• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Showing posts with label Blessing of the Sea. Show all posts
Showing posts with label Blessing of the Sea. Show all posts

Blessing Of The Sea Ep 8 Part 3

Sebelumnya..


Young In tiba di rumahnya bersama Pil Doo.

Young In tanya, apa Pil Doo tahu Poong Do salah satu pengisi acara itu?

Pil Doo : Jika aku tahu, apa aku akan kesana?


Jae Ran dan Gwi Nyeo masuk. Gwi Nyeo terus menatap ponselnya.

Jae Ran : Tampaknya Poong Do tahu ibu akan kesana. Dia menyebabkan masalah pada saat yang tepat.

Gwi Nyeo : Tidak!  Kini Poong Do kata yang paling dicari di internet.

Jae Ran : Ma Poong Do, dia benar-benar luar biasa.


Young In tambah sewot.

Young In : Kita akan bertindak sebagai perusahaan. Tutup mulut orang-orang. Pastikan ini tidak merusak reputasi perusahaan.

Young In masuk ke kamarnya.


Pil Doo menelpon seseorang sembari masuk ke ruangan kerja.

Pil Doo : Cari tahu siapa dalang konser ini. Cari tahu bagaimana Ma Poong Do bisa menjadi salah satu penampil.


Hak Kyu yang mau pulang, melihat lampu di kebun kaca berkedip2.

Hak Kyu bertanya2, apa Chung Yi belum pulang?

Hak Kyu pun bergegas menyusul Chung Yi.


Tapi dia dikagetin sama Poong Do yang tiba-tiba muncul.

Hak Kyu : Sedang apa kau di sini?

Poong Do : Apa masih banyak orang di luar?

Hak Kyu : Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi banyak reporter di luar.

Poong Do : Maafkan aku tapi bolehkah aku meminjam ponselmu?


Hak Kyu minjemin ponselnya. Poong Do mau menghubungi Ryan, tapi dia lupa nomornya.

Hak Kyu yang sadar Poong Do gak ingat nomor telepon yang mau dihubungi, menyuruh Poong Do berpikir lagi karena

Poong Do masih muda tapi tetap aja Poong Do gak ingat.

Hak Kyu pun mengambil lagi ponselnya.

Poong Do masih berusaha mengingat-ingat.

Poong Do : 010....


Hak Kyu sewot, astaga! Kau akan di sini semalaman mengatakan 010?

Poong Do : Maaf, tapi aku juga punya keluarga.

Hak Kyu mau pergi tapi Poong Do minta tolong dengan muka memelas.

Hak Kyu pun keluar, sambil mendorong gerobak yang isinya tumpukan jerami dan berjalan melewati para reporter itu.


Sementara Ji Na tiba di sebuah gang, sambil membaca artikel Chung Yi dan Poong Do di ponselnya.

Ji Na : Bukankahkah ini Chung Yi?

Ji Na kesal melihatnya.


Ji Na lalu tak sengaja menatap sebuah lampu jalan di gang itu. Lampu jalan itu seketika mengingatkannya pada Shi Joon.


Di selnya, Shi Joon duduk di lantai dengan wajah kesal melihat seorang tahanan dibully tahanan lainnya.


Pria berkacamata yang dibully, minta pria bertubuh besar yang membully nya mengembalikan inhaler nya. Tapi pria yang ngebully gak mau mengembalikan inhaler itu. Akhirnya si pria berkacamata yang sudah tidak tahan lagi, merebut paksa inhaler itu tapi saat mau memakainya, ia malah didorong dan tangannya diinjak oleh si pembully.

Kesal, Shi Joon menolong pria berkacamata itu. Ia memukul pria bertubuh besar dengan alkitab.


Pria bertubuh besar tidak terima dan mencengkram Shi Joon. Shi Joon balas mendorong pria itu.

Pria itu kemudian mengeluarkan pisau dan berniat menusuk Shi Joon, tapi Shi Joon menahan pisau itu dengan tangannya, hingga tangannya berdarah.


Pria berkacamata yang melihat itu langsung berteriak memanggil penjaga.


Hak Kyu sudah tiba di gang dekat rumahnya. Hak Kyu yang sudah tidak sanggup lagi mendorong gerobak itu, akhirnya berhenti dan menyuruh Poong Do keluar.

Poong Do pun keluar dari balik tumpukan jerami itu.


Hak Kyu : Aku tidak tahu kisahmu, tapi jangan melakukan hal buruk. Kau masih muda.

Poong Do : Bukan seperti itu. Ini hanya salah paham.

Hak Kyu mau pergi tapi Poong Do menahannya.

Poong Do beralasan, dompetnya tertinggal entah dimana dan minta Hak Kyu minjemin dia duit buat ongkos taksi.


Hak Kyu sewot tapi akhirnya dia mengeluarkan dompetnya. Tapi Hak Kyu cuma punya dua lembar saja. Hak Kyu pun menyuruhnya menunggu sebentar dan pergi.


Hak Kyu sampai di rumahnya. Deok Hee keluar kamar membawa ponsel.

Deok Hee : Kenapa larut sekali? Kau bertemu dengan Chung Yi? Apa yang dia lakukan sampai membuat kekacauan, lalu menghilang?

Hak Kyu : Kekacauan macam apa?

Deok Hee : Lihat ini. Wajahnya ada di internet.

Deok Hee nunjukin artikel Chung Yi di internet.

Hak Kyu langsung sewot.

Hak Kyu : Beraninya bedebah ini menyentuh Chung Yi? Tunggu. Si bodoh itu.

Hak Kyu langsung pergi.


Sementara Chung Yi lagi sudah berada di gang rumahnya bersama Hun Jung, Woo Yang dan anak-anak.

Hun Jung : Kau bertemu dengan dia lagi seperti ini setelah delapan tahun? Bukankah itu takdir?

Chung Yi : Hei. Itu bukan takdir. Itu karma yang sangat buruk.


Woo Yang melihat Poong Do di depan mereka.

Yang lain menoleh ke Poong Do. Tiba2 Hak Kyu datang dan mencengkram Poong Do. Mereka kaget.

Hak Kyu marah, beraninya kau menyentuh putriku! Aku akan membunuhmu.

Poong Do bingung : Kau tidak perlu meminjamiku uang. Lepaskan aku. Kenapa kau melakukan ini?


Hak Kyu meninju muka Poong Do dengan jidatnya.

Poong Do langsung jatuh.


Chung Yi kaget dan langsung menghampiri Hak Kyu.

Hak Kyu kesakitan sambil memegangi wajahnya.


Poong Do melihat darah di tangannya. Ia mendongak menatap Hak Kyu.


Chung Yi dan Hak Kyu kaget melihat hidung Poong Do berdarah.


Poong Do lebih kaget lagi melihat Chung Yi.


Bersambung....

Blessing Of The Sea Ep 8 Part 2

Sebelumnya...


Young In, Jae Ran, Gwi Nyeo dan Pil Doo tiba di lokasi acara.


Chung Yi berlari mencari pianis yang dia pukul tadi.

Tak lama, dia melihat sang pianis berdiri di atas sebuah panggung.

Chung Yi : Tangan pianis adalah mata pencariannya. Bagaimana jika dia menyalahkanku? Baiklah. Sebelum dia mengarang cerita, aku akan bicara dengannya.


Chung Yi naik ke panggung, menghampiri Poong Do.

Poong Do sendiri berdiri menghadap ke tirai yang masih menutupi panggung itu.

Poong Do memejamkan matanya sambil memijat tangannya yang masih sakit.

Chung Yi : Permisi?

Poong Do : Di sini tidak ada penjaga? Ini gila.

Chung Yi : Jadi, soal yang terjadi tadi... Aku menjaga lab agar tidak ada pencuri. Kau masuk diam-diam seperti pencuri dan... Aku hanya melakukan tugasku. Intinya, maaf karena telah melukai tanganmu.

Poong Do : Aku tidak peduli. Bicaralah dengan manajerku.

Chung Yi : Aku minta maaf. Bisakah kau...

Poong Do : Cukup!

Chung Yi : Biar kulihat separah apa pergelangan tanganmu. Kalau-kalau nanti kau mengubah ceritanya, aku harus memastikan.


Chung Yi ingin melihat tangan Poong Do yang tadi dia pukul. Poong Do marah dan mencengkram tangan Chung Yi.

Sontak lah keduanya sama-sama kaget melihat satu sama lain.


Chung Yi mau melepaskan cengkraman Poong Do, tapi dia malah nyaris jatuh ke bawah dan Poong Do ikut ketarik. Untunglah Poong Do berpegangan pada besi, agar tidak terjatuh.

Tirai terbuka. Sontak, semua tamu undangan heboh. Para reporter mulai menjepret mereka.

Chung Yi yang panik, langsung lari.


Young In menatap kesal pada Poong Do. Poong Do juga kesal melihat neneknya dan beranjak pergi.


Jae Ran bertanya-tanya, siapa wanita yang bersama Poong Do tadi dan kenapa Poong Do tidak jadi tampil.

Jae Ran memarahi Pil Doo.

Jae Ran : Kami datang untuk konser dan ini yang kau dapatkan?


Ji Na yang baru datang, melihat Pil Doo. Ia tersenyum dan mau menghampiri Pil Doo, tapi langkahnya terhenti saat ia melihat Young In pergi.


Poong Do berhasil mengejar Chung Yi.

Poong Do : Kau si bocah itu! Kau preman dari rumah kaca itu?

Poong Do mencengkram tangan Chung Yi.

Chung Yi tanya, bagaimana Poong Do mengenalnya? Lalu Chung Yi menghempaskan tangan Poong Do.

Poong Do : Kau tidak mengingatku?


Chung Yi menatap wajah Poong Do lekat2.

Chung Yi : Kau siapa..

Poong Do : Jika tidak ingat, ya sudah. Kau bisa pergi saja. Kau membuatku tampak buruk.

Chung Yi : Lalu apa? Haruskah kita tetap di sana?

Poong Do : Kau harus menjelaskan bagaimana kau mengacaukan konserku.

Chung Yi : Kau yang memegang tanganku.

Poong Do gemes si Chung Yi ngejawab dia terus.


Chung Yi : Sebaiknya kau kembali, Pak Pianis. Pergelangan tanganmu tampaknya baik-baik saja. Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Aku sudah meminta maaf dengan jelas.

Chung Yi membelalakkan matanya dan lari.


Ryan datang nyusulin Poong Do.

Ryan : Sedang apa kau di sini? Berhenti menghilang. Apa masalahmu?

Poong Do marah.

Poong Do : Katakan yang sejujurnya. Di mana Eric dan kenapa keluarga Jubo di sini?

Ryan : Karena... Akan kujelaskan nanti. Bermainlah dahulu...

Ryan menarik tangan Poong Do.

Poong Do : Lepaskan!


Poong Do pergi.

Ryan kesal, dia akan membuatku mati.


Poong Do yang lagi jalan, melihat kerumunan wartawan. Sontak lah, Poong Do langsung ngumpet dan nyari jalan lain. Poong Do berjalan mundur sambil menutupi wajahhnya dengan jaketnya. Bersamaan dengan itu, Ji Na lewat. Poong Do menabrak Ji Na.

Ji Na : Hei, hati-hati kalau jalan!

Poong Do terus menutupi wajahnya dan meminta maaf pada Ji Na. Lalu dia buru-buru pergi.

Ji Na : Sial! Aku benci lingkungan ini.


Poong Do masuk ke kebun kaca.

Merasa sudah aman, dia duduk di bangku yang tadi diduduki Chung Yi.

Lalu Poong Do merogoh2 sakunya, nyariin ponselnya tapi ponselnya sama Ryan.

Poong Do kesal. Dan dia tambah kesal pas ingat Chung Yi lupa sama dia.


Deok Hee menempelkan kartu namanya di setiap kaca mobil yang sedang terparkir.


Deok Hee lantas tak sengaja menabrak Jae Ran yang sedang menunggu Gwi Nyeo.

Jae Ran marah, apa yang kau lakukan! Ajumma!


Deok Hee memberikan kartunya.

Jae Ran tertawa sinis membaca kartu nama Deok Hee.

Jae Ran : Bang Deok Hee, dukun raja naga. Pasti mudah menghasilkan uang. Kau menerima uang setelah melontarkan kalimat acak.

Deok Hee : Kalimat acak? Kau mengenakan pakaian mahal, tapi bicaramu seperti orang biasa.

Jae Ran : Maka, coba padaku. Siapa namaku? Berapa usiaku? Makanan apa yang kusuka?

Deok Hee : Pikirmu aku detektif swasta?

Jae Ran : Tepat sekali. Jangan bagikan ini jika kamu tidak tahu apa pun.


Jae Ran menempelkan kartu nama Deok Hee ke jidat Deok Hee.

Jae Ran mau pergi tapi langkahnya terhenti karena ocehan Deok Hee.

Deok Hee : Lalu kenapa jika kau punya baju dan mobil bagus? Hatimu penuh dengan kecemasan. Pada malam hari, hatimu terasa hampa dan angin dingin berembus di antaranya. Tiap butir nasi yang kau makan terasa bagai pasir. Saat memejamkan matamu, kau teringat wajah orang yang tidak bisa kau lupakan. Ada nama yang tidak akan pernah kau lupakan.


Jae Ran menatap kesal Deok Hee.

Gwi Nyeo datang.

Gwi Nyeo : Eomma, masuklah.

Deok Hee terus mengoceh.

Deok Hee : Apa gunanya hidup? Kau seperti perahu kecil terombang-ambing di samudra.


Gwi Nyeo mulai kesal ibunya gak masuk juga.

Gwi Nyeo : Kubilang masuk!

Jae Ran mengambil kartu nama Deok Hee di tanah dan masuk ke mobil.


Deok Hee ngoceh lagi.

Deok Hee : Apakah itu menarik perhatianmu? Aku terdengar seperti menceritakan kisah hidupmu, bukan?


Hak Kyu datang dan mengomeli Deok Hee karena menyebarkan kartu nama itu.

Hak Kyu : Kau akan membuatku tampak buruk.

Deok Hee : Kau bilang orang-orang berkuasa dan kaya akan kemari. Aku ingin memperbaiki bisnisku dengan kesempatan ini. Aku ingin mempromosikan diri, tapi kenapa sudah selesai? Ini yang dilakukan orang kaya? Kenapa berhenti di tengah acara?

Hak Kyu : Kurasa mereka tahu kau datang. Jangan lakukan hal aneh dan pulanglah.


Hak Kyu lalu ngeliat kartu nama yang udah ditempelin Deok Hee ke mobil orang.

Han Kyu sewot dan bergegas mencopoti kartu nama itu.


Di kedai Bibi Jung, Chung Yi meneguk segelas air sampai habis.

Bibi Jung : Konsernya sudah selesai? Aku baru ingin mengajak Yeol Mae untuk menontonnya.

Chung Yi : Itu... Tidak ada yang perlu dilihat.


Hun Jung dan Woo Yang tiba berlarian keluar dengan hebohnya sambil memegangi ponsel mereka.

Hun Jung mengecek badan Chung Yi.

Hun Jung : Chung Yi-ya, kau baik-baik saja? Kau terluka? Siapa bilang kau boleh dipukuli?

Woo Yang : Kau membiarkan dia hidup? Kenapa kau tidak mematahkan hidungnya?

Chung Yi bingung, apa maksud kalian?


Hun Jung menunjukkan artikel Chung Yi dan Poong Do tadi di atas panggung.

Yeol Mae dan Tae Yang berlari mendekati Chung Yi. Mereka juga mau melihat artikelnya.

Hun Jung : Ada banyak foto dirimu. Bukankah ini pria yang memukulmu?

Bibi Jung cemas mendengar itu.

Bibi Jung : Chung Yi, kau terluka?

Chung Yi : Tidak Bibi.


Chung Yi kembali menatap foto2 Poong Do.

Chung Yi : Tapi kenapa dia tampak sangat familier?


Tak lama, Chung Yi ingat Poong Do pria yang di dermaga waktu itu, yang bilang kalau dia tampak berbeda di matanya.

Chung Yi : Mustahil dia.


Chung Yi membaca judul artikelnya.

"'Mengejutkan! Sikap Kasar Ma Poong Do di Konser'"

Chung Yi : Ma Poong Do?

Chung Yi ingat kejadian di hotel tempat Shi Joon kerja dulu.

Flashback...


Saat itu, Chung Yi sedang memunguti papan nama bertuliskan 'Istri Poong Do', 'Ma Poong Do milikku'.

Chung Yi mengumpulkan papan nama itu dan meletakkannya di meja.

Setelah itu, ia duduk menunggu Shi Joon sambil menatap jaket yang ia belikan sebagai hadiah untuk Shi Joon.

Tapi tiba2 Poong Do datang merebut jaketnya dan mengakui itu jaketnya.

Poong Do dan Chung Yi rebutan jaket.

Kesal karena Poong Do tak mau melepas jaketnya, Chung Yi menghantukkan kepalanya ke hidung Poong Do sampai hidung Poong Do terluka.

Flashback end...


Chung Yi kaget, astaga! Ternyata orang gila itu!

Bersambung ke part 3...