• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Live Up To Your Name Ep 13 Part 3

Sebelumnya...


Im dan Yeon Kyung menghabiskan waktu di taman.


Setelah itu, mereka pergi ke pantai. Im terlihat bahagia.

"Kau belum pernah ke pantai?" tanya Yeon Kyung.

"Aku lama tinggal di Jeju jadi ini bukan pertama kalinya bagiku. Tapi menyenangkan sekali pergi ke pantai seperti ini setelah 10 tahun lamanya. Terima kasih sudah membawaku kemari." jawab Im.

"Ini yang kau lakukan di pantai." ucap Yeon Kyung, lalu mengajak Im berlari menyusuri pantai.


Mereka lantas berjalan di tepi pantai sambil berpelukan.


Yeon Kyung lantas melihat sesuatu di bawah.

"Lihatlah itu." suruh Yeon Kyung pada Im.

Im pun melihat yang ditunjuk Yeon Kyung. Ada tulisan serta, gambar love di atas pasir.


Im langsung teringat Ha Ra. Im bilang, Ha Ra lah yang mengajarinya soal cinta.

"Dia bilang ada dua artinya." ucap Im, lalu mengingat yang dikatakan Ha Ra saat mereka ketemuan di kafe.


Flashback...

"Hatimu berdebar-debar saat kau menyukai seseorang, jadi itulah artinya hati manusia dan juga cinta." ucap Ha Ra.

Flashaback end...


"Cinta untuk seseorang, aku rasa begitu caranya kau menyatakan cinta di dunia ini." ucap Im.

"Aku juga mau." pinta Yeon Kyung.

"Tunggulah sebentar. Aku akan membuatnya dengan cepat." ucap Im.


Im pun mulai membuatnya. Yeon Kyung meminta Im membuat yang besar.

Setelah selesai, Im mengajak Yeon Kyung melihat tulisan 'Im Yeon Kyung yang dibuatnya di atas pasir.


"Apa itu panah cupid?" tanya Yeon Kyung.

"Cupid? Apa itu? Aku menggambar jarum. Ini hatiku untukmu. Waktu kau memasukkan akupuntur di hatiku, aku tidak akan pernah melupakan saat-saat itu." jawab Im.

Mendengar itu, Yeon Kyung langsung mencium Im.


Yeon Kyung lantas mengaku, ada yang sangat ingin dilakukannya bersama seorang pria di pantai.

"Apa itu?" tanya Im.

"Tangkap aku." jawab Yeon Kyung dan langsung berlari.


Mereka lalu menikmati kerang. Yeon Kyung menyuapi Im.


Im kemudian teringat masa-masa mereka di Joseon, ketika mereka bersama kedua bocah itu saat melihat anak laki-laki yang menyuapi adiknya.


Malamnya, Im tak bisa tidur. Ia teringat saat mengobati si pendatang ilegal.

Tak itu saja, ia juga ingat Joseon yang kekurangan obat, setelah dijajah Jepang.


Tak bisa tidur, Im pun akhirnya ke kamar Yeon Kyung tapi ia melihat Yeon Kyung yang sudah tidur.


Im hendak menutup lagi pintu kamar Yeon Kyung tapi tak jadi. Ia yang sedang galau, akhirnya memutuskan tidur disamping Yeon Kyung. Awalnya Im rebahan di lantai. Tapi agar bisa melihat wajah Yeon Kyung, akhirnya ia menjejerkan tiga buah kursi disamping Yeon Kyung dan tidur di atasnya.


Yeon Kyung terbangun dan mendapati Im tidur disampingnya. Melihat Im yang sedikit menggigil kedinginan, ia pun membagi selimutnya dengan Im.

Yeon Kyung lantas teringat kata-kata Heo Jun.

"Dia adalah dokter yang kami butuhkan di Joseon. Tidak akan mudah membuatnya menyadari kesalahannya. Tapi aku rasa kau bisa membantunya."


Yeon Kyung pun mengulurkan tangannya. Ia hendak menyentuh wajah Im tapi tak jadi.


Esoknya, Haeminseo kedatangan dua pengemis. Sontak, Kakek Choi terkejut melihat mereka yang berpakaian rapi.

"Tuan Kim?" seru Kakek Choi.

"Tuan Park juga ada di sini." jawab Im.

Tuan Kim beralasan, tempat penampungan lah yang memberi mereka pakaian bagus dan karena mereka mau mengunjungi klik kakek, jadi mereka berpakaian bagus.

"Tapi kenapa kalian datang kesini? Apa ada yang sakit?" tanya Im.

Tuan Kim dan Tuan Park pun sontak berpandangan. Lalu Tuan Kim berkata dialah yang sakit.

"Kemarin aku makan daging dan sup kimchi dan juga minum soju, perutku terasa sakit dan juga kembung." ucap Tuan Kim.

Kakek Choi pun mengajak mereka ke dalam.


Im pun mulai memeriksa Tuan Kim.

"Aku rasa dia tidak sakit perut. Denyut nadimu berubah dan perut terasa keras waktu kau sakit perut tapi denyutmu normal dan perutmu lembut." ucap Im.

"Itu artinya tidak masalah dengan perutnya." jawab kakek.

Tapi Tim Kim bersikeras kalau perutnya sakit. Im pun berniat memberinya akupuntur tapi ia meminta kakek yang melakukannya.


Tanpa curiga sedikit pun, Kakek Choi memberikan Tuan Kim akupuntur.

Selesai memberikan akupuntur, Kakek Choi menyuruh Tuan Kim beristirahat.


Kakek dan Im keluar. Begitu mereka keluar, Tuan Kim langsung menyuruh Tuan Park keluar.

Setelah Tuan Park keluar, Tuan Kim mengambil sesuatu seperti jarum di balik jasnya.


Saat hendak pergi meninggalkan Haeminseo, Tuan Kim jatuh pingsan.

Im langsung memeriksa Tuan Kim. Ia terkejut melihat ada bekas goresan di dada Tuan Kim.


Tak lama berselang, ambulance dan polisi datang. Tuan Park melaporkan Kakek Choi ke polisi. Ia bilang, Tuan Kim langsung hilang kesadaran setelah menerima akupuntur dari Kakek Choi.

Polisi pun langsung membawa Kakek Choi.


Tuan Kim dibawa ke RS Shinhae. Yeon Kyung lah yang menanganinya.

Petugas ambulance menjelaskan kalau Tuan Kim pingsan setelah mendapatkan akupuntur di klinik medis oriental.


Yeon Kyung lalu melihat jarum yang masih tertinggal di dada Tuan Kim. Ia bertanya-tanya, dokter macam apa yang melakukan hal itu.


Kakek Choi meringkuk di penjara. Ia bertanya-tanya, bagaimana hal itu bisa terjadi. Tak lama berselang, ia merasakan sakit di dadanya.


Im dan Tuan Park duduk di kantor polisi.

"Itu adalah kejahatan yang menyebabkan seseorang terluka karena kesalahan saat melakukan pekerjaan." ucap polisi.

"Memangnya apa yang dilakukannya?" tanya Im.

"Dia bilang dia melakukan kesalahan akupuntur." jawab polisi.

"Orang tua itu melakukan akupuntur, aku melihatnya dengan mataku sendiri." ucap Tuan Park.

Sontak Im terkejut mendengarnya.

Lalu Im bertanya apa yang akan terjadi pada Kakek Choi.

"Dipenjara kurang lebih 5 tahun atau membayar denda 20 ribu dollar." jawab polisi.

Im kaget.


Yeon Kyung sedang melihat hasil X-Ray Tuan Kim.

"Ujung jarumnya menembus hatinya. Ada darah yang tergenang di sekitar hatinya.


Bersamaan dengan itu, Yeon Kyung mendapat telepon dari Jae Sook yang mengabarinya soal Kakek Choi yang dibawa polisi.


Di kantor polisi, Im masih berusaha menjelaskan kalau Kakek Choi tidak melakukan kesalahan.

Tuan Park langsung berkata, kalau ia melihat tangan kakek bergetar saat melakukan akupuntur.


"Mereka membawa Guru Choi. Mereka bilang dia menembus hati pasien waktu melakukan akupuntur." ucap Jae Sook pada Yeon Kyung.

Yeon Kyung kaget dan langsung menatap ke arah Tuan Kim.

Bersamaan dengan itu, kondisi Tuan Kim kritis.


Im bingung bagaimana harus membebaskan Kakek Choi dari kantor polisi.

Bersambung....

Ruby Ring Ep 65 Part 2

Sebelumnya...


Soyoung sudah tertidur pulas, tapi tidak dengan Chorim. Ia tak bisa tidur dan terus memikirkan kata-kata Soyoung soal Dongpal.

"Aku penasaran, apakah Jihyeok dan Dongpal Oppa masih marah. Aku tahu kau dan Nyonya Yoo juga kesal tapi yang paling menderita sekarang adalah Dongpal." ucap Soyoung.


Chorim yang tak bisa tidur itu akhirnya pergi ke rumah Dongpal. Ia berdiri dan menatap ke arah rumah Dongpal dengan kesal.

"Bisakah kau tidur setelah kekacauan yang kau buat!" ucapnya.


Tiba-tiba, terdengar suara kucing. Chorim yang kaget langsung lari terbirit-birit.


Tak lama berselang, Dongpal pulang.


Keesokan harinya, Tuan Bae membaca artikel di koran tentang produk tonic mereka yang ludes terjual sebanyak 10 juta botol hanya dalam jangka waktu sebulan. Tuan Bae senang dan berniat memberikan tim pemasaran bonus.

"Itu sudah dalam pengerjaan." jawab Gyeong Min.

"Appa, ini benar-benar bisa menjadi sukses besar." ucap Se Ra.

"Ini sudah sukses. Jangan terlalu rakus. Kita sudah melakukannya cukup baik." jawab Tuan Bae.

Roo Na yang juga duduk bersama mereka pun diam saja dan terus menatap cemas ke arah Gyeong Min.


Se Ra pun menyuruh Gyeong Min memberikan hadiah untuk Roo Bi.

"Bagaimana kalau mobil? Dia sudah melakukan banyak untuk perusahaan." ucap Se Ra.


"Kalian boleh memberinya apa saja, tapi tidak dengan mobil. Memikirkannya saja membuatku sakit." ucap Tuan Bae.

"Akan kupikirkan hal yang lain." jawab Gyeong Min.


Tim pemasaran sedang merayakan kesuksesan mereka. In Soo juga ikut merayakannya.

"Sudah lama sekali rasanya kita tidak merayakan sesuatu. Ini semua berkatmu, Jeong Roo Na-ssi. Kau lah yang membuat kesuksesan ini terjadi." ucap Jin Hee.

"Ini berkat kerja sama kita semua." jawab Roo Bi.

"Aku merasa, diriku tidak seharusnya ikut dalam perayaan ini." ucap In Soo.

"Jika itu masalahnya, bagaimana kalau kita mengajak beberapa orang dari Tim Homeshopping bergabung dengan kita." jawab Hyeryeon.

Yang lain setuju. In Soo pun langsung menghubungi teman-temannya.

Jin Hee dan Hyeryeon senang. Jin Hee bahkan berkata, bahwa Seokho akan memiliki rival malam itu.

"Mari kita lihat apakah dia cocok denganku atau tidak." jawab Seokho.


"Roo Na-ssi, apakah sangat sulit bekerja di kantor yang sama dengan kakakmu? Setelah kecelakaan itu, Roo Bi menjadi cukup sensitif." ucap Jin Hee.

"Tapi sejak kehamilannya, ia jadi tidak mudah tersinggung.Itulah kekuata cinta seorang ibu." jawab Hyeryeon.


Mendengar itu, Roo Bi dan In Soo pun langsung saling bertatapan.


Roo Na pulang ke rumahnya. Ia berniat menginap di rumahnya selama beberapa hari. Sontak Gilja kaget.

Roo Na lantas masuk ke kamarnya dan melihat foto In Soo dan Roo Bi di atas meja.

"Tetaplah menjaga cinta itu, selamanya." ucapnya lirih.

Gilja lalu masuk ke kamar, membawakan minuman untuknya.

"Apa terjadi sesuatu?" tanya Gilja.

"Perutku semakin memberat dan berurusan dengan mertuaku membuatku stress. Tidak apa kan aku tinggal disini sementara? Aku juga merindukan masakan ibu."

"Tentu saja." jawab Gilja.


Gilja kemudian menyuruh Roo Na berbaring karena ia mau memijit kaki Roo Na.

"Rasanya menyenangkan. Itulah kenapa mereka mengatakan seorang ibu memiliki tangan ajaib." ucap Roo Na.

"Mintalah suamimu melakukan ini. Jika tidak, kakimu bisa kram." jawab Gilja.

Gilja juga mengomentari soal berat badan Roo Na yang belum bertambah padahal sedang hamil.


Lalu, Gilja melihat telapak kaki Roo Na.

"Ada apa, Eomma?" tanya Roo Na.

"Ini mengingatkanku pada Roo Na yang memiliki tahi lalat di kakinya. Kau tidak punya?" jawab Gilja.

"Kenapa aku memiliki sesuatu seperti itu?" ucap Roo Na gugup.

Roo Na yang tidak nyaman, langsung meminta ibunya menyiapkan makanan.


Tepat saat itu, Roo Bi pulang. Roo Na langsung menghampirinya.

"Apa yang kau lakukan disini selarut ini? Dimana suamimu?" tanya Roo Bi.

"Kau selalu menanyakan Gyeong Min. Aku datang sendiri. Kau kecewa?"

"Kau memiliki cara aneh untuk mengatakan sesuatu. Apa kau jadi paranoid sejak kau hamil?"


Gilja datang dan menyuruh Roo Bi makan. Roo Bi mengaku bahwa ia sudah makan dan langsung masuk ke kamarnya.

Roo Na pun tambah kesal melihat Roo Bi.


"Kenapa kau tidak makan?" tanya Gilja.

"Aku hanya sedang tidak berselera." jawab Roo Na.

Roo Na lalu merasakan ada yang aneh di nasinya. Ia mengambil selembar tisu dan memuntahkannya.

"Apa ibu mencuci beras dengan benar? Bagaimana bisa ada pasir disini? Apa ibu tidak bisa memasak dengan benar karena semakin tua? Ibu tidak boleh mengalami demensia pada usia ini." ucap Roo Na.


Mendengar itu, Roo Bi pun marah. Ia berkata, itu bisa terjadi sewaktu-waktu setiap memasak.

"Ibu dengan baik menyiapkan makanan untukmu. Tunjukkan rasa hormatmu." ucap Roo Bi.

"Kau sangat perhatian pada kakakmu yang hamil." jawab Roo Na.

Roo Bi pun tertawa sinis, hamil?

Telepon berbunyi. Gilja pun bergegas pergi untuk menjawab telepon.


Roo Bi lantas duduk di depan Roo Na.

"Wanita hamil layak diperlakukan dengan sopan tapi apa kau lupa? Tidak ada bayi di perutmu." ucap Roo Bi.

Mendengar itu, Roo Na panic dan menyuruh Roo Bi berhenti bicara.

"Kau tidak akan semudah itu bisa menutup mulutku." jawab Roo Bi.

"Katakan, apa yang kau inginkan." ucap Roo Na.

"Jika aku mengatakannya, bisa kah kau memberikannya padaku? Seperti jin dalam lampu" jawab Roo Bi.


"Kau ingin mobil? Haruskah kubelikan kau mobil mewah?" tanya Roo Na.

"Mobil? Wae? Untuk menghancurkanku lagi?"

Sontak, Roo Na kaget mendengar pertanyaan Roo Bi. Tapi belum sempat menjawab, ia menerima telepon dari nenek.


"Gyeong Min memberitahuku kau langsung pergi ke rumah ibumu dan memutuskan tinggal sementara di sana. Kau mungkin hamil, tapi ini tidak benar. Ibumu sibuk menjalankan restoran. Jika kau disana, kau akan menjadi beban. Kau akan segera menjadi seorang ibu, jadi kau harus lebih memperhatikan ibumu. Gyeong Min sedang dalam perjalanan untuk menjemputmu, jadi kita akan segera bertemu." ucap nenek.

Roo Na pun tak bisa berkutik lagi.


"Kau tidak tahu kebohongan akan menghasilkan kebohongan lainnya. Apa yang akan kau lakukan?" tanya Roo Bi.

"Urus saja urusanmu sendiri." sewot Roo Na.


Gilja lalu datang dan memberitahu kedua putrinya kalau ia harus kembali ke restoran karena ada karyawan kantor yang mengadakan pertemuan di restoran mereka.

"Aku juga mau pulang." ucap Roo Na.

"Bukankah kau bilang mau menginap?" tanya Gilja.

"Aku tidak ingin membebanimu." jawab Roo Na.

"Benar, mertuamu tidak akan suka kau menginap disini." ucap Gilja.

Gilja pun beranjak pergi. Roo Bi ikut ke depan mengantarkan ibunya.


Roo Na makin stress.


Sekarang, Gyeong Min sedang membacakan cerita untuk Roo Na.


Lalu kita melihat Roo Na yang memasang bantalan perutnya di kamar mandi.


Kemudian kita melihat Gyeong Min sedang memainkan topi bayinya.


Roo Na tersenyum memeluk Gyeong Min di kasur.


Di kantor, Roo Bi menatap tajam Roo Na yang lagi minum susu ibu hamil.


Saat berjalan di lorong bersama In Soo, Roo Bi tak sengaja melihat Roo Na yang memegangi perutnya ketika berjalan bersama Gyeong Min.


Di rumah, nenek menunjukkan baju bayi hasil rajutannya. Nyonya Park, Tuan Bae dan Geum Hee tertawa bahagia melihatnya.


In Soo menemani Roo Bi minum. Ia menyuruh Roo Bi minum pelan-pelan.

"Kau cemas aku akan mabuk? Tapi aku dizinkan mabuk di depanmu. Karena kau tidak akan panic meski aku mengatakan apapun." jawab Roo Bi.

"Kau bahkan tidak suka minum. Karena kau Jeong Roo Bi." ucap In Soo.


Mata Roo Bi pun mulai berkaca-kaca.

"Haruskah aku benar-benar mabuk? Haruskah aku menikah denganmu? Roo Na sudah mencuri hidupku. Dia melakukan sesuatu yang mengerikan tapi dia memiliki kehidupan sempurna." ucap Roo Bi dalam hati.

Dan di dalam hatinya pula, In Soo mengaku tahu apa yang sedang dipikirkan Roo Bi hanya dengan melihat ekspresi Roo Bi.

"In Soo-ssi, apa kau mencintaiku? Bukan sebagai Jeong Roo Na, tapi Jeong Roo Bi." tanya Roo Bi.

In Soo pun bingung menjawabnya.


"Maafkan aku. Aku hanya mengatakan apa yang kurasakan. Mohon perngertiannya. Aku tidak berfungsi dengan baik hari ini." ucap Roo Bi lagi.

Roo Bi lalu minum lagi.

In Soo hanya bisa menatapnya dengan lirih.

Bersambung.......