• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

King Maker : The Change Of Destiny Ep 12 Part 3

Sebelumnya...


Di kediamannya, Hakim Lee tanya kenapa Chun Joong membuat ramalan yang buruk? Itu upaya ekstrim untuk menjatuhkan Yeongun-gun, ucapnya. Chun Joong bilang niatnya bukan untuk menjatuhkan siapapun. Ia hanya mengatakan yang sebenarnya demi negara. Hakim Lee tanya, apa Chun Joong sunguh melihat wabah dari bintang? Chun Joong mengaku, kalau ia mengunjungi desa miskin dan melihatnya sendiri.


Chun Joong : Ramalanku untuk negara datang dari sana. Selagi bekerja untuk ayahku di Ganghwa, aku pernah melihat penyakit ini. Penyakit sangat menular yang membuat wajah gelap lalu membunuh. Itu pasti dimulai di desa miskin.


Hakim Lee : Kalau begitu, kita harus bagaimana?

Chun Joong : Tidak ada sektor pemerintah yang mendengarkan ataupun bersiap untuk itu. Karena itu aku membicarakannya di depan Raja sebagai ramalan negara. Raja pernah gagal bersiap untuk penyakit menular dan menyesalinya. Dia tidak akan menganggap remeh ucapanku.

Hakim Lee : Baiklah. Ini bukan saatnya memperebutkan takhta atau politik. Aku akan bicara dengan

Raja dan pejabat pemerintah.

Chun Joong : Ya, Tuan.


In Gyu dan Bong Ryeon tiba di desa miskin.

Melihat situasi disana, Bong Ryeon bergegas melihat para penduduk.

Pengawal Keluarga Kim berkata, kalau itu wabah.


Bong Ryeon mendekati seorang anak kecil.

Tak mau Bong Ryeon tertular, In Gyu mengajak Bong Ryeon pergi.


Ja Young yang sedang merawat pasien, melihat Bong Ryeon. Ia bergegas mendekati Bong Ryeon.

Ja Young : Kau datang, sesuai janjimu!

Bong Ryeon : Ya, apa maksudnya ini?

Ja Young : Situasinya serius. Tapi tidak ada pejabat yang datang.


In Gyu menyuruh Ja Young mundur dan mengajak Bong Ryeon pergi.


In Gyu menarik Bong Ryeon, berusaha membawanya pergi tapi Bong Ryeon menghempas tangannya.

Bong Ryeon : Lepaskan aku!

Bong Ryeon lalu menatap sekelilingnya dan bertekad melindungi desa miskin.


Di Haeminseo, para tabib dan perawat sibuk merawat para pasien. Wabah sudah menyebar ke Hanyang! Menteri Kesehatan datang dan tanya situasinya. Tabib bilang mereka butuh banyak obat tapi tak punya dana.

Jin Sang dan Goo Cheol datang bersama Chun Joong. Mereka membawa obat-obatan.

Menteri : Kenapa kau di sini?

Chun Joong memberitahu semuanya kalau ia membawa seongsanja! Ini efektif melawan penyakit menular. Cepat serahkan kepada para pasien!


Para tabib dan perawat langsung menurunkan obat-obatan yang dibawa Chun Joong.


Menteri tanya bagaimana Chun Joong bisa tahu akan ada wabah?

Chun Joong : Aku mengirim orang untuk membelinya dari apotek di seluruh negara ini. Ada banyak pasien di mana-mana.

Menteri kaget, ada lebih banyak orang sakit?

Chun Joong : Ya, kita butuh dana untuk membeli lebih banyak obat. Tuan, kau harus pergi ke dewan dan meminta uang lagi.

Menteri : Baiklah.


Hakim Lee membahas wabah dengan Keluarga Kim.

Hakim Lee : Jumlah kematian meningkat sangat cepat. Terutama di dekat jembatan dan desa-desa miskin. Ini wabah. Kalian para pejabat tidak boleh malas, kita harus cepat mengatasi ini! Kalian harus membuat rencana!

Tapi Keluarga Kim menolak membantu. *DASAR PELIIIT!!!

Byeong Woon : Orang yang hidup di lingkungan lembab selalu sakit.

Byung Hak : Tuan Heungseon-gun pasti mabuk. Sejak kapan kau peduli pada negara dan rakyat? Jika mabuk, bagaimana jika kau terus melukis dan menulis puisi?


Tapi ada juga yang setuju.

"Kurasa Tuan Heungseon-gun punya pikiran paling jernih di sini. Saat menjadi kepala petugas pemerintahan sementara, aku sudah melihat banyak kasus serupa dengan situasi ini. Ucapan Heungseon-gun pasti benar." ucap Tuan Shimam Jo Du Sun.


Jwa Keun : Hei, Shimam. Cuacanya bagus, apa dunia tampak berbeda bagimu?

Tuan Shimam : Apa maksudmu, Tuan Haok?

Jwa Keun : Kita sudah melayani dewan bersama selama puluhan tahun, tapi tiba-tiba sikapmu berubah seperti ini. Setelah Dojeonggung meninggal, kau memutuskan memihak mereka?

Tuan Shimam : Bagaimana kau bisa mengatakan hal seperti itu? Aku hanya mengkhawatirkan penyakit ini.

Tuan Shimam mengajak Hakim Lee menunggu dan melihat yang terjadi.


Hakim Lee sewot, penyakit ini tidak membunuh rakyat, semua orang duduk di meja ini yang membunuh rakyat! Dengarkan peringatanku.

Hakim Lee pergi.


Menteri Kesehatan mengajak Jwa Keun melaporkan hal ini pada Raja.


Byeong Woon : Kau ingin meraih hati rakyat dengan membuang uang? Jangan membesar-besarkan situasi ini dan membuat Raja stres.

Tuan Shimam : Mari kita kirim petugas dan mengatasi situasi ini.


Jwa Keun tersenyum senang.


Hakim Lee tiba di kantornya dan mendengar dua pejabat sedang membahas wabah.

"Kau sudah lihat di dekat jembatan Sugak?"

"Ini dipenuhi pasien. Aku jadi tidak selera makan."

"Mau minum-minum di Wallsong-Ru? Ada gadis baru bernama Ye Hyang. Kita harus minum sambil memeluk dia."

Hakim Lee sewot dan memanggil keduanya.

Hakim Lee : Kalian menuju Wallsong-ru? Negara ini hancur, tapi kalian lebih memilih mencampakkan rakyat dan minum dengan selir? Kalian pasti sangat bangga. Aku akan ikut dengan kalian.

Kedua pria itu bingung Hakim Lee mau ikut.


Hakim Lee : Dalam perjalanan ke sana, seperti kata kalian, kita akan melewati rakyat yang menjijikkan. Aku berencana mendorong kalian ke antara mereka. Kalian harus menderita penyakit itu untuk merasakan penderitaan rakyat kita.

"Maafkan aku, Tuan. Kami bicara keterlaluan."

"Keterlaluan! Kalian para pejabat hanya melaporkan semuanya dan hari kalian berakhir, tapi jangan pernah lupa, tanpa rakyat di sana tidak ada negara."

Hakim Lee pergi.


Kedua pria itu mengatai Hakim Lee.

"Merepotkan sekali."

"Bertingkah sok suci sendiri."


Ja Young dan Bong Ryeon lagi merawat pasien.

Ja Young tanya mereka harus bagaimana? Ja Young bilang obat dari kementerian kesehatan sudah mau habis.


Chun Joong akhirnya datang membawa obat.

Saat hampir tiba di desa miskin, Chun Joong melihat seorang wanita kesakitan. Chun Joong langsung memanggil tabib dan perawat.


Raja dan para menterinya sedang melakukan ritual doa

Raja : Wabah telah menyebar ke seluruh Hanyang. Rakyat kita yang miskin mati kesakitan. Aku dengan hormat menawarkan minuman dan hatiku. Aku berdoa agar roh menerima heumhyang-ku dan membebaskan rakyat kami dari wabah mengerikan ini.


Hakim Lee marah.

Hakim Lee : Bagaimana bisa kementerian kesejahteraan menyangkal dana di situasi ini?

Seorang pejabat dari kementerian kesejateraan yang berdiri bersama dua rekannya, menjelaskan kalau Dewan Kepala belum memutuskan.

Hakim Lee ngamuk.

Hakim Lee : Kau pikir aku tidak tahu semua uang yang kau miliki yang kau kantongi dari dana kementerian? Bahkan di masa sulit seperti ini, kau hanya memikirkan kantongmu sendiri?

Tapi mereka tidak peduli dan malah mengusir Hakim Lee.


Marah, Hakim Lee menyibak kain yang menutupi gerobak yang sengaja ia bawa. Lalu ia mengambil sesuatu didalam ember.

Hakim Lee : Ini tanah dari desa yang miskin. Di dalam tanah ini, ada muntah rakyat orang kita.

Para pejabat itu ketakutan.

Hakim Lee : Kalian bahkan tidak mendekati pasien dan bersembunyi di balik dinding dengan nyaman. Dan bicara dengan santai?

Rakyat mulai berdiri di belakang Hakim Lee.

Hakim Lee : Seperti para pasien dan rakyat kita, kalian semua harus merasakan penderitaan dan ketakutan mereka!


Hakim Lee melempar tanah itu ke mereka.

Mereka semua langsung panic terkena lemparan tanah bekas muntahan rakyat desa miskin.

Hakim Lee : Berikan aku uang untuk menyelamatkan rakyat! Rakyat kita adalah langit! Rakyat adalah pusat negara kita, Joseon!


Bersambung....

King Maker : The Change Of Destiny Ep 12 Part 2

Sebelumnya....


Pal Ryeong berpakaian layaknya pria bangsawan. *Ngakak sumpah.

Dia tiba di Baeogae dan terus memuji dirinya sendiri yang cocok menggunakan pakaian seperti itu. Pal Ryeong pun langsung ditatap aneh orang-orang di sekelilingnya.


Pal Ryeong tiba di kedai dan menemukan dua wanita berdiri di depan kedai.

Pal Ryeong : Siapa kau?

Kedua wanita itu berbalik. Dia Nahab dan pelayannya.

"Apa ini kediaman Tuan Choi?" tanya pelayan Nahab.

"Ya, itu..." Pal Ryeong terus menatap Nahab.

"Siapa kau? Kau terlihat seperti pria terhormat." ucap pelayan Nahab.

"Aku teman Tuan Choi. Teman yang datang untuk diramal." jawab Pal Ryeong.

"Dia pasti pria bangsawan yang dekat." ucap pelayan ke Nahab. Pelayan lalu tanya kenapa Pal Ryeong terus menatap Nahab.

Pal Ryeong bilang, Nahab terlihat seperti malaikat.

Nahab tersenyum kaget dengan jawaban Pal Ryeong yang bilang dia seperti malaikat.


Lalu dengan memasang wajah judes, Nahab bilang dia datang untuk diramal Chun Joong.

Pal Ryeong : Kurasa sudah terlambat untuk diramal.

Nahab : Siapa kau bisa memutuskan? Bukankah kau kemari untuk diramal juga?

Pal Ryeong : Itu...


Pal Ryeong mendekati Nahab.

Pal Ryeong : Aku punya... Aku punya pengaruh atas dirinya. Aku akan memandu kalian.

Pal Ryeong bergegas ke dalam sembari memanggil Chun Joong.


Nyonya Paeng dan Pal Ryeong berusaha menguping. Pelayan Nahab yang melihat itu, minta mereka berhenti menguping.

Man Seok datang dan memarahi mereka berdua. Man Seok bilang mereka tidak sopan menguping pembicaraan orang.


Nyonya Paeng dan Pal Ryeong langsung menyuruh Man Seok diam.

Goo Cheol yang duduk di depan mereka, ikut-ikutan latah menyuruh Man Seok dan si pelayan diam.


Di dalam, Chun Joong dan Nahab hanya berdua.

Nahab melihat-lihat kamar Chun Joong.

Chun Joong tanya kenapa Nahab datang mencarinya.

Nahab : Kau sungguh tidak tahu? Setelah mendengar ketenaranmu, berapa kali aku ingin menemuimu? Dan kau selalu menolak dengan berbagai alasan.

Chun Jong : Kediaman Tuan Kim Jwa Keun bukan tempat yang menyenangkan bagiku.

Nahab : Aku yakin tidak.


Nahab lalu bertanya lagi kenapa kamar Chun Joong terasa kosong. Dia lalu menyentuh lantai kamar Chun Joong.

Nahab : Kamar dingin tanpa kehangatan atau aroma mengundang seorang wanita...


Nahab kemudian menatap Chun Joong.

Nahab : Kamar yang pas untuk pria yang kesepian. Aku selalu merasa aneh kenapa Tuan Putri amat menyukaimu. Tapi kini bisa kulihat...


Nahab memegang tangan Chun Joong.

Nahab : Jika tahu kau pria yang sangat tampan, aku akan datang lebih awal.


Mendengar itu, Nyonya Paeng dan Pal Ryeong panic.

Nyonya Paeng : Tuan kita akan segera dimakan!

Man Seok menyahut, kumohon jangan! Minggir, aku mau dengar!


Man Seok ikutan menguping.


Nahab masih memegang tangan Chun Joong.

Chun Joong : Kukira kau datang untuk urusan mendesak. Apa aku salah? Kau datang jauh-jauh kemari, berarti Tuan Kim Jwa Keun sakit. Dengan kesakitannya, masa depanmu tampak suram seperti lilin yang terbakar.


Nahab kaget dan langsung menarik tangannya.

Nahab : Kau benar, aku punya pertanyaan.


Nahab lalu memberi tanggal lahirnya.

Nahab : Ini tanggal lahirku. Apa yang akan terjadi kepada aku dan tuanku?

Chun Joong menuliskan sesuatu di kertas.

Nahab tanya, bagaimana nasibnya dan apa semua akan baik-baik saja.


Chun Joong memberikan kertas yang sudah ditulisinya ke Nahab.

Chun Joong : Bawa ini bersamamu.

Nahab membacanya.

Nahab : Tanggal 9 September, sembunyi, capai, jadi dirimu sendiri?

Nahab bingung dan tanya artinya.


Chun Joong : Begitu kau meninggalkan tempat ini, jangan ucapkan kata-kata itu dengan lantang di depan siapa pun. Aku akan mengunjungimu di kediaman Tuan Kim Jwa Keun dan mengungkap artinya. Tapi kau harus menyiapkan 50.000 koin.

Nahab tak setuju.

Nahab : Dengan uang sebanyak itu, aku bisa membeli semua tanah di Unjong-ga! Kau sadar?

Chun Joong : 50.000 koin adalah harga untuk hidup kalian.

Nahab : Hidup kami?

Chun Joong : Dengan catatan rahasia ini, aku akan menyelamatkan kau dan tuanmu. Apa masih terlalu mahal?

Nahab pun tak punya pilihan selain setuju dengan harga yang ditawarkan Chun Joong.

Nahab : Aku akan menunjukkan ini kepada tuanku. Aku akan pergi sekarang.


Begitu Nahab keluar, semua langsung sok sibuk. Chun Joong ikut keluar mengantar Nahab.

Nahab : Kunjungi kami seperti janjimu.

Chun Joong : Jaga dirimu.


Pal Ryeong : Apa temanku sudah banyak membantu?

Nahab hanya tersenyum lalu mengajak pelayannya pergi.


Pal Ryeong tersenyum menatap Nahab.

Chun Joong yang melihat itu, langsung menyikut Pal Ryeong. Pal Ryeong kaget, apa?

Chun Joong : Apa yang kau lakukan?

Pal Ryeong : Wanita itu baru saja tersenyum kepadaku, bukan?


Paginya, Ibu Suri mengumpulkan para menteri di depan tahta.

Ibu Suri : Aku mengumpulkan semua orang di sini karena kalian gagal menemukan penerus sah untuk Raja. Aku terkejut dengan kemalasan dan ketidakmampuan kalian!

Hakim Lee : Ibu Suri, sejak kematian Dojoenggung, kami semua, kerabat Raja, telah mencari bersama. Tolong beri kami waktu lebih...

Ibu Suri marah, Heungseon-gun, aku sudah memberimu penerus langsung! Kenapa kerabat Raja tidak mencapai kesepakatan?

Raja : Ibu Suri, apa maksud anda penerus langsung? Siapa yang kalian bicarakan?

Ibu Suri : Raja, kau akan sangat senang melihatnya. Sangat senang.

Ibu Suri menyuruh dua penipu itu masuk.


Dengan bangganya, Ibu Suri mengenalkan pria itu sebagai Yeongun-gun, putra Hoepyeong-gun.

Raja tidak percaya, aku belum pernah mendengar saudaraku membicarakan seorang anak. Kau sungguh putra Hoepyeong-gun?

Pria itu : Ya, Raja. Ibuku selalu membicarakan anda, Raja. Anda amat dekat dengan ayahku. Dia juga membicarakan bekas luka yang anda dan ayahku terima di usia muda.


Raja : Bekas luka apa yang kau bicarakan?

Pria itu : Saat masih muda dan miskin, kalian berdua digigit anjing besar. Ayahku digigit di paha dan anda digigit di betis.

Raja kaget dan mulai percaya.

Raja : Hanya Hoepyeong-gun dan aku yang tahu soal ini.

Ibu Suri : Raja, anak ini, seperti anda, lahir dengan kehadiran dan takdir seorang raja. Seorang peramal terkenal membawanya kepada kita.


Ibu Suri lalu menyuruh Song Jin menjelaskan bagaimana Song Jin menemukan pria itu.

Song Jin : Aku kebetulan menemui Yeongun-gun dan mendengar tanggal lahirnya. Aku langsung tahu dia memiliki takdir seorang raja. Aku berinisiatif membawanya ke Tuan Lee Hang Ro. Beberapa hari sebelum bertemu dengan Yeongun-gun, aku memimpikan naga muda yang membumbung ke langit. Ini tanda dari langit yang dikirim kepadaku untuk negara kita. Gamgyeol menyatakan di tahun babi, pria dari selatan akan muncul dan membebaskan rakyat dari pajak berlebihan dan korupsi, serta jalanan akan dipenuhi bendera kemenangan. Yeongun-gun dari Selatan akan memperlancar hidup rakyat kita! Aku menatap kedua naga.


Song Jin lalu bersujud.

Song Jin : Salah satunya memiliki wajah Raja yang tidak terbantahkan dan naga muda lainnya... Itu Tuan Muda Yeongun-gun!


Tak lama kemudian, Chun Joong datang.

Chun Joong : Aku, Choi Chun Joong datang sesuai perintah anda, Raja.

Song Jin kaget Chun Joong datang, apalagi atas perintah Raja.


Di pasar, seorang pria berbadan besar mengganggu para pedagang.

Ja Young lewat, dia terburu-buru dan menggendong seorang anak kecil di punggungnya.

Ja Young tidak sengaja menabrak pria itu.

Pria itu marah, cara yang bagus untuk memulai pagiku! Dasar berandal!

Ja Young : Aku terburu-buru, anak ini sakit. Maafkan aku.

Pria itu : Apa minta maaf menyelesaikan sesuatu?

Pria itu lalu melihat wajah Ja Young.

"Kau agak cantik." ucapnya, lalu memegang wajah Ja Young.


Chi Sung datang dan memberi pelajaran pada pria itu. Dia menekan leher pria itu. Pria itu coba bergerak.

Chi Sung : Akan makin sakit jika kau bergerak. Sebentar lagi lehermu akan patah, tunggu saja.

Ja Young : Tolong lepaskan dia! Kau mencoba membunuhnya!

Chi Sung : Jika bertemu dengannya lagi, kau harus membungkuk di hadapannya karena dia penyelamat hidupmu.

Chi Sung melepaskan pria itu. Pria itu langsung pergi.


Chi Sung lalu mengambil anak kecil itu dari punggung Ja Young.

Chi Sung : Tunjukkan jalannya, ini tampak mendesak.


Kembali ke Raja, Chun Joong dan Song Jin.

Raja : Pria itu mengaku Yeongun-gun berpotensi menjadi Raja. Kau mengklaim putra Heungseon-gun begitu.

Chun Joong : Ya, Raja. Aku bilang Lee Jae Hwang pantas menjadi Raja.


Ibu Suri : Raja, bagaimana bisa anda membawa peramal hina kemari dan meminta pendapatnya?

Raja : Ibu Suri, lalu kenapa kau membawa pria itu? Untuk menentukan penerus takhta, kita harus meninjau opini publik, opini pribadi, dan membandingkannya. Bagaimana kau bisa menyangkal ini? Ini semua berawal dari Choi Chun Joong.  Mari kita dengar pendapatnya.

Ibu Suri diam.


Raja minta Chun Joong bicara.

Chun Joong : Aku akan bicara dengan Raja. Takdir raja adalah takdir rakyat. Melihat kehadiran seorang raja juga berarti dia telah membaca nasib rakyat.

Raja : Kalau begitu, di antara kalian berdua, para peramal, siapa pun yang menebak masa depan negara kita dengan benar, kemungkinan orang yang menebak penerus yang tepat.

Chun Joong : Ya, itu benar, Raja.

Raja : Apa yang kalian lihat di masa depan negara ini?


Song Jin : Berkat anda, bangsa ini menjadi lebih damai. Karena pria dari ramalan itu sudah tiba, raja berikutnya akan segera dipilih. Dalam tahun ini, kita akan menyaksikan putra raja berikutnya lahir.

Ibu Suri senang, bahkan seorang putra! Takdir yang mengagumkan.


Raja : Choi Chun Joong, apa yang kau lihat untuk negara ini?

Chun Joong : Maaf mengatakan ini, tapi... aku amat minta maaf mengatakannya, tapi... saat badai di tahun Tikus Hitam, banyak rakyat kita tenggelam dan mati membeku. Anda ingat?

Raja : Bagaimana aku bisa melupakan kejadian mengerikan itu?

Chun Joong : Aku sudah mengamati langit selama sebulan terakhir. Sebuah bintang biru muncul, itu memotong melalui Ophiuchus, dan menyela Ursa Minor. Ini berarti bencana akan menimpa rakyat dan Raja. Ini menandakan bahwa wabah akan menggila, Raja.


Ibu Suri : Beraninya kau asal bicara!


Song Jin : Ini bukan ramalan, tapi kutukan! Dia mengutuk Raja!

Chun Joong : Anda harus bersiap! Seluruh negeri akan sakit karena penyakit!

Song Jin : Raja, ramalan pria ini sungguh suatu kebohongan!


Hakim Lee membela Chun Joong.

Hakim Lee : Raja, jika wabah sungguh akan menyebar dan kita tidak siap untuk itu, aku bahkan tidak bisa mengatakannya...

Song Jin : Tidak, aku akan mempertaruhkan hidupku bahwa tidak akan ada wabah. Karena itu, jika ramalan Choi Chun Joong salah, tolong gorok tenggorokannya!


Ibu Suri : Jika ramalan Choi Chun Joong  untuk negara ini salah, aku akan memenggalmu karena menghina takhta! Kau tidak keberatan dengan ini?

Chun Joong terdiam sejenak sebelum akhirnya mengatakan kalau ia tidak keberatan.

Ibu Suri kaget.


Sementara Song Jin senang. Dia yakin tidak akan ada wabah.

Chun Joong dalam hati, pria ini sudah bertindak terlalu jauh untuk mengalahkanku.


Dan benar saja, wabah mulai menyerang!

Ja Young dan Chi Sung tiba di sebuah desa. Penduduknya, mengalami mual dan lemas.

Chi Sung menyerahkan anak di gendongannya pada seorang wanita di sana, ibu bocah itu.

"Boksil-ku, Boksil-ku..." ucap wanita itu.


Chi Sung tanya ke Ja Young apa yang terjadi di desa itu.

Ja Young : Kau setuju bahwa ini situasi yang serius, bukan? Baik dokter ataupun pejabat pemerintah tidak ada yang datang untuk membantu kami. Aku tidak tahu harus bagaimana sendirian.

Chi Sung : Temui Tuan Putri. Dia akan membantu.


Seperti saran Chi Sung, Ja Young menemui Bong Ryeon.

Ja Young : Mungkin ini tidak sopan, tapi aku datang untuk meminta bantuan Tuan Putri. Wabah menyebar ke seluruh desa miskin. Anak-anak yatim piatu mati menderita penyakit di sana, tapi pemerintah tidak membantu kami. Tuan Putri, tolong kami.

Bong Ryeon : Kenapa kau berusaha keras menyelamatkan anak-anak itu? Kau tidak berhubungan darah dengan mereka. Kau juga tidak bertanggung jawab atas mereka. Lalu kenapa kau datang jauh-jauh kemari untuk memintaku menyelamatkan anak-anak itu? Bicaralah. Kenapa kau melakukan ini?

Ja Young : Aku melakukan ini karena... Tidak ada orang lain yang akan melakukannya. Saat panti asuhan dihancurkan, Tuan Choi Chun Joong mengatakan itu. Dia bilang hanya dia yang bisa menyelamatkan kami. Itu alasan dia melakukannya, tidak ada alasan lain. Aku melakukan apa yang dia lakukan. Anak-anak itu tidak punya siapa pun, karena itu aku melindungi mereka.

Bong Ryeon : Pelajaran hidup yang baik. Bagus, aku akan pergi dan lihat sendiri, lalu memutuskan cara membantu.

Ja Young senang, terima kasih, Tuan Putri!


Ibu Suri yang sedang bersama kedua penipu itu diberi laporan oleh Kasim bahwa tidak ada laporan wabah sama sekali.

Kasim : Kepolisian, departemen kesejahteraan, semua sektor pemerintahan tidak melaporkan apa pun soal wabah kepada Raja.

Song Jin : Sesuai prediksiku, Ibu Suri. Ramalan Choi Chun Joong untuk negara ini adalah kebohongan.

Ibu Suri bingung, Choi Chun Joong adalah pria yang sangat berbakat. Kenapa dia mengatakan ini?

Song Jin : Dia mencoba mengusik Yeongun-gun, aku, dan Ibu Suri sendiri.


Song Jin lalu tersenyum dan bicara dalam hatinya.

Song Jin : Choi Chun Joong, sesuai janjimu, aku akan menggorokmu.


Dalam perjalanan kembali, Yeongun-gun tanya ke Song Jin apa Song Jin sungguh akan membunuh Chun Joong.

Song Jin : Tentu saja, kami membuat kesepakatan dan aku berencana menggoroknya.


Seorang wanita tiba2 muntah di depan mereka.

Mereka mengabaikannya dan pergi begitu saja.

Wanita itu kemudian pingsan. Para warga bergegas menolongnya.


Bong Ryeon yang hendak pergi, melihat Man Seok membungkuk pada salah satu pengawal Keluarga Kim di depan tandunya.


Saat hendak masuk tandunya, In Gyu datang.

In Gyu : Kau mau ke mana tanpa memberitahuku?

Bong Ryeon : Aku akan pergi ke istana.

In Gyu : Kalau begitu, kau tidak keberatan aku mengawalmu?

Bong Ryeon : Berbuatlah sesukamu.


In Gyu terdiam, bingung.

Bong Ryeon masuk dan tandunya dan tersenyum senang melihat In Gyu.


Tapi dalam perjalanan, In Gyu menghentikan tandu Bong Ryeon karena tandunya mengarah ke jalan lain.

Bong Ryeon keluar dari tandu.

In Gyu : Ini bukan jalan ke istana.

Bong Ryeon : Ya, aku tahu. Ini mengarah ke desa miskin.

In Gyu : Kenapa kau pergi ke desa miskin?

Bong Ryeon : Aku sudah berjanji untuk pergi. Jika kau ingin menghentikanku, bagaimana jika kau menyeret Tuan Putri dan menancapkan pisau ke tenggorokannya? Berbuatlah sesukamu.

In Gyu kesal, kau sudah bertekad sejak awal.

Bong Ryeon : Aku tidak punya pilihan lain. Kau tidak pernah meninggalkanku.


Bong Ryeon pergi jalan kaki.

In Gyu kesal dan terpaksa mengikuti Bong Ryeon.

Bersambung ke part 3....