• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Ruby Ring Ep 59 Part 2

Sebelumnya...


 Di dapur restoran, Dongpal kesal mengingat pertemuannya dengan Daepung semalam.

"Dia menipu dan membawa kabur uang orang sebanyak 10 ribu dollar. Tidak seharusnya dia berkeliaran di jalan. Dia seperti gelandangan." ucap Dongpal.

Ya, Dongpal terganggu!


Gilja terkejut melihat kedatangan Roo Na. Chorim dan Soyoung pun langsung memberikan ucapan selamat atas kehamilan Roo Na. Dongpal yang baru keluar dari dapur pun ikut memberi ucapan selamat.

"Kenapa kau kemari?" tanya Gilja. Roo Na pun berkata, dirinya hanya mampir.

"Mampir? Kau harus menjaga dirimu sendiri. " ucap Gilja.

"Aku habis dari rumah sakit." jawab Roo Na.

"Sendirian?" tanya Gilja.

"Dengan ibu mertuaku." jawab Roo Na.

"Mertuamu senang, kan? Jadi apa kata dokter? Bayinya baik-baik saja?" tanya Gilja. Roo Na pun mengiyakan.

"Kau membawa fotonya? Hasil USG." tanya Chorim.

"Bibi Chorim, terlalu dini untuk melihat wajah bayinya. Lagipula, aku meninggalkannya di mobilku. Aku akan menunjukkannya lain kali." jawab Roo Na.

"Kau tahu bagaimana cemasnya ibumu padamu? Sampai bayinya lahir, tetaplah di tempat tidur dan jangan kemana-mana.

"Pastikan kau tidak melakukan kesalahan." ucap Chorim.

"Kenapa kau bicara seperti itu?" protes Gilja.

"Mi.. mianhae, eonni. Aku akan mengunci mulutku." jawab Chorim.


Dongpal pun datang dan memberikan Roo Na bunga. Chorim protes karena Dongpal tidak pernah memberikannya bunga.

Dongpal beralasan, itu karena dia akan menjadi paman setelah bayi Roo Na lahir jadi bunga itu hadiah darinya sebagai paman untuk keponakannya.

Mereka semua pun tertawa bahagia. Roo Na merasa tidak nyaman melihat tawa bahagia keluarganya.


Gyeong Min dan Roo Bi bertemu di lorong kantor.

"Kau masih disini? Ini sudah larut." ucap Gyeong Min.

"Bagaimana denganmu?" tanya Roo Bi.

"Oh, aku sudah mau pulang." jawab Gyeong Min.

"Kau mau minum denganku?" tanya Roo Bi.


Dan mereka pun pergi minum. Gyeong Min menuangkan bir untuk Roo Bi. Roo Bi pun meminumnya dengan cepat.

"Kenapa kau tidak minum pelan-pelan?" tanya Gyeong Min.

"Jika aku melakukannya, kau akan pulang terlambat dan Roo Bi tidak akan memaafkanmu. Bertele-tele bukan gaya Jeong Roo Na, jadi aku akan langsung menanyakannya padamu. Hyeong-bu, kenapa kau menghindariku belakangan ini?"

"Apa maksudmu? Banyak yang kupikirkan akhir-akhir ini. Maaf jika aku membuatmu merasa seperti itu." jawab Gyeong Min.

"Jika kau menyesal, bagaimana kalau tambah lagi?" ucap Roo Bi sembari mengangkat botol birnya. Gyeong Min pun langsung menyodorkan gelasnya.

Lalu, mata Roo Bi seketika menjadi berkaca-kaca.


"Kudengar kau akan segera menjadi ayah. Selamat." ucap Roo Bi.

"Gomawo, Cheo-je." jawab Gyeong Min.

"Kau bahagia?" tanya Roo Bi. Lalu Roo Bi bertanya dalam hatinya, apakah kehamilan Roo Na cukup untuk memaafkan Roo Na.

"Aku tidak tahu." jawab Gyeong Min.

"Setelah bayinya lahir, maka tidak akan ada jalan untuk kembali." ucap Roo Bi.

"Tidak ada jalan untuk kembali? Maksudmu?" tanya Gyeong Min.

"Banyak pasangan tetap bersama demi anak.  Anda mungkin menyisihkan konflik sejak dini, tetapi tanpa seorang anak, berapa banyak pernikahan yang akan bertahan seumur hidup? Ada cerita tentang penebang pohon yang berusaha menyembunyikan jubah istrinya sampai mereka memiliki anak ketiga mereka. Tapi istrinya menemukan jubah itu terlebih dulu dan meninggalkannya." jawab Roo Bi.

"Aku tidak menyangka kau sangat peduli padaku dan Roo Bi." ucap Gyeong Min.

"Aku juga merasa aneh. Seperti yang mereka bilang, aku juga banyak berubah." jawab Roo Bi.


"Tapi apa yang kau khawatirkan? Bahwa aku mengkhianati kakakmu? Atau kakakmu akan meninggalkanku?" tanya Gyeong Min.

Roo Bi tidak menjawab dan menenggak birnya.

"Kapan kau dan In Soo akan menikah?" tanya Gyeong Min.

"Haruskah aku menikah dengannya? Apa menurutmu, itu hal yang benar untuk dilakukan?" tanya Roo Bi.

"Tapi kalian berdua saling mencintai." jawab Gyeong Min.

"Aku tidak yakin." ucap Roo Bi.

"Kau tidak mencintainya?" tanya Gyeong Min.

"Apa bedanya?" jawab Roo Bi.


Ponsel Gyeong Min berdering. Telepon dari Roo Na. Begitu Gyeong Min menjawabnya, Roo Bi langsung beranjak pergi.

"Kau dimana?" tanya Roo Bi. Gyeong Min tidak langsung menjawab. Ia terdiam saat melihat kepergian Roo Bi.

"Kau mabuk? Dengan siapa?" tanya Roo Na.

"Jangan cemas. Aku tidak akan lama. Aku akan segera pulang." jawab Gyeong Min, lalu memutuskan panggilan Roo Na.


Roo Bi pergi ke toilet. Ia mencuci tangannya, lalu menatap ke arah cermin dan seolah melihat bayangan Roo Na yang sedang menertawakannya.

"Kau bahkan tidak bisa minum satu gelas pun. Apa yang ingin kau capai? Merayu pria? Jangan membuatku tertawa. Kau? Menggoda kakak iparmu? Jujurlah disini, kau tidak bisa melepaskannya. Kau mengejarnya tanpa tujuan, tapi Bae Gyeong Min sudah pergi terlalu jauh." ucap Roo Na.


Roo Bi pun terduduk lemas. Tangisnya pecah.

"Tapi aku Jeong Roo Bi. Aku disini. Dia percaya kalau Jeong Roo Bi lah yang sedang mengandung anaknya. Bodoh!"


Ponsel Roo Bi berdering. Telepon dari In Soo.


Sementara itu, Gyeong Min memikirkan kata-kata Roo Bi yang bertanya padanya soal pernikahan dengan In Soo. Ia heran, kenapa Roo Bi menanyakan itu padanya.

Lalu, ponselnya berdering. Telepon dari In Soo yang mengabarkann kalau dirinya sudah membawa pulang Roo Bi.

"Dia mabuk jadi aku mengantarnya pulang. Aku ingin menyapamu, tapi tidak bisa. Maafkan aku." ucap In Soo.

Setelah menerima telepon dari In Soo, Gyeong Min pun melanjutkan minumnya.


Gilja menguap lebar. Ia sudah mengantuk, tapi tetap memaksakan dirinya terjaga. Roo Na menelponnya. Roo Na meminta maaf karena sudah membangunkan sang ibu.

"Aku belum tidur. Roo Na belum pulang jadi aku menunggunya." jawab Gilja.

Terkejutlah Roo Na mengetahui Roo Bi belum pulang.


Lalu tak lama, Roo Bi pulang diantar In Soo. Gilja pun kaget melihat Roo Bi yang harus digendong In Soo.

"Dia sedikit mabuk. Maaf, eommoni." ucap In Soo.


Mendengar itu, Roo Na tambah kaget. Gilja pun memberitahu Roo Na, kalau Roo Bi pulang diantar In Soo. Roo Na bertanya, apa Roo Bi minum bersama In Soo. Gilja pun berkata, karena In Soo yang mengantarnya pulang jadi bisa jadi mereka minum bersama.

"Ada apa menelpon ibu?" tanya Gilja.

"Tidak ada apa-apa." jawab Roo Na, lalu menutup telponnya.

Roo Na pun seketika cemas, ia curiga Gyeong Min, Roo Bi dan In Soo minum bersama.


In Soo membantu Roo Bi berbaring. In Soo hendak pergi, tapi Roo Bi memanggilnya. In Soo pun duduk di depan Roo Bi.

"Apa yang harus kulakukan? Aku takut. Aku menginginkannya. Aku ingin membuatnya jadi milikku lagi. Aku ingin menatapnya dan mengatakan bahwa aku lah Jeong Roo Bi." ucap Roo Bi.

"Kalau begitu, lakukanlah." jawab In Soo.


"Tapi Roo Na mengandung anaknya. Bae Gyeong Min, pria yang aku cintai dan Jeong Roo Na, wanita yang kau cintai, mereka akan punya anak." ucap Roo Bi.

"Aku tidak mencintai Roo Na lagi." jawab In Soo.

"Geojitmal. Kau pikir aku tidak tahu alasanmu tetap bersamaku? Karena aku memiliki wajah Jeong Roo Na." ucap Roo Bi.

"Aku mencintaimu, bukan karena wajahmu tapi hatimu." jawab In Soo.

"Seperti apa hatiku? Jujurlah pada dirimu sendiri, kenapa kau tidak meninggalkanku! Karena aku atau Roo Na!" ucap Roo Bi.


Tangis Roo Bi pun pecah. Dia menyuruh In Soo pergi. Tepat saat itu, Gilja masuk membawakan mereka air madu dan terkejut.

"Roo Na-ya, kenapa kau mengusir In Soo? Apa kalian putus?" tanya Gilja.

"Anio, eommoni. Dia hanya mabuk." jawab In Soo.

In Soo lantas membantu Roo Bi berbaring dan setelah itu mereka keluar dari kamar Roo Bi.


"Jangan memarahi Roo Na. Dia sangat tertekan akhir-akhir ini. Karena Roo Bi cuti hamil jadi ia harus menyelesaikan pekerjaan Roo Bi." ucap In Soo.

"Tapi tetap saja, kupikir dia sudah berhenti minum. Ada apa dengannya? Kenapa dia menyuruhmu pergi?" tanya Gilja.

"Dia mabuk." jawab In Soo.

"Lalu apakah ayahmu sudah membaik? Ayahmu harus segera membaik agar kalian bisa menikah." ucap Gilka, membuat In Soo terdiam.


Gyeong Min akhirnya pulang dalam keadaan mabuk. Roo Na pun langsung memapahnya ke tempat tidur.

"Roo Bi-ya, Jeong Roo Bi kesayanganku, kau mencintaiku, kan? Roo Bi-ya, jangan biarkan aku tergelincir." ucap Gyeong Min.

Sontak, Roo Na kaget mendengarnya.

Bersambung.....

Ruby Ring Ep 59 Part 1

Sebelumnya...


Di restoran, Chorim terus menatap Dongpal yang sedang membersihkan lantai, dengan wajah kesal. Ia bertanya-tanya dalam hatinya, kapan Dongpal akan mengajaknya menikah. Chorim berkata, berita kehamilan Roo Na benar-benar memojokkan dirinya dan tahun depan, ia berusia 40 tahun.


Melihat Chorim melamun, Soyoung yang tengah membersihkan meja pun menegur Chorim.

"Eonni, apa yang kau lakukan? Kau harus menyelesaikannya." ucap Soyoung.

"Aku akan istirahat sebentar." jawab Chorim.


Chorim kemudian mendekati Dongpal.

"Dongpal-ssi, setelah restoran tutup, haruskah kita pergi keluar dan minum bir?" tanya Chorim.

"Aku sibuk malam ini." jawab Dongpal.

"Chef No, jangan seperti itu. Kalian berdua harus pergi berkencan." ucap Gilja.

"Menurutmu begitu?" tanya Dongpal.

Dongpal lantas mengajak Soyoung juga. Soyoung menerimanya dengan senang hati. Chorim langsung sewot.

"Kami akan berkencan. Kau mau menjadi obat nyamuk?" tanya Chorim.

"Aku harus ikut, kalau tidak, kalian akan bertengkar seperti anak-anak." jawab Soyoung, membuat Chorim tambah kesal.


Chorim dan Dongpal jalan-jalan berdua di taman. Chorim berkata, sudah lama sekali mereka tidak pergi bersama. Lalu, Chorim bertanya, apakah Dongpal marah padanya karena bunga 1% itu.

"Aku tidak marah. Aku laki-laki. Aku lebih baik dari itu." jawab Dongpal.

"Terima kasih atas pengertianmu." ucap Chorim.


Mereka lalu duduk. Dongpal merasa kedinginan. Chorim pun langsung melepas jaketnya dan memakaikannya ke Dongpal.

"Hentikan! Ini memalukan!" ucap Dongpal.

"Memalukan apanya? Kau memakainya karena dingin." jawab Chorim.


Chorim kemudian membahas kehamilan Roo Na. Ia penasaran, seperti apa bayi Roo Na akan memanggilnya nanti.

"Komo Halmeoni." jawab Dongpal.

"Kau tidak merasakan sesuatu?" tanya Chorim.

"Itu menjijikkan." jawab Dongpal.

Mendengar jawaban Dongpal, Chorim pun sewot. Ia mengaku tidak bisa tidur karena keponakannya akan memiliki bayi tapi ia sendiri belum menikah.

Chorim lantas bertanya, kapan Dongpal akan melamarnya. Ia meminta Dongpal tidak menyuruhnya menunggu lagi. Ia juga mengaku, ingin punya anak juga.


Chorim kemudian menangis. Dongpal pun memeluk Chorim.

Tapi sedetik kemudian, ia mendorong Chorim gara-gara melihat Daepung.

Daepung yang duduk tak jauh dari mereka pun bergegas kabur. Dongpal langsung mengejar Daepung.


Gyeong Min masih terjaga, ia menatap Roo Na yang sudah terlelap sambil memikirkan kata-kata sang ayah.

"Aku belum memaafkan Roo Bi. Begitupun dengan ibumu, juga nenekmu. Tapi demi pertambahan garis darah keluarga ini, kita harus mengesampingkan kebencian kita." ucap Tuan Bae.


Paginya, Roo Na terbangun dan mendapati Gyeong Min tengah bersiap-siap. Ia menunggu respon Gyeong Min, tapi Gyeong Min tetap bersikap dingin padanya.


Lalu, seseorang mengetuk pintu kamar mereka. Setelah Roo Na menyahut, orang itu pun masuk dan ternyata Se Ra.

"Apa kehamilanmu membuat dirimu jadi malas? Cepat turun dan sarapan!" ucap Se Ra.


Roo Na pun bergegas turun dari tempat tidur. Ia berniat mendekati Gyeong Min tapi Gyeong Min langsung keluar kamar tanpa mengatakan apapun padanya.


Di meja makan, Se Ra terus menyindir Roo Na. Ia mengomentari makanan yang cukup banyak di meja padahal tidak ada yang ulang tahun.

"Jangan mulai. Nenekmu memasak ini sepanjang malam." jawab Geum Hee.

"Roo Bi hanya hamil, memangnya seberapa banyak yang bayi itu makan?" ucap Se Ra.

"Hentikan omong kosongmu dan makan saja!" tegur nenek.


Nenek lalu bicara pada Roo Na.

"Roo Bi-ya, kau mengandung calon pewaris keluarga ini. Tubuhmu bukan milikmu sendiri lagi. Jika kau memakai sepatu runcingmu dan duduk di depan komputer, tidak ada bagusnya untukmu. Jadi beritahu orang kantor bahwa kau akan mengambil cuti hamil." suruh nenek.

"Tapi kantor sedang sibuk-sibuknya." jawab Roo Na.

"Dengarkan saja nenekmu. Meskipun kita mencoba tenang, tapi akan ada banyak gosip di kantor. Itu tidak akan bagus untukmu dan calon bayimu." ucap Tuan Bae.

"Baiklah, ayah. Aku akan melakukannya." jawab Roo Na, kepaksa.

"Apa perasaanmu sudah sedikit lebih baik? Kau mengalami morning sickness parah." tanya Nyonya Park.

"Aku baik-baik saja." jawab Roo Na.


"Lebih baik tidak mengalami hal itu. Oya, aku sudah menghubungi Dokter Kim. Kita akan pergi menemuinya." ucap nenek.

Roo Na jelas menolak, ia beralasan, sudah menemui dokternya sendiri belum lama ini. Tapi nenek tetap ingin membawa Roo Na ke Dokter Kim. Roo Na pun berkata, kalau ia akan pergi ke dokter dengan ibunya. Tapi nenek bersikeras membawa Roo Na ke Dokter Kim.

"Daripada pergi dengan mertuanya, lebih baik dia pergi dengan ibunya. Baiklah, Roo Bi. Pergilah dengan ibumu." ucap Nyonya Park menengahi.


"Roo Bi, ingat pakaian bayi yang kau buang ke tempat sampah?" tanya Geum Hee.

Sontak, semuanya kaget. Roo Na pun menjelaskan, kalau itu hadiah pernikahan. Tak ingin Geum Hee bicara macam-macam lagi,

Roo Na pun meminta tambahan nasi. Geum Hee langsung bangkit, ke dapur mengambil nasi untuk Roo Na.


Sekarang, Gyeong Min dan Roo na sudah kembali ke kamar. Roo Na pun tersenyum dan beranjak mendekati Gyeong Min, tapi Gyeong Min masih dingin padanya.

"Kau masih marah padaku? Lupakanlah, Chagiya. Aku ingin bahagia." pinta Roo Na.

"Aku tidak marah. Aku hanya bingung. Kau merahasiakan kehamilanmu, pergi ke dokter sendirian. Aku tidak mengerti. Kau anggap aku ini apa? Apa aku bukan suamimu? Aku bukan ayah dari bayimu?" jawab Gyeong Min.

"Aku sudah bilang padamu, aku tidak tahu kalau aku hamil. Kita sedang ribut, jadi aku tidak bisa menemukan waktu yang pas." ucap Roo Na.

Gyeong Min pun menghela nafas.

"Mianhae, mianhae Gyeong Min-ssi." ucap Roo Na.

"Dimana hasil USGnya? Hasil USG seperti yang dikirimkan In Soo padaku. Kau tidak memintanya setelah diperiksa?" tanya Gyeong Min.

Roo Na pun pura2 tidak ingat dimana menaruhnya.

"Pastikan kau menemukannya. Aku ingin menyimpannya di dompetku." ucap Gyeong Min.


Gyeong Min lalu membahas pakaian bayi yang dibuang Roo Na. Roo Na pun berkata, itu karena In Soo yang memberikan padanya.

"Kenapa dia memberimu pakaian bayi?" tanya Gyeong Min.

"Kau juga merasa ini tidak menyenangkan, kan? Sudah kubilang, pria itu aneh." jawab Roo Na.

"Lalu kau membuang pakaian bayi itu?" tanya Gyeong Min.

"Itu penghinaan bagi para gadis ketika mendapatkan hadiah seperti itu padahal dirinya tidak hamil." jawab Roo Na.

Gyeong Min pun hanya menghela nafas mendengar jawaban Roo Na. Ia lalu beranjak pergi.


Di kantor, Seokho, Hyeryeon dan Jin Hee membicarakan Roo Na. Hyeryeon berkata, bahwa Roo Na sangat beruntung.

"Dia dimanjakan seperti seorang putri dan sekarang dia sedang hamil, dia akan dimanjakan seperti ratu." ucap Hyeryeon.

"Jika kau iri, menikahlah dan pergi bulan madu. Atau tunda bulan madumu dan langsung hamil saja." jawab Jin Hee.

"Orang-orang seperti kita tidak akan bisa bersaing. Mereka berada di eselon lain." ucap Seokho.

"Eselon?" tanya Jin Hee.

"Bayi Manajer Jeong akan diperlakukan seperti Pangeran William." jawab Seokho.

"Jangan kesal. Tidak seburuk itu. Dan aku yakin, banyak orang diluar sana yang iri dengan semua yang kau miliki." ucap Jin Hee.


Roo Bi yang mendengar itu pun kesal. Lalu, ponselnya berdering. Telepon dari In Soo dan Roo Bi memilih tidak menjawabnya.


In Soo pun hanya bisa menghela nafas karena teleponnya tidak dijawab. Lalu, rekannya yang duduk disampingnya mengingatkannya kalau mereka akan on air 3 menit lagi.


Di ruangannya, Gyeong Min bertanya-tanya, kenapa In Soo memberikan Roo Na hadiah baju bayi.
 Lalu, ia teringat saat mendapatkan kiriman foto hasil USG dari Roo Na.


Flashback...

Saat itu, Gyeong Min berpikir In Soo ingin membagi kebahagiaan karena Roo Na hamil. Roo Na yang merasa terganggu pun bergegas menghapus foto itu dengan alasan, Roo Bi akan sangat marah jika menemukannya.

Flashback end...

"Aku tidak mengerti." gumam Gyeong Min.


In Soo yang baru selesai siaran, dihubungi Gyeong Min yang mengajaknya bertemu.


Mereka bertemu di kafe. Gyeong Min menanyakan soal foto hasil USG yang pernah dikirimkan In Soo padanya. Ia mengaku, saat menerima foto itu, awalnya ia berpikir, In Soo salah mengirimkannya. Tapi sekarang, ia sangat penasaran milik siapa foto hasil USG itu.

In Soo pun berkata dalam hatinya, ia menyuruh dirinya mengakui kebenarannya pada Gyeong Min karena itulah hal terbaik yang bisa ia lakukan untuk Roo Bi.


Belum sempat menjawab, ponsel Gyeong Min berdering. Singkat cerita, setelah Gyeong Min selesai bicara di telepon, ia pun membahas kehamilan Roo Na dan mengatakan bahwa dirinya akan menjadi ayah tahun depan.

Setelah itu, ia kembali menanyakan hal yang sama pada In Soo.

"Itu... milik Roo Na sebelum kecelakaan. Saat Roo Na mengingat kecelakaan itu, aku menunjukkan foto itu untuk menenangkannya. Jika saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi, bayi itu mungkin akan lahir ke dunia." ucap In Soo.


In Soo juga bilang, bahwa hari itu dia mabuk. Ia berniat mengirimkan foto hasil USG pada Roo Na, tapi malah mengirimkannya ke Gyeong Min.

"Lalu pakaian bayi yang kau berikan pada Roo Bi sebagai hadiah, kau beli sebelum kecelakaan?" tanya Gyeong Min.

"Karena Roo Bi menikah lebih dulu, jadi aku berpikir dia akan memiliki anak." jawab In Soo.

"Aku merasa, kehamilan Roo Bi adalah hadiah darimu." ucap Gyeong Min.

In Soo pun langsung diam. Ia merasa bersalah pada Gyeong Min.

Bersambung ke part 2......