• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Blessing of the Sea Ep 7 Part 2

Sebelumnya <<<


Hak Kyu menghampiri Chung Yi.

Chung Yi pun bergegas menghapus tangisnya dan berdiri.

Chung Yi : Kenapa ayah di sini dan tidak mengupas bawang?

Hak Kyu : Bagaimana jika ayah menemui mereka besok? Lalu menjelaskan keadaan mendesak kita. Jika ayah menjelaskan, mereka...

Chung Yi : Tidak, Ayah. Jangan lakukan itu.

Hak Kyu : Itu kesempatan besar.

Hak Kyu lalu meminta Chung Yi meninggalkan rumah. Chung Yi kaget.

Hak Kyu : Putuskan hubungan dengan kami dan lakukan yang kau inginkan. Jika harus bekerja sekeras ini, kau bisa melakukan apa saja. Ayah akan memberikan uang untuk menyewa tempat.

Chung Yi marah, kenapa ayah ingin aku pergi? Aku putri ayah.

Hak Kyu : Kau tidak akan menjadi apa-apa di sini. Ayah tidak bisa menghancurkan masa depanmu juga. Ayah membuatmu merelakan kontes itu.

Chung Yi : Kenapa itu salah ayah? Itu salah Kak Ji Na. Melewatkan wawancara tidak semenyakitkan ucapan ayah barusan. Teganya ayah menyuruhku pergi.

Hak Kyu : Ini semua salah ayah.

Chung Yi : Jangan bilang begitu. Mari kita berjuang bersama sampai Kak Ji Na pulang. Aku berhasil bertahan sampai hampir tenggelam di laut. Percayalah kepadaku. Aku akan bekerja lebih keras.


Nyonya Jung bekerja keras, mengepel lantai panti asuhan.

Pemilik panti datang, menyuruh Nyonya Jung istirahat. Ia takut Nyonya Jung pingsan jika bekerja sekeras itu.

Nyonya Jung : Aku sama sekali tidak lelah. Kau mengizinkanku tinggal di sini. Aku harus membalasnya.

Pemilik panti : Kau sudah berdonasi banyak sejak lama.

Nyonya Jung : Jangan bilang begitu. Aku suka kesibukan. Jangan khawatir. Kembalilah ke kantormu.


Tiba2, terdengar tangisan seorang bayi. Pemilik panti menghela nafas dan langsung masuk ke dalam. Tak lama, ia keluar sembari menggendong seorang bayi yang tidak mau berhenti menangis. Pemilik panti kebingungan caranya mendiamkan bayi itu. Ia mengatakan, bayi itu selalu menangis setiap malam.

Nyonya Jung : Boleh aku mencoba menenangkannya?

Pemilik panti langsung memberikan si bayi pada Nyonya Jung.

Nyonya Jung berdendang kecil untuk menenangkan bayi itu. Ajaibnya, si bayi langsung diam dan bahkan menunjukkan tawanya.

Pemilik panti merasa aneh. Ia merasa bayi itu seperti memiliki ikatan dengan Nyonya Jung.

Nyonya Jung berkata, lagu yang tadi dinyanyikannya adalah lagu favorit putranya.

*Curiga tu bayi anaknya Ji Na dan Shi Joon.


Chung Yi ke toko bunga Nyonya Jung dan mendapati toko bunga itu masih tutup.

Chung Yi cemas dan bertanya2 dimana Nyonya Jung sekarang.


Paginya, Hak Kyu dan Deok Hee sarapan sambil nonton TV. Tapi Deok Hee tidak menyentuh sarapannya sama sekali. Ia tampak lesu. Sementara

Hak Kyu fokus nonton TV yang menyiarkan berita tentang ujian masuk universitas.


Chung Yi yang sedang jualan pancake, juga mendengarkan berita itu di radio.


Usai berjualan pancake, Chung Yi menuntun sepedanya, kembali ke rumah. Di keranjang sepedanya, depan dan belakang, berisi tumpukan bawang.

Kaki Chung Yi tersandung. Sepeda yang dituntunnya pun terlepas dari pegangannya.

Chung Yi menghela napas melihat bawang2nya berserakan di tanah tempat ia mengubur alat lukisnya semalam.

Chung Yi bergegas memungutnya. Saat memunguti bawangnya, ia tak sengaja melihat cairan berwarna hijau di sekitaran tanah tempat ia mengubur alat lukisnya.

Chung Yi heran, tunas baru di cuaca dingin ini?


Chung Yi kemudian ingat bibit yang ditiupnya semalam.

Chung Yi : Benihnya tumbuh?


Seorang kakek memukuli kepalanya, lalu bertanya, dimana Chung Yi mendapatkan bibit aneh itu.

Chung Yi : Aku tidak tahu.

Kakek : Kau tidak tahu yang kau tanam? Bagaimana benih berharga itu bisa bertunas?

Chung Yi : Berharga? Ini?

Kakek : Rawatlah dengan baik. Ini bisa mengguncang Korea. Ini obat yang bisa memberikan apa pun yang kau minta.


Keesokan harinya, Chung Yi pun menabur bibitnya.

Tahun demi tahun, Chung Yi menunggu bibitnya tumbuh.

Tahun 2018...


Bibit yang ditanam Chung Yi tumbuh menjadi dedaunan yang rimbun.

Chung Yi kesal.

Chung Yi : Sudah delapan tahun berlalu. Aku tidak pernah melihat batangmu. Aku pun tidak mengharapkan panen besar.


Ponsel Chung Yi berdering. Telepon dari Deok Hee.

Deok Hee yang ngumpet di dalam lemari berkata, kode Jindo anjing satu.

Deok Hee : Mereka mengejarmu, jadi, kau harus kabur. Aku sudah membayar semua bunganya.

Chung Yi : Apa maksud Ibu?

Deok Hee : Ibu sendiri yang mengirimkannya. Wanita di rumah pohon kesemek ingin meminjamnya beberapa hari. Dia bilang akan membayar bunga tinggi.

Chung Yi : Bisa-bisanya Ibu meminjamkan uang untuk bunga utang Ibu.


Para rentenir yang meminjami Ji Na uang waktu itu, datang. Melihat mereka, Chung Yi langsung kabur. Mereka mengejar Chung Yi.


Di tengah pelarian, seorang pria menghampiri Chung Yi dengan membawa dua kemeja.

"Jae Deok akan ikut kencan buta. Warna mana yang lebih bagus?" tanya pria itu.

Dan Chung Yi sempat2nya menjawab.

Setelah itu, seorang wanita menanyai Chung Yi soal warna kamar yang bagus untuk putrinya. Chung Yi pun lagi2 menjawabnya.

Para rentenir mendekat. Chung Yi bergegas kabur.


Namun tiba2, seseorang menarik Chung Yi. Para rentenir kehilangan jejak Chung Yi.

Orang yang menarik Chung Yi adalah Hak Kyu. Chung Yi senang melihat ayahnya.


Chung Yi membawa ayahnya ke restoran Nyonya Jung. Disana, juga ada Hun Jung yang menjaga meja kasir.

Chung Yi melihat ayahnya yang makan dengan lahap.

Chung Yi : Kenapa ayah di sini?

Hak Kyu : Mabuk laut sungguh bisa membunuh seorang pria. Kapalnya terus bergerak bahkan ketika diparkir. Ayah berusaha menahannya, tapi...

Chung Yi : Sudahlah. Hanya orang berpengalaman yang bisa naik kapal. Aku tidak bisa tidur nyenyak setelah mengantar ayah karena cemas.

Nyonya Jung mendekati mereka dan meletakkan kimchi di meja untuk Hak Kyu.

Nyonya Jung :  Seharusnya kau bisa mendapatkan pekerjaan. Makanlah.

Hak Kyu : Ayah sungguh merindukan sup pereda pengar dengan kuah kimchi lobak.


Hun Jung : Astaga, Pak Shim. Seharusnya bilang saja anda rindu masakan di rumah. Bagaimana jika Bu Bang mendengar? Dia akan marah besar.

Chung Yi : Benar juga. Pasti akan ada masalah dengan Ibu. Dia menangis dan mengadakan pesta saat mengantar ayah pergi. Aku yakin saputangannya bahkan belum kering.


Woo Yang datang sambil marah2.

Woo Yang : Aku enggan mengantar ke Institut Pengembangan Material Mentah.

Hun Jung : Kenapa? Manajer wanita itu marah-marah lagi?

Woo Yang : Jika seleranya begitu mewah, kenapa dia memesan dari sini? Dia terus protes bubuk cabai kita terlalu kasar dan kita menggunakan wijen Tiongkok.


Woo Yang lalu melihat Hak Kyu dan heran sendiri.

Woo Yang : Pak Sim, bukankah anda seharusnya berada di tengah Samudra Pasifikdan melemparkan jaring baru? Kenapa anda makan acar udang di sini dengan Sup Pereda Pengar Yeolmae.

Pak Sim tidak menjawab.


Telepon di restoran berbunyi. Hun Jung menjawabnya dan mengerti.


Hun Jung melirik Woo Yang.

Hun Jung : Tae Yang-i Appa...

Woo Yang : Aku tidak mau.

Hun Jung pun menunjukkan aegyonya untuk membujuk Woo Yang.

Woo Yang : Bersikap manis tidak akan membantu. Kenapa dia tidak langsung memesan dua porsi? Dia selalu begini.


Tapi kemudian, Woo Yang malah aegyo ke Chung Yi, supaya Chung Yi yang mengantarkan pesanan itu.

Chung Yi : Bayar aku dua kali lipat. Bagaimana?

Woo Yang : Baiklah.

Chung Yi : Ayah, jangan pulang sendirian.aPastikan Ayah mengajak mereka, ya?

Bersambung ke part 3...

Blessing of the Sea Ep 7 Part 1

Sebelumnya <<<


Chung Yi baru pulang dan langsung masuk kamarnya dengan wajah lesu.

Tak lama, Deok Hee datang, membawakannya ginseng (tumben?)

Chung Yi tanya, apa itu.

Deok Hee : Kau pikir ibu memberikan racun? Ibu mendapatkannya usai mengadakan  ritual untuk toko obat herbal, jadi, habiskanlah.

Chung Yi pun meminumnya.

Deok Hee : Kenapa kau selalu merengut? Itu hanya uang. Anggaplah kau  meminjamkannya kepada kakakmu. Dia akan membayar berkali-kali lipat saat sudah sukses nanti.

Chung Yi : Bukan karena itu.

Deok Hee : Lantas berhenti merengut. Kau bisa mencari uang lagi.


Hak Kyu masuk dan meminta Deok Hee berhenti membentak Chung Yi.

Deok Hee sewot Hak Kyu tidak bekerja dan datang hanya untuk meneriakinya.

Hak Kyu : Kenapa kau terus mengganggu anak malang ini?


Ponsel Chung Yi berbunyi. Chung Yi menjawabnya dan terkejut. Chung Yi lalu berterima kasih.


Deok Hee tanya siapa yang telpon sampai Chung Yi mengucapkan terima kasih.

Chung Yi : Aku lolos kontes seni. Aku diminta menghadiri wawancara.

Ha Kyu kaget, apa? Tunggu, ayah pikir kau tidak memberikan lukisanmu karena dia.

Chung Yi : Guruku memberikan salinannya. Mereka menyukai lukisanku, jadi, aku lolos.

Hak Kyu senang mendengarnya. Ia bahkan sampai berteriak, hore, membuat Deok Hee menutup telinganya dan menyuruh Hak Kyu diam.


Ji Na berkeliaran sambil menggendong bayinya.

3 orang wanita keluar dari sebuah klub dan menertawakan Ji Na. 3 wanita itu kemudian pergi.


Ji Na menatap pantulan dirinya di pintu kaca.

Ji Na menguatkan hatinya dan kembali berjalan.


Ji Na lalu melihat brosur peminjaman uang.


Chung Yi yang baru saja keluar dari rumah, dikejutkan dengan spray snow yang disemprotkan ayahnya.

Sang ayah lalu mengucapkan selamat padanya dan memberinya semangat.

Chung Yi : Jangan senang dahulu. Bagaimana jika nanti ayah kecewa?

Hak Kyu : Ayah harus senang sekarang agar makin senang nanti. Bagaimanapun, kau akan berhasil. Tidak usah khawatir.


Chung Yi tersenyum.

Tapi saat mau pergi, mereka mendengar suara Deok Hee yang sedang mendoakan Ji Na.

Hak Kyu kesal dan mau memarahi Deok Hee tapi dicegah Chung Yi.

Chung Yi pamit.

Hak Kyu : Semoga berhasil.


Di depan gang rumahnya, Chung Yi bertabrakan dengan 3 orang pria. 3 pria itu kesal, tapi mereka pergi begitu saja tanpa membalas Chung Yi. Namun Chung Yi terkejut saat ketiga pria itu menyebutkan nama ayahnya.


Di halte, Chung Yi kepikiran 3 pria tadi yang mencari ayahnya. Chung Yi lalu menghubungi ayahnya.

Bersamaan dengan itu, bus lewat. Bus pergi. Chung Yi masih membeku halte. Chung Yi berpikir sejenak sebelum akhirnya ia memutuskan balik ke rumahnya.


Sampai di rumah, Chung Yi terkejut melihat ketiga pria itu mengacak2 rumahnya dan membuat orang tuanya ketakutan.

Chung Yi meraih ponselnya dan mengancam akan menghubungi polisi.

Salah satu dari pria itu memberikan sebuah surat pada Chung Yi.

Surat itu adalah surat perjanjian hutang piutang. Di surat itu tertulis, Ji Na meminjam uang 100.000 dolar dan Hak Kyu lah yang penjaminnya. Tapi sepertinya, Ji Na tidak membayar utangnya sehingga ketiga pria itu mencari Hak Kyu.


Chung Yi dan Deok Hee kaget.

Hak Kyu meminta ketiga pria itu melepaskan Chung Yi. Hak Kyu bilang, Chung Yi ada tes penting hari itu.

Deok Hee marah, tesnya tidak penting sekarang.

Chung Yi : Appa!

Hak Kyu : Tidak usah khawatir dan pergilah hadiri wawancaramu. Kau percaya kepada ayah, bukan?


Chung Yi ke Joobo tapi sayangnya ia disuruh pulang karena tes sudah berakhir. Chung Yi menghapus tangisnya.


Pil Doo menyerahkan laporan soal para kandidat yang terpilih pada Young In.

Young In : Bagaimana dengan anak itu? Dia tidak hadir?

Pil Do : Awalnya pun dia memberikan salinan.

Young In : Sungguh? Apa penilaianku tentang anak itu salah?


Deok Hee berbaring di kamarnya. Ia tidak menyangka, Ji Na tega melakukan itu.

Hak Kyu kemudian masuk dan terduduk lemas.

Hak Kyu : Tamat sudah riwayat kita.

Deok Hee : Bagaimana ini? Hidup kita hancur selamanya.

Mereka lalu mendengar suara Chung Yi pulang.


Hak Kyu dan Deok Hee keluar dan melihat Chung Yi sedang membongkar timbunan bawang.

Hak Kyu : Bagaimana wawancaranya?

Chung Yi : Aku tidak bisa membuang-buang waktu. Aku akan mengupas bawang putih dan berusaha semampuku.

Deok Hee : Kau mau kita mengupas bawang putih seumur hidup?

Chung Yi : Kita harus melakukan sesuatu. Ayah harus membayar utangnya.

Hak Kyu : Kapan ayah memintamu memikirkan itu? Bagaimana wawancaranya?

Deok Hee : Kau tidak tahu betapa sulitnya hidup ini. 100.000 dolar itu banyak. Tidak bisa dapat sebanyak itu dengan mengupas bawang putih.

Chung Yi : Aku bukan hanya akan mengupas bawang putih. Aku akan mengupas bawang putih, bawang bombai, dan kastanye Aku akan berusaha semampuku Kita bisa mendapatkan uangnya. Aku ratunya kerja paruh waktu di sini.

Chung Yi menyemangati dirinya. Hak Kyu menatap wajah Chung Yi. Ia tahu Chung Yi sedih.


Malamnya, Chung Yi menguburkan alat lukisnya.


Setelah itu, ia melihat teropong Poong Do dan dua bibit milik orang tua kandungnya.

Chung Yi membukanya dan menyerakkannya di tangan.


Lalu setelah itu, Chung Yi meniupnya dan tangisnya seketika pecah.

Hak Kyu muncul di belakang Chung Yi dan menatap Chung Yi.

Bersambung ke part 2...