Sebelumnya...
Ga Eun menoleh pada Lee
Sun, tepat saat Lee Sun beranjak pergi. Ga Eun yang tak sadar, sosok yang
dilihatnya adalah Tuan Chun Soo yang dirindukannya, melanjutkan suka citanya
bersama rakyat karena berhasil menemukan sumber air.
Lee Sun menemui Woo Bo
ketika Woo Bo mengeluh soal dirinya yang tidak bisa makan apa2, tapi minuman
bisa masuk dengan mudahnya. Lee Sun meminta Woo Bo mengajarinya cara
menyingkirkan Kelompok Pyunsoo.
“Aku tidak pernah
menjadikanmu muridku.” Jawab Woo Bo.
“Cara untuk
menyingkirkan Dae Mok, tolong ajari aku.” pinta Lee Sun.
“Dasar bodoh. Kau masih
saja belum menyadari, bahwa kalau kau gegabah, akan banyak orang yang mati.”
Jawab Woo Bo.
“Lalu, aku harus
bagaimana lagi? Tanpa mengorbankan nyawa siapa pun lagi, aku ingin menyingkirkan
Dae Mok. Aku akan melakukan segalanya, jadi tolong beritahu caranya.” Pinta Lee
Sun.
Woo Bo langsung bangun
dari tidurnya dan menatap tajam Lee Sun. Ia melarang Lee Sun melakukan apapun
sampai Lee Sun menyadari hal yang perlu Lee Sun lakukan.
Moo Ha menemui Ga Eun
yang sibuk berdagang di pasar dengan ibunya Sun. Moo Ha prihatin dengan nasib
Ga Eun yang dicap sebagai putri seorang pengkhianat. Terlebih lagi, tak ada
satu pun kerabat Ga Eun yang muncul membantu Ga Eun.
“Orang-orang di sini
adalah keluarga sekaligus temanku. Tidak usah mencemaskan aku, Paman. Aku suka
di sini. Kami berencana membuka pasar dan berdagang.” Jawab Ga Eun tegar.
“Apakah ada yang bisa paman
bantu?” tanya Moo Ha.
“Paman, apa ada cara
agar aku bisa masuk istana? Begini, aku ingin menjual obat herbal pada para
kasim.” Ucap Ga Eun.
“Aku mengerti. Aku akan
mencoba mencari jalan, meski mungkin butuh waktu lama.” Jawab Moo Ha.
Lee Sun berlutut di
hadapan Woo Bo yang tertidur pulas. Bahkan, dengkuran Woo Bo sampai terdengar.
Chung Woon kasihan melihatnya. Tak lama kemudian, seorang pedagang datang dan
berteriak membangunkan Woo Bo. Woo seketika terbangun. Ia terkejut dengan
teriakan pedagang itu. Sambil menatap aneh Lee Sun, pedagang itu menanyakan
alasan Woo Bo memanggilnya.
“Kau lihat anak muda
yang berlutut itu? Bawa dia bersamamu dan pekerjakan dia.” suruh Woo Bo.
“Kenapa aku harus
membawa pemuda lemah sepertinya? Jelas dia hanya akan jadi beban.” Sinis
pedagang itu.
“Dia lebih berguna dari
yang terlihat, jadi bawa saja dia.” ucap Woo Bo.
“Tidak sampai dua
minggu pasti dia sudah kabur.” Jawab pedagang itu yakin.
“Kita taruhan saja.
Bagaimana?” tanya Woo Bo.
Akhirnya pedagang itu
membawa Lee Sun bersamanya. Lee Sun tampak kesusahan membawa beban di
pundaknya. Ditambah lagi, ia harus berjalan cukup jauh. Hal yang tak pernah ia
lakukan selama ini, kini ia terpaksa lakukan. Di pasar, mereka bertemu para
pedagang lainnya.
“Siapa dia?” tanya para
pedagang itu sambil melirik ke arah Lee Sun.
“Dia beban yang
dititipkan Tuan Woo Bo padaku.” Jawab
pedagang itu.
“Beban?” pedagang2 itu
keheranan sendiri.
Pedagang itu seketika
menggeplak kepala Lee Sun karena Lee Sun tak menyapa pedagang2 yang lain. Lee
Sun pun menyapa mereka, tapi kembali digeplak pedagang itu karena ia tak
menyebutkan namanya. Dengan wajah cemberut, Lee Sun berkata ia tak punya nama.
“Kalau begitu kau
kupanggil Beban saja!” galak pria itu.
Pria itu lalu menyuruh
teman2nya memberi Lee Sun pekerjaan, setelah itu ia beranjak pergi. Teman2 pria
itu tak yakin Lee Sun bisa bekerja karena Lee Sun terlalu tampan. Salah seorang
dari mereka lalu mengalungkan ikan segar ke leher Lee Sun dan menyuruh Lee Sun
mengeringkan ikan itu. Lee Sun menatap
ikan itu dengan tampang jijik.
Malam harinya, Lee Sun
tidur desak2an dengan puluhan pedagang lainnya. Namun karena tak terbiasa
membaur seperti itu, Lee Sun pun turun dari tempat tidur dan beranjak keluar.
Ia duduk diluar dan teringat kata2 Woo Bo.
“Pergilah bersama dia, jadilah
pedagang dan kembalilah lebih kuat. Pedagang memiliki organisasi yang kuat. Jika
kau menyatukan mereka semua dan mengumpulkannya di Joseon, pasti jumlahnya
lebih dari 300 ribu anggota. Jika kau bisa memanfaatkan mereka dengan baik, kau
akan memiliki sumber informasi serta akomodasi terbaik di Joseon.” Ucap Woo Bo.
Keesokan harinya, saat
Lee Sun sedang bekerja di pasar mengangkat kotak2, seorang wanita berlari
histeris menangisi jasad suaminya. Lee Sun terkejut melihatnya, terlebih lagi
wanita itu memiliki seorang anak yang masih bayi.
“Kita bisa apa
memangnya? Jalanan memang berbahaya. Para pedagang banyak yang mati karenanya. Aku
tidak bisa berbuat apa-apa untuknya.” Ucap pria itu.
Hati Lee Sun tergerak.
Ia ingin memberikan sedikit uang untuk biaya pemakaman suami wanita itu, namun
apa daya ia hanya punya dua keping saja. Lee Sun lantas meminta gajinya dibayar
lebih awal. Pria itu yang tahu Lee Sun mau memberikan uang pada wanita itu,
langsung menggeplak kepala Lee Sun. Lee Sun sewot. Pria itu juga tak kalah
sewot. Ia berkata, mana bisa Lee Sun membantu semua orang begitu. Pria itu
lantas menyuruh Lee Sun menagih uang sewa dari para pedagang.
“Uang sewa?” tanya Lee
Sun.
“ Setiap selesai
berdagang, mereka memilah uang untuk kebutuhan hidup dengan uang sewa lahan. Kemudian
mereka akan berkumpul dan minum bersama.” Jawab pria itu.
Lee Sun pun pergi
menagih uang sewa dari para pedagang. Ia hanya bisa mengelus dada, bersabar
saat para pedagang itu mencacinya karena menagih uang sewa. Lee Sun akhirnya
berhasil mendapatkan sekantong penuh uang dan tiba2 saja, muncul ide di
kepalanya.
Malam harinya, Lee Sun
dan pria itu saling memperebutkan kantong uangnya. Lee Sun ingin membantu
wanita tadi, tapi pria itu tak setuju dan berusaha merebut kantong uangnya tapi
gagal. Mereka lalu kejar-kejaran hingga Lee Sun naik ke atas meja.
“Ayo kita tabung uang
ini daripada dibuat minum-minum. Maka kita bisa membantu orang lain
sewaktu-waktu.” Ajak Lee Sun.
Pria itu mengumpat kesal dan berusaha merebut uangnya tapi Lee Sun berhasil
menghindar.
“Tolong, kali ini saja.
Uang yang ini saja. Kita bantu dia secukupnya dan nanti kalau ada yang terluka
atau meninggal lagi, kita bisa gunakan sisanya.” Ucap Lee Sun.
Pedagang lain setuju,
tapi tidak dengan pria itu. Pria itu lantas menyuruh pedagang lain menangkap
Lee Sun. Lee Sun langsung kabur, tapi ia terjatuh hingga kantong uang itu
terlepas dari tangannya.
Tapi keesokan harinya,
kita melihat pria itu mendapatkan ucapan terima kasih dari wanita itu.Ternyata,
pria itu setuju membantu wanita itu menggelar ritual pemakaman. Tak lama kemudian,
Lee Sun dan pedagang lainnya datang. Wanita itu langsung berterima kasih pada
mereka semua.
“Kau harus berterima
kasih pada anggota termuda (maknae) kami.” ucap salah seorang pedagang sembari
melirik Lee Sun.
Lee Sun tersipu malu
mendapat ucapan terima kasih dari wanita itu. Lee Sun kemudian bertanya, apa
ini artinya dia naik peringat dari beban menjadi maknae? Pria itu pun langsung
memberikan tatapan sebalnya pada Lee Sun. Sementara Lee Sun, dia malah senyum2.
Mereka lalu mulai
membawa barang dagangan mereka melintasi jalan pegunungan yang berliku. Lee Sun
yang sebelumnya tidak pernah menempuh perjalan sesulit itu, langsung kelelahan.
Beberapa kali ia terjatuh, namun ia tak menyerah hingga pria itu tersenyum
melihat usahanya.
Musim demi musim berlalu.
5 tahun kemudian, tanah tandus itu sudah berubah menjadi pemukiman padat
penduduk dan pasar yang sibuk. Ga Eun yang tengah jalan2 di pasar tanpa sengaja
melihat Tuan Chun Soo nya. Ga Eun tentu saja langsung mengejarnya tapi saat ia
menepuk bahu pria itu, pria itu bukanlah Chun Soo nya. Ga Eun pun berpikir,
kalau tadi ia sedang berkhayal melihat Chun Soo.
Saat berbalik, dia
mendapati Kko Mool yang sudah berdiri di belakangnya. Kko Mool mendesah dan
bertanya apa Ga Eun masih belum menyerah mencari Chun Soo.
“Cinta pertama itu lupakan
saja dan berkencanlah dengan orang lain.” Suruh Kko Mool.
Akibatnya, dia langsung
dijitak Ga Eun. Ga Eun lantas mengajak Kko Mool pulang. Tapi sampai di rumah,
mereka mendapati ibu Kko Mool yang sedang termenung dengan wajah sedih
memikirkan Sun. Ga Eun pun mengaku kalau ia juga merindukan Sun.
“Kenapa nona merindukan
berandal berhati dingin itu? Aku akan buat perhitungan kalau dia kembali.”
Jawab ibu Sun.
“Lalu, kenapa Bibi
selalu membiarkan pintu depan terbuka?” tanya Ga Eun.
“Itu... Karena dia
tidak bisa masuk kalau pintunya terkunci. Juga bila ia ingin langsung pergi
lagi.” Jawab ibu Sun.
Ibu Sun akhirnya
menangis. Ga Eun juga nampak sedih dan Kko Mool ikut menangis.
Sun sendiri duduk di
singgasana Raja. Para pejabat tampak berdemo, menuntut Ratu mundur sebagai wali
Raja karena Raja sudah memasuki usia dewasa. Ratu terlihat kesal, tapi ia tak
bisa berbuat apa2 selain menyerahkan stempel kerajaan pada Sun.