“Seo Ji An, turun!” suruh Do Kyung, tapi karena Ji An diam saja, Do Kyung akhirnya membuka seat belt Ji An dan menarik Ji An keluar. Hyuk pun ikut turun dari mobilnya.
Do Kyung marah, karena Ji An tidak menjawab teleponnya atau menghubunginya. Ia ingin tahu, apa yang dilakukan Ji An di tempat itu. Tapi Ji An malah menyuruh Hyuk mengusir Do Kyung. Ji An mengaku, tidak tahu kenapa Do Kyung marah-marah padanya.
Hyuk pun mendekat dan berkata, kau sudah tahu
dia baik-baik saja jadi sebaiknya kau pergi sekarang. Tapi Do Kyung masih terus
menahan Ji An.
“Kau mau kemana? Apa kau akan pulang?” tanya Do
Kyung.
“Kenapa kau peduli?” ucap Ji An, lalu kembali
ke mobil Hyuk.
Do Kyung pun hanya bisa terdiam, menahan
kekecewaannya atas sikap Ji An.
Masih penasaran, Do Kyung pun mengikuti mobil Hyuk. Hyuk memberitahu Ji An, kalau Do Kyung mengikuti mereka. Hyuk lantas bertanya, haruskah ia mengecoh Do Kyung. Ji An berkata, bahwa ia tidak punya alasan untuk menghindari Do Kyung. Ia juga mengaku tidak peduli pada Do Kyung dan menyuruh Hyuk membiarkan Do Kyung.
“Aku tidak tahu bagaimana dia bisa
menemukanmu.” Ucap Hyuk.
Do Kyung sendiri salah paham. Ia fikir, Ji An
lah yang menghubungi Hyuk. Do Kyung kemudian bertanya2, kemana mereka akan
pergi dan apa yang harus ia lakukan pada Ji An.
Do Kyung lalu teringat perkataan ibunya, yang tidak akan menuntut Tuan Seo dan Nyonya Yang demi Ji Soo. Teringat perkataan sang ibu, Do Kyung pun membatalkan niatnya mengikuti Ji An dan memutuskan kembali Seoul.
Hyuk membawa Ji An ke rumahnya. Hyuk mengaku,
bahwa ia dan adiknya yang bernama Yong Gook, menggunakan lantai 1 dan ada
beberapa orang yang menyewa kamar di lantai atas rumahnya.
Hyuk lantas menunjukkan kamarnya yang akan
dipakai Ji An. Hyuk bilang, Ji An boleh menggunakan kamar itu. Ji An
mencemaskan Hyuk. Hyuk bilang, dia akan tidur dengan Yong Gook.
“Kami sudah seperti saudara, jadi kau tidak
perlu cemas. Aku lumayan sering menginap di rumah orang tuaku.” Ucap Hyuk.
“Aku disini tidak akan lama.” Jawab Ji An.
“Ini rumah berbagi, jadi kau tidak berutang
apapun padaku.” Ucap Hyuk.
Melihat Ji An tidak membawa apapun, Hyuk pun
mengajak Ji An berbelanja setelah Ji An beristirahat. Tapi Ji An menolak dan
mengaku akan pergi untuk mengambil barang-barangnya. Hyuk cemas, ia tidak mau
membiarkan Ji An pergi sendiri karena takut Ji An akan bunuh diri lagi. Tapi Ji An bersikeras ingin pergi sendiri
mengambil barang-barangnya. Ji An juga mengaku, kalau dirinya tidak punya
ponsel sekarang. Hyuk pun mengerti.
Tuan Seo duduk di persimpangan jalan,
memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Tak lama kemudian,
Tuan Seo meraih ponselnya dan menghubungi Ji An. Karena masih tidak bisa menghubungi Ji An, Tuan Seo pun
meninggalkan sebuah pesan.
“Ji... Ji An-ah. Kau…. kau baik-baik saja, kan?
Tolong… tolong hubungi ayah. Ayah mohon.”
Di toko roti, Ji Soo teringat perkataan ayahnya
tentang Ji An yang masih belum bisa dihubungi. Ia pun cemas. Takut terjadi
sesuatu pada Ji An, Ji Soo pun mencoba menghubungi Ji An, tapi tidak berhasil.
Ji Soo tambah cemas.
Ji An datang ke Ruang Barang Hilang dan Barang Temuan di stasiun kereta bawah tanah untuk mengambil tasnya. Ternyata Ji An sempat menyimpan tasnya di sana terakhir kali sebelum ia pergi menemui Do Kyung malam itu.
Selain pakaian, di dalam tas juga ada buku
tabungan dan stempel Ji An.
Ji An lalu pergi ke bank untuk mengambil ang
500 ribu dollar nya.
Yong Gook cemas, kalau2 Ji An kabur lagi. Ia
bilang, kalau sampai Ji An kabur lagi, Hyuk tidak akan mungkin bisa menemukan
Ji An lagi. Tapi Hyuk percaya pada Ji An. Ia yakin, Ji An tidak akan kabur
lagi.
“Darimana kau tahu?” tanya Yong Gook.
“Aku bisa merasakannya. Dia masih lemah, tapi
kupikir dia sudah mengatasi bagian terburuknya.” Jawab Hyuk.
Ji An sudah kembali ke rumah Hyuk dan sedang
merapikan pakaiannya.
Seohyun ada di taksi bersama Ji Ho. Taksi mereka berhenti di suatu tempat. Di sana, Supir Ryu dan istrinya sudah menunggu. Sambil menatap gemas pasangan itu, Ji Ho berpesan kalau Seohyun tidak boleh terbawa perasaan. Ji Ho bilang, pasangan itu akan berusaha menarik simpati Seohyun.
Ternyata tempat yang mereka datangi adalah
kantor pengacara. Begitu Seohyun turun dari taksi, Supir Ryu langsung bersikap
hormat dengan membungkukkan badannya pada Seohyun, tapi Seohyun cuek dan
langsung masuk ke kantor pengacara.
Di dalam, pasangan suami istri itu
menandatangani perjanjian kalau tidak akan menyebarkan foto-foto Seohyun. Jika
mereka melanggarnya, maka mereka berdua akan dituntut secara hukum. Supir Ryu
dan istrinya hanya bisa mengangguk ketakutan.
“Dan, jangan pernah mempermainkan hati orang
lagi.” Lanjut Ji Ho.
Supir Ryu hendak minta maaf, tapi baru saja memanggil nama Seohyun, Seohyun langsung menjawabnya dengan ketus.
“Tutup mulutmu! Tidak peduli seberapa besar
penyesalanmu, itu sudah terlambat. “
Ji Ho terkejut, ia tidak percaya Seohyun bisa
bersikap seketus itu.
Setelah urusan beres dan pasangan itu pergi, Ji
Ho mengingatkan Seohyun bahwa bantuannya itu berarti mengurangi hutang ibunya. Seohyun
mengerti dan mengucapkan terima kasih, tapi dengan wajah sedih. Ji Ho pun heran
melihat Seohyun yang mendadak sedih begitu padahal di dalam tadi sangat dingin.
Ji Ho pun marah, kau masih menyukainya? Kau
tidak pernah pacaran, ya?
“Aku pikir, itu cinta sejati.” Jawab Seohyun.
Pecahlah tangis Seohyun. Ji Ho pun panic dan langsung menutupi Seohyun yang menangis dengan jaketnya.
Seohyun lalu berniat mentraktir Ji Ho sebagai
balasannya, tapi yang ada mereka malah makan popcorn doang dan Seohyun menangis
dibalik daftar menu. Ji Ho pun menasehati Seohyun dan Seohyun berterima kasih
atas bantuan Ji Ho. Seohyun bilang, kalau keluarganya sampai tahu masalahnya,
ia bisa dibunuh keluarganya.
“Jika kau mau berterima kasih padaku,
perlakukan noona ku dengan baik.” Ucap Ji Ho.
“Entahlah, aku bingung.” Jawab Seohyun.
Bir buah pesanan mereka pun datang. Seohyun
mencium birnya terlebih dahulu sebelum mencicipinya karena baru pertama kali,
tapi setelah mencicipinya, ia langsung menyukai rasanya.
Ji Ho lantas menanyakan alasan Seohyun meminta
bantuannya.
“Karena kau menyukai uang. Aku pikir, jika aku
membayarmu, maka kau akan menyimpan rahasiaku, tapi itu bukan satu-satunya
alasan. Kau adalah kakaknya Ji An.” Jawab Seohyun.
“Ji An?” tanya Ji Ho.
“Aku akan mengurus mantan kakakmu yang pergi
segera setelah kau menyayanginya dan kau harus memperlakukan kakakmu, Seo Ji
Soo, dengan baik.” Ucap Ji Ho.
Hee yang baru pulang, langsung menyapa Ji An.
Ji An yang lupa pernah bertemu Hee, memperkenalkan dirinya (sekali lagi). Hee
pun mengingatkan Ji An, kalau mereka sudah pernah bertemu dua kali. Hee bilang,
Hyuk pernah mengajak Ji An ke kafenya. Ji An pun penasaran, hubungan Hee dan
Hyuk.
Hee menyuruh Ji An duduk dan memulai ceritanya.
“Dia ingin aku mandiri, jadi dia menyembunyikan
identitas kami sebagai kakak adik. Dia memotivasiku selama 4 tahun ini.”
“Noona, kejujuranmu membuat dia takut.” Sela
Hyuk.
“Kenapa? Memang benar, kan?” jawab Hee, lalu
melanjutkan ceritanya.
“Dia menghentikan kesedihanku yang
berlarut-larut. Dia membantuku belajar soal kopi dan membuka kafe. Dia menyuruhku
memanggilnya, Mr. Sun Woo.” Ucap Hee.
“Aku hanya ingin memisahkan urusan pribadi dan
pekerjaan.” Jawab Hyuk.
“Bagaimana pun, aku bersyukur bisa melihatmu
lagi. Sangat nyaman di sini. Tidak akan ada seorang pun yang mengganggumu.”
Ucap Hee.
Hee lantas memberikan beberapa pakaiannya pada
Ji An. Ji An pun memberikan uang 300 ribu dollar sebagai pengganti sewanya. Hyuk
tidak mau menerimanya, tapi Hee menerimanya karena itulah keinginan Ji An.
Setelah Ji An masuk ke kamar, Hee pun berkata
bahwa Ji An mengingatkannya pada masa lalu.
Nyonya No melamun memikirkan kata2 suaminya.
“Gadis yang kau terima sepenuh hati bukanlah
putri kandungmu. Apa kau berharap Ji Soo bukan putri kandungmu? Kau pikir,
putrimu terlahir mulia?” ucap Tuan Choi.
Nyonya No juga ingat saat Ji Soo menertawakan
mereka yang harus berpakaian rapi hanya untuk makan malam.
Tak lama kemudian, Seketaris Min datang
membawakannya teh serta memberikan sebuah amplop yang ditinggalkan Ji An di
kotak surat. Nyonya No terkejut, ia pikir Ji An sudah kembali. Seketaris Min
bilang, Ji An meninggalkan itu di kotak surat pada hari dimana Ji An
mengungkapkan kebenarannya. Nyonya No pun membuka amplopnya. Isinya, kartu
kredit yang sempat Nyonya No berikan pada Ji An.
“Maafkan saya. Saya lupa karena terlalu sibuk.”
Jawab Seketaris Min.
Nyonya No lalu menanyakan soal guru Ji Soo.
“Bagaimana ujian masuk kuliahmu?” tanya Ji Soo.
“Jadi kau menelponku hanya untuk menanyakan
itu?” protes Ji Ho.
“Seo Ji An belum pulang ke rumah?” tanya Ji
Soo.
“Aku tidak tahu.” jawab Ji Ho.
“Kau adiknya, bagaimana bisa kau tidak tahu?”
tanya Ji Soo.
“Bagaimana aku bisa tahu? Dia mematikan
ponselnya. Dan aku sedang tidak mau berbicara dengan keluargaku.” Jawab Ji Ho.
“Itu sebabnya, kan?” tanya Ji Soo.
“Tapi noona, apa kau baik-baik saja di sana?
Kau suka disana?” tanya Ji Ho.
“Tentu saja, aku suka disini.” Jawab Ji Soo.
“Aku merindukanmu.” Ucap Ji Ho, membuat Ji Soo
kaget dan terdiam.
“Kenapa? Kau juga tidak mau melihatku? Kau
membenciku juga? Kita bahkan belum mengucapkan selamat tinggal.” Ucap Ji Ho.
“Maaf.” Jawab Ji Soo.
“Kenapa kau minta maaf? Akulah yang seharusnya
minta maaf. Aku minta maaf atas nama orang tuaku.” Ucap Ji Ho.
“Kenapa kau minta maaf? Itu bukan salahmu.
Bagaimana pun, katakan pada mereka aku melakukannya dengan baik di sini dan
menghabiskan banyak uang.” Jawab Ji Soo.
“Aku tidak mau pulang ke rumah.” Ucap Ji Ho.
Seseorang tiba2 mengetuk pintu kamar Ji Soo. Ji Soo pun langsung menyudahi pembicaraannya dengan Ji Ho dan turun dari tempat tidur.
Nyonya No masuk ke kamar Ji Soo, membawakan Ji
Soo beberapa kosmetik. Tapi Ji Soo
menolaknya.
“Aku minta maaf karena kehilanganmu, Ji
Soo-ya.” ucap Nyonya No.
Ji Soo pun kaget mendengar Nyonya No
memanggilnya Ji Soo. Nyonya No lantas berbalik dan menatap Ji Soo dengan
lembut. Ia berkata, tidak akan memanggil Ji Soo Eun Seok sampai Ji Soo siap.
Nyonya No juga mengajak Ji Soo untuk saling membuka hati.
“Kau bilang kau tidak punya tempat untuk
dituju, pada akhirnya kau datang pada orang tuamu. Haruskah kau datang jika
menganggap kami orang asing? Itu salahku karena kehilanganmu dan aku akan
menebusnya sepanjang hidupku.” Ucap Nyonya No.
Ji Soo mulai tersentuh, tapi ia diam saja.
Nyonya No lalu beranjak keluar dari kamar Ji Soo.
Sampai di rumah, Tuan Seo malah dibikin kecewa oleh Ji Tae yang ingin pindah. Namun Tuan Seo yang sudah tidak punya kekuatan lagi untuk bicara hanya mengiyakan saja perkataan Ji Tae dan masuk ke kamarnya.
Di kamar, Tuan Seo membuka jaketnya dan
mengingat alasan Ji Tae ingin pindah rumah. Tuan Seo lantas memukul dadanya
yang terasa sesak karena terus menahan kesedihan.
Di kamar, Ji Tae dan Soo A melihat2 iklan rumah
sewaan yang harga sewanya sesuai dengan kemampuan mereka dan dekat dengan
lokasi kerja.
Ji An sudah tertidur. Tapi tidak begitu dengan Do Kyung. Do Kyung tak bisa tidur karena terus menerus teringat pada Ji An.
“Dia punya hak untuk marah.” Gumam Do Kyung.
Paginya, Do Kyung menghampiri Ji Soo yang baru selesai mandi. Do Kyung mengajak Ji Soo melakukan sesuatu untuk melepas stress.
“Apa yang kau suka? Olahraga? Seni? Belanja?”
tanya Do Kyung.
“Aku menyembuhkan stress dengan makan.” Jawab
Ji Soo.
“Apa yang ingin kau makan? Makanan jepang?
China? Barat?” tanya Do Kyung.
“Aku tidak suka makanan itu.” jawab Ji Soo.
“Katakan padaku, aku akan membelikan apapun
yang kau inginkan.” ucap Do Kyung.
“Hanya ada satu orang yang istimewa yang bisa
membuatnya.” Jawab Ji Soo.
Hee mengajak Ji An sarapan, tapi Ji An menolak
dan memilih minum susu yang kemarin dia beli. Hyuk menyuruh Ji An sarapan.Hyuk
bilang, Ji An tak akan memiliki tenaga kalau tidak sarapan. Tapi Ji An tetap
menolak. Ia bilang, akan jadi malas kalau kekenyangan. Ji An lalu pamit.
Ji Soo dapat tugas dari Nyonya No untuk
menghabiskan 30 ribu dollar dalam sehari. Nyonya No juga menyuruh Ji Soo pergi
dengan mobil. Tapi Ji Soo bilang, kalau dia mau pergi bekerja.
“Sampai kapan kau mau bekerja di sana?” tanya
Nyonya No.
“Aku akan bekerja di sana selamanya.” Jawab Ji
Soo.
“Kau tidak akan punya cukup waktu
menghabiskannya setelah bekerja.” Ucap Nyonya No.
“Tidak masalah. Aku harus berangkat.”jawab Ji
Soo. Nyonya No pun lagi2 hanya bisa menghela napasnya karena Ji Soo selalu
membantahnya.
Hyuk memperkenalkan lingkungan sekitar rumahnya pada Ji An. Hyuk bercerita, kalau dia selalu pergi dengan sepedanya. Tapi jika ia terburu-buru, ia akan pergi dengan mobil. Dan terkadang, ia juga berjalan kaki. Ji An hanya menjawab sekenanya.
“Kau tidak bertanya apa yang mau kulakukan
padamu?” tanya Hyuk.
“Kau bilang, kau akan membuatku melakukan
pekerjaan kasar yang sederhana.” Jawab Ji An.
Hyuk membawa Ji An ke tempat dia biasa membuat
perabotan. Hyuk memperkenalkan Ji An sebagai pegawai baru.
Ji An pun diajari menggunakan mesin potong. Ji
An melakukannya dengan baik.
Ji Soo sampai di toko roti dan melihat Boss
Kang sedang minum obat. Ji Soo cemas, kenapa kau selalu saja minum kopi? Tapi
Boss Kang bilang, dia tidak apa-apa.
Ji Soo mengantarkan roti ke kafe Hee. Disinilah, Ji Soo memberitahu Hee kalau bossnya tidak bisa minum kopi. Ji Soo bercerita, setelah bossnya minum kopi di kafe Hee, bossnya selalu minum susu untuk menangkan perutnya, dan sekarang bossnya meminum obat sakit perut. Hee pun terkejut, ia tidak tahu kalau Boss Kang tidak bisa minum kopi.
Sambil mengemudi, Do Kyung menghubungi Hyuk dan menanyakan soal Ji An. Ia bertanya, apa Ji An pulang ke rumah dengan baik?
“Jika maksudmu apa dia baik-baik saja, dia baik-baik saja.” Jawab Hyuk.
“Ponselnya mati. Bagaimana cara agar aku bisa
menghubunginya?” tanya Do Kyung.
“Dia tidak punya ponsel.” Jawab Ji An.
“Dia tidak punya? Lalu bagaimana aku bisa
menemuinya?” tanya Do Kyung.
“Aku tidak bisa menjawabnya. Aku tidak tahu apa
Ji An mau bertemu denganmu atau tidak.” Jawab Hyuk.
“Biarkan aku bertemu dengannya sekali saja.”
Pinta Do Kyung. Hyuk pun diam saja.
Usai bicara dengan Do Kyung, Hyuk langsung
pergi menemui Ji An. Hyuk terkejut diberitahu hoobae nya, kalau Ji An belum
istirahat sejak tadi. Ji An juga menolak diajak makan siang. Hyuk pun
menghampiri Ji An.
“Kenapa kau menunda makan siangmu? Kau hanya
sarapan dengan segelas susu.” Ucap Hyuk.
“Aku ingin makan sendiri.” Jawab Ji An.
“Choi Do Kyung-ssi ingin bertemu denganmu.
Menurutku, kau harus menemuinya setidaknya sekali. Aku menyuruhnya menunggumu
di kafe.” Ucap Hyuk.
Do Kyung menunggu Ji An di kafe. Tak lama
kemudian, Ji An datang. Do Kyung lega melihat Ji An. Do Kyung lantas mengajak
Ji An makan dulu, tapi Ji An menolak dan berkata kalau mereka hanya akan bicara
saja.
“Apa kau benar-benar marah padaku?” tanya Do
Kyung.
“Aku datang kesini karena kau bilang mau
mengatakan sesuatu padaku.” Jawab Ji An.
“Pertama, aku ingin minta maaf padamu. Aku
minta maaf karena tidak bisa menepati janjiku.” Ucap Do Kyung.
Ji An pun teringat, Do Kyung pernah berjanji
akan memberitahu Tuan Choi dan Nyonya No soal fakta Eun Seok.
“Akulah orang yang tidak menepati janji.” Jawab
Ji An.
“Aku minta maaf untuk menghentikanmu dari
mengatakan apa yang ingin kau katakan hari itu.” ucap Do Kyung.
“Tidak masalah.” Jawab Ji An.
“Jika aku tahu kau akan mengakui semuanya hari
itu, aku akan pulang denganmu.” Ucap Do Kyung.
“Itu masa lalu.” jawab Ji An.
“Aku mengerti kenapa kau marah. “ ucap Do
Kyung.
“Aku tidak marah. Itu kesalahan yang dibuat
keluargaku dan kau banyak membantu kami.
Aku menghargai usahamu.” Jawab Ji An.
“Kau sudah mendengar kabar orang tuamu? Kau
tidak perlu mencemaskan mereka.” Ucap Do Kyung.
“Terima kasih.” Jawab Ji An.
Do Kyung pun bingung karena Ji An sejak tadi
hanya memberikan jawaban sekenanya saja. Ji An sudah mau pergi, tapi Do Kyung
menahannya. Do Kyung bilang, ingin mendengar banyak hal dari Ji An sebagai
gantinya. Ia pun mengaku, sangat mencemakan Ji An saat Ji An pergi.
“Aku tidak peduli semua itu.” jawab Ji An,
mengejutkan Do Kyung.
Ji An lalu beranjak pergi. Sebelum pergi, Do
Kyung ingin tahu dimana Ji An kerja. Tapi Ji An tidak menjawab dan pergi
meninggalkan Do Kyung begitu saja. Do Kyung mengejar Ji An. Tapi Ji An hanya
mengucapkan selamat tinggal, lalu pergi. Do Kyung pun semakin bingung dengan
sikap Ji An.
Tidak puas dengan jawaban Ji An, Do Kyung minta penjelasan dari Hyuk. Sayangnya, Hyuk tidak mau memberitahu Do Kyung untuk menghormati Ji An. Hyuk hanya bilang, kalau Ji An tinggal dengan kakaknya dan tidak mau pulang ke rumah. Do Kyung terkejut tahu Ji An tidak pulang.
Hyuk kemudian bekata, kalau Do Kyung tidak punya hak untuk bertanya
lebih jauh dan meminta Do Kyung tidak menemuinya lagi.
Gi Jae menghubungi Do Kyung. Setelah itu, Do Kyung langsung menemui Gi Jae di tempat biasa mereka bertemu. Gi Jae kesal karena Ji An tidak datang untuk wawancara di perusahaan pamannya. Do Kyung minta maaf dan berkata, kalau Ji An menolaknya. Gi Jae ingin tahu alasan Ji An menolaknya.
“Dia tidak ingin mendapatkan pekerjaan karena
koneksi.” Jawab Do Kyung.
“Ini menarik.” Ucap Gi Jae sembari tertawa.
“Jangan tertawa. Ini bukan sesuatu yang
menyenangkan.” Jawab Do Kyung.
“Lalu bagaimana dengan perusahaanku?” tanya Gi
Jae.
“Aku sudah bilang, dia tidak mau mendapatkan
pekerjaan karena koneksi.” Jawab Do Kyung.
“Kami melakukan rekrutmen terbuka sekarang. Kami membutuhkan lebih banyak karyawan di tim pemasaran, tapi hari ini adalah hari terakhir memasukkan aplikasi. Tanyakan padanya, apa dia tertarik. Tapi aku tidak janji dia akan diterima. Kami tidak pernah mempekerjakan karyawan karena koneksi. “ ucap Gi Jae.
“Kau tidak bisa menunda penutupannya?” tanya Do
Kyung.
“Tidak.” Jawab Gi Jae.
“Kenapa kau begitu kaku?” protes Do Kyung.
“Karena kau tidak pernah memberitahuku yang
sebenarnya. Kau menyukainya, tapi kau menyangkalnya. Kau terus mengatakan bukan
seperti itu, tapi semua yang kau lakukan mengarah ke sana.” Jawab Gi Jae.
“Maafkan aku. Aku akan memberitahumu setelah
ulang tahun perusahaan ku selesai.” Ucap Do Kyung.
“Ulang tahun perusahaan? Apa itu artinya
keluargamu terlibat dalam hal ini?” tanya Gi Jae yang langsung membuat Do Kyung
terdiam.
Gi Jae pun setuju menunggu sampai Do Kyung
mengakui semuanya.
Tiba di ruangannya, Do Kyung menyuruh Seketaris
Yoo memasukkan lamaran Ji An secara online sesuai dengan data-data Ji An yang
dimiliki Haesung. Karena Ji An tidak punya ponsel, Do Kyung akhirnya memberikan
nomor Hyuk. Do Kyung juga menyuruh Seketaris Yoo mencari tempat kerja Ji An. Ia
yakin, tempat Ji An kerja tidak jauh dari kantor Hyuk.
Boss Kang kembali datang ke kafe Hee. Sesuai
saran Ji Soo, Hee memberikan teh yuzu pada Boss Kang. Karena Boss Kang tidak
mendengarkannya dan terus saja sibuk melipat kertas, Hee pun kesal dan bertanya
apa mau Boss Kang. Kenapa Boss Kang datang setiap hari ke kafenya dan terus
melipat kertas seperti itu.
“Kau bilang 1000 burung bangau kertas akan
mewujudkan harapanmu.” Jawab Boss Kang.
“Itu masa lalu.” ucap Hee.
“Aku berusia 21 tahun saat itu dan usiamu 22. “
jawab Boss Kang.
“Saat itu, usiaku masih terlalu muda. Kau
terlalu tua untuk hal konyol seperti itu.” ucap Hee.
“Aku 39 sekarang dan kau 40.” Jawab Boss Kang.
“Itulah maksudku. Aku sudah 40 tahun. Aku tidak
akan luluh dengan burung bangau itu. Aku memutuskan menikah dengan pria kaya
saat usiaku 23 tahun. Itulah diriku.” ucap Hee.
“Aku tidak membuat 1000 burung bangau saat itu.
Kau menyuruhku membuatnya dengan kertas kecil. Kalau saja aku membuatnya dengan
kertas besar seperti ini, aku pasti bisa menyelesaikannya.” Jawab Boss Kang.
“Jadi kau mau datang kesini selama 1000 hari?”
tanya Hee.
“Benar.” jawab Boss Kang.
“Kang Nam Goo-ssi!” marah Hee.
“1000 hari kemudian, setelah aku selesai
melipat 1000 burung bangau, aku akan melihat apakah harapanku benar-benar akan
menjadi kenyataan. Selama 18 tahun, harapanku tidak pernah berubah. Aku akan
menunggu dan melihat apakah harapanku akan menjadi kenyataan.” Jawab Boss Kang.
“Impianmu tidak akan terwujud! Aku tidak
menyukaimu! Aku tidak suka Kang Nam Goo!” ucap Hee, lalu merobek bangau
kertasnya.
“Ucapkan itu 1000 tahun lagi.” Jawab Boss Kang
lalu pergi.
Hee pun tertegun dan menatap sobekan bangau
kertasnya.
Ji Soo pergi ke toko baju biasa di pasar milik kenalannya. Teman Ji Soo pun terkejut saat Ji Soo bilang akan membeli semua bajunya.
Masih di lokasi yang sama, Ji Soo pergi ke toko
sepatu.
Nyonya No pasti ngamuk nih kalau tahu Ji Soo
belanja di toko baju biasa, bukan di butik terkenal.
Malam harinya, saat lagi makan di kaki lima, Ji
Soo menerima pesan dari Nyonya Yang yang mengatakan kalau ia tidak pernah
membedakan Ji Soo dan Ji An. Nyonya Yang juga bilang, sangat merindukan Ji Soo
dan mengajak Ji Soo bertemu.
Tapi Ji Soo menganggap semua yang dikatakan
Nyonya Yang adalah kebohongan.
Selesai makan, Ji Soo menyumbangkan uangnya
untuk amal.
Di rumah, Tuan Choi heran sendiri karena Ji Soo
masih belum pulang padahal department store sudah tutup dari tadi.
Tak lama kemudian, Ji Soo pulang dengan membawa
tas besar di kedua tangannya. Seketaris Min mau membantu Ji Soo membawa barang2
tapi Ji Soo melarang. Ji Soo bilang, dia mau langsung ke atas. Nyonya No
memanggil Ji Soo dan menyuruh Seketaris Min mengambil barang2 Ji Soo.
Semua terkejut saat Ji Soo bilang dia belanja
di pasar Dongdaemun. Nyonya No lalu menyuruh Seketaris Min mengeluarkan semua
belanjaan Ji Soo, serta meminta nota pembeliannya.
Ji Soo bingung, untuk apa?
“Jika ibu bilang itu tugas, maka ibu akan
memeriksanya.” Jawab Seohyun.
Ji Soo pun mengerti dan mengeluarkan banyak
nota dari kantong kiri dan kanannya. Semua pun tercengang. Dan makin tercengang
setelah melihat belanjaan Ji Soo.
“Kenapa kau belanja di pasar, bukan ke
department store?” tanya Nyonya No.
“Aku sudah terbiasa belanja disana.” Jawab Ji
Soo.
“Benang di pakaian ini tidak rapi.” Ucap
Seohyun sambil menunjukkan benang di baju biru Ji Soo.
“Aku akan memotongnya dan memanaskannya dengan
pemantik.” Jawab Ji Soo.
Tuan Choi pun sontak menahan tawanya.
“Tapi apa semua ini 30.000 dollar?” tanya
Seohyun.
“Tidak. Ini hanya 2.800 dollar. Sisanya aku
sumbangkan ke organisasi amal.” Jawab Ji Soo.
“Kenapa kau melakukan itu? Aku memberimu uang
untuk membeli barang-barang yang kau butuhkan.” Ucap Nyonya No.
“Bukankah itu uang itu sudah menjadi milikku? Aku mendonasikannya karena aku mau menghabiskannya hari ini.” jawab Ji Soo.
Nyonya No kesal dan makin kesal karena Ji Soo
terus saja menjawabnya saat ia meminta Ji Soo menyesuaikan diri dengan keluarga
mereka. Ia tidak mengerti kenapa Ji Soo dan Ji An bisa begitu berbeda.
Tuan Choi pun menengahi mereka dan menyuruh Ji
Soo masuk kamar.
Ji Soo sendiri sangat bahagia karena punya
banyak baju baru.
Di restoran, Nyonya Yang mengambil sebuah kotak dari dalam kulkas. Ia lalu memasukkan uang yang didapatnya dari bekerja di restoran ke dalam plastic hitam dan memasukkannya ke dalam kotak. Di kotak itu, sudah banyak plastic hitam yang berisi uang.
Ji An keluar dari rumah Hyuk dan menuju tempat
kerjanya. Tanpa ia sadari, Seketaris Yoo mengikutinya di belakang.
Tuan Seo yang kembali berkeliaran di jalan
mencari Ji An, ditelpon oleh Tuan Choi.
Berdasarkan informasi dari Seketaris Yoo, Do Kyung mendatangi tempat kerja Ji An. Pada pemilik tempat itu, Do Kyung mengaku ingin bertemu dengan Ji An.
Ji An yang tengah memotong kayu, menatap Do
Kyung dengan tatapan kosong. Mereka lalu bicara di luar.
“Apa yang membawamu kesini?” tanya Ji An.
Do Kyung mengajak Ji An bicara di tempat lain.
Ji An menolak. Ia bilang, sudah mendengar semua yang dikatakan Do Kyung
kemarin. Do Kyung pun marah Ji An bekerja di tempat itu. Do Kyung bilang, ia
sudah menemukan pekerjaan untuk Ji An. Tapi Ji An bilang, apapun yang ia
lakukan bukan urusan Do Kyung.
“Tidak seharusnya kau berada disini dan
memotong kayu.” Ucap Do Kyung.
“Itu bukan urusanmu.” Jawab Ji An.
“Aku juga tidak ingin terlibat sepanjang kau
baik-baik saja.” Ucap Do Kyung.
Ji An pun tertawa kesal mendengarnya. Lebih
lanjut Do Kyung berkata, mereka pernah menjadi kakak adik. Itulah alasannya
mengkhawatirkan Ji An. Do Kyung bilang, Ji An tidak pantas hidup menderita.
Do Kyung pun memberikan aplikasi lamaran Ji An.
Do Kyung bilang, sudah memasukkan lamaran
Ji An berdasarkan data Ji An yang tertinggal di Haesung.
“Lamaran ini kutemukan di situs pencari kerja.
“ ucap Do Kyung.
Tapi lagi2 Ji An tidak terlalu menanggapinya.
“Ini pasti sulit buatmu. Aku yakin, kau ingin
mati saja. Tapi kau kembali. Kau harus kuat.” Ucap Do Kyung.
“Aku akan mempertimbangkannya.” Jawab Ji An.
“Terima kasih.” Ucap Do Kyung.
“Apa kau selalu melakukan semua yang kau
inginkan?” tanya Ji An, mengejutkan Do Kyung.
“Aku harap ini kali terakhir kita bertemu.”
Ucap Ji An, lalu pergi meninggalkan Do Kyung yang terpaku menatapnya.
Beralih ke Tuan Choi yang berterimakasih karena Tuan Seo sudah mengurus Eun Seok dengan baik selama ini. Tuan Choi lalu mengaku sudah mengirim orangnya untuk memeriksa tempat dimana Tuan Seo dan Nyonya Yang menemukan Eun Seok. Tuan Choi lantas mengatakan kalau ia mengerti kenapa Tuan Seo berpikir Eun Seok ditelantarkan.
“Aku ayahnya Ji Soo. Sekarang, aku ayahnya Eun
Seok. Kami akan mengurusnya, jadi kau bisa mengurus Ji An. Dia juga pasti sama
bingungnya.” Ucap Tuan Choi.
“Dia masih belum pulang ke rumah.” Jawab Tuan
Seo.
Tuan Choi pun kaget mendengarnya.
Do Kyung dan Seketaris Yoo yang sedang menunggu pintu lift terbuka, tanpa sengaja melihat Tuan Seo yang saat itu baru turun dari lift. Do Kyung pun langsung menyusul Tuan Seo. Namun, Tuan Seo tiba2 jatuh dan pingsan. Do Kyung hendak melarikan Tuan Seo ke rumah sakit. Tapi Seketaris Yoo melarang. Seketaris Yoo bilang, biar dia saja yang membawa Tuan Seo ke rumah sakit.
Di ruangannya, Tuan Choi ikutan cemas
memikirkan Ji An. Tuan Choi lalu teringat saat ia menuduh Ji An sudah menipu.
Tuan Choi juga ingat saat dia memukul Tuan Seo.
Tuan Seo curiga, Ji An melihat ia memukul Tuan
Seo.
Seketaris Yoo mendampingi Tuan Seo di rumah
sakit. Dokter menjelaskan, kalau Tuan Seo mengalami stress dan kelelahan. Dokter
juga bilang, Tuan Seo terkena malnutrisi dan memiliki nyeri dada.
Seketaris Yoo pun melaporkan hal itu pada Do Kyung. Do Kyung menyuruh Seketaris Yoo mengantar Tuan Seo pulang, tapi Seketaris Yoo bilang Tuan Seo mau ke kantor polisi. Do Kyung terkejut dan langsung menyusul mereka.
Di kantor polisi, Tuan Seo mencoba mencari informasi tentang jasad Ji An. Ya, Tuan Seo berpikir, Ji An sudah meninggal. Do Kyung yang sudah tiba di kantor polisi, terkejut mendengarnya.
Terpaksa lah Do Kyung memberitahu Tuan Seo kalau ia melihat Ji An di Yeonnam-dong. Do Kyung meyakinkan Tuan Seo kalau Ji An akan segera menghubungi Tuan Seo dan menyuruh Tuan Seo menunggu di rumah.
Tuan Seo pergi ke Yeonnam-dong. Ia sekalian mampir ke toko roti Ji Soo yang letaknya juga di daerah itu. Tapi Tuan Seo hanya berdiri diluar, melihat Ji Soo sedang bekerja. Tuan Seo lantas menghubungi Ji Soo. Tuan Seo bertanya, apa Ji An menghubungi Ji Soo. Ji Soo bilang tidak. Tuan Seo meminta Ji Soo segera menghubunginya jika Ji An menelpon Ji Soo.
Sehabis dari toko Ji Soo, Tuan Seo pun
menyusuri sepanjang jalan Yeonnam-dong.
Sementara itu, Ji An disuruh istirahat oleh pemilik tempatnya bekerja. Sang pemilik cemas, karena Ji An seharian ini terus bekerja dan menyuruh Ji An mencari udara segar sejenak.
Ji An menurut dan pergi jalan2. Tapi baru saja keluar dari tempatnya bekerja, ia bertemu dengan ayahnya.
Sang ayah tersenyum dan ingin mendekat, tapi Ji
An melangkah mundur. Tuan Seo terdiam. Sementara mata Ji An tampak berkaca-kaca
menatap sang ayah.
Ji An salah paham lagi sama Do Kyung. Padahal
niatan Do Kyung baik, tapi Ji An selalu saja menyalahartikan kebaikan Do Kyung
itu. Ia menganggap Do Kyung selalu berbuat sesukanya. Padahal mah disini, yang
harusnya marah Do Kyung karena ibunya Ji An sudah menipu keluarganya. Tapi ini
malah kebalik, Ji An menganggap Do Kyung terus2an mengganggunya.
Saya gak ngerti, apa alasan Ji An membenci Do
Kyung… ataukah Ji An sebenarnya bukan membenci Do Kyung, tapi dia merasa
terbebani karena Do Kyung bagian dari Haesung dan ibunya sudah membohongi
Keluarga Haesung mentah2??