Penulis : Catatan-Iza
Sinopsis Lengkap : Again My Life
Sebelumnya : Again My Life Eps 4 Part 4
Selanjutnya : Again My Life Eps 5 Part 2

Foto SBS
Foto SBS

Episode 5 diawali dengan aksi demo yang menentang restrukturisasi Mirae Motors.

Bus yang ditumpangi Hee Woo lewat di depan para pendemo.

Hee Woo melihat aksi demo dan bicara dalam hatinya, bahwa dia tahu apa yang akan terjadi tapi tak ada yang bisa dia lakukan saat ini.

Hee Woo : Itu dibubarkan setelah dijual ke perusahaan asing sebagai akibat dari konflik manajemen-buruh.

Bus yang membawa Hee Woo melaju.

Foto SBS

Mobil Tae Seob lewat di depan para pendemo.

Tae Seob juga melihat aksi demo.

Tae Seob : Di mana Kang Man Chul belakangan ini?

Ji Hyun : Pak Kang Man Chul dari Partai Buruh Progresif, Pak?

Tae Seob : Benar.

Ji Hyun : Dia di kemah protes di pabrik di Pyeongtaek.

Tae Seob : Ayo pergi ke Pyeongtaek.

Asistennya kaget, sekarang?

Tae Seob : Telepon dia sekarang dan katakan aku dalam perjalanan. Katakan aku ingin minum kopi dengannya.

Ji Hyun : Baik, Pak.

Foto SBS

Tae Seob tiba di Pyeongtaek

Anggota Dewan Kim : Astaga, lihat siapa yang datang. Kudengar bahkan Presiden berlari dari kantornya tanpa alas kaki untuk menyambutmu, Anggota Dewan Cho Tae Sub. Kenapa kau datang ke tempat kumuh ini? Untuk minum kopi instan denganku?

Tae Seob : Aku tidak berharap kau berlari tanpa alas kaki untuk menyambutku, jadi, belilah sepasang sepatu baru.  Itu berlebihan. Orang-orang akan berpikir itu hanya pertunjukan.

Anggota Dewan Kim : Aku dengan tulus mengikuti ajaran Laozi. Aku sungguh percaya bahwa sedikit itu lebih baik. Kelebihan menyebabkan kebingungan.

Tae Seob : Membingungkan itu menyenangkan. Kudengar putramu diterima di Harvard. Kukira mantan aktivis pro-Korea Utara sepertimu ingin menguliahkan anak-anakmu ke kampus terbaik di Pyongyang.

Anggota Dewan Kim : Itu bukan keputusanku. Dia bebas pergi ke mana pun dia mau.

Tae Seob : Benar. Setiap kali bicara denganmu, aku lupa waktu. Mari kita langsung ke intinya. Demonstrasi ini. Mari kita akhiri. Dengan begitu, akan tampak bagus untuk kita berdua.

Anggota Dewan Kim : Astaga, kau pasti memegang kartu as. Lalu kenapa tidak menuai keuntungannya sendiri? Kenapa kau ingin bekerja sama dengan kami? Partai kecil seperti kami tidak punya banyak hal untuk ditawarkan.

Tae Seob : Aku hanya ingin membantu pegawai dan menyelamatkan perusahaan.

Anggota Dewan Kim : Kau tidak perlu menawarkan apa pun sama sekali.

Tae Seob : Astaga. Aku makin penasaran sekarang. Selain itu, apa kau puas hanya menjadi ketua partai? Sudah saatnya kau menjadi ketua fraksi grup negosiasi. Kau memenangi tiga kursi sebelumnya.

Anggota Dewan Kim : Satu saja. Kursi perwakilan proporsional tidak dihitung.

Tae Seob : Benar sekali. Berhenti memberikan kursi kepada orang lain. Mendukung satu pencalonan terdengar bagus, tapi Partai Daehan memperlakukanmu seperti batu loncatan.

Foto SBS

Anggota Dewan Kim : Kau sudah bersiap untuk pemilu legislatif?

Tae Seob menggeleng.

Anggota Dewan Kim : Membangkitkan perekonomian melalui kerja sama bipartisan. Itu gambaran yang kau inginkan. Mendapatkan lebih banyak dukungan bersama seseorang yang bisa kau kendalikan selagi mengawasi partai oposisi? Astaga. Berapa banyak burung yang kau bunuh dengan satu batu? Astaga. Aku benci bahwa aku suka ide ini. Aku hanya perlu berdiri di sampingmu dan berfoto. Bagaimana aku bisa menolak tawaran ini?

Anggota Dewan Kim tertawa.

Foto SBS
Foto SBS

Hee Woo baru masuk perpus, melihat berita Tae Seob dan Man Chul di televisi.

Hee Woo pun duduk menonton.

Tae Seob : Mereka membuat keputusan ini demi negara kita. Aku harus memuji mereka. Kami akan bekerja keras menciptakan lingkungan tempat pekerja dan perusahaan bisa berkembang bersama.

Hee Woo : Chunha akan membeli Mirae Motors? Keadaan berbeda dari kehidupanku sebelumnya.

Reporter lalu melaporkan pemogokan Mirae Motors akhirnya berhenti  berkat usaha tidak kenal lelah Anggota Dewan Cho Tae Sub.

Reporter : Pada pertemuan dengan pemimpin partai lainnya, dia menekankan pentingnya upaya bipartisan berfokus pada pemulihan ekonomi.

Hee Woo : Dia mengincar pemilihan presiden, bukan pemilu legislatif. Namun, publik tampaknya tidak setuju.

Foto SBS

Hee Woo berdiri. Tapi televisi menampilkan berita selanjutnya.

Reporter : Seorang pria membobol rumah temannya selama 40 tahun dan membunuhnya karena tidak membayar utangnya. Polisi telah menangkap Park, tersangka utama kasus ini, dan menyelidiki kasusnya saat ini.

Hee Woo ingat kasus ini.

Di berita dilaporkan, bahwa sidik jari Park ditemukan di pisau yang diambil di TKP, jadi, polisi yakin kemungkinan besar itu pembunuhan pembalasan. Reka ulang TKP akan berlangsung hari ini.

Foto SBS

Polisi menggunakan manekin sebagai korban.

Mereka menyuruh Pak Park melakukan reka ulang, bukan bertanya bagaimana Pak Park menikam korban.

"Dari sini, kau melakukan ini dan menikam lagi seperti ini, bukan? Tunjukkan apa yang kau lakukan."

Pak Park gemetaran memegangi pisau lain.

Tak lama kemudian, Pak Park mengaku bahwa dia tidak melakukannya.

Polisi : Astaga. Kau tidak bisa mengubah pernyataanmu sekarang. Ini akan memperumit keadaan.

Polisi juga menunjukkan bukti pisau berdarah yang Pak Park gunakan untuk menikam korban.

Pak Park berkeras bukan dia pelakunya.

Foto SBS

Foto SBS

Pak Park dibawa keluar, menuju mobil polisi.

Para warga berkumpul dan menghakimi Pak Park.

Putra Pak Park yang masih berseragam SMA datang. Polisi langsung menghalanginya. Dia berteriak sambil menangis kalau ayahnya bukan pembunuh.

Dia juga menyuruh polisi menangkap pelaku sebenarnya, bukan menahan ayahnya.

Kamera menyorot seorang wanita. *Kek nya ni cewek pelakunya.

Foto SBS


Polisi membawa pergi Pak Park.

Putra Park menangis pilu, appa! Appa!

Kerumunan warga bubar.

Hee Woo datang, Park Sang Man. Kau Park Sang Man, kan?

Sang Man : Benar. Siapa kau?

Hee Woo dengan pede nya berkata akan membuktikan bahwa ayah Sang Man tidak bersalah.

Foto SBS
Foto SBS

Sang Man masuk ke sekolah seperti biasa.

Dia berusaha tegar.

Sang Man teringat janjinya pada Hee Woo. Hee Woo memintanya tidak bolos sekolah.

Hee Woo mengikuti Sang Man.

Hee Woo : Pelaku sebenarnya akan terungkap sepuluh tahun kemudian. Jadi, percayalah kepadaku dan belajar saja, Park Sang Man.

Foto SBS

Di kelasnya, Sang Man berusaha untuk fokus belajar. Dia menyumbat telinganya dengan earphone.

Teman-temannya menatapnya sinis.

"Aku tidak percaya dia bisa belajar sekarang. Pantas saja dia selalu mendapat nilai tertinggi."

"Hei, hati-hati. Dia mungkin menikammu jika marah, seperti ayahnya."

Tapi Sang Man masih bisa mendengar ocehan teman-temannya. Dia marah, tapi berusaha menahan dirinya karena teringat kata-kata Hee Woo.

Hee Woo : Tidak akan lama. Bertahanlah terus. Aku mengerti kau tidak akan percaya sampai melihatnya sendiri. Namun, percayalah kepadaku. Bahkan jika ikut campur sekarang, kau tidak bisa apa-apa.

Foto SBS
Foto SBS

Hee Woo langsung menemui Il Hyun.

Il Hyun : Dongsaeng, ada apa?

Hee Woo menunjukkan berita ayah Sang Man.

Hee Woo : Bisa tolong lihat ini?

Il Hyun : Ada apa dengan kasus ini?

Hee Woo : Aku kenal putranya. Kurasa polisi melewatkan sesuatu.

Il Hyun : Hei, jangan mencampuri urusan semua orang. Tingkat penyelesaian pembunuhan di Korea hampir 100 persen. Lihat.

Il Hyun menunjuk foto yang ada di berita ayah Sang Man.

Il Hyun : Ada senjata pembunuhnya. Sidik jarinya ditemukan di sana. Dia menyimpan dendam. Serta dia mabuk. Titik. Permainan berakhir.

Hee Woo : Itulah masalahnya. Dari senjata pembunuhan dan motif, sampai sidik jarinya, itu terlalu sempurna. Serta itu dibereskan terlalu cepat. Begitu cepat sampai tidak ada yang bahkan merasa perlu menemukan bukti yang memberatkannya.

Foto SBS

Hee Woo menunjukkan kaus yang dipakai ayah Sang Man saat pembunuhan terjadi.

Hee Woo : Ini. Lihat. Ini yang dia kenakan di hari pembunuhan itu terjadi. Anda bisa memeriksa rekaman kamera pengawas untuk memastikan itu. Berapa peluang tidak ada percikan darah di baju seseorang setelah menikam seseorang? Tidak ada, bukan? Namun, seperti yang anda lihat, ini bersih. Apa kelihatannya ada noda darah yang sudah dibersihkan? Tidak. Seperti yang anda tahu, ada banyak cara untuk memastikannya.

Il Hyun : Astaga, ini...

Hee Woo : Pak, hukum diciptakan untuk terdakwa. Untuk memastikan tidak ada yang difitnah. Itu harus selalu menjadi prioritas kita, dari yang aku pelajari.

Il Hyun : Jika ini benar, polisi dalam masalah besar. Kejaksaan akan menyelamatkan mereka?

Hee Woo mengangguk.

Il Hyun : Aku suka cerita itu.

Il Hyun mulai menangkap umpan Hee Woo.

Il Hyun : Ada hal lain yang kau tahu tentang kasus ini?

Hee Woo : Tentu saja ada.

Bersambung ke part 2...