• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

King Maker : The Change Of Destiny Ep 14 Part 3

Sebelumnya....


Ibu Suri kaget dibawakan potongan tangan oleh Hakim Lee.

Ibu Suri teriak, ada orang di luar!


Kepala Pelayan Ibu Suri penasaran dan melihat isi kotak itu. Ia terkejut melihat isi kotak itu potongan tangan.

Beberapa pelayan masuk. Hakim Lee teriak, minggir!

Ibu Suri yang paham, minta semuanya meninggalkan mereka.


Ibu Suri : Heungseon-gun, apa-apaan ini?

Hakim Lee : Penipu yang menyebut dirinya Yeoungun-gun. Ini tangan rakyat jelata Lee Min.

Ibu Suri kaget.

Hakim Lee : Sekarang buka mata anda. Keputusasaan anda yang sebenarnya membunuh Dojoenggung. Cara egois anda mengikuti hati telah membawa penipu itu ke istana ini. Jika penipu ini benar-benar naik takhta, bagaimana anda bisa menerima dosa dan menghadapi raja sebelumnya, leluhur, dan rakyat kita?


Hakim Lee lalu membuka kotak yang satunya. Ibu Suri, apa ini?

Hakim Lee : Cek senilai 100.000 koin. Aku tahu istana sedang mengalami kekacauan keuangan dan Raja kurang properti. Jika anda memutuskan bekerja denganku dan menemukan raja baru, pada waktunya aku akan menyita semua dari Keluarga Kim-moon dan mendedikasikan segalanya untuk anda, Ibu Suri.


Hakim Lee lalu ingat saat melihat Chun Joong yang dielu-elukan rakyat.

Chun Joong merendah.

Chun Joong : Dengan segala hormat, bukan aku yang menyelamatkan kalian hari ini! Bagaimana aku bisa dipuji karena menyelamatkan nyawa kalian padahal aku sangat tidak pantas dan tidak berbakat? Kalian diselamatkan oleh pria sejati, dikirim dari langit! Seperti yang dikatakan jeonggamnok, pria sejati tiba di Tahun Babi, dan di Tahun Tikus, dia menggores pohon prem. Tahun ini adalah tahun Babi, seorang pria yang layak menjadi raja akan muncul, dan tahun depan, Tahun Tikus, raja baru akan berkuasa! Pria itu telah membantuku sehingga semua orang bisa diselamatkan!

Rakyat penasaran siapa pria sejati itu.


Chun Joong menatap Chi Sung. Chi Sung mengerti dan langsung minggir. Jae Hwang muncul di belakang Chi Sung.

Chun Joong mengenalkan Jae Hwang sebagai pria sejati yang dikirim dari langit.

Chun Joong : Melalui orang ini, kalian semua bertahan hidup Di sini, berdiri Raja baru! Dia raja baru semua orang!

Bong Ryeon terdiam melihatnya.


Chun Joong merangkul Jae Hwang.

Rakyat langsung memberikan hormat mereka pada Jae Hwang.

Hakim Lee yang melihat itu, curiga dan bertanya-tanya kenapa Chun Joong merangkul putranya.

Flashback end...


Hakim Lee : Ibu Suri. Tolong raih tanganku. Bersama-sama, semua uang dan kekuasaan akan menjadi milik anda, Ibu Suri.

Ibu Suri terdiam.


Nyonya Paeng turun ke bawah begitu Chun Joong dan Bong Ryeon masuk. Nyonya Paeng bilang, ia langsung mencuci semua seprai begitu tahu Bong Ryeon aka datang.

Nyonya Paeng : ... tapi ini tidak seperti selimut sutra yang biasa anda...

Bong Ryeon : Tidak masalah. Aku lebih suka di sini daripada kediaman Kim-moon yang mewah.

Nyonya Paeng : Selamat beristirahat.


Nyonya Paeng pergi meninggalkan mereka berdua.

Ditinggal berdua, Chun Joong mulai salah tingkah dan menatap sekeliling rumah itu.

Chun Joong : Kau yakin tidak apa-apa di sini?


Bong Ryeon memeluk Chun Joong.

Bong Ryeon : Bisakah aku akhirnya beristirahat di sisimu?

Chun Joong : Mulai sekarang, rumahmu adalah di sisiku.


Bong Ryeon teringat suka dan duka yang mereka lewati bersama.

Bong Ryeon : Mulai sekarang, rasa takut orang yang kusayangi terluka, atau mati... aku tidak ingin khawatir lagi. Aku ingin hidup bebas.


Bong Ryeon melepas pelukannya dan menatap Chun Joong.

Bong Ryeon : Bolehkah?

Chun Joong : Kau sudah lama menderita. Maafkan aku. Aku sungguh minta maaf. Dan aku sungguh mencintaimu melebihi hidupku sendiri.


Chun Joong lalu mencium kening Bong Ryeon.

Setelah itu, ia menatap Bong Ryeon dan mereka berciuman.


In Gyu sedang dirawat tabib. Lalu Byeong Woon datang.

Byeong Woon : Dasar bodoh. Kau seharusnya bersyukur aku tidak mengasingkanmu ke Ganghwa. Karena kau terluka, aku telah mempromosikan kapten baru. Pahami itu.

In Gyu kaget, Naeuri!

Byeong Woon : Apa yang bisa kau lakukan untukku? setelah Tuan Putri pergi?

Byeong Woon pergi.


Paginya, Chun Joong dan Bong Ryeon pergi ke halaman. Rakyat disana sedang beraktivitas.

Bong Ryeon menatap Chun Joong dan merasa kalau Chun Joong tidak seharusnya pergi ke rumah itu sendirian.

Chun Joong : Kim Byeong Woon sudah pasti merencanakan serangan akhir, seperti pembunuhan Heungseon-gun. Aku harus menyerang Kim Jwa Keun secara mental. Jika bisa kutanam ketakutan di hatinya, dia tidak akan merencanakan pembalasan. Aku satu-satunya orang yang mampu melakukan ini. Karena di hati mereka, mereka percaya aku peramal terbaik Joseon.

Mendengar itu, Bong Ryeon tertawa.


Chun Joong lantas mendekat dan mencium kening Bong Ryeon. Bong Ryeon tertegun dicium lagi. Chun Joong lalu pergi.


Bong Ryeon tersenyum menatap kepergian Chun Joong sambil memegangi keningnya.

Bong Ryeon yang malu, lalu lari ke dalam.


Chun Joong menemui Jwa Keun. Byung Hak dan Nahab ikut menemani mereka.

Chun Joong : Akhirnya aku bisa memperkenalkan diri kepada perdana menteri terbaik bangsa kita, Tuan Haok.

Jwa Keun : Kudengar kau menulis kata-kata aneh terhadap kami. Aku berencana mengundangmu ke sini untuk meminta diramal, hanya untuk hiburan.

Chun Joong : Kau tidak punya waktu untuk melakukan apa pun atau bercanda.

Jwa Keun : Apa katamu?


Chun Joong : Aku datang untuk membunuhmu.

Chun Joong menyabut pisaunya dan menancapkannya ke meja.


Nahab panic dan langsung teriak manggil orang diluar.

Jwa Keun : Tenangkan dirimu.


Chun Joong lantas meminta Jwa Keun membuat keputusan yang bijaksana.

Jwa Keun tak menjawab dan menatap Chun Joong dengan tatapan sengit.


Bersambung.....

King Maker : The Change Of Destiny Ep 14 Part 2

Sebelumnya...


Wakil PM memberikan laporan kepada Ibu Suri terkait pernikahan Bong Ryeon.

Wakil PM : Departemen upacara telah mengirim empat kandidat final.

Ibu Suri : Aku sudah melihatnya. Tuan Wakil Perdana Menteri, tiga dari empat orang ini dari keluarga Jangdong Kim-moon, dan satu lagi dari keluarga yang lebih rendah. Kenapa tidak sekalian mereka menyuruh kita menikahkannya ke keluarga Kim-Moon?

Wakil PM : Meski mereka mengaku itu dipilih tanpa pandang bulu, pengadilan dikelola oleh keluarga Kim-moon. Kita tidak bisa berasumsi mereka adil. Kami hanya putus asa mencari penerus. Ibu Suri, tanggung jawab anda berlebihan. Mungkin anda sudah memikirkan seseorang?

Ibu Suri : Sebenarnya, ya. *Ibu Suri mikirin In Gyu.


Bong Ryeon menunggu di dekat tandunya bersama Dan. Sepertinya mereka di depan kediaman Yeongun-gun.

Dan : Tuan Putri...

Dan memberitahu Bong Ryeon kedatangan Chun Joong.


Chun Joong tanya, apa Bong Ryeon baik-baik saja? Bagaimana kabarmu?

Bong Ryeon tersenyum, kau mencemaskanku?

Lalu Bong Ryeon mengajak Chun Joong masuk.


Tanpa mereka sadari, seorang pria mematai mereka. Sepertinya orangnya Hakim Lee.


Yeongun-gun datang, Tuan Putri, sungguh mengejutkan.

Bong Ryeon menyuruh Yeongun-gun duduk.


Yeongun-gun duduk dan memegangi pergelangan tangannya yang terdapat tanda lahir yang mirip Ha Jeon.

Bong Ryeon : Ibu Suri mencemaskanmu, jadi, aku datang untuk memeriksamu.


Yeongun-gun menatap kesal Chun Joong.

Yeongun-gun, tapi kenapa pria ini ada di sini bersamamu?

Chun Joong : Aku tidak bisa memperkenalkan diri dengan pantas kepadamu di istana.


Bong Ryeon : Tuan Yeoungun-gun, kau ditakdirkan melakukan hal hebat di masa depan. Peramal bisa sangat berguna. Tidak ada salahnya mengenal seorang peramal.

Yeongun-gun : Tentu.


Yeongun-gun mengalihkan pandangannya dan (sengaja?) menyibak lengannya agar Bong Ryeon melihatnya. Terdapat bekas luka disana.

Bong Ryeon : Apakah aku melihat penyakit kulit?

Yeongun-gun : Pasti dari pohon pernis beracun.


Chun Joong ingat saat Ibu Suri menunjukkan tanda lahir yang mirip Ha Jeon di pergelangan tangan Yeongun-gun.


Chun Joong lalu memberitahu Yeongun-gun bahwa Song Jin sudah kembali ke Gunung Gyeryong. Yeongun-gun yang tahu Song Jin sudah tewas, kaget.

Chun Joong : Aku diberi tahu oleh Tuan Byung Hak.

Yeongun-gun yang kaget menjawab sekenanya, ya.


Chun Joong dan Bong Ryeon saling bertatapan. Bong Ryeon mengangguk dan Chun Joong langsung pamit.


Chun Joong : Aku lihat kau harus lebih pulih, aku permisi. Mari kita bertemu lagi.


Chun Joong keluar. Setelah Chun Joong keluar, Yeongun-gun langsung mengatai Chun Joong pria yang kurang ajar.

Yeongun-gun : Dia muncul dan pergi sesukanya.

Chun Joong : Kau benar. Dia lancang, tapi jujur. Pria berbakat, tapi murni. Dia orang yang sangat layak. Kau seharusnya lega sudah bertemu dengannya. Bahkan jika kau tidak mengerti.

Yeongun-gun bingung, apa?


Chun Joong menunggu Bong Ryeon diluar. Tak lama, Bong Ryeon datang.

Dan menunggu Bong Ryeon di depan pintu kediaman Yeongun-gun, sementara Bong Ryeon bergegas menghampiri Chun Joong.

Bong Ryeon : Anak itu tahu soal kematian Song Jin.

Chun Joong : Dia diam-diam menemui Kim Byeong Woon.

Bong Ryeon : Itu berarti anak itu... kemungkinan besar palsu.

Chun Joong : Ya.

Bong Ryeon : Tapi bagaimana cara membuktikannya?


Chun Joong berpikir, tangannya... Dia memiliki tanda lahir yang sama dengan Dojeonggung.  Yang dia bilang akibat keracunan?

Bong Ryeon langsung ngeh, mungkinkah?

Chun Joong mengangguk.


Pria itu, yang kemungkinan besar orangnya Hakim Lee, mematai mereka.

Dan yang melihat pria itu, langsung berlari ke Bong Ryeon. Sementara pria itu kabur karena ketahuan.

Dan : Tuan Putri, kita harus pergi sekarang. Ada banyak orang yang mengawasi.


Bong Ryeon mengerti dan memberitahu Chun Joong kalau dia akan kabur dari rumah Keluarga Kim.


Chun Joong memegang tangan Bong Ryeon dan tanya apa yang bisa ia bantu.

Bong Ryeon tersenyum dan balas menggenggam tangan Chun Joong.

Bong Ryeon : Entah bagaimana, tapi aku akan menghubungimu. Tolong datang ke kediaman Tuan Haok.

Bong Ryeon pun pergi.


Jwa Keun dan Byeong Woon menemui Raja. Raja sedang minum obatnya saat itu.

Jwa Keun : Raja, anda tampak sehat. Aku sangat senang melihat anda perlahan memulih.

Raja : Ya. Bagaimana denganmu, Perdana Menteri?

Jwa Keun : Anda tidak perlu mengkhawatirkan pria tua sepertiku.

Jwa Keun lalu mengatakan bahwa mereka datang karena istana akan melakukan upacara yang sangat penting.

Raja sinis, maksudmu pernikahan Tuan Putri?


Raja lalu ingat kata2 Bong Ryeon.

Bong Ryeon : Ayah pikir keluarga Kim-moon akan membiarkanku menikah tanpa mereka? Aku akan dikirim ke tempat yang diinginkan oleh Kim Jwa Keun dan Kim Byeong Woon.


Raja : Kita bahkan belum melalui samgantaek.

Byeong Woon : Apa gunanya samgantaek? Nikahkan dengan putra ketiga Kim Jung-duck dari keluarga Kim-moon, Sang-guk.

Raja kaget, apa?


Raja tahu Sang Guk jatuh sakit setelah jatuh dari unta beberapa bulan lalu dan dia lumpuh dan nyaris meninggal.


Raja marah, bagaimana bisa aku menikahkan Tuan Putri dengannya?

Byeong Woon : Apa anda sudah memikirkan masa depan negara setelah bungeo?

*Bungeo = kematian Raja.


Raja marah.


Jwa Keun : Tolong pertimbangkan kembali, Raja.

Byeong Woon : Dengarkan saranku. Bagaimana bisa raja yang tidak berdaya memerintah rakyatnya, bagaimana bisa seorang ayah yang sudah meninggal mengamankan masa depan yang baik untuk anak-anaknya?


Raja makin marah, kau berani menyakiti Tuan Putri setelah kematianku? Kau berani mengancamku?

Byeong Woon : Anda harus membuat keputusan yang bijaksana.


Kasim pun menatap cemas Raja.


Raja yang tidak berdaya, meminta Keluarga Kim tidak boleh menyakiti Bong Ryeon dan ia akan mempertimbangkan saran mereka.

Jwa Keun senang melihat Raja tidak berdaya.

Raja hanya bisa tertunduk sedih atas ketidakberdayaannya.

Raja : Sekarang pergilah.


Malam-malam, Hakim Lee menemui keempat anak buahnya.

Anak buahnya yang duduk di sisi kirinya melaporan tentang Jwa Keun dan Byeong Woon yang menemui Raja.

Hakim Lee langsung tahu Jwa Keun dan Byeong Woon ke istana untuk mengancam Raja.

Yang duduk di samping kanan melaporkan soal Chun Joong yang mengunjungi Yeongun-gun bersama Bong Ryeon.

"Tuan Putri membawa pengawal, kami tidak bisa mendengar apa pun."

Hakim Lee juga tahu, Chun Joong sedang berusaha mencari solusi untuk Yeongun-gun.

Nama pria yang mengikuti Chun Joong adalah Chun. Dia menyuruh Chun mengikuti Chun Joong dengan cermat.


Hakim Lee : Bagi dunia, kalian kalian dianggap pembunuh, penjahat, dan bedebah. Aku menerima kalian berempat karena dalam situasi ekstrem, strategi ekstrem dan tindakan ekstrem harus diambil. Jalan yang baik dan jahat adalah jalan bagi Jae Hwang. Aku akan memanfaatkan kalian sebagai tangan dan kakiku untuk melakukan semua aksi teror. Aku akan mengendalikan istana kerajaan untuk menyelamatkan rakyat kita. Aku akan menerima semua darah dan tuduhan untuk negara ini. Kalian harus membantuku dan mengabdikan hidup kalian untukku. Kalian mengerti?

Mereka berempat, ya, Tuan!

Hakim Lee sudah memutuskan. Dia bertekad mengambil alih istana, seperti yang dilakukan Keluarga Kim selama ini.


Paginya, Raja memanggil Chun Joong ke istana.

Chun Joong : Raja, anda ingin menemuiku?

Raja : Saat masih chodong (anak yang bertugas mengumpulkan kayu bakar) di Ganghwa, aku juga raja muda yang naif. Saat itulah aku bertemu dengan ayahmu. Dia petugas militer.

Chun Joong : Ya, Raja.


Raja berdiri dan mendekati Chun Joong.

Raja : Ayahmu hebat dalam seni bela diri dan sangat istimewa. Dia memiliki kekuatan untuk meraih hati rakyat. Dia tidak serakah dan sangat menonjol dalam segala hal. Bahkan Raja pun bisa iri dengan pria seluar biasa itu. Kau sangat mengingatkanku kepada Choi Gyung saat dia masih muda.

Chun Joong berkaca-kaca mendengarnya.

Chun Joong : Anda menyanjungku, Yang Mulia.


Raja memegang tangan Chun Joong. Masih menatap Chun Joong, ia minta Chun Joong melindungi Bong Ryeon.

Raja : Kuserahkan Tuan Putri Hwa Ryeon kepadamu. Kau harus mencurahkan segalanya dan melindunginya.


Chun Joong terkejut, dan langsung berlutut mengucapkan terima kasih. Air matanya mulai keluar. *Yeaah, Chun Joong dapat restu Raja.


Yeongun-gun mengunjungi Keluarga Kim.

Jwa Keun heran dan bertanya-tanya siapa yang memanggil Yeongun-gun ke rumah mereka.

Byeong Woon : Kami kira ayah. Apa yang terjadi ayah?


Bong Ryeon datang.

Bong Ryeon : Aku yang memanggilnya.

Dan memberikan Bong Ryeon sebotol minuman.


Bong Ryeon pun mendekati mereka dan meletakkan botol itu di meja.

Bong Ryeon : Semua orang yang duduk di sini sangat penting bagi masa depanku. Sebelum aku menikah dan meninggalkan rumah ini, aku ingin menyajikan teh.

Byeong Woon : Kau sudah gila?


Jwa Keun : Silakan.

Bong Ryeon pun mulai menuangkan teh, dimulau dari Jwa Keun, Byeong Woon dan terakhir Byung Hak.


Bong Ryeon :  Aku telah menyiapkan sesuatu yang istimewa untuk Tuan Yeoungun-gun.

Yeongun-gun : Terima kasih.


Bong Ryeon pun mengambil botol yang diberikan Dan tadi dan mulai menuangkan isinya ke dalam cangkir Yeongun-gun, tapi tiba-tiba dia menyiram pergelangan tangan Yeongun-gun. Yeongun-gun langsung kesakitan. Bong Ryeon mencengkram tangan Yeongun-gun.


Bong Ryeon : Ini akan sakit, ini campuran asam asetat glasial dan air!

Byung Hak : Apa yang kau lakukan, Tuan Putri?


Bong Ryeon : Tanda lahir ini dibuat dengan cat untuk menutupi status rakyat jelata dan bekas lukanya. Pewarna poten pasti menyebabkan penyakit kulit ini.

Yeongun-gun kaget dia ketahuan.


Bong Ryeon mendekati Byeong Woon.

Bong Ryeon : Beraninya kau memalsukan kerabat Raja dan mencoba menipu kerabat asli, dewan, kerajaan, dan seluruh rakyat? Haruskah kuberi tahu semua orang?

Byeong Woon membelalak menatap Bong Ryeon.

Bong Ryeon : Bahkan Keluarga Kim-moon yang perkasa tidak akan bisa bertahan dari ini.


Jwa Keun marah dan menatap Byeong Woon.

Jwa Keun : Kau sungguh memalsukan seluruh latar belakangnya?


Byeong Woon berdiri dan mengancam akan membunuh Yeongun-gun.

Bong Ryeon balas mengancam.

Bong Ryeon : Dalam satu sijin berikutnya, jika anak ini tidak terlihat di pelabuhan feri, orang-orangku akan mendatangi Ibu Suri dan dewan. Ibu kandungnya yang miskin akan mendampingi mereka.


Pal Ryeong dan Goo Cheol sedang menjaga ibu Yeongun-gun.


Bong Ryeon : Setelah menyelidiki kematian Song Jin, kami menemukan ibunya. Tapi jangan khawatir, Tuan. Siasat pengkhianatan anda untuk merekayasa raja palsu, aku tidak akan mengatakannya kepada siapa pun.

Byung Hak : Apa maumu, Tuan Putri?

Bong Ryeon : Sebagai gantinya, aku akan meninggalkan rumah ini. Tidak ada yang bisa menghentikanku. Biarkan aku pergi dengan tenang.

Byeong Woon : Itu tidak akan pernah terjadi!


Jwa Keun : Tutup mulutmu!

Byeong Woon : Ayah!


Jwa Keun : Ini bisa menjadi myeol mun ji hwa! Jika ada yang tahu soal insiden ini...

Bong Ryeon : Kalau begitu, anda boleh membunuhku. Anda bisa membunuhku sesuka hati, bukan? Tapi anda tidak perlu melakukannya. Aku tidak berniat menghancurkan keluarga ini atau membalas dendam. Aku hanya ingin kebebasanku.

Jwa Keun terdiam. Ia kesal menatap Bong Ryeon tapi tak punya pilihan lain sekarang selain menuruti Bong Ryeon.


In Gyu cemas, ia tak rela Bong Ryeon bebas.


Dan bergegas keluar menemui Chun Joong.

Dan : Tuan...


Chun Joong berbalik. Bong Ryeon keluar.

Tapi saat hendak menghampiri Chun Joong, In Gyu keluar dan mengancam akan membunuh Bong Ryeon.

Sontak lah, Dan, Chi Sung dan Chun Joong langsung mengarahkan pedang mereka ke In Gyu.

Bong Ryeon : Tuan Haok sudah berjanji kepadaku! Biarkan aku pergi.

Chun Joong menyuruh In Gyu melepaskan Bong Ryeon. Tapi In Gyu malah menyuruh Chun Joong membunuhnya.


In Gyu : Dengan pedangmu, aku dan Bong Ryeon akan mati.  Sudah sampai sejauh ini, sekarang aku tahu sedalam apa perasaanku kepadanya! Melihat Bong Ryeon berlari kepadamu, lebih baik aku membunuhnya.

Bong Ryeon menggeleng, melarang Chun Joong membunuh In Gyu. Chun Joong pun menurunkan pedangnya.

Chun Joong : Kau tidak bisa melakukan ini. Aku tidak peduli jika kau membunuhku, tapi tolong jangan lukai Bong Ryeon. Kau tidak bisa kembali dari itu. Kau akan menyesalinya.


In Gyu tambah muak dengan Chun Joong.

In Gyu :  Bahkan saat ini, kau merasa benar. Kenapa kau selalu merendahkanku? Setiap saat! Kau merampas semua yang kuinginkan lebih dahulu!

In Gyu lalu menyuruh pengawal Keluarga Kim membunuh Chun Joong.


Chi Sung dan Dan melindungi Chun Joong.

Saat Chi Sung dan Dan bertarung dengan pengawal Keluarga Kim yang coba membunuh Chun Joong, Chun Joong mencampakkan pedang In Gyu dengan pedangnya dan menarik Bong Ryeon ke belakangnya.


In Gyu marah dan mau membalas, tapi Bong Ryeon langsung berdiri di depan Chun Joong dan mengarahkan pistolnya ke In Gyu.

Semua kaget.

Chun Joong : Bong Ryeon-ah!


Bong Ryeon : Entah itu cinta atau obsesi, aku tidak peduli. Perasaanmu hanyalah milikmu. Tapi jangan biarkan emosimu menyakiti hidup orang lain... Hidupku... Jangan ikut campur dalam hidupku!

In Gyu yang terpukul, tertawa pahit dan menyuruh Bong Ryeon menembaknya.


Bong Ryeon terpancing dan menembak In Gyu.

In Gyu syok Bong Ryeon benar-benar menembaknya.


Bong Ryeon jatuh terduduk setelah menembak In Gyu. Dia syok berat.

In Gyu pun tak sadarkan diri. Entah masih hidup atau sudah tewas.


Chun Joong terus memeluk erat Bong Ryeon yang masih syok.

Bong Ryeon : Aku menembaknya... Aku membunuh Chae In Gyu...

Chun Joong : Jangan khawatir. Aku di sini untukmu. Aku akan selalu di sini untukmu. Tidak apa-apa. Semua sudah berakhir.


Yeongun-gun dan ibunya sudah di kapal.

Pal Ryeong : Hei, Tukang Kapal, aku mengandalkanmu.

Mereka pergi.

Pal Ryeong merasa tak asing dengan si tukang kapal.

Dan si tukang kapal, ternyata orangnya Hakim Lee!


Chun Joong membawa Bong Ryeon ke kampung tempat para pasien menetap.

Bong Ryeon lalu melihat Man Seok sedang bersama keluarganya.

Ibu Man Seok sudah tua. Man Seok lega melihat ibu dan putrinya selamat.

Man Seok menatap putrinya.

Man Seok : Dal Nim ayah yang manis. Kau rindu ayah, bukan?


Man Seok melihat Bong Ryeon dan bergegas lari menghampirinya.

Man Seok : Tuan Putri, kau pergi dengan tenang?

Bong Ryeon : Terima kasih sudah menepati janjimu.

Man Seok terdiam dan langsung melirik Chun Joong, lalu berkata kalau Bong Ryeon lah yang sudah menyelamatkan putri dan ibunya dari penyanderaan In Gyu. Man Seok lantas bertanya bagaimana caranya agar ia bisa membalas kebaikan Bong Ryeon.


Bong Ryeon menatap Chun Joong dan bilang kalau Chun Joong membantunya.

Man Seok kaget, apa?

Bong Ryeon : Dia sudah tahu. Dia tahu kau menemui In Gyu.


Mendengar itu, Man Seok pun merasa bersalah dan langsung berlutut pada Chun Joong.

Man Seok : Tolong bunuh aku, Tuan.

Chun Joong mendekati Man Seok.

Chun Joong : Lupakan saja. Aku senang keluargamu selamat.

Man Seok : Bagaimana kau bisa begitu pemaaf? Seolah-olah tidak terjadi apa-apa? Bagaimana kau bisa begitu tenang?

Chun Joong : Hanya kau yang mengingat ayahku seperti aku. Kau temanku. Aku tidak mau kehilangan teman dan keluargaku lagi. Ke depannya, jujurlah denganku. Bisakah kau melakukan itu?

Man Seok pun semakin merasa tidak enak.


Tuan Jo menemui Ibu Suri. Ibu Suri kaget, kelahiran Yeongun-gun mencurigakan? Dia bukan anak Hoepyeong-gun? Dia terlahir sebagai rakyat jelata?

Tuan Jo : Tuan Lee Hang Ro sendiri khawatir karena kerabat raja yang memperkenalkan Yeoungun-gun menghilang. Bagaimana anda bisa begitu mudah memercayai mereka?


Hakim Lee datang.

Ibu Suri langsung menyuruh Wakil PM pergi.


Hakim Lee masuk. Di belakang, pelayan Ibu Suri membawa dua kotak besar.

Ibu Suri : Kenapa kau kemari selarut ini?

Hakim Lee : Aku punya sesuatu yang sangat istimewa untuk Anda, Ibu Suri. Meski sudah larut, aku datang secepat mungkin.

Ibu Suri : Sesuatu yang istimewa?

Pelayan meletakkan dua kotak itu di depan Ibu Suri.


Ibu Suri membuka kotak pertama. Isinya potongan tangan yang masih berdarah-darah.

Sontak Ibu Suri menjerit.

Bersambung ke part 3...