• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruby Ring Ep 77 Part 2

Sebelumnya...


Tuan Bae, Nyonya Park dan nenek asyik menikmati buah sambil menonton televisi.

Tak lama kemudian, Geum Hee datang membawakan teh.


Chorim kesal karena Dongpal mengajaknya ke restoran sekembalinya mereka dari bulan madu.

Dongpal beralasan, kalau mereka harus membantu Gilja di restoran.

Tapi Chorim tetap kesal, ditambah bulan madu mereka yang belum selesai.


Dongpal mengajak Chorim masuk, tapi saat hendak masuk, mereka melihat Jihyeok yang bekerja membantu Soyoung.

"Itulah anakku." puji Dongpal.

"Anakmu? Anak kita." ralat Chorim.


Mereka pun masuk.

Begitu melihat Chorim, Soyoung pun langsung memeluk Chorim.

Soyoung kemudian bercerita, bahwa ia akan menutup restoran jika saja Jihyeok tidak datang dan membantunya.

"Memangnya kemana kakakku?" tanya Chorim.

"Dia tidak datang dan pergi dari rumah pagi-pagi sekali." jawab Soyoung.


Chorim pun menghubungi Gilja. Gilja berkata, bahwa ia ada di rumah dan merasa tidak enak badan.

Mengetahui Gilja sakit, Dongpal langsung menyuruh Chorim pulang.

Chorim kembali protes soal bulan madu mereka yang belum selesai.

"Bulan madunya sudah berakhir, Jeong Chorim-ssi." jawab Dongpal, lalu beranjak ke dapur.

Chorim mendengus kesal, lalu meminta Jihyeok menemaninya pulang.


Dalam perjalanan pulang, Chorim mengajak Jihyeok duduk sebentar di taman.

Chorim mau duduk, tapi Jihyeok menyuruhnya menunggu sebentar.

Jihyeok lantas mengeluarkan sapu tangannya dan menjadikannya sebagai alas duduk Chorim.


Ia juga melepaskan jaketnya dan memakaikannya ke Chorim.


Mereka kemudian duduk.

Jihyeok berterima kasih karena Chorim sudah mau menikah dengan ayahnya.

Chorim pun meminta maaf karena merasa sudah mencuri ayah Jihyeok.

"Jangan berkata seperti itu. Aku justu merasa senang terbebas darinya. Tidak ada lagi omelannya." jawab Jihyeok.

"Jjinja?"

Mereka kemudian tertawa.

Chorim lalu meminta maaf karena tidak bisa mengajak Jihyeok tinggal bersama mereka.

Ia lantas meminta Jihyeok menunggu sedikit lagi. Ia berjanji mereka akan tinggal bersama setelah ia dan Dongpal menemukan apartemen murah dengan dua kamar.

Tapi Jihyeok menolak tinggal bersama mereka. Jihyeok bilang, bahwa ia harus mengawasi Daepung agar tidak melakukan hal aneh lagi.


Jihyeok lantas meminta izin untuk memanggil Chorim dengan panggilan eomma.

"Sejak kecil, aku selalu merasa iri saat mendengar teman-temanku memanggil eomma. Aku tidak pernah mengucapkan kata itu." ucap Jihyeok.

Chorim terdiam sejenak.

Tak lama berselang, ia menyuruh Jihyeok memanggilnya eomma.

"Eom... eom..." Jihyeok merasa malu memanggil Chorim eomma.

Chorim lalu cerita, bahwa ia juga tidak punya ibu.


Chorim lantas berteriak memanggil ibunya.

Tangisnya pecah.

Melihat Chorim, Jihyeok ikut berteriak memanggil ibunya.

Chorim lalu memegang tangan Jihyeok dan berjanji akan menjadi ibu yang baik untuk Jihyeok.


Gilja memutuskan membawa rahasia Roo Bi dan Roo Na sampai mati. Menurutnya, itulah yang terbaik. Ia tidak ingin hidup Roo Bi dan Roo Na lebih hancur lagi.


Tak lama kemudian, Chorim datang. Gilja menanyakan Dongpal.

"Dia di restoran, membantu Soyoung. Jihyeok juga ada di sana dan membantu Soyoung."

"Komo, jangan menganggap Jihyeok sebagai beban."

"Itulah rencanaku tapi aku berpikir aku tidak akan bisa menjadi ibu yang baik sepertimu."

"Menurutmu aku ibu yang baik?"

"Tentu saja."


"Bagi Roo Bi iya, tapi tidak bagi Roo Na. Aku mungkin meninggalkan luka batin yang besar padanya."

"Apa Roo Na membuat masalah? Atau Roo Bi? Ah tidak, pasti Roo Na kali ini. Aku sudah menduganya, kukira dia akan berubah setelah kecelakaan itu."

Mendengar itu, Gilja pun marah. Ia meminta Chorim tidak menyalahkan Roo Na lagi.

Gilja lalu ingin memberitahu Chorim bahwa Roo Na adalah Roo Bi, tapi tidak bisa.


Tangis Gilja pecah lagi.

Bersambung...........

Ruby Ring Ep 77 Part 1

Sebelumnya...


Roo Na berusaha melindungi cincinnya. Ia menutupi cincin itu dengan tangannya.

"Semua orang tahu ini cincinku. Ini cincin pertunanganku." ucap Roo Na.


Kesal, Roo Bi pun mencengkram tangan Roo Na.

"Benar, aku bodoh. Jika aku tidak membiarkanmu merebut cincinku, dressku dan menyetir mobilku, semua ini tidak akan terjadi. Tapi menurutmu, berapa lama kau bisa memakai topengmu?" ucap Roo Bi.

"Jalanmu masih panjang. Aku sudah lama berhenti menyalahkan diriku dan menyesali keputusanku. Jika kau ingin menyalahkan seseorang, jangan salahkan aku tapi ibu! Ibu orang pertama yang memanggilku Roo Bi! Ibu yang memakaikan cincin ini padaku!" jawab Roo Na.

"Benar, aku menyalahkan ibu dan Gyeong Min karena tidak mengenaliku! Tapi pada akhirnya, kau lah yang harus bertanggung jawab! Karena ibu dan Gyeong Min tidak mencuri hidup dan wajahku! Jeong Roo Na, neonnikka." ucap Roo Bi.


Gilja pun terduduk lemas mendengarnya. Ia syok.



Di tengah pertengkaran mereka, ponsel Roo Na berdering. Telepon dari Seokho. Roo Na pun terkejut saat Seokho bilang ibunya datang.

"Aku baru sadar dia ibumu. Aku ingat pernah melihatnya di hari pernikahanmu. Dia menanyakan padaku dimana kamar mandi." ucap Seokho.

Dan kedua gadis itu langsung keluar dari kamar mandi, mencari sang ibu.Tapi tidak menemukannya.

Tak lama, Jin Hee lewat dan mereka langsung bertanya pada Jin Hee tapi Jin Hee mengaku tidak melihat siapa pun.


Gilja menangis meninggalkan kantor Gyeong Min.


Ia ingat kata-kata Roo Na tadi bahwa dirinya lah yang bersalah karena memakaikan cincin itu pada Roo Na dan memanggil Roo Na Roo Bi.


Lalu ia teringat saat dirinya menyematkan cincin itu ke jari Roo Na dan memanggil Roo Na dengan nama Roo Bi saat Roo Na siuman.


Dan terakhir, ia ingat saat Roo Bi menangis setelah mengatakan ingatannya sudah pulih.

"Roo Na-ya, apa yang sudah kau lakukan? Uri Roo Bi, Roo Bi ku yang malang." jerit Gilja dalam hatinya.


Roo Na terus berusaha menghubungi ibunya sambil mencari ibunya di setiap sudut kantor.

Ia pun heran ibunya tidak menjawab teleponnya.

Gilja terduduk lemas di taman.

"Apa yang kau lakukan, Roo Na-ya? Anak manis itu... aku bodoh. Bisa-bisanya aku tidak mengenali putriku." sesal Gilja.


Jihyeok ke restoran dan melihat Soyoung bekerja sendirian.

Ia pun langsung turun tangan membantu Soyoung melayani pelanggan.

Selesai melayani pelanggan, Jihyeok langsung ke dapur.

Pelanggan cewek yang dilayani Jihyeok tadi langsung memuji ketampanan Jihyeok dan mengaku pria seperti Jihyeok adalah tipenya.

Mendengar itu, Soyoun langsung menatap itu cewek dengan tatapan sebal.

*Wkwkwkw... Soyoung jealous...


Di dapur, Jihyeok selesai mencuci piring.


Soyoung pun memanggil Jihyeok dan mengajaknya minum cola.

Soyoung kemudian berterima kasih atas bantuan Jihyeok.

"Setidaknya ini yang bisa kulakukan untuk membayarmu kembali." jawab Jihyeok.

"Berhenti mengatakan hal itu. Ini tidak seperti aku meminjamimu uang berton-ton." ucap Soyoung.

Soyoung lalu berkata, bahwa yang dilakukan Jihyeok tadi sangat mengesankan.

"Aku sudah terbiasa melakukannya. Aku mendapatkan banyak pekerjaan di belakang ayahku. Aku bisa semuanya kecuali pacaran." jawab Jihyeok.

Soyoung langsung senyum-senyum mendengarnya. Melihat Soyoung senyum, Jihyeok tertawa.


Gilja sudah lebih tenang.

Ia teringat saat Roo Na menangis dan berkata, bahwa dunia tidak adil padanya.

"Kenapa Roo Bi bisa melakukannya tapi aku tidak! Ini membuatku kesal. Apa yang harus kulakukan, Eomma!"


Lalu ia ingat cerita Roo Na tentang burung cuckoo.

"Dia seperti itu,  bahkan sejak dia kecil. Dia membenciku karena aku selalu membela kakaknya. Dia selalu mengatakan tidak bisa melakukan apapun disaat kakaknya berhasil melakukan semuanya." ucap Gilja.


Tangis Gilja kembali pecah. Ia menyesal karena tidak pernah berada di sisi Roo Na selama ini.

"Jika aku tahu akan seperti ini jadinya, aku tidak akan berada di sisi Roo Bi." ucap Gilja.

Gilja kemudian bertanya-tanya, kenapa Roo Bi tidak memberitahunya.

"Benar, mungkin dia berpikir ini sudah terlambat. Dia tidak memberitahuku karena dia sudah pasrah dan ingin menerima semuanya. Mungkin ini yang terbaik." ucap Gilja.

Gilja pun juga baru sadar alasan Roo Bi tidak menerima In Soo selama ini.

"Itu karena ingatannya sudah kembali jadi ia tidak bisa menikahi In Soo."


Gilja lalu menghubungi Chorim.

"Komo. Komo." ia menangis lagi.

"Ada apa, Eonni? Kenapa kau menangis?" tanya Chorim yang lagi berendam dengan Dongpal.

"Aku hanya... merindukanmu." jawab Gilja membuat Chorim lega.

Dongpal lalu mencipratkan air ke wajah Chorim.

Mereka kemudian tertawa.

Mendengar tawa Chorim, Gilja pun memutuskan panggilanya karena tidak mau mengganggu bulan madu Chorim.


Di kantor, Gyeong Min tak bisa berhenti memikirkan kata-kata In Soo. Ia penasaran dengan yang mau dikatakan In Soo malam itu di Jeju padanya.


Tak lama kemudian, Gyeong Min menghubungi In Soo dan mengajaknya bertemu.

Mereka pun bertemu di kafe. Gyeong Min menanyakan soal kata-kata In Soo di Jeju padanya malam itu. Ia ingat, In Soo mengatakan bahwa ia memiliki hati dua wanita.

"Maksudmu istriku dan Roo Na, kan?" tanya Gyeong Min.

In Soo pun mengaku bahwa ia jealous pada Gyeong Min.

Ia memberitahu Gyeong Min bahwa Roo Na mencintai Gyeong Min tapi Gyeong Min tidak percaya.

"Malam itu, saat aku mabuk, kau tahu apa yang kupikirkan. Menurutku, akan lebih baik jika Roo Na memiliki tunangan sepertimu." ucap In Soo.

Tak mau mendengar kata-kata In Soo lagi, Gyeong Min pun beranjak pergi.


Roo Bi duduk di tangga darurat dan memikirkan kata-kata Roo Na soal cincinnya.

"Semua orang tahu ini cincinku."

"Bagaimana itu bisa menjadi milikmu? Hanya karena itu berada di jarimu bukan berarti itu milikmu. Aku akan mengambilnya kembali. Tidak peduli apa kata orang, itu milikku. Itu cincin pertunanganku!" batinnya.

Ponselnya kemudian berdering. Telepon dari sang ibu.


"Kau sibuk? Bisakah kau pulang lebih cepat?"

"Aku akan segera pulang. Tapi kenapa ibu menelponku jam segini? Ibu tidak sibuk?"

"Aku tidak sibuk. Roo Na-ya, ini tentang Roo Bi..."

"Ada apa dengan Roo Bi?"

"Roo Bi tidak bermaksud membuat banyak masalah. Dia mengambil semuanya darimu."


"Eomma, kau mendengar pembicaraan kami?"

"Apa maksudmu? Aku bilang ini karena aku merasa kalian bertengkar dan itu menggangguku. Roo Na-ya, aku itu sulit tapi kau bukan Roo Na yang dulu. Kau baik, pintar dan hangat sekarang. Tidak bisakah kau mengerti dia? Aku ingin kau menikah dengan In Soo dan hidup bahagia seperti kakakmu."

"Eomma, menurutmu Roo Bi bahagia?"

"Tentu saja. Dia mencoba yang terbaik. Aku minta maaf karena tidak memperhatikanmu. Tapi mulai sekarang..."

"Eomma, jangan bilang begitu."

 "Kau tahu bagaimana perasaan ibu sekarang?"

"Tentu saja. Eomma, aku harus bekerja sekarang. Kututup teleponnya, ya."


Setelah menutup teleponnya, Roo Bi menangis.

Gyeong Min yang kebetulan melintas bersama karyawannya tidak sengaja melihat Roo Bi.

Ia pun menyuruh karyawannya pergi duluan.

Gyeong Min ingin menghampiri Roo Bi tapi ia ingat kata-kata In Soo tadi bahwa Roo Bi lebih bahagia jika punya tunangan seperti dirinya.

Gyeong Min pun batal menghampiri Roo Bi dan hanya melihat Roo Bi menangis dari kejauhan.

Tak lama berselang, Roo bi menghapus tangisnya dan naik ke atas.

Bersambung ke part 2.......

Ruby Ring Ep 76 Part 3

Sebelumnya...

Akhirnya terbongkar yeorobun!!! Gilja akhirnya tahu....


Gilja langsung ke kamar Roo Bi.

Ia memeriksa lemari dan juga laci, berharap menemukan sebuah petunjuk.

Gilja lalu berhenti mencari dan berharap pikirannya salah.

Tapi kemudian ia kepikiran In Soo.

"Mungkinkah Na PD...?" Gilja syok. Ia curiga In Soo sudah tahu.

"Lalu bagaimana dengan menantuku? Apa yang terjadi?"


Gilja langsung ke kantor Gyeong Min. Ia ingin memastikannya sendiri dengan mendengar langsung dari mulut Roo bi dan Roo Na.

Tapi kemudian, ia menyangkal hal itu dan beranjak pergi meninggalkan kantor Gyeong Min.

Namun langkahnya terhenti. Ia ragu harus harus menanyakan itu pada kedua putrinya atau tidak.

Pada akhirnya, Gilja pun memutuskan untuk menanyakannya.


Di kantor, Roo Bi sedang menikmati jeruk yang dibawanya dari Jeju bersama ketiga rekannya.

Mereka bercanda dan tertawa.


Tak lama kemudian, Roo Na datang. Hyeryeon melihat Roo Na mengenakan cincin ruby.

"Cincin ini milikku. Roo Bi, hanya milikku." ucap Roo Na.

Kesal, Roo Bi pun mendekati Roo Na. Ia ingin mencoba cincin itu tapi Roo Na menolak.

Roo Bi pun berkata, bahwa Roo Na juga pernah mencoba cincinnya.

Mendengar itu, Roo Na pun kesal dan terpaksa memberikan cincin itu pada Roo Bi.


Roo Bi pun menatap cincin itu dengan emosional dan teringat ketika Gyeong Min memintanya tidak melepaskan cincin itu sampai ajal menjemput mereka.

"Roo Na-ssi, cobalah cincin itu. Aku ingin tahu apakah cincin itu cocok dengan warna kulitmu yang cerah." ucap Jin Hee.

Roo Bi pun langsung mencobanya.

"Aku pemilik cincin ini. Aku berjanji pada Gyeong Min tidak akan melepaskannya." batinnya.

"Omo, cantik sekali. Aku tidak tahu cincin rubi begitu cantik." ucap Hyeryeon.

"Cinta yang penuh gairah dan tidak berujung, itulah simbolis ruby." jawab Roo Bi.


Kesal mendengar itu, Roo Na pun berusaha merebut cincin itu tapi Roo Bi mendorong Roo Na dan menjatuhkan cincin itu.

"Omo... haruskah aku memungutnya untukmu?" tanya Roo Bi.

Roo Na pun langsung mengambil cincinnya yang jatuh di bawah meja.

"Kau takut aku mengambil cincinmu dan menyembunyikannya seperti yang kau lakukan padaku?" ucap Roo Bi lagi.

"Roo Na-ssi, apa maksudmu?" tanya Jin Hee.

Setelah mendapatkan cincinnya, Roo Na pun menyuruh mereka semua kembali bekerja.

Jin Hee lantas menyuruh Roo Bi mengantarkan dokumen ke tim desain. Roo Bi langsung pergi.


Roo Na menyusul Roo Bi dan ia menemukan Roo Bi di kamar mandi.

"Apa yang coba kau lakukan!" tanyanya marah.

"Kau ingin ribut denganku cuma karena aku mencoba cincinmu?" jawab Roo Bi.


Gilja akhirnya tiba di kantor Roo Bi dan Roo Na, tapi ia memutuskan tidak jadi menemui mereka karena takut apa yang dipikirkannya benar.

Seokho datang.

"Anda mencari seseorang?" tanya Seokho.

"Dimana kamar mandi?" tanya Gilja.


Disinilah Gilja mendapatkan jawabannya.

Ia masuk ke kamar mandi dan mendengar kedua putrinya bertengkar.


"Kau pikir dengan mengambil cincin ini dariku semua akan kembali seperti dulu?" tanya Roo Na.

"Mengambil cincin itu darimu? Siapa? Aku? Siapa yang pencuri di sini? Siapa pemilik cincin itu?" jawab Roo Bi.

"Jangan seperti anak-anak. Tidak akan ada yang berubah." ucap Roo Na.

"Aku tahu kau sangat memalukan, Jeong Roo Na tapi aku tidak menyangka kau seburuh ini." jawab Roo Bi.


Gilja pun syok mendengarnya.

"Roo Bi adalah Roo Na?" batinnya.

Bersambung.........