• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

King Maker : The Change Of Destiny Ep 20 Part 2

Sebelumnya..


Chun Joong cs, bersama In Gyu berkeliling Ganghwa.

Pal Ryeong : Ini kampung halaman Tuan? Semua orang pasti pergi untuk kabur dari prajurit Barat. Bukankah kau bilang ini tempat tinggal yang bagus?

Tiba-tiba mereka mendengar teriakan.

"Tidak, tolong hentikan!"


Teriakan itu berasal dari seorang gadis yang minta para tentara Beopguk berhenti memukuli ayahnya.

Tentara Beopguk ingin merebut makanan mereka.

"Jika kau mengambil itu, kami akan mati kelaparan!"


Chun Joong cs dan In Gyu datang.

Pal Ryeong sok berani, berdiri di depan Chun Joong.

Pal Ryeong : Aku tidak pernah melihat bedebah semenjijikkan itu.

Tapi pas tentara Beopguk mengarahkan senjata padanya, nyalinya ciut.

Pal Ryeong : Lawan yang harus kau hadapi bukan aku, tapi dia!

Pal Ryeong mendorong Chun Joong ke depannya.


Chun Joong bertarung sendirian melawan para tentara Beopguk.

Saat Chun Joong lengah, seorang tentara Beopguk di belakangnya berniat menembaknya tapi langsung dicegah In Gyu.


Setelah para tentara Beopguk pergi, gadis itu membawa Chun Joong cs ke tempat persembunyian mereka.

Teman-teman gadis itu ketakutan.

"Orang-orang ini menyelamatkan ayahku dan aku.  Mereka juga mengembalikan makanan kita." ucap gadis itu.


Salah seorang pria tua mengenali Chun Joong. Dia ayahnya Seo Dol!

"Semua! Ini putra gubernur kita, Tuan Chun Joong!  Dia masih hidup! Dia masih hidup!" ucap ayah Seo Dol.

Mereka langsung memuja-muja Chun Joong.

Ayah Seo Dol :  Karena Tuan sudah di sini, kita akan baik-baik saja!

Chun Joong : Aku tahu keadaannya sulit. Tapi kalian tetap kuat. Para prajurit kita akan mengusir mereka, apa pun yang terjadi. Kalian harus hidup agar Joseon bisa hidup. Tetaplah kuat dan bertahan.

In Gyu sekali lagi terdiam melihat rakyat memuja Chun Joong.


Raja ke kamar Ratu.

Raja bilang, dia diberitahu kalau hari itu adalah hari baik untuk berhubungan.

Ratu menyuruh Raja mendekat.


Chi Sung patah hati, memilih berjaga diluar saat Raja dan Ratu berhubungan intim.

Chi Sung mencintai Ja Young!!


Raja tertidur pulas usai berhubungan dengan Ratu.

Ratu masih terjaga.

Ratu : Aku punya senjata paling kuat untuk menghadapi ayah. Putra ayah. Aku akan membalas perbuatan ayah kepadaku. Semua rasa malu dan hina ini.

Ratu berkata dalam hatinya, dengan tatapan tajam.


Biksu alam sedang bermain dengan Moon.


Nyonya Lee mendekati Bong Ryeon yang terlihat khawatir.

Nyonya Lee : Kau mengkhawatirkan Tuan Choi?

Bong Ryeon : Ya.

Nyonya Lee : Dia bertahan di negara yang jauh dan kembali. Kau tidak perlu khawatir.

Bong Ryeon : Itu memang benar. Tapi aku bermimpi buruk. Aku punya mimpi yang sama selama beberapa malam. Aku punya firasat buruk tentang mereka.

Nyonya Lee : Tuan Choi membawa Chae In Gyu bersamanya. Mungkin itu sebabnya kau khawatir. Seorang anak bisa merasakan stres seorang ibu dan terpengaruh olehnya. Kau harus menenangkan hatimu.


Bong Ryeon menatap Moon.

Bong Ryeon : Aku harus tetap kuat.

Bong Ryeon teringat ucapan ibunya.

Flashback...


Ban Dal : Bong Ryeon-ah, biksu alam datang menemui ibu.  Dia bilang jika kau dan Chun Joong  terus saling bertemu, kau akan membunuhnya.

Flashback end...


Biksu alam menatap Bong Ryeon.

Bong Ryeon dalam hati, tidak. Tuan dan aku telah mengalahkan takdir buruk itu.


Chun Joong memberitahu rencananya pada Jenderal Yang.

Jenderal Yang : Operasi Jamdo?

Chun Joong : Ya, peluang terbaik kita adalah menyelinap mereka di malam hari dan menyergap.

Jenderal Yang tertawa.

"Peramal terbaik di Hanyang telah berbicara. Rencananya pasti berarti kita sudah memenangi perang ini! Berhentilah bersikap seperti jenderal. Bagaimana jika kau duduk dan meramal kami?" ucapnya, meremehkan Chun Joong.



"Haruskah? Kalau begitu, kau lahir pada tanggal 14 April, tahun tikus. Takdirmu penuh dengan bencana. Kau dibenci oleh atasanmu karena membantah. Itu sebabnya tahun lalu, kau dipindahkan ke Hamgyeong-do." jawab Chun Joong.

Jenderal Yang masih tak percaya. Ia menuding Chun Joong sudah menyelidikinya sebelumnya.

Chun Joong : Begitukah? Lantas, haruskah kuberi tahu perasaan terdalammu? Takdirmu peduli terhadap rakyat. Kau mungkin terlihat kasar dan tangguh di luar, tapi hatimu yang baik penuh tanggung jawab dan empati untuk rakyat. Kau terlalu malu untuk menunjukkannya di luar. Aku juga tahu kau sudah memutuskan. Kau ingin mati di Ganghwa untuk mengalahkan orang Barat. Aku tahu kau sudah menyelidikiku. Seperti aku memprediksi siapa Raja berikutnya, aku akan memberimu ramalan. Kau akan memenangi pertempuran ini, Jenderal. Kau akan mendapatkan kemenangan besar.


Sontak lah, anak buah Jenderal Yang langsung heboh mendengarnya.


Tak ingin memaksa lagi, Chun Joong memilih pamit.

Chun Joong : Kau tidak perlu berurusan dengan peramal rendahan ini lagi. Keputusan ada di tanganmu.


Chun Joong cs keluar.

Pal Ryeong : Takdir peduli terhadap rakyat... Kau hanya membicarakan apa yang ingin dia dengar. Dia tampak seperti pria yang tidak akan pernah mendengarkanmu!

Chun Joong : Tidak, Jenderal Yang Hyun Soo akan memilih rencanaku.

Pal Ryeong : Apa? Kau tidak melihat dia meremehkan semua hal tentangmu?

Chun Joong : Jenderal hebat mana pun akan meremehkan dukun dan peramal. Jenderal Yang juga tahu rencanaku solid. Setelah memikirkannya, dia akan menjalankan rencanaku.

Pal Ryeong : Aku tidak tahu...

Chun Joong : Mau bertaruh?

Pal Ryeong : Aku tidak bertaruh untuk kalah. Aku sudah melihat banyak yang termakan lidah pintar Tuan.


Pelayan Ratu dan Jae Myeon mengantarkan sekotak jeruk pada Hakim Lee.

Jae Myeon : Dia akan membawakannya langsung kepada ayah. Tapi ayah memarahinya hari itu.

Pelayan : Dia ingin melihat anda menikmatinya.


Hakim Lee ingat reaksi Ratu setelah ia memarahinya.

Hakim Lee ingin tahu kegiatan Ratu, tapi Chun tiba-tiba datang.


Chun : Mereka meraih kemenangan besar!

Hakim Lee senang, Joseon kita mengalahkan prajurit Beopguk lancang itu!


Goo Cheol berlari, menghampiri Chun Joong dan Pal Ryeong.

Goo Cheol bilang, lebih dai 70 prajurit Beopguk telah terluka dan terbunuh.

Goo Cheol : Kita tidak kehilangan satu prajurit pun dan hanya empat orang yang terluka.

Pal Ryeong takjub dan memuji Chun Joong.

Pal Ryeong : Tuan, kau sungguh memimpin roh? Aku tahu kau tidak pernah salah, tapi ini benar-benar gila!

Chun Joong : Prajurit Beopguk telah bertarung selama dua bulan. Mereka kelelahan. Kita takut bubuk mesiu dan kekuatan militer mereka, tapi sekarang saatnya kita melawan balik.


Chun Joong menatap In Gyu.

Chun Joong : Rencana kita sukses. Kita sudah selesai, ayo kembali. Keluarga kita menunggu.


Rakyat bersuka cita atas kemenangan mereka.


Saat tengah menunggu kapal, gadis yang mereka selamatkan datang bersama orang-orang lainnya.

Chun Joong : Kenapa kau di sini?

Gadis itu bilang, mereka memutuskan mengikuti Chun Joong.

Chun Joong : Jika memilih mengikutiku, kalian harus hidup seperti pengembara. Kembalilah.

"Sejauh ini semua penguasa telah menganiaya dan merampas dari rakyat. Karena itulah kupikir semua orang seperti itu. Tapi tetua bilang kau tidak seperti itu. Kau memperlakukan orang seperti orangmu sendiri. Aku ingin mengikutimu."

Pal Ryeong meminta Chun Joong mengajak mereka.

Chun Joong setuju.


Jenderal Yang kembali ke markasnya dan langsung menanyakan Chun Joong pada anak buahnya.

Anak buahnya bilang Chun Joong sudah pergi satu jam lalu.

Jenderal Yang kaget Chun Joong sudah pergi, padahal dia mau minta maaf.

Jenderal Yang : Choi Chun Joong...  Sungguh pria yang aneh, tapi hebat.


Malamnya, Bong Ryeon ketiduran di meja.

Seseorang mendekatinya diam-diam.

Bong Ryeon terbangun dan terkejut melihat sosok di depannya.

Chun Joong! Bong Ryeon senang dan langsung memeluk Chun Joong.

Bong Ryeon : Aku senang kau baik-baik saja.


Mereka lalu duduk dan bicara.

Bong Ryeon tanya bagaimana Chun Joong bisa kehilangan In Gyu.

Bong Ryeon : Apa kau melepaskannya?

Benar, Chun Joong memang sengaja melepas In Gyu.


Saat fajar tiba, dua pria datang untuk membebaskan In Gyu.

In Gyu : Apa ayah mengirimmu?

Pria itu mengangguk.

In Gyu lalu pergi dan melihat Chun Joong masih tidur.

Tapi Chun Joong tidak benar-benar tidur. Dia tahu In Gyu pergi.

Flashback end...


Chun Joong :  Aku tidak mau melihat orang yang kukenal terluka atau mati lagi. Chae In Gyu harus tinggal diam-diam. Aku ingin dia tinggal di kampung halamannya, Ganghwa.

Bong Ryeon : Aku mengerti maksudmu.

Chun Joong : Sebenarnya...

Bong Ryeon : Yang benar-benar mencemaskanku itu...

Chun Joong ... aku merasa invasi Barat belum berakhir.

Bong Ryeon pun diam. Ia pun memutuskan tak jadi memberitahu Chun Joong apa yang membuat dia cemas.

"Mari beri tahu dia lain kali. Dia menghadapi banyak tanggung jawab. Aku tidak mau dia mencemaskanku." ucap Bong Ryeon dalam hati.


Melihat raut wajah Bong Ryeon, Chun Joong tanya ada apa.

Bong Ryeon : Bukan apa-apa.


Besoknya di istana, Raja memuji Chun Joong.

Raja : Kau sudah bekerja dengan baik.

Chun Joong : Anda menyanjungku, Raja.


Hakim Lee juga memuji Chun Joong.

Hakim Lee : Dengar baik-baik. Saat kalian berdebat siapa yang disalahkan atas kebakaran Gyeongbokgung. Choi Chun Joong di Ganghwa mengalahkan invasi Barat.

Byung Hak : Kami membayar lebih dari dua kali lipat untuk membangun kembali istana. Jika kami terus membayar seperti ini, semua keluarga bangsawan akan mati kelaparan.

Hakim Lee : Hanya itu alasanmu dibebaskan.


Hakim Lee memberikan Chun Joong hadiah.

Hakim Lee : Ini hadiah untukmu dari Raja kita.

Chun Joong : Aku tidak butuh hadiah atas tindakanku. Tolong tarik kembali, Raja!

Raja : Jangan membuatku merasa bersalah karena menghadiahi kerja yang baik.


Hakim Lee menepuk2 pundak Chun Joong.

Hakim Lee : Choi Chun Joong : yang hebat!

Byung Hak : Choi Chun Joong yang hebat! Benar, bukan?


Ja Young yang mendengar itu, tersenyum evil dan memuji kerja Chun Joong.


Byung Hak memanggil Chun Joong secara terpisah.

Byung Hak : Dengar baik-baik. Jangan memercayai Daewongun. Meski kau bisa berbagi minuman dengannya hari ini, besok, dia berencana membunuhmu. Mengerti?

Chun Joong : Tapi... bukankah kau bertanggung jawab atas pengaduan rencana kita sebelumnya kepada Daewongun?

Byung Hak : Astaga! Mengadu? Beraninya kau! Itu omong kosong. Aku selalu mendukungmu!

Byung Hak memegang pundak Chun Joong.

Byung Hak : Kita harus menjaga pertemanan kita seperti biasanya. Mengerti?

Chun Joong : Ya, jika kau ingin melakukannya.

Byung Hak : Bagus! Bagus! Benar! Benar!


Pelayan istana menyerahkan surat pada Nyonya Lee. Setelah membacanya, Nyonya Lee langsung membakar surat itu.


Besoknya di balai perdagangan, semua orang berkumpul menyambut kepulangan Chun Joong dari medan perang.

Nyonya Lee : Aku senang kau kembali dengan selamat, Tuan Choi.

Chun Joong : Terima kasih, Nyonya.

Man Seok : Aku senang Tuan kembali dengan selamat.

Chun Joong : Terima kasih, Manseok.


Chun Joong melihat orang-orang yang menyambutnya.

Chun Joong : Bukankah mereka bekas warga Sam Jun Do Jang?

"Ya, kami senang kau ingat kami! Kami semua, penganut Katolik, sudah menunggu kau kembali."

Nyonya Lee menjelaskan. Tiga tahun lalu setelah kebakaran, mereka semua dibuang. Tapi mereka dengar kau masih hidup dan berharap kau kembali. Mereka semua berjanji untuk menunggumu.

Man Seok : Dengan hartamu yang kuurus dan bantuan Pedagang Agung, kami menyamarkan mereka sebagai pedagang dan menyebarkannya ke seluruh negeri. Jika mereka berkumpul di Hanyang, Daewongun akan mengejar mereka.

"Karena kau sudah di sini, Tuan, kami semua akan berkumpul. Tolong terima kami."


Nyonya Lee : Rakyat Joseon kita, dengan kepemimpinan bijaksana, bisa mengalahkan wabah dan masa perang. Kita orang yang kuat. Orang- orang kuat ini telah memilih....

Nyonya Lee menatap Chun Joong.

Nyonya Lee : Kau yang dipilih. Jangan berpaling dari mereka.


Chun Joong : Aku tidak pantas. Aku tidak cukup pintar ataupun berharga. Kenapa kalian sangat memercayaiku? Aku tidak pantas mendapatkan cinta, hidup, dan dukungan kalian. Ini berlebihan. Karena aku tidak layak untuk kalian.

Nyonya Lee : Semua orang berkumpul untuk merayakan kedatangan Tuan Choi dengan aman. Silakan duduk dan nikmati pestanya.


Chun Joong dan Bong Ryeon saling tersenyum satu sama lain.


Tapi kebersamaan mereka dirusak oleh kedatangan Hakim Lee yang tiba-tiba.

Chun masuk duluan dan meminta semuanya bersikap hormat pada Hakim Lee.


Suasana langsung tegang.

Chun Joong bergegas menghampiri Hakim Lee.

Chun Joong : Selamat datang. Aku sudah meminta Daewongun Habha memberkati kami. Silakan duduk, Habha.

Hakim Lee : Boleh aku bergabung?

Nyonya Lee menatapnya tajam. Makin banyak makin meriah di hari yang indah ini.


Hakim Lee memegang cangkirnya.

Hakim Lee : Apa aman meminum ini tanpa takut akan hidupku?

Hakim Lee melirik Nyonya Lee.

Nyonya Lee kesal, kenapa? Kau pikir aku mungkin meracuninya? Aku tidak ingin menderita takdir Tuan Kim Jwa Keun. Bukankah kau membuatnya memakan muntahanmu? Aku benci melakukan itu. Jadi, jangan khawatir dan minumlah.

Hakim Lee tertawa, tentu.


Hakim Lee : Kau mengumpulkan Tuan Choi, Tuan Putri, dan bahkan Biksu Alam.

Nyonya Lee : Para dukun terhebat Joseon berkumpul di sini.

Hakim Lee : Begitukah? Kalau begitu, karena kita semua di sini, bukankah akan menghibur mendengar nasib negara kita nantinya? Aku juga membawa seseorang. Seorang profesor di Gwansanggam.

*Gwansanggam, kantor pemerintahan untuk geografi, astronomi, dan matematika.


Si profesor berdiri dan mengenalkan diri. Lalu dia minta izin Hakim Lee untuk bicara lebih dulu.

Profesor : Tuan Daewonwee, kau punya takdir menghancurkan iblis pengganggu orang. Semua kekuatan bertekuk lutut di hadapanmu. Selama 10 tahun ke depan, kau akan kaya raya. Kau harus merasakan semua kekayaan itu.

Pal Ryeong : Jadi, kau mengklaim bahwa Joseon akan makmur karena Habha akan makmur?

Profesor : Tentu saja!

Hakim Lee senang dengan jawaban profesor dan berniat memberinya hadiah.


Hakim Lee lalu tanya pendapat biksu alam.

Biksu alam : Hwa Mu Sip Il Hong. Gwon Bul Sip Nyeon. Semua berakhir.

*Hwa Mu Sip Il Hong, bunga merah hanya tahan 10 hari (tidak ada yang abadi). Gwon Bul Sip Nyeon, kekuatan hanya bertahan 10 tahun.


Hakim Lee : Peruntungan baikku tidak akan bertahan 10 tahun? Inikah maksudmu?

Biksu Alam tertawa, hanya pria tua yang mengoceh. Jangan berpikir macam-macam.


Bong Ryeon menatap tajam Hakim Lee. Ia heran Hakim Lee tidak bertanya padanya. Hakim Lee balas menatap tajam Bong Ryeon.


Hakim Lee menanyakan pendapat Chun Joong.


Hakim Lee kemudian ingat laporan Chun kepadanya.

Chun : Para penganut Katolik yang dilacak interogator kita] telah berkumpul kembali untuk mendukung Choi Chun Joong.  Juga, dari yang kudengar, semua orang Barat dibebaskan dengan aman setelah bicara dengan Chun Joong.

Hakim Lee : Mungkinkah Choi Chun Joong  memanfaatkan umat Katolik untuk bekerja sama dengan orang Barat? Jika yakin dia berbahaya, aku akan memberimu sinyal. Kau harus menangkap Choi Chun Joong saat itu juga.

Flashback end...


Hakim Lee : Kau bertemu dengan banyak orang Barat. Apa masa depan negara kita? Sebagai peramal terbaik di negeri ini, aku yakin ada yang ingin kau katakan.

Chun Joong : Negara ini...

Hakim Lee : Negara ini?

Chun Joong : Di pengujung kehancuran.

Hakim Lee : Apa? Kehancuran?

Chun Joong : Ya. Menurut takdirmu, takdir Raja, dan takdir Ratu, waktu kita 10 tahun lagi. Jika kita tidak bisa mereformasi dalam waktu itu, negara kita akan berjalan di jalur kehancuran.


Hakim Lee marah mendengar jawaban Chun Joong. *Aneh lo, lo yang nanya, lo yang marah!

Hakim Lee : Hanya karena kau membenciku, beraninya kau mengutuk negara kita!

Chun Joong : Aku hanya bicara cara agar negara ini bisa bertahan.

Hakim Lee : Apa? Bertahan? Kau dan lidah pintarmu yang terkenal. Bicaralah. Bagaimana kita bisa bertahan?

Chun Joong : Kita harus menjadi negara netral. Saat di Yeonggilly, aku mendengar sebuah negara bernama Swiss. Itu negara kecil, tapi tidak ada yang bisa menginvasinya. Kunci mereka adalah menjadi negara netral.


Hakim Lee : Apa itu?

Chun Joong : Orang Barat akan menginginkan Joseon. Kita harus membuka pintu kita dan menerima mereka lebih dahulu. Tapi bukan hanya ke satu negara, tapi untuk semua kekuasaan asing. Mereka harus saling bersaing untuk mendapatkan kita. Kita harus mempertahankan kemerdekaan selagi tetap netral ke yang lain. Itulah negara netral.

Hakim Lee : Jika aku tidak melakukan itu, negara kita akan hancur? Dengan lidah pintarmu, kau mencoba bermain-main denganku, Choi Chun Joong!


Chun Joong berdiri.

Chun Joong : Kau belum menyadari bahwa aku peramal terhebat? Peruntungan baikmu kurang dari 10 tahun. Jika kau tidak berhasil dalam 10 tahun, itu akan terlambat. Negara ini dan Tuan Heungseon-gun...


Kesal, Hakim Lee mencabut pedang Chun. Ia berniat membunuh Chun Joong saat itu juga.

Jae Myeon yang juga ada disana, langsung teriak menghentikan ayahnya.

Sang ayah akhirnya memasukkan lagi pedang Chun ke dalam sarung.


Hakim Lee : Lidahmu lancang dan licik. Seharusnya aku membunuhmu. Tapi aku akan memaafkanmu atas kesuksesanmu di Ganghwa. Di masa depan, kau harus menjaga mulutmu. Atau aku mungkin akan memotongnya!

Hakim Lee mengajak Chun pergi.


Setelah Hakim Lee pergi, Chun Joong memejamkan matanya, mencoba menenangkan diri.

Biksu alam dan Nyonya Lee menatap Chun Joong.


Bong Ryeon berdiri dan memegang tangan Chun Joong.

Chun Joong berbalik dan menatap Bong Ryeon.

Bersambung ke part 3...