• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Great Show Ep 10 Part 3

Sebelumnya...


Soo Hyun rapat dengan timnya, membahas topic pekan ini.

Soo Hyun : Apa pendapat kalian tentang "Revitalisasi Pasar Tradisional" sebagai topik pekan ini untuk Majelis Umum?

Penulis Ma : Bagaimana dengan topik aslinya?

Soo Hyun : Mereka mengatasinya di Debat Tukar Pikiran kemarin. Ini hanya akan menjadi klise.

Penulis Ahn : Jadi, RUU mengenai revitalisasi pasar tradisional. Ini sudah dibuat.

Soo Hyun : Benar, tapi ada terlalu banyak kekurangan. Sudah ada rumor tentang kompleks mal yang dibangun di depan pasar kita.

Penulis Ma : Tidak mungkin. Orang tuamu mengelola restoran ayam goreng di sana, bukan? Mereka pasti sangat khawatir.


Penulis Ahn : Secara pribadi, aku tidak setuju dengan dikotomi bahwa pasar tradisional itu bagus dan kompleks mal itu kejahatan.

Penulis Ma : Aku juga. Aku tidak pernah ke pasar tradisional saat toserba tutup.

Soo Hyun : Itu benar. Kalian ada benarnya. Itu sebabnya kita harus mendebatkannya.


Joon Ho berkeliaran di pasar, membagikan kartu namanya pada warga.

Joon Ho : Aku adalah calon Penasihat, Kang Joon Ho.


Tak lama, Soo Hyun menelponnya.

Soo Hyun memberitahunya topic Debate pekan itu.

Joon Ho : Kedengarannya bagus. Aku tertarik dengan hal itu belakangan ini.

Soo Hyun : Kita akan mendiskusikan revitalisasi pasar tradisional pekan ini.

Joon Ho : Apa Dae Han menyarankan ini?

Soo Hyun : Tidak, kenapa?

Joon Ho : Kami adalah kandidat untuk Penasihat Pasar Inju. Dae Han dan aku.


Soo Hyun terkejut, aku tidak tahu. Kalau begitu, kurasa kita harus mengubahnya.

Joon Ho : Kenapa?

Soo Hyun : Acara kami bisa memengaruhi pemilihan kalian.

Joon Ho : Itu sebabnya aku lebih suka. Itu akan membantu pedagang membuat keputusan rasional setelah menyaksikan debat kami. Bukankah itu tujuan acara kita?

Soo Hyun : Benar, tapi... kau sadar bahwa kata-katamu di acara itu bisa digunakan untuk menentangmu di pemilihan umum, bukan?

Joon Ho : Aku yakin.


Soo Hyun : Kau masih tidak keberatan? Kau murah hati atau penuh percaya diri?

Joon Ho : Kurasa yang terakhir terdengar lebih baik.


Joon Ho lalu melihat Dae Han sedang membagikan kartu nama juga.

Joon Ho : Kalau begitu, aku akan bersiap untuk topik itu.

Joon Ho menutup teleponnya dan menghampiri Dae Han.


Dae Han : Kenapa pengacara pembantu berkeliaran saat jam kerja?

Joon Ho : Tentang firma hukum... aku berhenti baru-baru ini. Kukira aku tidak akan bisa mengerahkan segalanya jika aku harus kembali ke suatu tempat.

Dae Han : Begitukah? Kau harus begitu bertekad jika ingin terjun ke politik. Tapi aku sadar itu tidak cukup.

Joon Ho : Tentu saja tidak. Karena itu aku akan mengambil langkah untuk mempelajari hal lain. Itulah gunanya sekolah.

Dae Han : Pasar bukan tempat belajar. Ini tempat orang-orang berjuang untuk hidup mereka. Jangan merepotkan pedagang dengan determinasimu dan mundurlah dari Penasihat.


Joon Ho : Terima kasih atas sarannya, tapi aku tidak akan mundur. Aku yakin sudah memberitahumu. Aku akan mengerahkan segalanya.

Dae Han : Kau pandai berkata-kata. Tapi bukankah itu agak ironis, mengingat ayahmu akan mewariskan pekerjaan itu kepadamu?

Joon Ho : Aku tidak ingin orang mengatakan itu, jadi, aku akan mencalonkan diri sebagai kandidat independen.

Dae Han kaget.

Joon Ho : Kudengar topik debat pekan ini adalah Revitalisasi Pasar Tradisional. Aku akan menantikan argumenmu yang solid. Sampai jumpa.


Joon Ho beranjak pergi dan kembali membagikan kartu namanya. Dae Han kesal melihatnya.


Kita ke sekolah Da Jung ya gaes..

Guru : Karena hari ini tanggal 16, Nomor 16.

Mendengar itu, Da Jung langsung berdiri.

Guru : Ini Da Jung. Lupakan saja.

Da Jung : Tidak apa-apa. Aku bisa melakukannya.

Guru : Tidak apa-apa, duduklah. Kau pasti lelah.

Da Jung kembali duduk.

Guru : Lalu Nomor 26?


Min Ji menggerutu karena dia nomor 26. Dia lantas maju ke depan.


Da Jung tiba2 mual.

Guru : Han Da Jung. Kau baik-baik saja?

Da Jung tersenyum, aku baik-baik saja.


Min Ji kesal, apa ini? Akting?

Satu kelas lalu menertawakan Da Jung.


Seorang murid mendadak membela Da Jung.

"Hei. Pergilah ke depan dan pecahkan masalah." suruhnya ke Min Ji.

Min Ji kesal dan langsung ke depan.


Murid itu lalu menatap cemas Da Jung.


Da Jung di UKS sekarang.

Da Jung mengelus perutnya.

Da Jung : Cobalah menahan diri di sekolah. Aku merasa bersalah pada teman-temanku.


Ponsel Da Jung berbunyi. Notif masuk dari grup chat.

Teman2nya membully lagi. Kali ini membully calon anak Da Jung.

Min Ji mengirimkan foto seekor ikan.

Min Ji : Lihatlah foto anak Han Da Jung yang cantik ini.

"Itu menjijikkan. Jelek sekali!" sahut yang lain.
"Aku sangat terkejut." tambah lainnya.
"Apa? Seharusnya kau peringatkan kami dahulu. Aku hampir melempar ponselku!" ujar lainnya.
"Ikan sungut ganda" ucap lainnya.

Da Jung mulai kesal.


Dae Han masih di pasar, kali ini bersama Bong Joo. Mereka bicara sambil menikmati odeng.

Dae Han : Bagaimana menurutmu?

Bong Joo : Dalam hal apa?

Dae Han : Joon Ho berkampanye sebagai kandidat independen.

Bong Joo : Kurasa itu hanya bagian dari akting lainnya.

Dae Han : Akting?

Bong Joo : Meskipun dia ingin, apa Kang Kyung Hoon akan membiarkannya melakukan itu? Menjadi kandidat independen menurunkan peluang menang.

Dae Han : Benar.


Ponse Dae Han berdering.

Dae Han : Ya, ini Wi Dae Han.

"Anggota Dewan! Ini pria dari Serikat Pedagang. Bisakah kau datang ke toko Wakil Presdir secepat mungkin?"

Dae Han terkejut.


Dae Han dan Bong Joo lari ke resto Wakil Presdir. Si Wakil Presdir adalah pria itu.

Para warga sudah berkerumun di depan resto.

"Apa itu putra pemilik gedung? - Apa yang terjadi?" warga berkasak kusuk, bertanya2.

Dae Han dan Bong Joo masuk dan melihat keributan itu.

Pria itu : Apa maksudmu aku harus pindah? Kali terakhir, kau bilang kita harus memperbarui kontrak kita.

"Berapa kali harus kukatakan? Kubilang aku berubah pikiran." jawab seorang pria.

"Tetap saja! Jika kau meminta kami pergi tiba-tiba, itu artinya kau ingin kami mati!" ucap pria itu.


Melihat itu, Dae Han pun ingat saat ibunya diusir dari restoran oleh pemilik sewa.

Pria itu lantas memohon agar tidak diusir tapi si pemilik sewa tidak peduli dan bahkan mendorong pria itu.


Sontak Dae Han emosi dan langsung menyuruh pria itu minta maaf karena sudah bersikap kasar pada orang yg lebih tua.

Tapi pria itu tidak mau. Kesal, Dae Han memukul pria itu. Bong Joo pun langsung menenangkan Dae Han.

Seorang wanita merekam perkelahian itu.


Mereka pun berakhir di kantor polisi. Dae Han berkata, si pemilik sewa lah itulah yg salah dan dia hanya membela diri.

Si pemilik sewa berbohong.

"Omong kosong apa itu? Lihatlah wajahku. Detektif, aku tidak berniat berdamai dengan pria ini. Lakukan saja sesuai hukum."

Dae Han : Tentu, kenapa tidak? Mari kita lihat hukum memihak siapa.

Detektif : Aku mengerti situasinya, tapi kenapa kau melakukan kekerasan? Bagi seseorang yang dahulu anggota dewan.

Dae Han : Karena itulah aku terlibat. Hanya karena dia punya uang, anak muda ini merundung orang lain! Bagaimana bisa mantan Anggota Dewan hanya melihat?

Detektif : Jika kau memukul dia, apa pria itu tidak akan diusir?


Pemilik sewa : Aku akan menunggu sampai dia menemukan toko lain. Beraninya dia memanfaatkan orang lain untuk memukuliku? Kau akan diusir pada hari yang tertulis di kontrak!

Dae Han kesal dan berniat memukul si pemilik sewa lagi tapi pria itu dan Bong Joo langsung mencegahnya.

Detektif : Memang benar kau menyerang korban. Kau akan dituntut atas tindak pidana ringan.

Pemilik sewa : Ini bukan tindak pidana ringan.


Pak Jung dan Joon Ho datang.

Pak Jung : Wakil Presdir, kau baik-baik saja?

Pak Jung lalu tanya apa yang terjadi ke Dae Han.


Joon Ho : Mendorong adalah serangan. Penyerangan harus timbal balik.

Detektif : Siapa kau?

Joon Ho : Aku Kang Joon Ho, pengacara.


Dae Han dan pria itu pun akhirnya dibebaskan berkat Joon Ho.

Joon Ho : Kudengar dari istri anda menandatangani kontrak sewa yang ilegal.

Pria itu : Aku tidak punya pilihan. Tuan tanah memintanya. Di kontrak tertulis, sewa bulanannya 300 dolar, dan aku mengirimkannya 1.000 dolar ke rekening lain tiap bulan.

Joon Ho : Itu jelas ilegal dan merupakan penggelapan pajak. Jika dia sudah melakukan ini lebih dari 10 tahun, jumlah yang ditingkatkan pasti cukup besar.


Dae Han : Kalau begitu, kau bisa menggunakannya untuk negosiasi?

Joon Ho : Itu melanggar hukum.

Dae Han : Dia yang melanggar hukum, bukan Wakil Presdir.

Joon Ho : Sepertinya itu satu-satunya solusi saat ini. Masa sewa anda lebih dari 10 tahun dan tidak lagi berhak memperpanjang kontrak.


Pria itu lalu berterima kasih pada Joon Ho karena sudah membantunya.

Mendengar itu, Pak Jung langsung memuji Joon Ho.

Pak Jung : Aku tidak tahu apa pun, tapi sepertinya Pak Kang menyelesaikan semuanya.

Dae Han kesal mendengarnya.

Pria itu juga terima kasih pada Dae Han.

Dae Han : Aku tidak melakukan apa pun.

Pria itu : Tidak benar. Kau tidak tahu betapa menghiburnya memiliki seseorang yang marah bersamamu. Sungguh, terima kasih.

Bersambung ke part 4...

The Great Show Ep 10 Part 2

Sebelumnya...


Di rumahnya, Soo Hyun galau. Ia terus memandangi boneka hadiah dari Joon Ho dan teringat saat Joon Ho memberi boneka itu padanya.

Flashback...

Joon Ho : Ini kali pertama dalam hidupku aku memenangkan boneka dari mesin capit.

Flashback end...


Ji Hyun muncul dan berkata, kalau ia tidak setuju Soo Hyun dgn Joon Ho.

Soo Hyun : Kau bisa melihat sisi positifnya. Dia jujur tentang perasaannya.

Ji Hyun : Kakak harus jujur tentang perasaan kakak.

Soo Hyun : Apa maksudmu? Kakak orang paling jujur.

Ji Hyun : Dae Han Oppa. Kakak masih menyukainya, kan? Itu sebabnya kakak ragu untuk bersama Pak Kang.

Soo Hyun terdiam.


Besok paginya,, Walikota Jung menemui Dae Han yg di depan apartemennya.

Walikota Jung : Astaga, kupikir hal besar terjadi saat kau tiba-tiba muncul di rumahku.

Dae Han : Jika ini tidak besar, lantas apa? Perumahan penjara tua itu kurang dari satu kilometer dari pasar! Jika kompleks mal dibangun, maka semuanya...

Walikota Jung : Aku tahu! Itu akan berdampak besar bagi pedagang pasar. Kaupikir aku akan diam saja dan membiarkan itu terjadi? Memang benar Woods Utong mendorong pembangunan kompleks mal. Tapi lokasi itu tidak bagus. Seperti katamu, itu terlalu dekat dengan Pasar Inju.

Dae Han : Benar! Penasihat bukanlah masalahnya sekarang. Penghidupan pedagang pasar ini dipertaruhkan!

Walikota Jung : Jangan cemaskan itu. Aku akan berusaha semampuku. Fokus saja pada pemilihan Penasihat. Jika kau melawan Kang Joon Ho... Ini seperti pemilihan awal. Semacam itulah.


Usai menemui Walikota Jung, Dae Han sarapan dgn Bong Joo di sebuah kedai.

Bong Joo : Anggota Dewan, kau tidak boleh kalah kali ini. Kau tahu pemilihan adalah tentang mengambil momentum.

Dae Han : Pasar Inju adalah rumahku. Bahkan jika Joon Ho pindah ke sini, dia orang luar. Orang luar yang tidak diundang.

Bong Joo : Kau pikir pedagang pasar berpikiran sama?

Dae Han : Bagaimana jika tidak?


Tiba2, saluran TV menyiarkan berita Kyung Hoon. Sontak lah, pandangan Dae Han dan Bong Joo langsung teralih ke TV. Kyung Hoon terpilih sebagai ketua partai dgn 48,08 suara, mengalahkan Anggota Parlemen Ham Tae Chun dan Kandidat Kim Yoon Dae.

Bong Joo : Ayahnya menjadi ketua Partai dan putranya memenangkan distrik. Ini berjalan sesuai dengan rencana Anggota Dewan Kang.

Dae Han : Hei, Mike Tyson dengan kepalan nuklir pernah mengatakan ini. "Semua orang punya rencana sampai mereka dipukul di mulut." Rencana Anggota Dewan Kang? Aku akan menghancurkan itu.


Hye Jin ada di apartemen Joon Ho. Ia melihat2 apartemen Joon Ho.

Hye Jin : Ini lebih baik daripada dugaanku. Aku juga ingin tinggal di sini.

Joon Ho keluar dari dapur, membawakan Hye Jin minuman.

"Sudah larut. Beri tahu aku kenapa kau di sini." ucap Joon Ho tegas dan juga dingin.


"Kau mewarisi sikap dingin ayahmu." jawab Hye Jin, lalu duduk di sofa.

Hye Jin lantas memberikan ucapan selamat pada Joon Ho atas terpilihnya Kyung Hoon sbg ketua partai.

Joon Ho : Kenapa mengucapkannya padaku, bukan padanya?

Hye Jin : Kenapa kau sinis sekali?

Hye Jin lalu tanya, apa terjadi sesuatu antara Joon Ho dan Kyung Hoon?

Hye Jin : Kau juga pindah dari rumah begitu tiba-tiba.

Joon Ho : Seharusnya aku sudah lama pindah. Aku sudah lama merencanakan ini.


Hye Jin : Kenapa berhenti dari firma hukummu?

Joon Ho : Aku yakin kau sudah tahu. Aku mencalonkan diri untuk pemilu.

Hye Jin : Apa yang mengubah pikiranmu? Kau bilang tidak berniat melakukannya sendiri.

Joon Ho : Aku bosan mengkritik di luar lapangan.

Hye Jin : Walau menurutku bukan itu alasannya, tapi aku masih bisa membantu. Kau akan butuh perusahaan untuk jalanmu yang akan berbatu.

Joon Ho : Perusahaan yang tidak diinginkan akan menjadi beban. Sama seperti betapa tidak nyamannya datang tanpa pemberitahuan.

Mendengar itu, Hye Jin mengerti dan langsung pergi.


Hye Jin berjalan dan melewati rumah Dae Han. Dia terdiam, menatap rumah Dae Han.

Tak lama, Dae Han pulang dan kaget melihat Hye Jin.

Dae Han : Kim Hye Jin, kenapa kau kemari?

Hye Jin : Hanya mampir ke rumah Joon Ho. Kudengar dia pindah ke lingkungan ini.

Dae Han : Dia tinggal di mana?


Hye Jin : Kurasa kau belum dengar. Di sana. Gedung sebelah rumah Soo Hyun.

Dae Han langsung kesal mengetahui Joon Ho tinggal dekat dgn Soo Hyun.

Hye Jin : Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.


Dae Han dan Hye Jin bicara taman.

Hye Jin : Wi Dae Han dan Kang Joon Ho saling berhadapan. Aku tidak sabar dengan pemilihan ini.

Dae Han : Itukah yang ingin kau bicarakan?

Hye Jin : Aku suka Joon Ho Oppa. Dengan tulus.

Dae Han : Itu bukan hal yang harus kau katakan kepada mantan pacarmu.

Hye Jin : Terus terang, kau dan aku lebih seperti rekan strategis. Alih-alih siapa kau sebagai orang, aku lebih tertarik pada gelarmu sebagai politikus menjanjikan. Kau pikir aku bisa menjadi rekan yang hebat sebagai istri politikus. Apa aku benar?


Dae Han : Jadi, apa yang ingin kau katakan?

Hye Jin : Bagaimana kalau kita menjadi rekan strategis sekali lagi?

Dae Han bingung, apa?

Hye Jin : Kau menyukai Soo Hyun. Aku akan membantumu agar kalian bisa bersama. Sebagai balasannya, kau juga membantuku.

Dae Han : Aku tidak tertarik. Aku ayah dari empat anak dengan pemilu mendatang. Aku tidak punya energi untuk mengencani siapa pun.

Hye Jin : Begitukah?

Dae Han : Jika kau sudah selesai bicara, aku akan pergi.


Dae Han berdiri dan beranjak pergi. Hye Jin bicara lagi.

Hye Jin : Aku bertemu sahabat Soo Hyun sewaktu kuliah beberapa hari lalu.

Dae Han terkejut dan berbalik, menatap Hye Jin.


Sekarang, Dae Han sedang menyiapkan proposal strateginya untuk merevitalisasi pasar tradisional.

Tiba2, Dae Han teringat kata2 Hye Jin tadi saat Hye Jin ngaku bertemu sahabat Soo Hyun beberapa hari lalu.

Flashback...


Hye Jin : Dan dia memberitahuku sesuatu. Soo Hyun dahulu sangat menyukaimu saat kuliah. Kau cinta pertamanya. Setelah kau putus hubungan dengannya, dia melalui masa-masa sulit.

Flashback end...


Dae Han lalu teringat saat Soo Hyun memutuskan hubungan mereka.


Soo Hyun sendiri masih terjaga. Di sebelahnya, Da Jung sudah terlelap.

Ponsel Soo Hyun berbunyi. Pesan dari Dae Han yang mengajaknya minum bir jika ia belum tidur.


Dae Han duduk di depan minimarket,, minum bir sendirian sambil menunggu Soo Hyun. Tak lama, Soo Hyun datang dan kaget melihat Dae Han yang minum banyak sekali.

Dae Han memberikan sekaleng bir pada Soo Hyun.

Soo Hyun : Kenapa kau ingin minum bir?


Dae Han : Aku hanya merasa ingin minum. Kudengar Joon Ho pindah ke gedung di sebelahmu. Apa kau tahu?

Soo Hyun : Ya. Itulah yang kulihat.

Dae Han : Jadi, kau tahu.

Soo Hyun : Aku menemuinya sebentar tadi siang.

Dae Han : Pasti berjalan lancar karena kalian sering bertemu.

Soo Hyun : Kami memutuskan untuk berteman. Sejujurnya aku merasa terbebani untuk mengencaninya dengan serius. Dan kami akan sering bertemu karena membuat program bersama.

Dae Han : Nama yang bagus untuk hubungan ambigu adalah teman, bukan?


Soo Hyun : Itu benar. Omong-omong, orang-orang mengatakan mal akan dibangun di perumahan penjara. Ayah sangat khawatir.

Dae Han : Itu hanya rumor. Meskipun itu benar, aku akan menghentikannya, jadi, jangan khawatir.

Soo Hyun : Sungguh melegakan untuk didengar.

Dae Han : Ini bukan apa-apa, sungguh.

Soo Hyun : Aku ingat perkataanmu saat kita kuliah. Alasanmu ingin terjun ke politik adalah memberikan kekuatan kepada yang lemah. Kau cukup keren.


Dae Han : Kalau begitu, kenapa kau tiba-tiba menjauhiku saat itu?

Soo Hyun terkejut mendengar pertanyaan Dae Han. Lantas ia bilang, ia tidak ingat.

Soo Hyun : Kenapa kau terus menanyakan itu?

Dae Han : Aku menyukaimu saat itu. Begini... Di hari kita menonton film, sebenarnya aku ingin menanyakanmu...


Soo Hyun : Kenapa kau  membahas itu sekarang? Sudah lebih dari 10 tahun. Apa pun yang kita rasakan saat itu, semua itu sudah berlalu.

Dae Han kecewa mendengar kata2 Soo Hyun.


Tiba2, hujan turun. Dae Han pun bergegas menarik Soo Hyun ke depan minimarket.


Sekarang,, Dae Han dan Soo Hyun berjalan pulang. Dae Han memayungi Soo Hyun.

Soo Hyun : Kau basah kuyup! Sudah kubilang kita harus membeli dua payung!

Dae Han : Tidak apa-apa. Ini hanya perjalanan singkat. Jangan hiraukan perkataanku tadi. Kau benar. Sudah lebih dari 10 tahun, dan kita berdua sudah banyak berubah.


Mereka lantas tiba di depan rumah Dae Han. Dae Han memberikan payungnya pada Soo Hyun.

Soo Hyun menolak karena Dae Han yg membelinya.

Dae Han : Kembalikan saja nanti.


Dae Han meletakkan gagang payungnya ke tangan Soo Hyun lalu beranjak ke rumahnya.

Soo Hyun memanggil Dae Han.

Soo Hyun : Sunbae!


Tapi Dae Han tidak peduli dan terus beranjak ke rumahnya.

Namun Dae Han tak langsung masuk ke rumah. Ia berdiri sebentar dibalik pagarnya.

Dae Han : Dia benar, memberikan kekuatan pada yang lemah. Aku harus fokus ada hal itu.


Soo Hyun yang baru masuk rumahnya, terduduk di depan pintu.

Ji Hyun muncul.

Ji Hyun : Kakak menyukai Dae Han. Kenapa kakak terus menyangkal diri?

Soo Hyun : Kau menjadi seperti ini karena perasaan kakak kepadanya.

Soo Hyun ingat saat menyuruh Ji Hyun ke departemen store, mengembalikan belanjaannya.


Saat itu, Ji Hyun menolak karena ingin nonton Konser Shinhwa, tapi begitu mendengar Soo Hyun akan pergi nonton dgn Dae Han, dia langsung antusias.

Ji Hyun : Kalian berkencan?

Soo Hyun : Kakak tidak akan menyebutnya kencan. Kami menonton film karena usaha kakak untuk deklarasi mahasiswa.

Ji Hyun : Itu kencan!

Flashback end....


Soo Hyun : Andai saja kakak tidak menemuinya, kau akan...

Tangis Soo Hyun pun pecah.


Joon Ho sedang menonton wawancara ayahnya.

Kyung Hoon : Aku akan mengikuti pemilihanku sebagai ketua partai sebagai perintah dari orang2 dan partai untuk menyatukan partai dan meluruskan konservatif.

Joon Hoon menutup laptopnya dan menghela nafas.


Besoknya, pagi2 sekali, Dae Han sudah berada di restoran pria itu.

Pria itu : Kenapa kau kemari pagi-pagi begini?

Dae Han : Aku ingin mencoba memulai dan mengakhiri hari dengan para pedagang di pasar.

Pria itu : Begitukah? Untuk apa?

Dae Han : Aku ingin memahami kesulitan yang harus dihadapi para pedagang.


Pria itu lalu mengajak Dae Han masuk.

Dae Han sibuk menyantap pangsit. Dia lantas minta satu porsi lagi lantaran pangsitnya sangat enak.

Pria itu memberikannya.


Pria itu : Kau mungkin tidak tahu, tapi dahulu aku mengenal ibumu.

Dae Han : Begitukah? Aku tidak tahu.

Pria itu : Aku sudah mengelola toko ini selama 17 tahun, dan aku kesulitan karena penipuan 10 tahun lalu. Ibumu meminjamiku uang dan bahkan membiarkanku makan gratis di restorannya. Dia banyak membantuku. Memikirkan ibumu, apa pun yang terjadi, aku akan memilihmu. Teruslah bekerja dengan baik.

Dae Han : Terima kasih, Pak. Aku akan berusaha sebaik mungkin.

Bersambung ke part 3....