• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Blessing of the Sea Ep 6 Part 1

Sebelumnya <<<


Ji Na langsung pergi begitu Ryan datang. Ryan minta maaf karena datang terlambat. Perjalanan dari bandara macet sekali, ungkap Ryan.

Sementara Poong Do terus menatap Chung Yi.


Chung Yi mengejar detektif yang menangani kasus Shi Joon.

Chung Yi : Jadi, dia tidak mengatakan apa pun soal uang penyelesaian? Serta tidak ada yang datang?

"Uang tidak akan menyelesaikan ini. Seorang putra keluarga kaya tewas. Mereka tidak akan melepaskannya hanya dengan sedikit uang. Sebaiknya kau mencari pengacara." ungkap detektif.

Detektif kemudian pergi.

Chung Yi tambah pusing karena Ji Na menghilang membawa uangnya.

Detektif balik lagi dan mengatakan soal ibu Shi Joon yang masuk RS. Detektif bilang, jika Chung Yi sungguh adiknya Shi Joon, harusnya Chung Yi ke RS sekarang.


Chung Yi berlari keluar meninggalkan kantor polisi sembari berusaha menghubungi Hun Jung yang tak bisa dihubungi.

Taksi lewat. Chung Yi langsung menyetopnya.

Tapi begitu masuk, ia mendapati Poong Do di dalam.

Chung Yi berniat turun tapi dicegah Poong Do.

Poong Do : Kau tampak sibuk. Sebaiknya kamu pergi saja. Aku akan membayar biaya taksinya.

Chung Yi : Kenapa kau membayarnya?

Poong Do : Untuk menebus bajumu. Kau mau ke mana?

Sebuah mobil mengklakson mereka.


Supir taksi tanya, mereka jadi pergi apa tidak.

Terpaksalah Chung Yi menurut.


Sepanjang perjalanan, Poong Do terus menatap Chung Yi. Ia membuka kacamatanya, lalu memakainya lagi dan bertanya-tanya, kenapa Chung Yi tampak berbeda. Poong Do : Apa ada istilah buta warna selektif?

Dipandangi seperti itu, membuat Chung Yi salah paham dan mengira Poong Do pria mesum.

Supir taksi langsung menatap Poong Do.

Poong Do sontak menjelaskan kalau ia hanya penasaran saja.

Chung Yi : Kau sungguh menguntitku? Jika dipikirkan, kau selalu muncul ke mana pun aku pergi.

Poong Do : Tadi aku ke kantor polisi untuk menemui penguntitku.


Poong Do lantas mengambil ponselnya dan mencari artikel tentang dirinya yang seorang pianis. Ia bermaksud menunjukkannya pada Chung Yi. Tapi ia salah pencet. Bukan artikel soal dirinya yang ia tunjukkan, melainkan seorang wanita yang menawarkan diri menemani pria2 kesepian.

Sontak, Chung Yi makin salah paham, mengira Poong Do adalah pria mesum.


Poong Do heran. Ia melihat layar ponselnya dan terkejut melihat wanita yang menawarkan jasa begituan.

Poong Do berusaha mematikan videonya tapi ia malah menjatuhkan ponselnya.

Poong Do mengambil ponselnya yang jatuh ke kaki Chung Yi. Chung Yi langsung menjerit, mengira Poong Do mau macam2 pada dirinya.


Taksi lalu berhenti di depan RS. Chung Yi yang ketakutan langsung turun dari taksi dan berlari ke RS.

Poong Do berteriak memanggil Chung Yi sembari melepas sabuknya. Saat itulah, matanya tak sengaja menemukan ponsel Chung Yi yang tertinggal di bangku taksi.


Deok Hee tanya ke patung naganya, bukan Ji Na yang mencuri uang Chung Yi, kan?

Lalu kemudian ia sewot karena si patung naga diam saja.

Hak Kyu masuk dan tanya Deok Hee marah sama siapa.

Deok Hee : Bagaimana dengan Chung Yi? Uangnya kembali?

Hak Kyu : Tidak sama sekali! Semua sudah hilang.


Hak Kyu kemudian duduk.

Hak Kyu : Kurasa sebaiknya kita melapor ke polisi.

Deok Hee : Melapor ke polisi? Polisi tidak gratis. Apa menurutmu Chung Yi bertindak lebih awal karena berpikir kita akan meminta uangnya? Gadis licik itu mungkin saja melakukannya.

Hak Kyu : Teganya kau berkata begitu! Dia bekerja keras agar kita tidak mencemaskannya!


Chung Yi berdiri diluar ruangan intensive, menatap Nyonya Jung yang masih belum siuman.

Chung Yi : Ajumma, ppalli ireonaseyo. Anda harus segera siuman demi Shi Joon.


Poong Do menunggu Chung Yi di koridor RS.

Tak lama, ia menerima sms dari Grup Joobo, bahwa ia lolos tes seleksi pertama kontes seni.

Poong Do tersenyum, kontes? Kau lebih berbakat daripada kelihatannya. Tapi kenapa harus Grup Joobo?

Poong Do kemudian mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.


Tiba2 saja, ia terbayang masa kecilnya. Ia seolah melihat dirinya di masa lalu, tengah berkeliarann di lobbi RS sambil menangis mencari ayahnya.


Poong Do yang sudah tidak tahan, akhirnya beranjak keluar dan muntah.

Saat Poong Do lagi muntah, Chung Yi melintas di belakangnya dan pergi.


Young In, Gwi Nyeo dan Pil Doo ada di rumah abu Sung Jae.

Young In terlihat kesal dan melirik jam nya.

Tak lama kemudian, Jae Ran datang dengan pakaian yang agak berlebihan untuk dipakai ke sebuah pemakaman.

Gwi Nyeo langsung berbisik pada Jae Ran.

Gwi Nyeo : Ibu, pakaian ibu agak berlebihan.

Jae Ran : Aku berpakaian rapi demi menemui Kakak. Maksudku, Ma Sung Jae, seorang genius seni. Aku harus seperti ini agar dia suka melihatku dari alam baka, bukan?

Young In tambah kesal dan melarang Jae Ran datang ke pemakaman mulai sekarang.


Jae Ran menatap ibunya dengan tatapan berani.

Jae Ran : Ibu mengeluh aku tidak berpakaian seperti Malaikat Maut juga? Baiklah, sesuka bbu saja. Memberi hormat di depan abunya tidak ada artinya. Semua berakhir saat kita mati.

Young In emosi dan membuang topi Jae Ran ke lantai.

Jae Ran : Eomma! Astaga, apa kau tahu harganya? Apa aku salah? Seharusnya ibu bersikap baik saat dia masih hidup. Bukankah ibu yang paling membuatnya tersiksa?

Pil Doo : Jae Ran-ssi...

Kesal, Young In pun memutuskan pergi.


Gwi Nyeo :  Ibu, apa-apan ini. Ada apa dengan ibu?

Bersambung ke part 2....

Dan, Only Love Ep 3 Part 4

Sebelumnya...


Saat sarapan, Bu Choi memberitahu Pak Geum bahwa Pak Geum akan segera menjadi pimpinan resmi Fantasia.

Pak Geum diam aja sambil menatap istrinya.

Bu Choi : Wae? Ada sesuatu di wajahku?

Pak Geum : Ada kotoran mata di mata kirimu.


Roo Na dan Ni Na datang.

Pak Geum pun langsung berkata, ada yang mau ia sampaikan.

Pak Geum lantas mengaku sudah bicara dengan Roo Na dan ia merasa sikap mereka pada Yeon Seo terlalu kejam.

Roo Na : Setelah hari itu di rumah sakit, aku tidak bisa memeriksa kondisinya. Tetap saja, kita keluarga.

Ni Na : Aku juga sibuk dan sama sekali lupa. Kita harus bagaimana?

Bu Choi : Apa yang bisa kita lakukan? Dia punya ratusan pegawai. Dia pasti makan lahap dan hidup dengan nyaman...


Tapi kemudian, Bu Choi meralat ucapannya. Ia mengaku, mencemaskan Yeon Seo dan merasa mereka terlalu mengabaikan Yeon Seo.

Roo Na tersenyum jahat dan mengangguk pada ibunya.


Di taman, Yeon Seo panic. Pasalnya, Gureum terkapar lemas setelah memakan kue cokelat.

Dan yang tidur di bangku taman, terbangun karena mendengar jeritan Yeon Seo.

Yeon Seo tanya ke Dan, makanan apa yang Dan berikan pada Gureum.

Dan melihat Gureum, kaget. Saking kagetnya, dia sampai jatuh dari atas bangku. Mulut Dan tampak belepotan cokelat.


Yeon Seo dan Dan melarikan Gureum ke dokter hewan.

Yeon Seo lega mendengar penjelasan dokter kalau Gureum tidak apa-apa karena hanya makan sedikit cokelat. Dokter lalu tanya, kenapa Yeon Seo memberi Gureum cokelat.

Dan : Mungkin pegawaiku tidak sengaja menjatuhkannya.


Dan dan Yeon Seo meninggalkan klinik. Mereka berjalan menyusuri jembatan. Gureum harus menginap di klinik karena mereka tidak membawanya.

Yeon Seo bilang, Gureum satu2nya keluarganya yang tersisa dan jika terjadi sesuatu pada Gureum, maka ia akan sendirian.

Dan meminta maaf. Yeon Seo marah dan meminta Dan berhenti mengatakan maaf.

Dan : Tapi kau tidak sendirian. Ada aku, Nona Jung, dan para pegawaimu.

Yeon Seo : Kau akan selalu menemaniku? Hingga aku menua, lalu meninggal?

Dan terdiam.


Yeon Seo menatap Dan.

Yeon Seo : Kupikir kau ada untukku. Kau bilang aku tujuan hidupmu.

Dan : Memang tapi...

Yeon Seo menekan lengan Dan.

Yeon Seo : Lupakan, diam!

Yeon Seo mengajak Dan jalan.

Dan kesakitan karena lengannya ditekan Yeon Seo.

*Lagi sakit pun ekspresinya tetap aja ye imut... punya laki kayak L, hadeh, bisa pingsan kali sy karena gk kuat lihat wajah manisnya...


Bu Choi ada di kediaman Yeon Seo.

Dia masuk ke ruangan Pak Jo dengan kunci duplikat yang di dapatkannya dari pegawai Yeon Seo.

Flashback...


Malam itu, saat ia memarahi pegawai Yeon Seo karena berani resign dari kediaman Yeon Seo, si pegawai menyerahkan kunci duplikat itu. Ia berkata, hanya sempat membuat satu duplikat karena waktunya sempit.

Flashback end...


Bu Choi tersenyum licik.


Lalu Bu Choi masuk ke ruangan itu dan mulai mencari2 sesuatu diantara dokumen yang berjejer di rak.


Dan dan Yeon Seo tiba di rumah.

Dan menyuruh Yeon Seo duduk.

Saat Yeon Seo mau duduk, Ni Na dan Pak Geum muncul sambil mengucapkan selamat atas kesembuhan Yeon Seo.

Pak Geum memegang kue. Sementara Ni Na merekam Yeon Seo dengan kamera ponselnya yang terhubung ke dunia luar.

Ni Na : Semuanya, inilah balerina terbaik di Korea, Lee Yeon Seo. Kalian pasti merindukan dia.

Yeon Seo marah : Singkirkan!

Ni Na : Kalian bisa melihat dia? Ini pesta kejutan yang kami siapkan diam-diam. Dia bisa melihat kembali.


Di ruangannya, Roo Na menatap video Yeon Seo itu bersama pria suruhannya. Pria yang mencelakakan Yeon Seo dan Pak Jo!

Roo Na tersenyum licik, ini seru. Benar, bukan?


Kang Woo juga melihat video itu dan dia kesal melihat Dan diam saja. Kang Woo lalu kembali memakan cokelatnya.


Yeon Seo marah, kubilang hentikan!

Yeon Seo lalu mendorong Ni Na.

Pak Geum maju, menyodorkan kuenya.

Pak Geum : Lilinnya... sudah mati.

Yeon Seo : Siapa yang mengizinkan kalian masuk?

Ni Na :Semua orang tahu kami keluargamu.

Pak Geum mendongak ke atas dan berteriak memanggil Bu Choi.


Mengetahui Bu Choi di lantai atas, Yeon Seo semakin marah dan bergegas ke atas.


Sementara Bu Choi masih memeriksa dokumen2 Pak Jo.

Bu Choi :  Andai aku bisa membakar semua ini sekaligus. Maka semuanya akan mudah.


Yeon Seo dan Dan tiba di lantai atas.

Yeon Seo membuka pintu ruangan Pak Jo tapi... Bu Choi sudah keluar.

Yeon Seo bingung.

Bu Choi tiba2 muncul di belakangnya.

Yeon Seo : Kau sudah kembali?  Tidak ada yang berubah di sini. Kau merawat rumahmu. Kudengar kau masih butuh bantuan dia untuk berjalan. Sayang sekali.


Dan membawa Yeon Seo ke ruang makan.

Di sana, Bu Choi, Pak Geum dan Ni Na sudah berkumpul dengan berbagai hidangan di atas meja.

Pak Geum mengajak mereka minum wine untuk merayakan kesembuhan Yeon Seo.

Yeon Seo : Keluar, aku lelah.

Ni Na : Yeon Seo-ya, kau  tidak bisa membuka diri sedikit saja? Kami berusaha merayakan kesembuhanmu...

Yeon Seo : Aku menerima kornea setelah seseorang meninggal. Haruskah itu dirayakan dengan pesta?

Ni Na : Aku mendoakanmu setiap hari agar kita bisa menari di panggung lagi.

Yeon Seo : Kau sangat baik sejak kita masih kecil. Kau  ingin diakui oleh semua orang kecuali aku karena tidak bisa mengalahkanku kecuali soal bersikap baik.


Ni Na : Memang tidak bisa!

Yeon Seo, apa?

Ni Na : Mari perjelas ini. Dahulu aku tidak bisa mengalahkanmu. Tiga tahun lalu saat matamu masih normal.


Yeon Seo marah mendengarnya. Ia bahkan menggenggam kursi erat2 saking marahnya. Dan melihat itu.


Dan menyuruh mereka pergi. Bu Choi dengan senang hati melakukannya dan mengambil tasnya.


Bu Choi terus memeluk tasnya.

Ni Na menyesal sudah mengatakan hal seperti itu pada Yeon Seo.

Bu Choi memuji sikap Ni Na tadi.


Dan berusaha menasihati Yeon Seo.

Dan : Bukankah dia bibimu? Ada apa? Keluargamu datang untuk merayakan bersamamu.

Yeon Seo, diam.

Dan : Aku tidak mengerti...

Yeon Seo : Diam saja!

Dan : Lee Yeon Seo!

Yeon Seo : Inilah masalahmu. Kau menjadi sombong kapan pun aku baik kepadamu. Jangan mendikteku. Kau tidak berhak melakukannya.

Dan : Tidak, aku berhak. Karena aku manusia yang berhati nurani dan sangat berpikiran logis. Jangan bersikap begitu sebagai manusia.


Yeon Seo : Apa salahku?

Dan : Sampai kapan kau akan bersikap kejam semaumu? Kau anak kecil? Anak kecil bahkan lebih baik. Mereka ingin menyelamatimu.

Mereka ingin mendoakan agar kau bahagia mulai sekarang. Haruskah kau kejam terhadap mereka?

Yeon Seo : Terserah aku ingin bersikap kejam atau jahat terhadap mereka.

Dan : Kau yang akan terluka.


Yeon Seo : Biar aku tegaskan. Kau bekerja menggantikan Pak Jo. Pak Jo bilang semua baik-baik saja. Jika tidak suka, aku boleh tidak melakukannya. Saat aku ingin melakukan sesuatu, dia mewujudkannya.

Dan : Aku Kim Dan, bukan pria bodoh itu!

Yeon Seo, apa?

Dan : Pria yang baik itu tidak salah. Dia mungkin tidak tahu kebaikan bisa menjadi buruk bagi orang yang tidak takut apa pun dan menjadi frustrasi saat keinginannya tidak terwujud.

Yeon Seo : Aku menerimamu karena merasa iba kau ditinggalkan sendirian di dunia ini. Kau sudah selesai?

Dan : Jika kau mengasihaniku karena aku ditinggalkan sendirian di dunia ini, kenapa kau begitu kejam terhadap keluargamu? Kau sudah menyesal. Kau akan menyesal lagi saat semua orang pergi seperti orang tuamu dan Pak Jo? Bagaimana jika itu kali terakhir? Bagaimana jika kau tidak bisa memutar waktu, dasar bodoh!


Yeon Seo melempar Dan dengan kue dan menyuruh Dan berhenti bicara.

Dan balik melempari Yeon Seo kue.

Mereka saling lempar2an kue, sebelum akhirnya saling jambak2an.

Dan : Lepaskan. Jangan sampai tekanan darahmu naik. Lepaskan dalam hitungan ketiga.

Yeon Seo : Setuju.

Tapi setelah Dan melepasnya, ia malah menarik rambut Dan lalu mendorong Dan.

Yeon Seo : Kau dipecat!

Dan : Baiklah, aku juga sudah tidak sanggup. Aku bodoh karena melihat harapan dalam dirimu. Kau putus asa, tidak berguna, dan tidak berdaya. Tabiatmu sangat buruk. Bagaimana kau bisa begitu kejam?


Dan pergi. Setelah Dan pergi, Yeon Seo mulai menangis.

Dan duduk di taman.

Ia kesal. Lalu Dan berdiri.

"Sial! Apa aku salah? Jika aku salah, beri tahu aku."

Dan mendongak ke atas. Sehelai daun jatuh ke bangku. Dan melihat daunnya tapi tidak ada pesan apapun disana.

Ponsel Dan berbunyi.

Dan menghela napas membaca nama Bu Jung di layar ponselnya.


Bu Jung mengajak Dan minum.

Bu Jung : Minumlah sampai habis. Saat kau sedang emosi, inilah obat yang terbaik.

Dan pun minum setelah Bu Jung minum.

Usai minum, ia langsung menepuk2 dadanya yang terasa panas.

Bu Jung : Bisakah kau berlutut di hadapannya kali ini saja?

Dan : Seperti yang kukatakan, aku tidak melakukan kesalahan. Kau tahu dia tipe orang yang tidak akan menerimaku kembali setelah memecatku. Kenapa kau terus memintaku?


Bu Jung menatap Dan.

Bu Jung : Aku tidak begitu yakin. Dia tampak nyaman saat bersamamu. Kali terakhir dia bertengkar dengan seseorang adalah saat dia berusia 10 tahun. Tanpa kau dia harus memakai tongkat. Kali ini saja. Bisakah kau melakukannya?

Dan : Aku tidak bisa berbohong. Aku tidak bisa minta maaf jika tidak melakukan kesalahan. Tidak akan bisa.


Yeon Seo berusaha membuat teh chamomile favoritnya, tapi tangannya tak sengaja kesiram air panas.

Yeon Seo lalu teringat Dan yang membawakannya teh chamomile malam itu usai kejadian lampu gantung jatuh.


Lalu Yeon Seo menatap nama Dan di layar ponselnya. Ia mau menghubungi Dan tapi tak jadi.

Tak lama kemudian, ia mendengar suara Dan memanggilnya.


Dan yang mabuk, berjalan sempoyongan ke taman dan terus memanggil Yeon Seo.

Lalu ia melihat selang dan tangga beserakan di taman. Dan pun bergegas menyingkirkan selang dan tangga itu agar Yeon Seo tidak marah2 lagi.


Kemudian, Dan mengambil sapu dan mulai menyapu daun2 yang berserak.

Tak lama, Yeon Seo keluar dan melihat Dan.

Dan : Lee Yeon Seo bisa menginjak ini, lalu terpeleset. Pergilah.

Yeon Seo : Apa yang kau lakukan?

Dan pun menoleh ke Yeon Seo.

Dan : Lihat! Ada tuan putri yang kejam.

Dan mencampakkan sapunya dan mendekati Yeon Seo sembari berkata kalau ia lupa membersihkan taman.


Yeon Seo meminta kartu akses masuk ke rumahnya.

Saat itulah, Dan melihat tangan Yeon Seo yang terluka.

Dan menarik tangan Yeon Seo.

Dan : Kau terluka. Mian.

Yeon Seo : Aku sudah melarangmu mengatakan itu.

Dan berlutut dan membalut luka Yeon Seo dengan saputangannya.

Dan : Ini aku. Anggaplah ini sebagai aku. Kau baik-baik saja saat bersamaku. Bahkan tanpa aku, kau akan serasa bersamaku. Jika punya ini, kau bisa pergi ke mana pun. Aku akan memberinya mantra.

"Abrakadabra." ucap Dan sambil muter2in tangannya ke tangan Yeon Seo.

Dan : Pasti menyenangkan jika kau bisa menari lagi dengan ini, Lee Yeon Seo. Daripada merasa seseorang menargetkanmu, semoga kau bisa merasa semua orang kagum akan tarianmu.

Yeon Seo tertegun.


Tak lama kemudian, ia menarik tangannya tapi Dan malah semakin memegang tangannya.

Dan : Percayalah kepadaku. Aku berbeda. Aku bersungguh-sungguh. Semoga kau bisa memercayai ucapanku. Semoga kau bisa merasa lebih bersyukur atas seseorang yang lebih perhatian kepadamu.


Yeon Seo sontak ingat kata2 yang dikatakannya pada Kang Woo malam itu saat Kang Woo minta ia percaya padanya.

Yeon Seo : Percayalah kepadaku, aku berbeda. Aku bersungguh-sungguh. Semua itu klise. Aku jadi yatim piatu di usia 17 tahun. Aku terlalui sering mendengar itu. Semakin kau perhatian,  hadiahnya makin besar.

Tanpa Yeon Seo sadari, Dan mendengar kalimatnya. Saat itu, Dan baru kembali usai mengambil payung.


Dan kemudian berdiri. Ia mengambil tongkat Yeon Seo dan menyenderkannya di dinding.

Dan mengajak Yeon Seo menari.

Yeon Seo tertegun untuk beberapa saat sebelum akhirnya, ia larut dalam tariannya bersama Dan.


Tak lama kemudian, mereka saling bertatapan.

Dan : Lihat? Kau sangat cantik saat menari.


Lalu Dan mendekatkan wajahnya ke bibir Yeon Seo. Yeon Seo terkejut dan mengira Dan hendak menciumnya.

Saat bibir Dan hampir mendekati bibirnya, Dan menjatuhkan kepalanya ke bahu Yeon Seo.

Yeon Seo tertegun. Sementara itu, Dan tersenyum.

Bersambung....