Ji Won memasukkan Yeo Ri ke mobilnya dan membawanya pergi.
Di perjalanan, Yeo Ri dihubungi ayahnya tapi Ji Won melarang Yeo Ri menjawab panggilan dari siapa pun.
Sontak, Yeo Ri kaget dan menatap Ji Won dengan tatapan bingung.
Sementara itu, Moo Yeol terkejut Hae Joo menciumnya. Hae Joo beralasan, ia hanya berusaha memberi tanda bahwa Moo Yeol adalah miliknya.
"Mulai hari ini, kita pacaran." ucap Hae Joo lagi, lalu beranjak pergi dengan wajah sumringah.
Moo Yeol lalu berbalik dan terkejut melihat Yeol Mae sudah berdiri di pintu gerbang. Yeol Mae pun berkata, akan mengatakan apa yang dia lihat pada Yeo Ri. Sontak, Moo Yeol langsung mengejar Yeol Mae dan Yeol Mae bergegas lari ke dalam.
Ponsel Moo Yeol tiba-tiba berdering. Telepon dari Joo Ho yang menanyakan Yeo Ri.
Moo Yeol pun berkata, Yeo Ri masih di sekolah dan heran karena banyak yang mencari Yeo Ri hari itu.
Sontak, Joo Ho kaget.
"Apa maksudmu? Siapa yang mencari Yeo Ri?"
"Seorang wanita yang tampak kaya datang kemari dan mencari..." belum selesai bicara, Joo Ho sudah memutus panggilannya membuat Moo Yeol semakin heran.
Ji Won dan Yeo Ri tiba di rumah sakit. Ji Won memberitahu Yeo Ri bahwa dirinya tumbuh besar di panti asuhan bersama ayah dan ibu Ji Won. Yeo Ri pun mengaku tidak tahu karena ayahnya tidak pernah mengatakan itu. Ji Won lantas meminta satu hal pada Yeo Ri.
"Yeo Ri-ya, uri Hae Sung-ie...." baru mau memberitahu Yeo Ri, Joo Ho tiba-tiba datang dan langsung menarik Yeo Ri keluar dari mobil itu.
Joo Ho menyuruh Yeo Ri pulang dengan tegas. Yeo Ri pun menurut dan beranjak pergi dengan wajah bingung.
Setelah Yeo Ri pergi, Joo Ho pun masuk ke mobil dan memarahi Ji Won.
Ji Won membela diri, ia berkata, melakukan itu demi putranya yang sekarat di rumah sakit.
"Kau sudah memberitahu dia sejauh mana? Jangan bilang kau sudah memberitahu semuanya."
"Aku mau mengemis, tapi tidak bisa. Aku baru mau memberitahunya."
"Hong Ji Won, dengarkan baik-baik. Aku tidak bisa membantumu. Aku tidak bisa menyakiti anakku demi menolong anakmu. Aku budakmu selama 10 tahun, tapi jangan anakku! Jadi jangan sentuh anakku."
"10 tahun itu tidak gratis! Kau seharusnya membayar kami kembali!"
"Kini kau terdengar seperti dirimu sendiri. Kau akhirnya menunjukkan jati dirimu. Kau benar. Kami bertahan dengan gaji yang kau dan suamimu berikan. Dengan uang itu, aku membelikan Yeo Ri baju, memberinya makan dan menyekolahkannya. Untuk itu aku selalu bersyukur. Tapi sebagai sopir Pimpinan, aku adalah bonekanya. Mengawasi kehidupan pribadinya. Melakukan tugas menjijikkan yang dia perintahkan dan menurutinya secara sukarela untuk membesarkan Yeo Ri dengan pantas."
"Oppa..." pinta Ji Won.
"Jangan panggil namaku. Kau tidak pernah sekali pun tulus menganggapku temanmu." jawab Joo Ho.
Joo Ho lantas turun dan beranjak pergi.
Sementara Ji Won mengepal tangannya. Dengan wajah kesal, ia berkata tidak akan pernah menyerah demi Hae Sung.
Yeo Ri duduk di teras rumahnya dengan wajah bingung. Tak lama kemudian, Moo Yeol datang dan duduk di sebelahnya.
"Yeo Ri-ya, kau baik-baik saja?" tanya Moo Yeol.
"Aku baik-baik saja." jawab Yeo Ri.
Yeol Mae tiba-tiba muncul. Ia berniat memberitahu Yeo Ri tentang ciuman Moo Yeol dan Hae Joo tapi Moo Yeol langsung membekap mulutnya dan membawa adiknya pergi. Sontak, Yeo Ri heran melihatnya.
Joo Ho pulang. Yeo Ri langsung menghampirinya. Joo Ho melarang Yeo Ri menemui anggota keluarga Wid.
"Tidak dengan Hae Joo, Nyonya Hong ataupun Pimpinan. Jangan menjawab telepon dari mereka atau pun menemuinya."
"Tapi ada apa?"
"Kau mengerti tidak!"
"Baik, ayah." jawab Yeo Ri dengan wajah bingung.
Joo Ho lalu memeluk Yeo Ri.
Di kamarnya, Hae Joo tak bisa berhenti memikirkan saat dirinya mengecup bibir Moo Yeol tadi. Ia senang.
Ji Won masuk ke rumahnya dengan tubuh lemas sambil memikirkan kata-kata dokter soal pendonor Hae Sung.
Tak lama kemudian, Hae Joo turun ke bawah dan menanyakan menu makan malam mereka.
"Aku ingin makan daging. Suasana hatiku sedang baik."
Ji Won langsung sewot mendengarnya. Ia memarahi Hae Joo yang tidak terlihat peduli sedikit pun pada Hae Sung yang terbaring sakit.
"Haruskah aku kelaparan karena mengasihaninya? Haruskah aku tidak bernapas juga? Haruskah kita mati bersama?"
"Goo Hae Joo!"
"Sejak dia sakit, aku tidak lagi diperhatikan! Ayah dan ibu hanya peduli pada Hae Sung! Sudahkah ibu memperhatikanku belakangan ini? Kenapa ibu melampiaskannya padaku? Seperti kemarin juga..."
Tepat saat itu, Do Young pulang dan terkejut saat Hae Joo mengatakan bahwa Ji Won menamparnya kemarin.
Hae Joo lalu naik ke atas.
Ji Won berbalik dan hanya bisa terdiam melihat tatapan marah suaminya.
Do Young Do masuk ke kamarnya dengan wajah marah. Ji Won menyusul Do Young dan menjelaskan kalau ia menampar Hae Joo untuk meraih hati Yeo Ri agar Yeo Ri mau menjadi pendonor Hae Sung.
Do Young pun mengancam, tidak akan memaafkan Ji Won jika Ji Won menyentuh Hae Joo lagi.
"Kau mencurigaiku? Kau pikir aku menamparnya karena aku ibu tirinya? Kau tahu bagaimana aku membesarkannya. Setelah anakku meninggal tanpa pernah merasakan dekapan ibunya, Hae Joo meraih hatiku beberapa hari kemudian. " protes Ji Won.
Flashback...
Ji Won yang saat itu menjadi seketaris Do Young, datang ke rumah Do Young untuk mengantarkan dokumen yang diminta Do Young.
Ia lalu mendengar suara tangisan bayi.
Ia pun masuk ke kamar Do Young dan menemukan Hae Joo menangis. Naluri keibuan Ji Won pun muncul.
Ia menggendong Hae Joo dan menyusui Hae Joo.
Selesai menyusui Hae Joo, Do Young masuk ke kamarnya sambil memegang botol soju dan terkejut melihat Ji Won.
Flashback end...
"Mantan istrimu, putrimu menteri, meninggalkanmu dan bayimu karena ibumu bukan istri ayahmu tapi seseorang yang dia tampung untuk memberikannya anak karena istrinya mandul. Itulah kali pertamaku bertemu Hae Joo. Saat kau melamarku, aku tahu yang kau butuhkan bukan seorang istri tapi ibu untuk Hae Joo. Tapi aku sudah melakukan yang terbaik untukmu dan untuk Hae Joo. Tapi kau menuduhku hanya karena aku memukulnya sekali. Sementara putraku Hae Sung, yang lahir 10 tahun kemudian, berjuang bertahan hidup bahkan sebelum memulai masa sekolah."
Ji Won pun menangis.
"Cukup! Kau terlalu sensitif." jawab Do Young.
Do Young lalu bertanya, apa anak yang dilahirkan Ji Won sebelum menikah dengannya sungguh sudah tewas.
"Jika tidak, aku pasti menemukannya entah bagaimana caranya. Yeobo, aku tidak mau kehilangan anakku lagi. Jadi aku akan melakukan apapun untuk menyelamatkan Hae Sung. Jadi cari cara untuk meyakinkan Pak Son bagaimana pun caranya." ucap Ji Won.
Do Chi tertahan di kantor polisi lantaran kabur tanpa membayar makanan yang sudah dimakannya.
Do Chi pun berusaha menjelaskan, kalau ia bukan ingin kabur. Ia juga menunjukkan kartu kreditnya.
"Lalu kenapa kau tidak membayarnya dengan itu?" tanya polisi.
"Aku punya alasan sendiri." jawab Do Chi.
Tak lama kemudian, Joo Ho datang untuk membebaskan Do Chi. Do Chi senang melihat Joo Ho.
*Biar sy tebak, Do Chi tidak pakai kartu kreditnya pasti karena tidak mau kakaknya tahu dia sudah ada di Korea.
Do Chi dan Joo Ho kemudian berjalan menyusuri pinggir jalan. Joo Ho tidak menyangka, Do Chi sudah sebesar itu. Ia berkata, rasanya seperti baru terjadi kemarin ketika Do Chi merengek dan bersikeras tidak mau ke Amerika.
"Anda benar. Anak cengeng dan ingusan itu kini sudah besar." jawab Do Chi.
Joo Ho lantas meminta maaf karena tidak bisa membantu Do Chi saat itu. Tak lama berselang, ia mengaku senang melihat Do Chi sudah kembali.
"Oh ya, apa Pimpinan tahu kau sudah kembali?"
"Aniyo. Saat kudengar soal Hae Sung, aku langsung kembali ke sini untuk membantunya sebagai pamannya tapi katanya tidak perlu karena donornya sudah ketemu..."
Joo Ho pun kaget mendengarnya.
"Tapi tetap saja, aku di tes diam-diam." ucap Do Chi lagi.
Do Chi lalu membuka kopernya dan memberikan Joo Ho hadiah.
Do Chi berkata, itu adalah hadiah ulang tahun.
"Ulang tahun kita sama." ucap Do Chi.
"Aku tidak pernah menyangka hal ini. Tapi aku tidak punya hadiah untukmu."
"Dibandingkan hadiah, sebaiknya paman meminjamkan uang padaku. Aku harus ke hotel. Jika aku menggunakan kartu kredit itu, kakakku pasti akan langsung tahu aku disini. Aku harus kembali ke Amerika dengan penerbangan berikutnya."
Joo Ho masuk ke kamar putrinya dan memeriksa tangan putrinya.
"Bagaimana tanganmu? Kau sudah minum obatmu?"
"Katanya, tanganku baik-baik saja."
"Tidak ada lagi yang sakit?"
"Tidak ada." jawab Yeo Ri sambil menggerakkan tangannya.
Joo Ho lalu melihat luka bakar di bahu Yeo Ri dan ingin Yeo Ri melakukan operasi saat Yeo Ri masuk kuliah nanti.
Yeo Ri pun mengaku, sudah terbiasa dengan luka bakar itu karena luka itu sudah ada sejak ia bayi.
Yeo Ri lalu bertanya, bagaimana ia bisa mendapatka luka itu.
Joo Ho pun berkata, itu salahnya dan meminta maaf karena tidak bisa memberikan tubuh yang indah pada Yeo Ri.
"Ayah mulai lagi. Luka seperti ini bukan apa-apa."
Yeo Ri lantas menanyakan soal lukisan yang dirobek Hae Joo. Ternyata, ayahnya lah yang meminta lukisan itu. Yeo Ri penasaran, lukisan itu untuk siapa.
"Untuk seseorang yang ingin ayah hibur dengan mengatakan bahwa ombak akan datang suatu hari seperti yang ada di lukisan."
Do Chi membuka pintu kamar hotel dan juga jendela.
Ia lalu duduk di tempat tidur dan mengelus dadanya yang terasa sesak.
Kita lalu diperlihatkan flashback, masa lalu Do Chi.
Do Chi kecil yang sedang bermain-main di lantai atas, tak sengaja mendengar kata-kata Do Young yang ingin dia dan ibunya menghilang agar Do Young bisa menjadi pemilik Wid.
Di kamar, Do Young nampak berusaha membunuh ibu Do Chi yang terbaring koma. Tapi belum sempat melakukannya, ia dikejutkan dengan kehadiran Do Chi.
Do Chi yang syok, sampai pipis di celana.
Tak lama kemudian, ibu Do Chi meninggal.
Do Young lantas mengurung Do Chi di gudang.
Do Chi menangis dan merengek minta dikeluarkan. Ia berjanji tidak akan pipis di celana lagi dan merengek ingin ikut ke pemakaman sang ibu tapi Do Young tidak mau mengeluarkannya dari gudang.
Flashback end...
Tangis Do Young pecah teringat semua itu.
Ji Won ke kamar Hae Joo, membawakan makanan untuk Hae Joo tapi Hae Joo yang masih kesal, tidak mau makan.
Ji Won pun berkata, akan melakukan apapun yang Hae Joo mau untuk membujuk Hae Joo.
"Benarkah ibu mau melakukan apapun yang kuminta?" tanya Hae Joo.
Bersambung ke part 2........