• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

I Have a Lover Ep 1 Part 3

Sebelumnya <<<


Tuan Choi keluar dari kamar dengan pakaian yang rapi. Bersamaan dengan itu, Nyonya Kim datang. Nyonya Kim terpengarah begitu melihat Tuan Choi. Tuan Choi menatap Nyonya Kim sejenak, kemudian menghampirinya.

"Kenapa membawanya padahal banyak tempat tidur di rumah ini?" ucap Tuan Choi.



Nyonya Kim diam saja. Tuan Choi pun beranjak pergi, namun baru sampai di depan pintu ia berbalik dan membantu Nyonya Kim membawa barang. Di pintu kamar, Nyonya Hong melihatnya dengan wajah cemburu. Langkah Tuan Choi terhenti saat melihat Nyonya Hong. Nyonya Kim pun merasa tidak enak.


"Jangan lakukan ini lagi. Bersikaplah dewasa. Tidak bagus jika anak2 melihat sikapmu seperti ini." ucap Tuan Choi.

Tuan Choi lalu bertanya, apa istri Jin Eon tahu?

 "Tahu apa? Fakta bahwa uangnya diambil semua oleh ibunya, atau fakta bahwa dia berkeliaran di jalan setelah kehilangan restoran dan rumah yang dibelikannya untuk dia?"  jawab Nyonya Hong.


Nyonya Kim pun langsung terdiam karena malu. Tuan Choi menatap Nyonya Kim, lalu beranjak pergi tanpa mengatakan apa2.


Jin Eon masih di rumah abu. Ia duduk terdiam di depan lemari abu Eun Seol dengan tatapan kosong. Ponselnya berbunyi. Tapi ia diam saja. Hae Gang pun kesal karena Jin Eon tidak menjawab panggilannya.

Nyonya Kim sedang mempersiapkan alat2 pemijatan Nyonya Hong. Sementara itu, Nyonya Hong yang menunggu di depan cermin mengirimi pesan pada Hae Gang.

Di ruangannya, Hae Gang menghela napas mengetahui ada pesan masuk dari ibu mertuanya. Dalam pesannya, Nyonya Hong meminta Hae Gang pulang cepat agar mereka bisa makan malam bersama.


Baek Seok tampak sibuk mengatur kantor barunya. Senyumnya pun mengembang saat membaca papan namanya, 'Pengacara Baek Seok'.


"Kakak Ipar, kau seringkali datang? Apa kau sudah pulang kerja?" tanya Jin Ri begitu Hae Gang masuk ke rumah.

Hae Gang membungkukkan kepalanya, memberi hormat.

"Kudengar kau membunuh orang lagi. Sudah berapa banyak sekarang? Keahlian yang lumayan. Seorang pengacara pembawa kematian. Ah, ya. Kau juga membunuh putrimu." ucap Jin Ri sinis.


Hae Gang terperangah mendengar kata2 Jin Ri.

"Apa aku kelewatan? Aku minta maaf. Aku sangat menyayangi Eun Seol. Aku masih bisa mendengarnya memanggilku bibi. Kalau saja aku tahu hidupnya begitu singkat...."

"Ini permintaan ibu. Dimana ibu?" tanya Hae Gang memotong kata2 Jin Ri.

"Entahlah, kalau dia lenyap lebih bagus lagi." jawab Jin Ri.

Hae Gang menghela napas dan kembali memberi hormat pada Jin Ri. Setelah itu, ia pun pergi. Tapi lagi2 Jin Ri menghentikannya. Jin Ri mengingatkan Hae Gang agar segera memiliki anak. Dia berkata, Hae Gang tak berarti jika tidak bisa memberikan anak bagi keluarga mereka. Hae Gang yang kesal memilih pergi, daripada meladeni Jin Ri.


Hae Gang masuk ke kamar Nyonya Hong. Ia terperangah melihat ibunya yang sedang memijit Nyonya Hong. Nyonya Kim yang tak menyadari kehadiran Hae Gang terus memijit Nyonya Hong.
"Ah, siapa itu? Kau masuk tanpa bersuara." ucap Nyonya Hong, yang membuat Nyonya Kim mengarahkan pandangannya ke pintu. Nyonya Kim terperangah melihat Hae Gang.

"Hae... Hae Gang." ucap Nyonya Kim kaget.

"Aku datang, Bu." jawab Hae Gang.


"Baguslah, ibumu berjualan lagi. Jadi aku memanggilnya untuk membantunya." ucap Nyonya Hong.

"Jualan apa? Bukan begitu....." Nyonya Kim lalu menatap Hae Gang, "Aku tidak berjualan. Ibu mertuamu berkata badannya terasa kaku, jadi aku datang untuk memijitnya."

Hae Gang diam saja dan menatap kesal pada ibunya.

"Apa kau marah?" tanya Nyonya Hong.

"Tidak marah. Aku hanya merasa tidak nyaman saja sekitar 30 detik memikirkan diri sendiri. Melebihi perasaanku, kesehatan ibu lebih penting. Sekalipun ini tidak benar, sepanjang ibu suka, aku akan memilih merasa tidak nyaman saja selama 30 detik." jawab Hae Gang.

"Begitukah?" tanya Nyonya Hong.

"Aku akan membantu bibi menyiapkan makan malam." jawab Hae Gang, sambil menatap kesal pada Nyonya Kim. Nyonya Kim pun merasa tidak enak pada Hae Gang. Setelah itu, Hae Gang keluar dari kamar Nyonya Hong.


Baek Seok makan jajangmyeon dengan lahap. Selesai makan, ia pergi ke jendela. Di bawah ada seseorang nenek yang sedang meratapi nasibnya. Penyakit kankernya sudah sampai stadium akhir, dokter sudah angkat tangan. Baek Seok berteriak dari atas, apa nenek sedang sakit? Karena nenek itu tidak menjawab, Baek Seok melongok keluar jendela dan mengulangi pertanyaannya. Nenek itu berbalik, menatap Baek Seok tapi ia diam saja. Baek Seok mengulangi pertanyaannya lagi dan meminta nenek itu mengangkat tangannya kalau memang sakit. Nenek itu pun mengangkat tangannya, Baek Seok bergegas turun ke bawah.

"Nenek kalau kau sakit katakan padaku." pinta Baek Seok.

"Aku baik2 saja." jawab nenek itu.

"Benarkah? Kalau begitu, aku minta kau berdiri." suruh Baek Seok.


Nenek itu pun meraih tangan Baek Seok dan berdiri. Baek Seok lalu meminta nenek itu berjalan sebanyak 5 langkah. Nenek itu melakukannya, ia berjalan sebanyak 5 langkah sesuai perintah Baek Seok. Baek Seok lalu menyuruh nenek itu menggoyang2kan pinggulnya. Nenek itu tersenyum dan menggoyang2kan pinggulnya seperti Baek Seok.

"Ya seperti itu, Nek. Agar kau panjang umur." ucap Baek Seok lagi.


Hae Gang mengantar ibunya pulang. Sepanjang perjalanan, mereka tak bicara sepatah kata pun. Hae Gang terlihat kesal. Nyonya Kim pun meminta Hae Gang menurunkannya saja di jalan, ia tak ingin membuat Hae Gang lelah. Hae Gang diam saja. Wajahnya kian kesal.

"Aku membencinya mati2an, tapi karena kau aku melakukannya. Kau bahkan tidak peduli perasaanku. Aku benci hidupku. Rasanya aku ingin mati saja." ucap Nyonya Kim.

Hae Gang masih diam.

"Aku tahu betapa sulitnya menjadi putriku. Tapi hidup sebagai ibumu juga menyakitkan. Aku... bagaimana kita bisa berakhir seperti ini? Kim Gyu Nam bahkan mau diperintah Hong Se Hee." ucap Nyonya Kim.


Hae Gang semakin kesal dan akhirnya menepikan mobilnya.

"Turun!" ucap Hae Gang dingin.

"Apa? Di sini? Apa kau gila? Ini jembatan." protes Nyonya Kim.

"Itulah sebabnya. Kalau ingin mati ya mati saja. Kita akhiri saja semua ini. Ibu yang mengakhirinya. Setelah mengantarkan anakku, setelah mengantarkan ibuku, aku tak bisa hidup? Aku akan hidup. Demi anakku, demi kebahagiaanmu seutuhnya aku akan hidup! Kalau ibu ingin mati, mati lah. Aku tidak apa2." jawab Hae Gang.


Dan Hae Gang pun benar2 menurunkan ibunya di pinggir jalan. Nyonya Kim pun mendekat ke jembatan. Wajahnya terlihat sedih. Ya, ia mau menenangkan dirinya sejenak. Sejurus kemudian, ia menggendong barang2nya dan beranjak pergi.

Ternyata Hae Gang belum pergi. Ya, dari kejauhan ia melihat ibunya dengan wajah sedih.


Yong Gi sedang di karaoke bersama teman-temannya. Tapi ia terlihat tidak nyaman berada di sana.


Hae sedang merias dirinya. Tiba2, ia teringat kata-kata Jin Ri soal anak.


Sementara itu, Jin Eon sedang membaca buku di ruang baca. Ketika Hae Gang datang, ia memakai headphone nya dan pura2 tidur. Melihat itu Hae Gang jadi sedih. Hae Gang lantas mendekati Jin Eon dan hendak menyelimuti Jin Eon, namun tiba2 ia jadi kesal dan membanting selimut Jin Eon kemudian beranjak pergi. Setelah Hae Gang keluar, Jin Eon bangkit dan menyemprotkan pengharum ruangan.

(Kayaknya mereka udah lama pisah ranjang nih !! Gedek banget ama Jin Eon !!!)

Sebelumnya <<<


Yong Gi keluar dari toilet sambil berbicara dengan seseorang di telepon. Ia berkata dirinya sudah mau pulang. Saat kembali ke ruang karaoke, ia melihat atasannya sedang melecehkan karyawan perempuannya. Melihat itu, Yong Gi pun langsung duduk di tengah2 mereka, membuat sang atasan kesal. Sang atasan pun kesal dan memaksa Yong Gi menyanyikan satu lagu.


Saat sedang bernyanyi, Yong Gi melihat atasannya hendak mencium karyawan itu. Yong Gi yang kesal melemparkan mic nya ke arah atasannya, hingga membuat wig atasannya copot dan jatuh ke lantai. Sontak, karyawan lain langsung menahan tawa melihatnya. Yong Gi merasa bersalah. Atasan Yong Gi pun marah.


Paginya, Hae Gang mengajak Jin Eon liburan. Tapi Jin Eon menolak dan memilih pergi ke lab, padahal itu hari libur. Hae Gang memaksa. Jin Eon kesal dan berkata kalau mereka sudah seperti mangkuk yang pecah, tidak mungkin kembali utuh lagi. Hae Gang kecewa.


Jin Eon menyusuri jalan dengan langkah gontai. Setibanya di lab, dia termenung sebentar. Matanya kemudian melirik fotonya bersama Hae Gang yang ia pajang di meja. Setelah itu, ia membuka laci mengambil sebuah surat darisana dan mengisinya. Itu surat perceraian !! Ia mau menceraikan Hae Gang.


Hae Gang sedang membuat jus. Kemudian ia duduk di meja makan dan membaca sebuah buku. Tiba2, terdengar bunyi ponsel. Bukan ponselnya, tapi ponsel Jin Eon. Hae Gang mengambil ponsel Jin Eon dan melihat isinya. Kang Seol Ri, mengirimkan beberapa MMS.

"Sebetulnya kau bekerja saat diluar. Hanya di rumah ini, hanya di sisiku hatimu hancur. Untukmu sekarang, aku tak lebih dari anjing ini?" terdengar ungkapan hati Hae Gang.

 "Dasar brengsek." rutuk Hae Gang masih sambil melihat foto2 yang dikirimkan Seol Ri.


Hae Gang lantas membuka akun medsos Seol Ri dan melihat foto Seol Ri.

"Siapa gadis ini Choi Jin Eun? Apa pekerjaannya? Gadis macam apa yang mengirimkan pesan seperti ini?" batin Hae Gang.


Kang Seol Ri sedang menyusuri jalanan ketika sepatunya tiba2 sobek. Ia mendengus kesal. Ponselnya kemudian berdering. Ia tersenyum membaca nama Jin Eon di layar ponselnya.

"Ya, Sunbaenim. Kau memintaku jangan memanggilmu begitu, tapi ini sudah kebiasaan. Sunbae, kau menghubungiku karena foto anjing itu kan? Foto terakhir sangat keren. Aku punya ide. Menurutmu apa idenya? Anjing lucu. Dua2nya sangat menggemaskan. Aku ingin mereka menjadi milikku. Saat aku tak datang aku terus menerus merindukan dan memikirkannya." ucap Seol Ri panjang lebar.

"Ini istri Choi Jin Eun. Dia meninggalkan ponselnya." jawab Hae Gang.


Seol Ri pun kaget.

"Teleponnya berdering, kupikir ada urusan penting jadi aku mengeceknya." ucap Hae Gang.

"Maaf." jawab Seol Ri.

"Kau mahasiswa pasca?" tanya Hae Gang.

"Ya, aku sedang menuju lab nanti akan kuberitahukan padanya kalau ponselnya tertinggal." jawab Seol Ri.

"Terima kasih Kang Seol Ri-ya." ucap Hae Gang. 


Begitu selesai bicara, Seol Ri menghela napas frustasi lalu kembali melanjutkan langkahnya. Tapi baru beberapa langkah, Seol Ri berhenti berjalan.

"Kang Seol Ri-ya? Ya? Kenapa dia memperlakukanku seperti anak kecil? Suaranya bahkan kedengaran bagus." rutuk Seol Ri.

Tiba2 hujan turun. Seol Ri pun langsung berlari.


Di rumah, Hae Gang sedang bersiap2. Lalu tiba2, ia teringat pada Seol Ri. Teringat Seol Ri, membuat Hae Gang langsung menukar kemejanya dengan dress berwarna biru. Selesai merias dirinya, Hae Gang pun beranjak pergi.


Hae Gang melajukan mobilnya dengan kencang dan berhenti di depan lab. Ia hendak turun, tapi tiba2 ia mengurungkan niatnya dan memutuskan menunggu Jin Eon di mobil. Di seberang jalan, terlihat Seol Ri. Di belakang Seol Ri, ada Jin Eon yang berlari membawa payung dan sepatu ke arah Seol Ri. Jin Eon memberikan payung itu pada Seol Ri, serta memakaikan sepatunya ke kaki Seol Ri.


Di dalam mobil, Hae Gang menatap mereka dengan tatapan tajam.

Bersambung ke episode 2

I Have a Lover Ep 2 Part 2

Sebelumnya <<<

== 3 Bulan Lalu == 


Hae Gang sedang jogging. Wajahnya terlihat sangat letih dan penuh beban. Wajah yang sama juga diperlihatkan Jin Eon yang kala itu sedang mandi.



Hae Gang kembali ke rumah. Bersamaan dengan itu, Jin Eon keluar. Begitu memasuki halaman, Hae Gang mendengar suara2. Ia pun mendongak ke atas, mencari sumber suara. Namun suara itu bukan berasal dari sana. Suara itu berasal dari seekor jangkrik. Hae Gang menatap jangkrik itu dengan mata dinginnya. Jin Eon mengikuti kemana arah mata Hae Gang. Yang terjadi berikutnya adalah.... Hae Gang menginjak jangkrik itu! Jin Eon terpengarah. Hae Gang lalu mengambil sapu dan membuang jangkrik itu ke tempat sampah.

"Akan lebih baik kalau kau membiarkannya." tegur Jin Eon.

"Selalu aku yang salah." jawab Hae Gang.

"Ada orang yang tidak mengerti caranya melihat dunia." ucap Jin Eon.

"Itulah mengapa aku bisa gila." jawab Hae Gang, lalu beranjak masuk ke dalam.

"Bagi mereka itu harapan, bukan hanya sekedar suara." ucap Jin Eon yang langsung menghentikan langkah Hae Gang.

Hae Gang berbalik, manatap Jin Eon.

"Karena kita tidak melihat apapun, kita menangis." lanjut Jin Eon.

"Harusnya kusemprotkan insektisida tadi pagi." jawab Hae Gang.

Jin Eon kaget, apa?

"Karena jangkrik yang mati, akhirnya kita bicara." jawab Hae Gang.


Jin Eon tidak menjawab. Ia hanya menghela napas kesal kemudian berniat pergi. Tapi Hae Gang menahannya. Hae Gang ingin mencium Jin Eon. Jin Eon yang enggan dicium Hae Gang, langsung mengalihkan wajahnya dan menyuruh Hae Gang mandi. Hae Gang menghela napas, kemudian membujuk Jin Eon dengan berkata sebentar lagi usia pernikahan mereka memasuki angka yang ke-35. Mereka harus memiliki anak.


Jin Eon menatap Hae Gang. Hae Gang menunggu sentuhan Jin Eon. Lantas apa yang terjadi berikutnya? Ya, Jin Eon mendesak tubuh Hae Gang ke dinding. Hae Gang memejamkan matanya, berpikir Jin Eon akan menciumnya. Tapi ia salah. Jin Eon bukan ingin menciumnya, tapi bertanya apa yang harus ia lakukan? Setelah menanyakan itu, Jin Eon beranjak pergi. Hae Gang pun kecewa.


Hal yang konyol dilakukan Nyonya Hong di depan suaminya. Ia belagak seperti Miss Korea. Memakai mahkota, memegang tongkat dan berjalan kesana kemari dengan anggunnya. Muak melihat kelakuan istrinya, Tuan Choi yang sedang membaca koran langsung menegur istrinya.

"Kau pikir berapa usiamu? Apa kau tidak mau melepaskannya?"

Nyonya Hong ngambek, minta cerai. Tuan Choi kaget, apa?

"Persis dari 10 tahun sekarang, Miss Korea tahun 1975, Hong Se Hee tak ingin mengakhiri hidupnya hanya sebagai istri Choi Man Ho. Lagian aku juga bukan istri pertama. Aku menolak dimonogami." jawab Nyonya Hong.

"Monogami...? Dasar bodoh..." ucap Tuan Choi.

"Apakah aku begitu memalukan? Kau berpikir seharusnya yang menikah denganmu adalah Kim Gyu Nam kan?" jawab Nyonya Hong.

Siapakah Kim Gyu Nam??

Dia sedang membagi2kan kartu namanya pada orang2 yang lalu lalang di tangga stasiun. Tapi tak ada seorang pun yang menghiraukannya. Bahkan, seorang diantara mereka menabraknya hingga kartu namanya jatuh. Nyonya Kim hanya bisa mengurut dada, kemudian berjongkok untuk memungutinya. Ketika Nyonya Kim sedang memungut kartu2 namanya, ponselnya berdering. Nyonya Kim menghela napas menatap layar ponselnya, sebelum akhirnya menjawab panggilan itu.

"Ya, besan...." ucap Nyonya Kim seramah mungkin.


Si penelpon, Nyonya Hong ! Nyonya Hong menyuruh Nyonya Kim datang untuk memijatnya. Nyonya Kim bertanya, apa Nyonya Hong sedang sakit? Sambil mendelik ke arah suaminya, Nyonya Hong berkata yang sakit bukan tubuhnya, tapi pikirannya.

"Hari ini aku sudah ada janji." tolak Nyonya Kim.

"Batalkan. Akan kubayar kau dua kali lipat. Kutunggu kau jam 3 sore. Jangan terlambat. Kau tahu kan aku tipe orang yang tidak suka menunggu." jawab Nyonya Hong.


"Baiklah, aku akan kesana." ucap Nyonya Kim terpaksa.

Setelah menutup teleponnya, Nyonya Kim marah2.
"Apa aku budakmu ! Memangnya kau siapa sampai berani mengaturku? Dasar penyihir !"


Dengan tergesa2, Choi Jin Ri menuruni tangga dan berjalan menuju pintu. Namun langkahnya terhenti karena Nyonya Hong memanggilnya. Jin Ri mendengus kesal, kemudian berjalan mendekati ayahnya.

"Sejak tadi aku belum melihat suamimu." ucap Nyonya Hong dengan wajah puas. Sepertinya Nyonya Hong tahu tabiat suami Jin Ri.


Jin Ri pun mendelik sesaat ke arah Nyonya Hong. Dia melotot. Lalu, dengan muka manis ia menatap ayahnya dan berkata kalau suaminya sudah pergi mengelilingi lapangan golf sejak pagi dan akan terus pergi ke kantor.

Tapi Nyonya Hong tak percaya. Ia yakin suami Jin Ri sedang melakukan sesuatu di suatu tempat.

Jin Ri pun teriak, hey ! Hong Se Hee ! Tuan Choi langsung memelototi Jin Ri. Jin Ri ciut, dia duluan ayah.

"Hey, aku ini ibumu ! Meski aku ibu tiri, aku tetap ibumu. Sekarang kutanya, apa ada ibu tiri lain yang mau mengurusmu selama lebih dari 30 tahun? Kalau kau sangat membenciku, kau bisa kan memanggilku Nyonya Hong?" protes Nyonya Hong.

"Baiklah, akan kulakukan." jawab Jin Ri terpaksa.

"Kau mau sarapan? Haruskah kusiapkan?" tanya Nyonya Hong.

"Aku sedang diet." tolak Jin Ri.

"Oh begitu." jawab Nyonya Hong.

"Kalau begitu aku mau pergi bekerja." ucap Jin Ri, lalu beranjak pergi.


Di lantai sebuah kamar hotel, pakaian tampak berserakan dimana-mana. Seorang pria yang masih tertidur pulas pun melenguh, ketika mendengar suara bel. Pria itu menyuruh wanita yang tidur di sampingnya membukakan pintu. Ogah2an, wanita itu beranjak dari kasur dan memakai selimut untuk menutupi tubuhnya dan pergi membukakan pintu. Begitu pintu dibuka, Choi Jin Ri langsung menerjang masuk dengan mendorong trolley makanan. Wanita itu membangunkan sang pria, menyuruh pria itu memberikan uang tips pada Jin Ri. Jin Ri mengambil dua buah telur dan menatap tajam ke arah pria itu. Begitu pria itu menatap ke arahnya, Jin Ri pun langsung melempari pria itu dengan telur di tangannya.

"Yeobo..." ucap pria itu, membuat si wanita kaget. Jin Ri juga melempari wanita itu dengan telur. Wanita itu menjerit, dan langsung pergi ke kamar mandi. Pria itu, Min Tae Seok, mengomeli Jin Ri. Jin Ri diam saja sambil terus menatap tajam Tae Seok. Selesai mengomeli Jin Ri, Tae Seok bangkit dari kasur dan dengan santai mengenakan jasnya. Jin Ri mendekati Tae Seok, kemudian mengambil sebuah ember berisikan air es dan menyiramkannya ke tubuh Tae Seok.


Persidangan digelar. Hae Gang mendengar dengan seksama pembelaan dari pengacara penggugat. Penggugat, seorang wanita yang kehilangan bayinya akibat efek samping obat maag. Saat sedang serius mendengarkan kata per kata yang keluar dari mulut pihak lawan, Tae Seok datang dan duduk disamping Hae Gang. Hae Gang menatap Tae Seok aneh, lalu kembali mendengarkan penjelasan pihak lawan. Tae Seok mengendus2 tubuh Hae Gang dan memuji wangi tubuh Hae Gang.


Yong Gi berjalan menuju ruangannya sambil menyemangati diri. Begitu tiba di ruangannya, ia melihat teman2nya sedang berkerumun. Betapa kagetnya ia saat melihat apa yang dilihat teman2nya. Teman2nya sedang menonton berita kasus salah obat yang diproduksi oleh Chun Yun Farmasi. Yong Gi semakin panic ketika berita menayangkan petikan wawancaranya terkait kasus salah obat. Meski wajahnya diblur, tapi jelas itu dia. Namun teman2 Yong Gi tak menyadarinya. Dalam petikan wawancara itu, Yong Gi membela orang yang dikambinghitamkan Chun Yun Farmasi yang tak lain adalah suaminya sendiri. Teman2 Yong Gi yang tak menyadari wanita yang diwawancarai itu adalah Yong Gi, malah mengomentari sepatu butut Yong Gi. Yong Gi panic, kemudian mencopot dan menyingkirkan sepatu bututnya jauh2.


Hae Gang maju ke depan, sebagai pengacara tergugat. Dia bertanya pada penggugat, kenapa penggugat mengkonsumsi obat itu?
"Biasanya ibu yang sedang mengandung menghindari obat2an karena khawatir pada anaknya. Tapi Nona Lee Yoo Jin menggunakannya. Benar?" ucap Hae Gang.
Penggugat membela diri dengan mengatakan ia mengkonsumsi obat itu untuk meredakan nyeri maagnya.
Hae Gang kembali bertanya sudah berapa kali penggugat melakukan aborsi. Penggugat kaget. Sedangkan Tae Seok di kursinya tampak puas dengan pertanyaan Hae Gang.


Pengacara Nona Lee Yoo Jin merasa keberatan dengan pertanyaan yang diajukan Hae Gang. Ia merasa pertanyaan itu tidak ada hubungannya dengan kasus ini. Nona Lee Yoo Jin mulai panic, ia menatap suaminya yang duduk di belakangnya. Hae Gang menatap Nona Lee Yoo Jin dan membeberkan berapa kali Nona Lee Yoo Jin melakukan aborsi. Nona Lee Yoo Jin sudah melakukan aborsi sebanyak 3 kali. Mendengar penuturan Hae Gang, suami Lee Yoo Jin terpukul. Nona Lee Yoo Jin menatap suaminya dan membantah tuduhan itu. Hae Gang yang mendengar bantahan Yoo Jin hanya tersenyum sinis.


"Ini sudah keterlaluan ! Hey, kalian ! Cari dan tangkap wanita berperut buncit itu ! Ini tidak bisa dibiarkan." ucap atasan Yong Gi, yang membuat Yong Gi ciut.


"Jadi benar dia melakukan itu? Dia meminumnya untuk menyingkirkan anaknya?" tanya Tae Seok pada Hae Gang sambil berjalan keluar dari pengadilan. Hae Gang diam saja dan terus berjalan. Tae Seok menyusul Hae Gang.

"Ceritakan yang sebenarnya?" desak Tae Seok.

"Itu tidak penting. Yang penting kita menang." jawab Hae Gang.

"Aku senang kita menang, tapi kenapa aku tidak melihat kebahagiaan di wajah orang yang baru saja menang?" ucap Tae Seok.

"Bagi pengacara, menggunakan etika adalah kebenaran." jawab Hae Gang.

"Apa itu artinya dia tidak membunuh anaknya? Tiga kali... apa itu? Jangan bilang kau memakainya sebagai umpan." ucap Tae Seok.

"Aku cuma bilang dia melakukan 3 kali aborsi. Aku bilang obat itu sering disalahgunakan untuk aborsi. Tapi aku tidak berkata dia 3 kali aborsi karena menggunakannya." jawab Hae Gang.

"Oh, ya ampun. Aku tidak percaya kau melakukan ini." ucap Tae Seok.

"Itu sebabnya aku melayangkan pembatalan gugatan." jawab Hae Gang.


Lalu tiba2, seseorang jatuh tepat di hadapan mereka. Tae Seok kaget, langsung pergi. Orang yang jatuh itu adalah Nona Lee Yoo Jin. Dengan tatapan yang dingin, Hae Gang melihat Nona Lee Yoo Jin yang tak sadarkan diri dan menelpon seseorang.


Jin Eon ada di rumah abu. Ia menangis saat melihat foto Choi Eun Seol, anaknya.

Bersambung ke part 3