• Sinopsis Wonderful World Episode 1-16

    Kim Nam Joo dan Cha Eun Woo memiliki rasa sakit yang sama akibat kehilangan seseorang yang sangat berharga bagi mereka.

  • Duis non justo nec auge

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

  • Vicaris Vacanti Vestibulum

    Mauris eu wisi. Ut ante ui, aliquet neccon non, accumsan sit amet, lectus. Mauris et mauris duis sed assa id mauris.

Again My Life Eps 1 Part 4

 All Content From SBS, Viu, nodrakor
Penulis : Catatan-Iza
Sinopsis Lengkap : Again My Life
Sebelumnya : Again My Life Eps 1 Part 3
Selanjutnya : Again My Life Eps 2 Part 1

Foto SBS

Hee Woo tak berani masuk ke rumah. Dia teringat sikapnya dulu kepada kedua orang tuanya.

Narasi Hee Woo terdengar, aku putra yang kekanak-kanakan.

Flashback...

Foto SBS

Hee Woo baru saja pulang. Sang ibu bertanya dia sudah makan apa belum. Hee Woo tak menjawab dan terus berjalan melewati ayah ibunya, menuju kamarnya.

Pak Kim : Astaga, temperamennya itu.

Nyonya Lee : Kami akan pergi bekerja. Ibu sudah membuat sarapan, jadi, pastikan kau memakannya, ya?

Pak Kim dan Nyonya Lee pergi.

Terdengar narasi Hee Woo.

"Itu pertemuan terakhirku dengan orang tuaku."

Foto SBS

Hee Woo keluar dari kamarnya dan tak sengaja menyenggol jemuran kain.

Dia pun kesal.

Lalu dia melihat sarapan yang sudah dibuat ibunya.

Narasi Hee Woo : Orang tuaku tidak bisa merawatku dengan baik karena mereka berusaha mencari nafkah. Aku meremehkan dan membenci mereka. Itulah yang kurasakan dahulu. Jadi, aku berharap menyakiti mereka dengan membuat mereka pulang dan melihat makanan yang mereka siapkan tidak tersentuh.

Foto SBS

Hee Woo sarapan gimbap di pintu belakang toserba.

Ponselnya berbunyi. Dia terkejut menerima kabar ayah ibunya.

Foto SBS

Hee Woo langsung berlari.

Hee Woo hanya bisa terdiam menatap foto kedua orang tuanya. Dia menyesal.

Narasi Hee Woo : Orang tuaku meninggal, meninggalkan putra penuh kebencian yang selalu mereka cemaskan.

Foto SBS

Hee Woo pun pulang. Dia terdiam menahan tangisnya menatap foto ayah ibunya.

Hee Woo : Aku lapar.

Hee Woo akhirnya duduk di kursi makan dan membaca pesan yang ditaruh ibunya di atas tudung makanan.

Nyonya Lee : Putra ibu tersayang. Maaf ibu tidak bisa memasakkanmu makanan lezat karena ibu amat sibuk. Ada bulgogi di kulkas. Pastikan untuk memanaskan itu juga.

Narasi Hee Woo : Ini makanan terakhir yang disiapkan ibuku untukku. Aku putus asa karena sekarang, aku tidak akan pernah punya kesempatan untuk menebus diriku karena menjadi anak yang tidak tahu terima kasih.

Hee Woo makan, sambil menahan tangis.

Hingga akhirnya ia tak bisa lagi menahan tangisnya.

Narasi Hee Woo : Namun, ini mungkin sebelum kematian orang tuaku. Aku sangat berharap alam semesta memberikanku kesempatan sekali seumur hidup.

Foto SBS

Hee Woo pun masuk. Berharap menemukan ayah ibunya. Dia memanggil ayah ibunya tapi tak ada siapapun.

Hee Woo langsung lemas. Dia menangis.

Tapi kemudian, ibunya keluar dari kamar.

Sontak lah dia terpengarah melihat ibunya.

Hee Woo lalu memeluk ibunya.

Sang ibu heran, kenapa kau tiba-tiba begini? Terjadi sesuatu?

Disusul kemudian dengan ayahnya yang keluar kamar.

Pak Kim : Kenapa berpelukan? Apa terjadi sesuatu?

Hee Woo pun memeluk kedua orang tuanya.

Dia bahagia bisa bertemu orang tuanya lagi.

Foto SBS
Foto SBS

Hee Woo menuliskan tentang yang terjadi padanya di buku hariannya.

"Kematian... Sulit dipercaya, tapi aku kembali hidup. Kukira aku hanya butuh hukum dan keadilan di pihakku. Namun, antusiasmeku membuatku arogan."

Hee Woo lalu teringat kata-kata wanita bergaun merah.

"Santai saja menyiapkannya. Jebak dia dengan sempurna."

"Lantas, dia ingin aku mulai bersiap sekarang."

Hee Woo menandai tanggal di kalendernya.

Setelah itu, dia melihat buku matematikanya.

Hee Woo : Astaga. Dasar bodoh.

Sang ibu membuka pintu, kami akan pergi bekerja sekarang.

Foto SBS

Hee Woo mengantar ayah ibunya keluar. Dia bahkan membukakan pagar untuk ayah ibunya.

Ayah ibunya heran. Ayahnya merasa Hee Woo orang asing.

Hee Woo : Hati-hati. Hati-hati dengan mobil di malam hari.

Ayah ibunya makin heran.

Nyonya Lee : Hee Woo. Apa yang terjadi?

Pak Kim : Kau marah kepada kami? Ayah tidak tahu ada apa, tapi ayah akan minta maaf.

Hee Woo : Astaga, aku tidak marah. Aku hanya mengantar kalian.

Pak Kim : Kau terasa lebih seperti tentara dalam perlawanan setiap kali kau bicara dengan kami. Namun, ini pasti melampaui pemberontakanmu. Apa kau berencana menjadi biksu?

Hee Woo : Astaga, tidak.

Nyonya Lee : Ibu tidak percaya kau keluar mengantar kami bekerja.

Foto SBS

Hee Woo memeluk kedua orang tuanya lagi.

Pak Kim : Apa salah kami sampai membuatmu marah seperti ini?

Nyonya Lee : Jika kau tidak marah, apa kau sakit?

Hee Woo : Ya. Aku sakit. Aku sakit karena sangat gembira.

Hee Woo terus memeluk ayah ibunya.

Foto SBS

Hee Woo makan dengan lahap sarapan yang dibikin ibunya.

Selesai makan, dia menuliskan pesan dan menaruh kertasnya di atas meja.

Narasi Hee Woo : Aku harus hidup berbeda dari sebelumnya. Aku harus menjadi lebih kuat. Jauh lebih kuat. Amat kuat. Agar aku bisa melindungi diriku, keluargaku, dan semua orang.

Foto SBS
Foto SBS

Hee Woo mendaftar di akademi.

Petugas yang melihat transkrip nilai Hee Woo berkata, Hee Woo akan mulai di kelas terendah. Hee Woo bilang dia sudah tahu itu.

Hee Woo sekelas dengan Han Mi.

Han Mi : Tidak mungkin. Lihat siapa yang ada di sini. Apa? Jadi, kau ingin kuliah?

Hee Woo : Apa lagi? Kau pikir aku di sini untuk bekerja di toserba?

Han Mi : Begitu rupanya. Jadi, kau lulusan SMA sekarang?

Hee Woo : Lihat dirimu. Kau sudah dewasa sekarang. Kautidak malu? Kau sudah tamat SMA. Berhentilah berlagak tangguh. Kau harus belajar.

Hee Woo membuka bukunya.

Hee Woo : Astaga. Matematika. Akan butuh waktu untuk kembali belajar.

Foto SBS

 Hee Woo mulai belajar.

Dia fokus, mendengarkan penjelasan gurunya.

Hari demi hari berlalu. Hari sudah malam. Hee Woo yang memakai kemeja putihm berjalan menyusuri jalanan.

Lalu dia melihat ayah ibunya di seberang jalan.

Tepat saat itu, sebuah mobil melintas ugal-ugalan.

Sadar mobil itu akan menabrak ayah ibunya, Hee Woo langsung berlari untuk menyelamatkan ayah ibunya. Namun terlambat, ayah ibunya tertabrak.

Foto SBS


Hee Woo terbangun, eomma!

Hari masih pagi. Dia berada di kelas, di tengah-tengah pelajaran.

Gurunya bertanya ada apa. Hee Woo berkata, dia hanya bisa tidak tidur nyenyak semalam.

Hee Woo melihat tanggal di kalender.

Hee Woo bilang besok, hari kecelakaan tabrak lari kedua orang tuanya.

Foto SBS
Foto SBS


Malamnya, Hee Woo melihat google map.

Dia berpikir, apakah ada cara agar ayah ibunya bisa libur.

Lalu ibunya memanggil, menyuruhnya makan.

Foto SBS

Nyonya Lee menyuruh suaminya mencoba kimchi nya. Dia bilang itu sudah terfermentasi sekarang.

Pak Kim : Baiklah. Tentu. Mungkin ini makanan terakhir sebagai sebuah keluarga.

Nyonya Lee melihat Hee Woo, omo, Hee Woo-ya, berat badanmu turun.

Pak Kim : Apa kau berlebihan?

Hee Woo : Tidak. Aku berolahraga sambil belajar. Kalian tidak perlu khawatir.

Pak Kim : Tentu. Mendapat nilai bagus itu bagus, tapi ayah lebih senang melihatmu bekerja keras untuk sesuatu. Para pria di keluarga kita kebanyakan hidup dari ketampanan. Namun, ayah sangat senang melihatmu belajar dengan giat.

Nyonya Lee : Itu mungkin tidak baik untuk kesehatannya. Hee Woo-ya. Ibu hanya ingin kau sehat. Jadi...

Pak Kim : Dia berbohong. Dia menyombong ke rekan kerjanya tentang betapa pintarnya kau.

Nyonya Lee : Tentu saja. Dia putra kebanggaanku.

Pak Kim : Dia bukan hanya putramu. Dia juga putraku. Lihat betapa kau mirip dengan ayah. Kau lah yang orang sebut salinan karbon ayah.

Hee Woo : Ibu. Bisakah ibu bolos kerja malam ini?

Nyonya Lee : Kenapa? Apa ada masalah?

Hee Woo : Ibu bilang tubuh ibu sakit belakangan ini. Aku hanya berpikir mengambil cuti akan bagus untuk ibu.

Pak Kim : Kami tidak bisa libur karena hal seperti itu. Kami beruntung punya pekerjaan dalam ekonomi sulit ini.

Nyonya Lee : Benar. Kami harus bekerja lebih keras dan lebih rajin saat keadaan sulit seperti ini.

Hee Woo : Aku mengambil cuti dari pekerjaan paruh waktuku. Bagaimana jika kita...

Pak Kim : Kau bisa libur sehari. Namun, kami harus bekerja. Kami tidak pernah libur.

Hee Woo pun akhirnya diam. Dia tahu tabiat orang tuanya. Mereka tidak akan cuti karena tahu etika kerja.

Hee Woo memutuskan menunggu mereka di depan pabrik dan mengawal mereka pulang.

Foto SBS

Hee Woo hampir tiba di lokasi kecelakaan. Dia deg-degan, karena sebentar lagi waktunya.

Hee Woo berdiri disana.

Foto SBS

Hee Woo ingat saat dia yang sudah menjadi jaksa, menyelidiki kematian orang tuanya

Hee Woo : Investigasinya tidak dilakukan secara menyeluruh. Setahuku tidak ada kamera pengawas. Namun, pasti ada bekas selip dan puing dari mobil di TKP. Mereka bisa mendapatkan daftar kendaraan jika mereka melacak perbaikan bumpernya. Bagaimana bisa mereka tidak melakukan hal minimum? Kenapa? Mungkin waktu insiden itu juga dipalsukan. Sekitar waktu kejadian, orang tuaku seharusnya masih di sif malam mereka.

Hee Woo melihat perkiraan waktu kematian orang tuanya.

"Perkiraan waktu kematian, pukul 3.38, 18 Mei 2007"

Lalu dia melihat foto-foto TKP.

Foto SBS

Sekarang Hee Woo berada di TKP.

Hee Woo : Jika aku membuat orang tuaku berjalan di jalanan dan mengikuti mereka dari belakang, Aku bisa bersiap untuk kecelakaan apa pun.

Hee Woo melihat jam tangannya.

Foto SBS

Hee Woo berlari. Dia pun tiba di Pabrik Hanil, tempat ayah ibunya bekerja.

Hee Woo menunggui mereka. Tak lama, mereka keluar. Mereka terkejut Hee Woo datang.

Hee Woo : Aku merindukan ibu.

Ayah ibunya tertawa.

Hee Woo : Aku tidak bisa tidur. Aku keluar untuk jalan-jalan.

Nyonya Lee : Kau bahkan tidak tahu kapan sif kami berakhir. Ini sungguh mengejutkan. Kau beruntung mesinnya berhenti berfungsi. Kau bisa menunggu lama di luar sini di malam yang dingin.

Hee Woo pun paham alasan ayah ibunya pulang lebih cepat karena sebuah mesin yang rusak.

Foto SBS

Mereka sama-sama berjalan, menuju pulang. Hee Woo yang awalnya berjalan di belakang, pindah ke samping ibunya.

Narasi Hee Woo : Mereka pulang lebih awal karena mesinnya rusak. Misteri di balik waktu insiden terpecahkan.

Sepanjang jalan, Pak Kim berkata kalau Hee Woo seharusnya tak menjemputnya.

Pak Kim : Kau ada kelas besok pagi. Kau seharusnya tidur.

Nyonya Lee : Namun, senang melihatnya. Mungkin kita berkomunikasi lewat telepati.

Pak Kim : Jangan berkeliaran di jalan saat malam hanya karena kau pria.

Nyonya Lee : Benar. Dengarkan ayahmu. Kau tahu secepat apa mobil melaju di lingkungan ini?

Foto SBS

Saat tiba di lokasi, sebuah mobil melaju ke arah mereka.

Hee Woo bergegas melindungi ayah ibunya.

Hee Woo lega ayah ibunya baik-baik saja.

Foto SBS
Foto SBS

Tapi mobil lain datang.

Sontak lah Hee Woo mendorong ayah ibunya ke pinggir.

Mobil itu nyaris menabrak Hee Woo, tapi Hee Woo berhasil menghindar. Namun yang menjadi korban, justru ayah ibunya.

Mobil itu menabrak ayah ibunya.

Hee Woo syok, tidak!

Narasi Hee Woo : Apa aku menjadi yatim piatu lagi?

Bersambung....

Selesai juga.... Gimana menurut kelen guys???

Ini kayaknya ayah ibu Hee Woo dibunuh ya... Gw kok jadi curiga sama Tae Seob.