• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Hide and Seek Ep 10 Part 1

Sebelumnya...


Pil Doo berjanji akan mengembalikan Soo A.

Bahkan ia sampai berniat menggorok lehernya sendiri untuk meyakinkan Nyonya Na kalau Soo A masih hidup.

"Maksudmu kau tahu dimana Soo A?"

"Tentu saja. Untuk apa aku ke sini jika aku tidak mengetahuinya? Butuh usaha yang sangat besar untuk menemukannya setelah aku dibebaskan dari penjara. Aku menemukan wanita licik yang menculik cucumu 20 tahun yang lalu."

Pil Doo juga berkata, bahwa wanita itu juga berpura-pura sebagai ibunya Soo A.

"Wanita celaka itu memperlakukan cucumu seperti pelayan hingga dia tampak sangat miskin."


Nyonya Na pun memberi Pil Doo waktu 3 hari untuk membawa Soo A ke hadapannya.

"Kita akan bertemu di Hanmigwan di Myeong-dong jam segini." jawab Nyonya Na.

Pil Doo lantas meminta uang.

Nyonya Na berjanji akan memberikan Pil Doo uang setelah Pil Doo mengembalikan Soo A dengan selamat.

Nyonya Na juga mengancam, jika Pil Doo menipunya, ia akan mengubur Pil Doo di gunung sampai tidak ada seorang pun yang tahu.


Sontak Pil Doo kesal. Ia mengomel sendiri setelah Nyonya Na dan Bu Kim masuk ke dalam.

Pil Doo lalu membuka bungkusan koran yang menutupi pisaunya.

Ternyata pisau yang digunakannya sebagai ancaman tadi hanyalah pisau kue.

Chae Rin yang melihat itu dari kejauhan pun kaget.


Di dalam, Bu Kim bertanya apa Nyonya Na benar-benar mempercayai Pil Doo.

"Kecuali bernapas, semua yang dikatakannya adalah kebohongan." ucap Bu Kim.

"Aku tahu. Kenapa aku tidak tahu? Dia adalah sampah manusia yang berbau lebih busuk dari kotoran." jawab Nyonya Na.

"Lalu kenapa?" tanya Bu Kim.

"Orang-orang seperti dia terikat dengan kehidupan. Tidak ada alasan baginya mendatangi kita kecuali dia benar-benar ingin mati." jawab Nyonya Na.

"Anda benar-benar yakin dia akan datang bersama Nona Soo A?" tanya Bu Kim.

"Hanya Tuhan yang tahu. Anak malang itu, cucuku harus tumbuh tanpa mengetahui cinta ibunya. Memikirkan itu, membuat hatiku hancur. Soo A pasti hidup tanpa bisa memanggil ibunya sampai sekarang." jawab Nyonya Na.


Berpindah ke Soo A yang memanggil Nyonya Doo dengan panggilan ibu.

Ia masuk ke kamar ibunya, membawa koper make up nya.

"Wae? Kau mau merias ibu? Cobalah. Kau tampak bahagia saat merias seseorang. Kau bahkan tidak tertarik pada itu lagi dan ibu benar-benar khawatir karena ibu tidak tahu apa kegiatanmu belakangan ini." ucap Nyonya Do.

Nyonya Do lantas menyodorkan mukanya.

"Benarkah? Aku tidak merasa begitu nyaman."


Yeon Joo lalu terdiam dan mengingat pertemuan Eun Hyuk dan Chae Rin tadi.

"Kenapa kau seperti itu lagi? Ada yang terjadi?" tanya Nyonya Do.

"Tidak ada yang terjadi." jawab Yeon Joo.

Yeon Joo lalu mulai merias ibunya.


Sambil merias sang ibu, ia bertanya haruskah dirinya berhenti menjadi penjual keliling dan mulai bekerja sebagai seketaris.

"Apa yang kau katakan? Berhentilah mengatakan hal-hal mustahil. Lakukan saja keahlianmu. Itu hal terbaik. Hidupmu akan hancur jika menjadi serakah atas hidup orang lain." jawab sang ibu.

Yeon Joo yang memang sudah mulai serakah atas hidup orang lain pun langsung diam.

Sedetik kemudian, ia memegangi luka bakar di wajah sang ibu.


Sang ibu pun berkata bahwa ia mendapatkan luka itu karena tidak sengaja menjatuhkan panci mendidih dan tidak sempat ke rumah sakit.

"Apa ini tampak jelek?"

Yeon Joo pun tersenyum.

"Ibu sangat cantik."

"Cantik? Omong kosong."

Nyonya Do lalu mengelus wajah Yeon Joo dan memuji Yeon Joo sebagai putrinya yang paling cantik di dunia.


Chae Rin mengikuti Pil Doo, tapi ia kemudian kehilangan jejak Pil Doo.

Chae Rin pun kebingungan. Ia celingak celinguk mencari Pil Doo.

Tiba-tiba, Pil Doo muncul di belakangnya dan langsung menarinya ke tempat lain.

"Apa yang kau bicarakan dengan nenekku?" tanya Chae Rin.

"Bagaimana kau tahu? Hanya ada satu orang yang tahu aku akan menemui orang tua itu. Cha Eun Hyuk, bukan, Jo Sung Min. Apa hubunganmu dengannya?"

"Apa yang kau bicarakan dengan nenekku? Kau memberitahunya bahwa kau bertemu denganku?"

"Kenapa kau sangat penasaran dengan itu? Apa kau... benar-benar kakak kandung Min Soo A? Makin dilihat, aku makin curiga. Apa kau tidak mau Min Soo A kembali?"

"Diam. Aku akan membuatmu bertanggung jawab jika mengatakan hal itu lagi."

"Aku takut." ledek Pil Doo.


Ponsel Chae Rin berdering. Mengetahui itu telepon dari Eun Hyuk, Pil Doo pun langsung merebut ponsel Chae Rin dan menjawab ponsel Pil Doo.

"Bagaimana hasilnya? Kau bertemu Jo Pil Doo?" tanya Eun Hyuk di seberang sana.

Pil Doo pun sewot Eun Hyuk memanggilnya begitu.

Mendengar suara Pil Doo, Eun Hyuk langsung cemas. Ia takut ayahnya melukai Chae Rin.

"Dimana kau? Apa yang kau lakukan!" bentak Eun Hyuk.

"Aku memakannya. Puas?" jawab Pil Doo kesal, lalu menutup teleponnya.


"Biar kuberi kau nasihat. Jangan biarkan pria itu mendekatimu. Dia anak kurang ajar yang berani menjual ayahnya." ucap Pil Doo.

"Akan kuberikan uang tapi jangan bicara dengan nenekku lagi. Entah itu uang atau apapun, lakukan denganku." jawab Chae Rin.

"Biar kupikirkan dengan siapa aku akan berpihak. Dengan nenek yang terobsesi dengan cucunya atau dengan saudari mencurigakan yang menipu keluarganya."

Pil Doo lalu tertawa dan beranjak pergi meninggalkan Chae Rin yang menatapnya dengan kesal.


Chae Rin lantas kembali dihubungi Eun Hyuk.

Setelah itu, mereka kembali bertemu di tempat biasa.


"Kau terluka? Apa dia mengancammu?" tanya Eun Hyuk cemas sambil memegangi bahu Chae Rin.

Chae Rin diam saja sambil menatap lirih Eun Hyuk.


Eun Hyuk lalu duduk disamping Chae Rin dan memberitahu Chae Rin bahwa Jo Pil Doo adalah tipe orang yang akan menganiaya orang yang lemah.

Chae Rin teringat kata-kata Eun Hyuk saat Eun Hyuk mengobatinya di depan Sungai Han.

"Ada orang tua yang lebih baik tidak ada. Ada orang tua yang membuatmu ingin menarik keluar semua darahmu, mengubah nama keluarga yang kau warisi dari mereka dan menggertakkan gigi agar lupa kau punya hubungan dengan mereka. Ada orang tua seperti itu." ucap Eun Hyuk.


"Apa itu dia? Orang yang membuatmu ingin menarik keluar semua darahmu dan menyangkal kalian punya hubungan? Putra Jo Pil Doo, Jo Sung Min." tanya Chae Rin.

Eun Hyuk terkejut Chae Rin sudah tahu dia anaknya Pil Doo.

"Aku Cha Eun Hyuk. Aku tidak pernah menjadi Jo Sung Min, sedikit pun." jawab Eun Hyuk kesal.


Chae Rin yang kini sudah duduk di ruangannya, menelpon Bu Kim untuk mengecek keadaan di rumah.

"Apa ada orang aneh yang datang dan mengganggu kalian?" tanya Chae Rin.

"Kau penasaran tentang apa? Apa yang ingin kau tahu?" Bu Kim bertanya balik.

"Ada banyak penipu yang memeras uang kami dan mengatakan bahwa mereka tahu keberadaan Soo A. Aku penasaran apa orang semacam itu datang lagi. Aku khawatir pada ibu." jawab Chae Rin.

"Orang bernama Jo Pil Doo datang menemui kami. Dia berkata akan membawa Nona Soo A tiga hari lagi di Hanmigwan di Myeong-dong." jawab Bu Kim.


Sontak, Chae Rin syok dan langsung menjatuhkan ponselnya ke meja.


Chae Rin lantas membuka tas nya, mengambil tumpukan kertas dan membacanya. Kertas-kertas yang dibacanya adalah hasil tes DNA Presdir Min dengan sampel rambut yang diberikannya.

"Min Soo A, kau benar-benar akan kembali sekarang? Tapi maafkan aku, Soo A-ya. Aku rasa, aku tidak bisa menyambutmu." ucap Chae Rin.


Chae Rin lalu meremuk kertas itu tapi begitu ayahnya datang, ia buru-buru menyembunyikan kertas itu dibawah dokumennya.


Presdir Min memberitahu, bahwa ia dihubungi Balai Pengawas Obat dan Makanan dan memberitahu bahwa mereka sudah selesai melakukan analisis.

Chae Rin senang mendengarnya. Ia juga berpikir untuk menghubungi wartawan agar mereka bisa mengklarifikasi rumor itu dan mencari siapa yang menyebarkan rumor.

"Nenekmu benar-benar khawatir itu akan merusak citra perusahaan kita." ucap Presdir Min.


Chae Rin lalu memegang tangan ayahnya dan berkata, bahwa tidak akan ada situasi sulit diantara sang ayah dan nenek.

"Aku tidak akan pernah membiarkan itu terjadi." ucap Chae Rin.

"Itu sebabnya, konon, orang yang tidak punya seorang putri adalah orang yang malang. Ayah merasa tenang." jawab Presdir Min.

Presdir Min lalu tertawa. Chae Rin tersenyum menanggapi tawa sang ayah.

*Sumpah, sy bener-bener gk rela kalau harus kehilangan senyum dan tawa ayah dan anak ini.


So Ra yang baru selesai berbelanja, duduk di kafe teras sambil bicara dengan Jae Sang di telepon.

Ia mengaku lelah karena Jae Sang terus-terusan mengganggunya soal dana gelap itu.

Jae Sang pun menjelaskan, itu bukan karena ia tidak mempercayai So Ra.

"Akan melelahkan jika kau punya uang banyak di rekeningmu." ucap Jae Sang.

So Ra pun memutuskan panggilannya.


Jae Sang gemes.

"Aku harus bagaimana dengan perempuan ini? Tidak seharusnya aku menyimpan dana gelapku di rekeningnya. Aku harus segera mengambilnya dan berpisah dengannya." ucap Jae Sang.

Jae Sang lalu mencari-cari Eun Hyuk.

*Entah kenapa sy ngerasa si So Ra ini punya motif lain mendekati Jae Sang.


Eun Hyuk sendiri sedang mengawasi So Ra.


Eun Hyuk mendapatkan SMS dari seseorang.

Aku sudah mengirimkan laporan keuangan Taesan ke emailmu seperti yang kau minta.

Setelah membaca pesan itu, Eun Hyuk pun melirik ke arah So Ra.

*Apakah So Ra yang mengirim pesan itu?


Setelah itu, Eun Hyuk pun melapor pada Pimpinan Moon bahwa So Ra sudah kembali ke Korea dan tidak terlalu sering menemui Jae Sang lagi.

Pimpinan Moon menyuruh Eun Hyuk mengirim So Ra ke tempat yang jauh.

"Ada masalah lain?" tanya Pimpinan Moon.

Eun Hyuk diam saja.

"Kurasa ada. Tidak masalah kecuali Jae Sang tidak menyentuh dana perusahaan dan memberikannya kepada orang lain. Apapun masalahnya, pastikan kau mengurusnya dengan baik. Bahkan walaupun mereka menyebut diri mereka pemilik perusahaan, mereka akan menjadi preman jika sudah menyangkut keuntungan. Mereka akan mengaku melihat bokongmu jika pahamu yang dilihat. Jika mereka punya sesuatu untuk menentang kita, mereka akan memakainya untuk melawan kita sampai kita menyerah, maka pastikan mereka tidak mendapatkan sesuatu dari Jae Sang. Pastikan itu. Kau tahu betapa aku dermawannya dengan hadiah bukan? Bagaimana soal kenaikan jabatan? Kurasa itu lebih cocok untukmu." ucap Pimpinan Moon.


Jae Sang masuk ke ruangan sang ayah dan langsung memasang tatapan sebal saat melihat Eun Hyuk.

Eun Hyuk pun pamit.


Setelah Eun Hyuk pamit, Jae Sang langsung duduk di depan ayahnya.

Sang ayah menatapnya dengan tajam.

"Kenapa ayah menatapku begitu? Apa lagi yang dikatakan Pak Cha kali ini? Sudah kubilang, dia tidak seperti dugaan ayah. Aku berencana untuk memberitahu semuanya kepada ayah." ucap Jae Sang.

"Dasar anak manja! Kau selalu menyebabkan masalah!"

Pimpinan Moon lantas menimpuk Jae Sang dengan tumpukan kertas. LOL LOL


Eun Hyuk berdiri atap Tae San, memikirkan tawaran Pimpinan Moon.

"Cha Eun Hyuk, kau sudah berusaha bangkit dari bawah sana." ucap Eun Hyuk sembari menghela nafas.


Jae Sang lalu tiba-tiba datang dan mencengkram kerahnya.

"Sudah kubilang aku yang akan mengurus So Ra!"

"Itu perintah pimpinan dan aku tidak memberitahu dia tentang rahasia terakhir anda." jawab Eun Hyuk.

"Apa maksudmu?" tanya Jae Sang.

"Kau tahu. Dia tidak bisa memaafkanitu lebih dari masalah wanita." jawab Eun Hyuk.

"Bagaimana caranya kau tahu? Apa kau tahu semuanya?" tanya Jae Sang.

"Aku tidak mengerti apa yang anda bicarakan." jawab Eun Hyuk.

"Lalu apa maksudmu kau tidak memberitahu ayahku soal rahasia terakhirku!" tanya Jae Sang.

"Maksudku, aku tidak memberitahunya kalau anda membelikan apartemen untuk So Ra." jawab Eun Hyuk.


Kesal, Jae Sang pun langsung beranjak pergi.

Tapi ia kembali menatap ke arah Eun Hyuk.

"Kau pikir hanya kau yang punya kartu AS?" gumamnya.

Bersambung ke part 2....

*Kartu AS? Jae Sang punya kartu AS Eun Hyuk? Kuharap itu bukan soal Chae Rin.

Ruby Ring Ep 73 Part 1

Sebelumnya...


Roo Na terkejut saat Roo Bi menyuruhnya berpisah dari Gyeong Min.

"Wae? Kau tidak bisa melakukannya?" tanya Roo Bi.

"Aku mencintai Gyeong Min." jawab Roo Na.

"Sarang?  Satu-satunya yang kau cintai hanya dirimu sendiri!" ucap Roo Bi.

"Aniya, aku mencintai Gyeong Min." jawab Roo Na.

"Gyeong Min-ssi! Gyeong Min-ssi! Jangan sebut namanya. Kau tidak berhak. Kau tidak mencintai Gyeong Min. Kau tidak mengerti? Kau menyukai hartanya. Kau suka hidup sebagai istri pewaris JM Group. Kau pikir aku tidak tahu?" ucap Roo Bi.

"Tidak lagi, tidak. Aku pernah mengandung anaknya sekali. Aku mencintainya sekarang. Dia suamiku. Kau harus percaya padaku, eonni." jawab Roo Na.


PLAAAK!!

Roo Bi menampar Roo Na.

"Suami? Anak? Berani sekali dirimu. Alasanmu tidak bisa diterima. Kau juga pernah mengandung anak In Soo. Kau bahkan berjanji menikah denganya. Lalu apa yang terjadi? Kau lupa? Kau memohon padaku, untuk menemanimu ke rumah sakit karena kau ingin menggugurkan bayimu. Kau mencampakkan In Soo. Sarang? Kau!"

"Aku tahu, tapi aku sudah berubah. Aku bahkan berniat mengakhiri hidupku. Aku sudah berubah, eonni. Tunggulah. Aku akan menjadi budakmu selamanya sampai aku bisa menebus semua dosaku. Aku tahu, aku tidak akan bisa menebusnya dengan hidupku. Tapi pikirkan lah. Jika kau mengatakan yang sebenarnya sekarang, apa yang akan terjadi pada kita? Pikirkan ibu dan bibi."

"Aku akan mengembalikan semuanya ke tempatnya. Potongan teka teki yang coba kau susun ulang, aku akan mengembalikan ke asalnya."


Roo Na langsung menangis.

Ia memohon agar Roo Bi menyelamatkannya.

Ia juga mengaku tidak mau kembali menjadi Roo Na yang dulu.

Roo Bi pun terdiam.


Melihat Roo Bi diam, Roo Na pun yakin Roo Bi akan menolongnya. Ia berkata, bahwa dirinya tidak akan hancur semudah itu.

"Jangan mengetesku, Jeong Roo Na. Aku tidak akan tertipu lagi. Aku akan merebut 'The Jeong Roo Bi Show'. "

*Loh? Itu mereka ribut-ribut di kamar, yang diluar kok gk denger yaa? Aneh...


Diluar, Gilja bertanya pada Gyeong Min kapan Gyeong Min akan membawa Roo Na pulang.

Gyeong Min berkata, akan lebih baik bagi Roo Na jika dia tinggal dengan Gilja untuk beberapa hari lagi.

Gilja setuju.

Tak hanya itu, Gilja juga meminta Gyeong Min memberikan pengertian pada Tuan Bae dan Nyonya Park.

"Kau tidak marah padaku atas apa yang kukatakan tadi kan? Aku tahu, ini juga sulit untukmu. Mungkin ini lebih buruk dari yang kubayangkan tapi Roo Bi putriku. Izinkan aku memintanya padamu. Tolong berikan dia satu kesempatan lagi."

"Aku mengerti." jawab Gyeong Min.


Gyeong Min lantas pamit.

Gilja pun langsung memanggil Roo Bi dan Roo Na. Tapi Gyeong Min melarang dan meminta Gilja tidak mengganggu mereka karena yakin mereka sangat lelah.


Nenek sudah mulai lelah. Tuan Bae menyuruh nenek istirahat.

Nenek pun heran karena masih belum ada kabar dari Gyeong Min.

Nyonya Park yakin kalau Gyeong Min sedang bersama Roo Na saat ini.

"Jadi Roo Bi tinggal di tempat ibunya?" tanya nenek.

"Roo Bi pasti masih terkejut dengan semua ini jadi dia mungkin akan tinggal dengan ibunya untuk menenangkan diri." jawab Nyonya Park.

Nenek pun tidak mengerti kenapa Roo Na terus saja menciptakan masalah.


Tak lama kemudian, berita soal Roo Na yang membuat Jiyeon batal bunuh diri pun muncul di TV.

Nenek pun langsung menyuruh Nyonya Park mengeraskan volume TV.


Di apartemennya, In Soo juga sedang menyaksikan berita itu.


Roo Na dan keluarganya pun juga sedang menyaksikan berita itu.

Chorim dan Soyoung langsung memuji Roo Na.

Roo Na perlahan-lahan tersenyum.

"Ini belum berakhir. Ini awal yang baru." batin Roo Na.


Roo Bi pun menatap kesal Roo Na.

"Kau pasti berpikir bahwa kau sudah menang. Tapi berapa lama kau mampu mengecap rasa manis kemenangan  terakhirmu?" batin Roo Bi.

Ketika Roo Na menatapnya, Roo Bi pun tersenyum jijik.

Sementara Roo Na langsung bersikap waspada.


Gyeong Min sendiri menenangkan dirinya di tepi Sungai Han.

"Roo Bi, aku tidak bisa membiarkan dia menghancurkan hidupnya sendiri. Aku tidak bisa kehilangan dia seperti ini. Berikan dia kesempatan, Bae Gyeong Min. Berikan juga dirimu satu kesempatan." ucap Gyeong Min.


Di kamarnya, In Soo sedang memikirkan Roo Na dan Roo Bi.

Ia yakin Roo Na berniat bunuh diri pada awalnya.

"Tapi kenapa?  Kenapa dia menjawab telepon Jin Hee dan menyelamatkan anak itu? Dia pasti melihat ini sebagai suatu kesempatan untuk kembali. Lalu bagaimana dengan Roo Bi? Apa yang akan terjadi padanya?"


Chorim sudah mau tidur. Tapi Soyoung malah mengajaknya bicara.

Soyoung bingung bagaimana harus memulainya.

"Kalau tidak ada yang mau kau bicarakan, cepat tidur!" suruh Chorim.

Soyoung pun jadi malas bicara dan memutuskan tidur.


Tapi Chorim yang penasaran dengan apa yang mau dikatakan Soyoung pun, akhirnya bangun dan menyuruh Soyoung bicara.

Sesuai dugaan saya, Soyoung mau membicarakan Dongpal.

Soyoung bilang, bahwa Dongpal sangat mencintai Chorim.

Tapi Chorim tak peduli dan menyuruh Soyoung berhenti menyebut Dongpal di depannya.

"Di film jaman dulu, orang-orang mati hanya karena cinta." ucap Soyoung.


"Berhenti bicara omong kosong dan matikan lampunya!" teriak Chorim.

Terpaksalah Soyoung bangkit dan mematikan lampu.

Chorim kemudian berbaring, membelakangi Soyoung tapi kata-kata Soyoung membuat dirinya tidak bisa tidur.


Roo Bi dan Roo Na sudah siap berangkat kerja.

Gilja dan Chorim senang melihat mereka.

Chorim bahkan ingin menangis saking terharunya melihat mereka karena sudah lama tidak melihat mereka pergi bareng seperti itu.

Roo Bi pamit.

Chorim lalu berkata, melihat mereka pergi bareng membuatnya teringat akan kecelakaan itu.

Gilja pun marah mendengarnya.


Setelah Roo Bi dan Roo Na pergi, Gilja memarahi Chorim karena menyebut-nyebut kecelakaan itu lagi.

"Aku tahu aku tidak bisa menjaga mulutku." jawab Chorim.

Gilja lalu mengajak mereka kembali sarapan.


Roo Bi marah saat Roo Na mengaku akan kembali ke rumah Gyeong Min.

Roo Na beralasan, karena Gyeong Min adalah suaminya dan Tuan Bae serta Nyonya Park adalah mertuanya.

Roo Na juga menyuruh Roo Bi menyerah.

Tak hanya menyerah, Roo Na juga berusaha mempengaruhi Roo Bi dengan mengatakan bahwa tidak seorang pun akan bahagia jika kebenaran itu diungkap.

"Kau mengancamku?" tanya Roo Bi.

"Jangan kekanak-kanakan! Ini bukan ancaman! Ini kebenarannya! Kebenaran memang selalu menang tapi tidakkah kau tahu terkadang kebenaran dapat menjadi sebuah racun? Aku mengerti perasaanmu dan aku tahu aku sudah melakukan kesalahan, tapi jika kebenaran ini diungkap, keluarga kita akan terluka." jawab Roo Na.


Roo Na lantas menggenggam tangan Roo Bi dan meminta Roo Bi memaafkannya.

Roo Bi tambah kesal, apalagi saat ia melihat cincin ruby di jari Roo Na.

Bersambung ke part 2.........