• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

The Great Show Ep 13 Part 3

Sebelumnya...


Joon Ho dan Soo Hyun ketemuan di kafe.

Joon Ho : Aku tahu ini masalah besar, tapi aku tidak mengira kau akan mengubah panelis.

Soo Hyun : Belum pasti. Dan kami memutuskan membatalkan acara pekan ini.

Joon Ho : Jika kau mengganti Dae Han, aku juga akan berhenti.

Soo Hyun : Kenapa?

Joon Ho : Aku sudah lama tampil di acara ini dan pemilihan umum akan segera tiba.

Soo Hyun : Begitu rupanya. Kurasa kau dan Dae Han tidak akan bisa bekerja dengan kami lagi juga.


Joon Ho : Aku yakin Hye Jin juga akan berhenti.

Soo Hyun : Kenapa dia mau berhenti?

Joon Ho : Dia akan mencalonkan diri untuk Partai Nasionalis.

Soo Hyun : Kalau begitu, kalian bertiga mungkin akan saling melawan?

Joon Ho : Ya. Entah kenapa menjadi seperti itu.


Di lokasi kejadian,, Dae Han memasang spanduk mencari saksi untuk kasus Tak.

Bong Joo : Seperti kata polisi, tidak ada kamera pengawas di sini.

Dae Han : Benarkah?

Bong Joo : Bukankah Tak bilang dia ada di kafe internet sebelum kemari?

Dae Han : Benar. Mari kita lihat.


Dae Han dan Bong Joo pun langsung ke warnet tempat Tak sering nongkrong sendirian.

Di kamera pengawas, terlihat Tak bermain game sendirian.

Flashback...


Tak yg sedang bermain, di sms anak2 pengompas Jae Hoon.

"Kami merampas uang dari Jae Yoon, jadi, cepat kemari."

Tak pun bergegas pergi setelah menerima sms itu.

Flashback end....


"Tunggu, itu dia. Tak." Ucap Dae Han.

"Dia? Dia rutin datang." jawab pemilik warnet.

"Ini pukul 21.54." ucap Dae Han.


Dae Han dan Bong Joo lantas meninggalkan warnet. Dae Han menyalakan stopwatch nya dan mulai berjalan bersama Bong Joo ke lokasi kejadian.

"Empat belas menit. Tak meninggalkan warnet pukul 21.45 dan butuh 14 menit. Maka sudah pukul 22.08. Tak menelepon 911 pukul 22.15, jadi, hampir tepat." ucap Dae Han menunjukkan stopwatch nya.

"Tapi tetap saja, itu bukan bukti yang cukup. Dia bisa berlari kemari dan memukulinya, lalu menelepon 911 setelah Jae Hoon pingsan." jawab Bong Joo.

"Jadi, maksudmu dia berlari kemari?" tanya Dae Han.

"Tidak, maksudku itu mungkin." jawab Bong Joo.

" Kurasa seseorang bisa membuat argumen itu." ucap Dae Han.

"Tapi bahkan korbannya bilang Tak menghajarnya. Bukankah itu mungkin benar? Kenapa korbannya berbohong?" jawab Bong Joo.

"Dia mungkin dendam kepadanya karena kali terakhir atau mungkin para perundung itu mengancamnya untuk berbohong." ucap Dae Han.

"Sial." jawab Bong Joo.


Ditengah keputusasaan mereka, Dae Han tak sengaja melihat kamera dasbor dari sebuah mobil yang parkir di dekat mereka.

Dae Han : Kamera dasbor di mobil yang diparkir. Pasti menyala semalaman." ucap Dae Han.

Bong Joo : Itu dia! Jika kita bisa menemukannya, semuanya akan beres." jawab Bong Joo.

Dae Han lalu melihat stiker yg bertuliskan nomor telepon si pemilik mobil yg di kaca mobil.


Ternyata mobil itu milik seorang petugas mini market.

"Ya, ini mobilku, tapi aku mengemudi pulang pukul 17.00."

"Kau tahu mobil yang diparkir di sana setelah itu?" tanya Dae Han.

"Aku tidak tahu. Ini bukan tempat parkir, jadi, mobil mana pun bisa parkir di sana." jawab pria itu.

"Penyerangan terjadi pukul 22.00. Apa kau melihat sesuatu?" tanya Dae Han.

"Entahlah. Aku pulang pukul 17.00. Kami punya pekerja paruh waktu setelah itu." jawab pria itu.

"Pekerja paruh waktu?" tanya Dae Han.


Jung Woo mengantarkan pesenan pelanggan ke meja. Setelah itu, ia kembali ke meja dapur dan menguping pembicaraan Joon Ho dan Pak Jung.

Jung Woo terkejut saat mendengar Joon Ho mencalonkan diri secara independen.

Pak Jung tanya alasan Joon Ho melakukan itu, padahal Joon Ho punya ayah seorang Ketua Partai.

Joon Ho : Orang-orang dikelompokkan menurut kekayaan orang tua mereka. Jika aku mendapat dukungan dari Partai Nasionalis, citra itu akan mengikutiku selama sisa karier politikku. Mereka akan bilang ayahku mewarisi tempat itu untukku.

Pak Jung : Itu benar, tapi... bukankah sulit mencalonkan diri sebagai independen? Mereka tidak memilih orang, tapi memilih partai.

Joon Ho : Karena itu aku datang untuk menemui anda, Pak.

Pak Jung kaget, apa? Apa hubungannya denganku?

Joon Ho : Aku mau anda yang pertama bergabung dengan kampanye pemilihanku.


Sontak lah, si Jung Woo langsung menyela saat mendengar Joon Ho ingin Pak Jung mendukungnya.

Jung Woo : Anda tidak bisa melakukan itu. Dia di pihak ayah mertuaku.

Bu Yang keluar dari dapur.

Pak Jung : Hei, jangan mengganggu saat orang dewasa bicara. Pergi bersihkan mejanya.

Jung Woo menurut dan pergi membersihkan meja.


Pak Jung : Lalu?

Joon Ho : Aku menyadari betapa jauhnya aku agar mendapat dukungan pedagang melalui insiden Mal Woods. Akan sangat membantuku jika anda bisa memanduku di sisiku.

Pak Jung : Aku mengerti maksudmu, tapi kurasa aku tidak bisa melakukan itu. Wi Dae Han juga akan mencalonkan diri kali ini. Tidak akan bagus jika aku memihakmu.

Joon Ho : Aku yakin anda sudah tahu, tapi aku sangat menyukai Nona Jung.

Pak Jung : Senang mendengarmu menyukai putriku, tapi apa orang tuamu akan setuju?

Joon Ho : Ayahku sepertinya juga menyukainya.

Pak Jung senang mendengarnya.

Pak Jung : Aku yakin semua itu bergantung pada bagaimana perasaan Soo Hyun.


Di jalanan, Dae Han dan Bong Joo sedang membagi-bagikan brosur 'mencari saksi'.

Bong Joo yg sudah lelah, mengajak Dae Han mengisi perut dulu.

Dae Han yg takut saksi muncul kalau mereka pergi makan, menyuruh Bong Joo makan duluan.


Dae Han lalu melihat Soo Hyun di seberang jalan.

Dae Han : Bagaimana dia tahu kita di sini?

Bong Joo : Aku meneleponnya dan memohon agar dia menyelamatkanku.

Dae Han, apa? Astaga.


Soo Hyun menghampiri mereka.

Soo Hyun : Bong Joo, pulanglah. Aku akan mengambil alih dari sini.

Bong Joo senang dan mau pergi, tapi Dae Han menahannya.

Dae Han : Kau mau ke mana? Meninggalkan kapal?

Bong Joo : Nona Jung sudah disini.

Soo Hyun : Dia benar. Biarkan dia pulang. Ini pasti hari yang melelahkan.

Dae Han : Kau harus memeriksa Da Jung. Dia pasti sangat stres sekarang. Selain kehamilannya, Tak pasti menyulitkan dia.

Soo Hyun : Kau benar.

Soo Hyun pun bergegas pergi.


Tiba2, Soo Hyun ditelpon ayahnya.

Soo Hyun pun bergegas ke restoran dan mendapati ayah dan ibunya sudah duduk menunggunya.

Soo Hyun : Apa yang ingin kalian bicarakan?

Pak Jung : Pak Kang datang tadi siang.

Soo Hyun : Lalu kenapa?

Pak Jung : Dia bilang dia amat menyukaimu.

Soo Hyun kaget mendengarnya.


Soo Hyun : Dia bilang begitu?

Pak Jung : Dari yang ayah dengar, Anggota Dewan Kang juga sangat menyukaimu. Jadi.....

Pak Jung ragu bertanya. Melihat itu, Bu Yang melanjutkan kata2 Pak Jung.

Bu Yang .... kami ingin bertanya, apa pendapatmu tentang Pak Kang?

Soo Hyun : Ayah, ibu.  Saat ini, aku tidak punya waktu untuk berkencan. Kalian juga tahu itu. Tak ditahan sekarang.

Pak Jung : Karena itulah ayah membicarakan ini. Kau pikir kami tidak tahu kau menyukai Dae Han?

Soo Hyun menyangkal.

Pak Jung : Tidak ada istirahat bagi keluarga dengan banyak anak.  Lihat Tak. Kami tahu Dae Han orang baik, tapi kami tidak setuju.

Soo Hyun : Tidak ada yang sempurna. Dan tidak ada keluarga yang sempurna. Aku dan Dae Han tidak sempurna. Memang benar aku menyukai Dae Han. Aku tidak yakin apakah perasaanku kepadanya akan makin kua atau tidak, tapi terlepas dari pilihan yang kubuat, itu tidak akan didasarkan pada latar belakangnya.

Pak Jung : Tapi....


Bu Yang memotong kalimat Pak Jung.

Pak Jung : Kau benar-benar putri ibu. Kau benar! Kau harus menjalani hidupmu sendiri. Kami akan berdiri di sampingmu dan mendukung pilihanmu.

Pak Jung sewot, bukan itu kesepakatan kita!

Bu Yang : Tapi kau tahu, pernikahan adalah tentang...

Pak Jung : Baik! Lakukan sesukamu! Kau, putri Yang Mi Sook, bisa hidup sesukamu.

Soo Hyun tertawa melihat perdebatan orang tuanya.


Dae Han dan Bong Joo kembali ke minimarket itu.

Min Ji yg bekerja disana, sontak kaget melihat Dae Han.

Dae Han pun tanya, apa Min Ji sudah mendengar ada penyerangan tadi malam pukul sepuluh?

Min Ji : Aku sudah dengar.

Dae Han : Kudengar sifmu berakhir pukul 22.00. Kau melihat sesuatu saat keluar?

Min Ji : Tidak.

Dae Han : Kau melihat pria mencurigakan berseragam sekolah?

Min Ji : Tidak.


"Permisi..." pembicaraan mereka selesai lantaran seseorang datang ke meja kasir untuk membayar. Min Ji langsung melayaninya.

Dae Han dan Bong Joo pergi.


Da Jung terkejut mendengar cerita Soo Hyun soal Dae Han yg berkeliaran di jalan mencari bukti.

Da Jung lantas cemas kalau mereka tidak bisa mendapatkan bukti.

Soo Hyun : Kurasa kau sudah lupa.

Da Jung : Melupakan apa?

Soo Hyun teringat soal moto Da Jung.

Flashback...


"Jangan khawatir!" ucap Da Jung pada Soo Hyun saat mereka makan di restoran cepat saji, sebelum ia menjadi putri legal Dae Han.

Flashback end...


Soo Hyun : Itu motomu.

Da Jung tersenyum, kakak benar. Tidak perlu khawatir sebelumnya. Tapi aku merasa kasihan kepada Paman Dae Han. Ini masa yang penting.


Dae Han dan Bong Joo masih di lokasi kejadian, menunggu saksi. Ketika sebuah mobil datang,, Dae Han langsung menanyai pemiliknya.

Dae Han : Kau parkir di sini semalam?

Sayangnya tidak.


Bong Joo : Kau tidak bisa menjamin mobil yang parkir di sini semalam akan kembali dan parkir di sini lagi hari ini.

Dae Han : Mobil yang parkir di malam hari biasanya orang yang tinggal dekat. Kemungkinan mereka akan parkir di tempat yang sama.

Bong Joo : Tetap saja, ini terlalu gegabah.


Dae Han lantas duduk disamping Bong Joo dan menepuk2 kakinya.

Bong Joo : Kau sungguh akan bermalam di sini?

Dae Han : Hei, Tak ada di sel sekarang. Menghabiskan semalaman di sini bukanlah masalah.

Bong Joo : Kau terdengar seperti ayah kandungnya.

Dae Han terdiam sejenak mendengar kata2 Bong Joo. Tapi setelahnya ia berkata, karir politiknya dipertaruhkan sekarang.

Bong Joo : Kau benar. Aku melihat konferensi pers Anggota Dewan Baek. Dia siap mengusirmu.

Dae Han : Dia pasti berpikir itu peluang bagus untuk menyingkirkan duri di sisinya.

Bong Joo : Hasil pemeriksaan akan diumumkan lusa. Kuharap kita bisa membuktikan Tak tidak bersalah saat itu.


Min Ji yg masih kerja, teringat saat salah satu anak yg mengompas Jae Hoon datang membeli rokok.


"Terima kasih untuk rokoknya." ucap anak itu.

"Banyak merokok dan mati cepatlah." jawab Min Ji ketus.

Anak itu kemudian pergi setelah membayar.


Setelah anak itu pergi, Min Ji menilep selembar uang dari laci uang.

Min Ji pun resah.

Bersambung ke part 4....

The Great Show Ep 13 Part 2

Sebelumnya...


Dae Han dan Bong Joo pergi ke RS Sunghan.

Bong Joo : Ini sangat membuat frustrasi. Entah apa ini akan berakhir seperti pemilu terakhir.

Dae Han hanya menghela nafas mendengarnya.


Mereka lantas bergegas ke meja resepsionis.

Dae Han : Bisa beri tahu aku di mana Hwang Jae Hoon dirawat?

Tepat saat itu, ibu Jae Hoon keluar dari kamar bersama seorang suster.

Suster : Butuh beberapa jam sebelum dia sadar.

"Apa putraku akan baik-baik saja?"

"Operasinya berjalan lancar, jadi, dia akan baik-baik saja."

"Terima kasih untuk semuanya."

Suster berlalu.


Ibu Jae Hoon melihat Dae Han dan Bong Joo. Sontak, emosinya langsung meledak.

Seketika, orang-orang langsung berkumpul melihat keributan itu.

Ibu Jae Hoon : Sedang apa kau di sini! Berani sekali kau datang ke sini!

Dae Han : Aku sungguh minta maaf. Apa Jae Hoon baik-baik saja?

Ibu Jae Hoon : Bagaimana bisa anak laki-laki yang perutnya pecah baik-baik saja! Menyerangnya dengan pensil mekanis belum cukup! Sekarang dia bersekongkol dengan yang lain untuk memukuli putraku!  Bagaimana bisa manusia melakukan itu! Bagaimana bisa!


Ibu Jae Hoon lalu mengambil keranjang berisi buah di tangan Dae Han dan membantingnya ke lantai.

Dae Han hanya bisa terdiam.

Ibu Jae Hoon : Aku tidak ingin melihatmu atau putramu! Menyingkirlah dari hadapanku!

Ibu Jae Hoon lantas kembali ke kamar Jae Hoon.


Bong Joo memungut buah2an yg diserakkan ibu Jae Hoon di lantai. Setelah membeku beberapa saat, barulah Dae Han membantu Bong Joo mengutip buah2 itu.

Bong Joo : Kuharap ini tidak menarik perhatian media sampai seleksi nomine selesai.

Dae Han : Kita akan menghentikannya.


Tapi sayangnya, seseorang merekam mereka diam-diam.


Sekarang, Dae Han dan Bong Joo sudah tiba di rumah.

Da Jung tanya apa yg akan terjadi pada Tak?

Song Yi : Kak Tak akan dipenjara?

Dae Han : Tidak. Tidak ada penjara. Jangan khawatir. Jika Tak jujur, tidak akan ada masalah.

Da Jung : Dia mungkin mengatakan yang sebenarnya. Tak mungkin bodoh, tapi dia tidak akan berbohong.

Dae Han : Setelah korban bangun dan bersaksi, semua akan baik-baik saja.

Bong Joo : Tapi aku tidak mengerti. Bagaimana bisa mereka menjebak Tak dengan begitu berani?

Dae Han : Mungkin mereka takut dan mengatakan apa yang terlintas di benak mereka.


Bong Joo : Anggota Dewan Wi, sekarang bukan saatnya mencemaskan Tak.

Dae Han bingung, apa?


Di kamar, Dae Han dan Bong Joo melihat tulisan ibu Jae Hoon di media.

"Semalam, putraku harus dioperasi karena usus yang pecah. Putraku adalah korban perundungan dan kini tidak sadar! Tolong! Itu karena dia dipukuli sekelompok teman sekelasnya. Yang lebih membuatku marah adalah fakta bahwa ketua grup ini adalah putra mantan anggota Dewan yang dikenal sebagai Ayah Nasional. Beberapa pekan lalu, si Pelaku menusuk putraku dengan pensil mekanis. Tolong bantu agar orang yang menyerang putraku sekali lagi tanpa penyesalan, meninggalkannya dengan luka parah, membayar tindakannya."


Paginya,, semua orang membaca artikel Dae Han ttg Tak.

Soo Hyun yg duduk di bus juga membaca artikel itu.

"Anggota Dewan Wi Dikritisi karena Buah"
"Tampak Lebih Penting Baginya daripada Anak Orang Lain"

Begitulah judul2 artikel itu.


Soo Hyun lalu membaca kolom komentar.

"Astaga, keluarga macam apa ini?"
"Dia harus mengurus keluarganya dengan lebih baik sebelum politik."
"Karena inilah Hukum Anak harus dihapuskan."

Soo Hyun hanya bisa menghela nafas membacanya.


Di kamarnya,, Dae Han berusaha menjelaskan pada reporter yang menghubunginya kalau Tak tidak memukul siapapun. Tapi sepertinya reporter2 itu tidak mau mendengarnya.

Bong Joo menatap Dae Han iba.


Soo Hyun dan tim nya juga membahas kasus Tak.

Penulis Ahn : Peringkat kata kunci paling populer adalah penghapusan Hukum Anak.

Penulis Ma lalu menunjukkan video Tak menusuk Jae Hoon dgn pensil yg kini viral.

Soo Hyun : Mari tunggu sampai kita tahu kebenarannya. Tak bilang dia tidak memukulinya.


PD Koo masuk.

PD Koo : Aku yakin kalian tahu skandal Anggota Dewan Wi. Kami sudah dapat perintah Direktur.

Soo Hyun : Apa katanya?

PD Koo : Kita harus mengganti panelis.

Soo Hyun : Ini masih terlalu dini. Kita bahkan tidak tahu apakah Tak adalah bagian dari penyerangan.

PD Koo : Periksa Papan Bulletin. Pemirsa meminta kita untuk menyingkirkan Wi Dae Han.

Soo Hyun : Kita tidak boleh terlibat dalam asal tuduh media.

Penulis Ma : Dia benar. Bagaimana kita akan mendapatkan panelis lagi?

PD Koo : Jujur saja. Tiada hari berlalu dengan tenang sejak Anggota Dewan Wi datang.


Soo Hyun : Ayolah! Kau senang sekali karena rating acara kita naik!

PD Koo : Kau pikir aku ingin melakukan ini? Kau seharusnya melihat bagaimana aku dimarahi Direktur.


Jae Hoon sudah sadar. Sang ibu mengaku, lega operasi Jae Hoon berjalan lancar.

Tiba2 Dae Han datang. Ibu Jae Hoon langsung marah2 lagi.

"Beraninya kau, kau sebut dirimu manusia?  Berani sekali kau datang ke sini!"

"Aku mengerti kenapa kau marah. Tapi bisakah aku bicara sebentar dengan Jae Hoon...

"Jae Hoon sudah memberitahuku. Tak adalah yang terburuk."

Dae Han kaget, apa?

Dae Han : Itukah yang dia katakan?

"Tentu saja! Kenapa? Menurutmu dia berbohong, seperti seseorang?"


Dae Han lalu menanyakan sendiri pada Jae Hoon. Jae Hoon pun mengatakan iya kalau Tak yg memukulinya.

Dae Han tidak percaya, Jae Hoon.....

Ibu Jae Hoon mendorong Dae Han keluar dan meminta Dae Han tidak mengganggunya lagi.


Pak Baek menggunakan kasus Tak untuk menjegal Dae Han ke dewan.

Pak Baek : Kita telah melihat bangkitnya standar moral yang diharapkan orang-orang dari para politisi. Aturan partai kami adalah mengecualikan para nomine yang menunjukkan tanda-tanda ketidakcakapan dalam moralitas.


"Berita terbesar hari ini adalah bagaimana putra Anggota Dewan Wi memukuli teman sekelasnya. Apa peraturan kalian juga berlaku untuk bukan hanya anggota partai,
tapi juga keluarga mereka?" tanya seorang reporter.

"Kurasa kita tidak bisa memisahkan nomine dan keluarga. Jika anggota keluarga kandidat bersikap melawan standar moral masyarakat kita, itu akan dianggap serius dalam seleksi nomine kami." jawab Pak Baek.

"Kapan anda akan mengumumkan kandidatnya? tanya reporter lain.

"Aku akan mengumumkannya nanti." jawab Pak Baek.


Dae Han ke kantor polisi dan melihat Tak duduk di sel dgn wajah resah. Tak hanya Tak, tapi ketiga anak-anak yg mengompas Tak, juga ada disana.


Dae Han lalu bicara dgn Tak di ruang interogasi.

Dae Han : Jae Hoon juga bilang kau memukulnya paling parah. Kau yakin tidak melakukannya?

Tak : Kubilang tidak. Dia berbohong.

Dae Han : Kenapa dia berbohong? Dia bilang siapa yang memukulnya karena marah sudah dipukuli!

Tak : Sungguh, aku tidak melakukannya. Saat aku tiba setelah mendapat pesan dari yang lain, Jae Hoon sudah tergeletak di tanah.

Flashback...


Dan memang benar, Tak tidak terlibat.

Saat tiba2 disana, Tak sudah tergeletak.

Anak2 yg mengompas Jae Hoon lah yang memukuli Jae Hoon, lalu meninggalkan Jae Hoon yg terluka parah.

Flashback end...


Tangis Tak keluar.

Tak : Aku menelepon 911 karena tidak bisa meninggalkannya di sana. Tolong percayalah kepadaku.

Dae Han : Anak-anak lain bilang mereka menelepon 911 karena kau memukulinya sampai dia terjatuh.

Tak : Kenapa anda tidak bisa memercayaiku padahal bisa memercayai mereka? Apa karena aku tidak punya hubungan darah dengan anda?

Dae Han : Apa?

Tak : Aku mendengar apa yang anda katakan kepada Kak Da Jung saat anda mengusir kami. Itu yang anda katakan.

Flashback....


Tak mendengar saat Da Jung bicara berdua dgn Dae Han di kamar.

Dae Han : Meski aku ayah kandungmu, aku sama sekali tidak berhubungan dengan adik-adikmu. Aku tidak punya kewajiban menampung mereka.

Flashback end...


Tak : Meskipun Da Jung benar-benar putri anda, kami sama sekali tidak ada hubungannya dengan anda.

Dae Han terdiam mendengarnya.


Dae Han bersama Bong Joo berjalan bersama menuju pintu keluar.

Bong Joo : Akan ada banyak wartawan di luar. Seluruh negeri mengawasimu, jadi, jangan bicara, ya?


Dae Han tiba2 teringat kata-kata yg ia ucapkan pada Dong Nam saat mengantar Dong Nam pergi setelah memberikan uang ke Dong Nam.

Dae Han : Ya, mereka berharga. Lalu kenapa kau memperlakukan mereka seperti sampah?

Dong Nam : Kau pasti berpikir kau ayah hebat karena orang-orang memujimu, tapi kau dan aku sama-sama orang berengsek yang memanfaatkan anak-anak.

Dae Han : Aku juga bukan orang baik, tapi kurasa aku lebih baik darimu. Aku akan menjadi ayah anak-anak menggantikanmu.

Flashback end....


Setibanya diluar, mereka langsung dikepung para reporter.

Reporter : Korban bersaksi bahwa putra anda menyerangnya. Apa pendapatnya soal itu?

Dae Han diam saja.

Reporter : Rakyat kini menuntut agar Hukum Anak dihapuskan. Bisa beri tahu kami pendapat anda? Anda tetap diam. Apa itu artinya anda mengakui serangan yang dilakukan putra anda?

Barulah Dae Han bicara.

Dae Han : Tidak. Aku tidak mengakuinya. Putraku dengan jelas mengatakan dia tidak memukuli korban, dan aku sangat memercayai ucapannya.


Bong Joo pun sebal melihat Dae Han bicara padahal sudah ia larang.


Reporter : Maksud anda korban berbohong? Bagaimana anda bertanggung jawab jika ternyata itu benar?

Dae Han : Aku akan bertanggung jawab penuh sebagai orang tuanya. Aku juga akan menerima kritik masyarakat.

Reporter : Menurut anda apa alasan kekerasan yang dilakukan putra anda terus-menerus?

Dae Han tidak menjawab lagi dan bergegas pergi.


Di mobil, Bong Joo memarahi Dae Han karena menjawab pertanyaan reporter.

Bong Joo : Bagaimana jika Tak berbohong?

Dae Han : Hanya aku yang bisa diandalkan Tak. Setidaknya aku harus memercayainya.

Bong Joo : Tapi ini berlebihan! Karier politikmu bergantung pada hal itu.

Dae Han : Karena kita sudah sejauh ini, Tak dan aku berada di perahu yang sama.

Bong Joo : Apa maksudmu?

Dae Han : Jika aku tidak bisa membuktikan Tak tidak bersalah, Wi Dae Han, si Politisi, tamat riwayatnya.


Bong Joo : Lalu bagaimana denganku? Apa yang harus kulakukan?

Dae Han : Itu bukan masalahku.

Bong Joo : Apa?

Dae Han : Menurutmu apa yang harus kau lakukan? Kau juga di pihak yang sama, jadi, kau harus bekerja denganku. Dan membuktikan Tak tidak bersalah.

Bong Joo :  Sial! Aku pernah memilih pihak yang salah dan ini yang kudapatkan?

Dae Han : Berhentilah merengek, ya?


Teman2 Da Jung mencemaskan Tak. Ia tanya ke Da Jung, apa Tak masih ditahan polisi?

Da Jung : Ya.

"Adikmu bilang dia tidak memukulnya, jadi, aku yakin dia akan dibebaskan."

Tapi teman2 Min Ji malah mengatai Da Jung.

"Ini sebabnya penting untuk datang dari keluarga baik-baik. Aku tahu. Kakak yang nakal dihamili, dan adiknya seorang perundung yang ditangkap karena memukuli temannya."


Da Jung ingin membalas tapi dihentikan temannya.

"Jangan lakukan itu. Abaikan saja mereka."

Teman2 Min Ji terus mengoceh.

"Atau apa lagi? Adikmu akan menyuruh para perundung memukuli kami?"


Min Ji diam saja. Sesekali, ia menatap Da Jung dgn wajah resah. ^Min Ji tahu sesuatu gaes^

Bersambung ke part 3....