Sang Wook berjalan sendiri menyusuri sepinya malam. Tiba2, ia menoleh ke belakang dengan wajah cemas. Sang Wook kembali berjalan sambil menatap ponselnya yang sudah kehabisan baterai. Ketika mendengar suara aneh, ia langsung berteriak ketakutan. Saking takutnya, ponselnya sampai terlempar ke jalan dengan keras.
“Kim Sang Wook! Aku tidak takut! Aku berani!” teriak Sang Wook sambil memungut ponselnya.
Sang Wook kembali melihat ponselnya yang hampir mati. Tiba2, sebuah motor melaju ke arahnya. Sang Wook berteriak, menyuruh si pengendara berhenti tapi si pengendara malah melewatinya begitu saja, membuat Sang Wook kesal dan mengatai si pengendara kejam. Si pengendara lantas memutar laju motornya dan berhenti tepat di depan Sang Wook.
“Aku bukan orang aneh, aku juga bukan buronan polisi. Sesuatu terjadi dan aku ditinggalkan di sini. Jika kau bisa mengantarku ke keramaian, aku pasti akan membayarmu. Jika kau mau, tanda pengenalku…”
Belum lagi kata2 Sang Wook selesai, si pengendara sudah melemparkan helm padanya. Sang Wook pun langsung berterima kasih pada si pengendara. Tapi ia langsung ketakutan karena laju motor si pengendara yang sangat kencang.
Sang Wook berterima kasih karena si pengendara menurunkannya di jalan menuju ke rumahnya. Sang Wook bingung bagaimana harus membalas kebaikan si pengendara. Sang Wook kemudian membuka dompetnya. Si pengendara membuka helmnya, it’s Seol!! Sang Wook terkejut mendapati sosok di hadapannya bukanlah seorang pria seperti yang dipikirkannya.
“Daripada membayarku, bisakah kau menjaga motorku? Aku tidak punya tempat untuk menitipkannya.” Ucap Seol.
“Itu bagus, maksudku lingkungan ini sangat bagus untuk menitipkan sepeda motor.” Jawab Sang Wook tergagap sambil terus menatap Seol.
“Terima kasih.” Ucap Seol, lalu beranjak pergi meninggalkan motornya pada Sang Wook. Sang Wook pun tersenyum speechlees sambil menatap kepergian Seol.
Hae Sung kembali berlatih. Kali ini, ia latihan bela diri. Hae Sung pun mendapat pujian dari mentornya karena kemampuannya yang mulai meningkat. Hae Sung jelas senang dengan pujian itu.
Di gedung teaternya, Park Won Sang sedang memberikan arahan pada anak buahnya. Ponselnya tiba2 berdering. Melihat reaksi Park Won Sang yang tidak mau keberadaannya diketahui, sudah bisa ditebak si penelpon adalah Hae Sung. Park Won Sang bahkan juga ingin mematikan ponselnya, tapi terlambat karena Hae Sung keburu masuk.
“Berkat bantuanmu, seseorang mengatakan padaku kalau aku sudah lebih baik.” Ucap Hae Sung
Park Won Sang yang sedang minum pun langsung tersedak mendengar ucapan Hae Sung.
“Tapi di bagian ini…” lanjut Hae Sung, “… aku sedikit bingung dengan pengucapan dan bagaimana mengatakannya.”
“Baiklah, kau menyerahkan pistol pada wanita yang kau cintai.” Ucap Park Won Sang sambil membaca naskah Hae Sung.
Park Won Sang menyuruh Hae Sung mencobanya. Tapi Hae Sung bukannya menyerahkan pistol, malah menodongkan pistol pada wanita yang dicintainya. Park Won Sang pun memberikan contoh pada Hae Sung. Hae Sung dan Chang Suk langsung bertepuk tangan melihat acting Park Won Sang.
Park Won Sang menyuruh Hae Sung mencobanya sekali lagi. Tapi acting Hae Sung itu tetap membuat Park Won Sang kesal. Park Won Sang mengusir Hae Sung sambil melemparkan segepok duit pada Hae Sung. Tapi itu semua hanyalah bayangan Park Won Sang saja, karena pada kenyataannya Park Won Sang sama sekali tidak mengusir Hae Sung.
“Itu bagus, aktingmu bagus.” Puji Park Won Sang, membuat mata Hae Sung langsung berkaca2. Hae Sung tak menyadari kalau Park Won Sang sengaja mengatakan hal itu agar ia segera pergi. Setelah Hae Sung pergi, Park Won Sang memukuli kepalanya frustasi.
Hae Sung terus tertawa sepanjang perjalanan. Ia yakin So Hye akan syok melihat aktingnya nanti. Chang Suk ikut senang melihat ‘keberhasilan’ Hae Sung itu. Hae Sung lantas meraih ponselnya. Ia mengirimkan dua pesan pada So Hye. Pesan pertama, ia berkata tidak akan menggunakan pemeran pengganti untuk adegan laga. Pesan kedua, ia memperingatkan So Hye untuk tidak menghindarinya lagi. Karena tak kunjung mendapatkan pesan balasan, Hae Sung pun akhirnya menghubungi So Hye tapi ponsel So Hye tak bisa dihubungi.
Dalam keadaan setengah sadar, So Hye seolah melihat sosok Hae Sung di hadapannya. Ponsel So Hye terus berdering. Telepon dari Joon Gi. Dengan tubuh lemas, So Hye meraih ponselnya dan menjawab panggilan Joon Gi.
Tak lama kemudian, Joon Gi menemukan So Hye yang sekarat. So Hye tiba2 muntah darah!
“Kau tidur dengan baik?” sapa Joon Gi.
So Hye tak sanggup bicara. Joon Gi berkata bahwa kelenjar So Hye bengkak, itulah kenapa So Hye meraasakan sakit di tenggorakannya. Joon Gi langsung memberi So Hye segelas air. Joon Gi kemudian berkata kalau So Hye terserang pneumonia akut.
“Sekarang… gerbang neraka terbuka.” Ucap So Hye lemah.
“Tidak seburuk itu. Kau akan segera pulih.” Jawab Joon Gi.
“Sekarang, hal semacam ini akan menjadi buruk dan terus berulang. Lalu aku akan mati.” Ucap So Hye.
“Kita akan membicarakan pengobatan setelah kondisimu membaik.” Jawab Joon Gi.
“Aku mau sendiri.” Pinta So Hye.
“Baiklah. Istirahatlah.” Ucap Joon Gi, lalu beranjak keluar.
So Hye berdiri di pinggir atap dengan jiwa terguncang. Ia ingin mengakhiri hidupnya, ia menghitung sampai tiga kali sebelum loncat ke bawah. Tapi setelah hitungan ketiga, ia tak bisa melakukannya. Ia menangis. Menangis sejadi2nya.
Keesokan harinya, Joon Gi masuk ke kamar So Hye dengan membawakan sarapan. Ia terkejut mendapati So Hye tidak ada di sana. Joon Gi lantas tersenyum, ia memahami apa yang dilakukan So Hye.
So Hye pergi ke mall memakai piyama yang digunakannya semalam. Orang2 yang ada di sekelilingnya pun tampak menertawakannya. So Hye masuk ke sebuah boutique dan memilah2 diantara deratan baju yang tergantung dengan rapi. Pilihan So Hye jatuh pada sebuah dress cantik berwarna pink. Namun So Hye kesal saat melihat harganya, tapi ia tetap membelinya.
So Hye langsung memakai dress barunya. Ia lalu duduk di kursi tunggu sambil menunggu seseorang. Tak lama kemudian, Mi Sun yang ditunggu2nya pun datang. So Hye langsung mengajak Mi Sun masuk ke salah satu boutique.
So Hye dan Mi Sun mulai berbuju baju. Mereka sibuk mengepas baju sana sini dan mematut diri di depan cermin dengan berpose aneh. So Hye dan Mi Sun lalu beranjak keluar dari boutique dengan tangan penuh kantong belanjaan. Keduanya tertawa lepas.
Tak hanya itu, mereka juga pergi ke salon.
“Mi Sun-ah, tanganmu.” pinta So Hye sembari mengulurkan tangannya.
Mi Sun langsung menggenggam tangan So Hye. Mereka berteriak keras saat kaki mereka mulai di waxing, namun yang teriakannya paling keras adalah teriakan Mi Sun. So Hye dan Mi Sun kemudian saling menertawakan diri mereka masing2.
Seol menerima kiriman dari seseorang. Ia pergi ke kamar dan membuka hadiahnya. Ia tersenyum melihat hadiahnya, sebuah jaket kulit berwarna hitam. Seol pun langsung memeluk jaket itu.
So Hye dan Mi Sun lagi melakukan perawatan kuku di salon. So Hye ingin kukunya dibuat mengkilap. Sedang Mi Sun ingin kukunya membuat dirinya terlihat seksi. So Hye lantas menyuruh Mi Sun memperhatikan perawatan di salon itu agar Mi Sun bisa menerapkannya di salon Mi Sun.
Satu pesan masuk ke grup chatting mereka. Pesan dari Seol. Dalam pesannya, Seol berterima kasih atas hadiah jaket dari So Hye. So Hye menyuruh Seol mengenakan jaket itu nanti saat mereka bertemu. So Hye juga mengajak Seol balapan lagi. Mi Sun juga mengirim pesan, ia berkata kalau dirinya juga akan ikut balapan tapi dengan mengendarai sebuah truk. So Hye dan Seol langsung ketawa membaca pesan Mi Sun.
Ponsel Mi Sun berdering, telepon dari Pil Ho. Mi Sun memberitahu Pil Ho kalau ia habis di waxing. Tapi sepertinya Pil Ho tidak mengerti urusan waxing mem-waxing. Mi Sun pun menyuruh Pil Ho melupakan kata2nya dan menyudahi pembicaraan mereka.
“Suamimu pasti akan sekarat kalau tidak melihatmu. Sebaiknya kau pulang sebelum lalu lintas mulai macet.” Ucap So Hye.
“Terima kasih untuk kemewahan yang kau berikan dalam hidupku. Setelah kau selesai, jangan lupa kirimkan fotomu padaku. Aku duluan.” Jawab Mi Sun, lalu pergi.
Setelah Mi Sun pergi, wajah So Hye langsung berubah sedih. So Hye sepertinya iri dengan kehidupan bahagia yang dimiliki Mi Sun.
Di apartemennya, Sang Wook sedang mematut wajahnya di cermin. Usai mematut wajahnya, Sang Wook membuka jendela kamarnya dan tersenyum melihat ke arah motor Seol. Sang Wook lantas menutup kembali jendela kamarnya dan membaca sebuah buku. Saat mendengar suara motor, Sang Wook buru2 membuka jendelanya dan melihat keluar tapi motor Seol masih ada. Sang Wook kemudian menerima panggilan dari Firma Hukum JS.
Sang Wook langsung pergi ke Firma Hukum JS yang tak lain adalah kantor Jin Tae! Jin Tae memuji ketampanan Sang Wook. Sang Wook membalas pujian Jin Tae. Jin Tae kemudian menyuruh Sang Wook duduk.
“Aku yakin kau sudah mendapat tawaran dari kantor hukum yang lebih baik dari kantorku.” Ucap Jin Tae.
“Jaksa Choi, anda adalah panutan saya.” jawab Sang Wook. Hoeeek.
“Benarkah? Aku merasa tersanjung.” Ucap Jin Tae.
“Anda terlahir di keluarga kaya, tapi anda menjalani kehidupan yang jujur dan berbagi dengan orang lain. Itulah tujuanku menjadi pengacara yang jujur dan membantu orang yang berada dalam kesulitan.” Jawab Sang Wook.
“Kalau kau tidak punya rencana, ikutlah makan malam denganku malam ini.” ucap Jin Tae.
“Maafkan aku, tapi aku sudah acara malam ini.” jawab Sang Wook.
Sang Wook berlari kencang menuju apartemennya. Ia tersenyum saat melihat motor Seol yang masih berada di depan apartemennya. Sang Wook lantas celingak celinguk mencari Seol, tapi sayangnya Seol tidak ada di sana.
Hae Sung menghubungi ponsel Sang Hwa untuk mencari tahu dimana So Hye. Sang Hwa mengaku, So Hye akan pergi diam2 jika suasana hatinya rusak. Hae Sung lalu meminta nomor ponsel Mi Sun, tapi sayangnya Sang Hwa tidak mengetahui nomor ponsel Mi Sun.
So Hye melihat dirinya di cermin. Ia terlihat sangat cantik dengan dress kerlap kerlip yang membalut tubuhnya. Kecantikan So Hye juga bertambah sempurna dengan riasan di wajahnya serta rambut barunya. Pemilik salon datang menemui So Hye.
“Datanglah lebih sering. Jika anda datang secara teratur, anda akan terlihat seperti seorang selebritis.” Ucap pemilik salon.
So Hye mengangguk, lalu beranjak keluar dari salon. Di depan pintu, ia malah bertemu Hae Sung membuat suasana hatinya rusak lagi. Hae Sung terkejut melihat So Hye.
“Jadi ini tempat yang kau datangi diam2? Ngomong2 kita harus bicara.” Ucap Hae Sung.
“Aku sibuk, jadi biarkan aku pergi.” Jawab So Hye.
“Aku juga sibuk dan aku lapar! Belikan aku sandwich, jangan lupa kau masih berhutang 16.42 juta won padaku.” Ucap Hae Sung.
So Hye pun dengan sangat terpaksa memenuhi permintaan Hae Sung.
“Aku ini bintang top, jadi aku dapat menemukan kualitas sandwich hanya melihat dari tempatnya. Tapi kau mau kemana dengan pakaian seperti itu?”
“Urus saja urusanmu sendiri dan pesan sandwichmu.” Jawab So Hye.
“Aku juga ingin minum segelas wine tapi mereka hanya memiliki wine dengan harga mahal.” Ucap Hae Sung.
So Hye pun langsung menyumpal mulut Hae Sung dengan memesan semua makanan dan minuman paling mahal yang ada di daftar menu.
“Ada apa denganmu?” tanya Hae Sung.
“Aku hanya mau melunasi hutangku secepatnya. Ambil makanan dan minumanmu sebagai pembayaran bunganya dan aku akan melunasi sisanya nanti. Aku tidak punya uang sekarang karena aku sudah menghabiskannya hari ini. Aku akan melunasi sisanya setelah aku menerima bayaranku.” Jawab So Hye.
“Kenapa kau bersikap seperti ini?” tanya Hae Sung.
“Apa kau takut. Ryoo Hae Sung, bukankah kau sangat menyukai uang? Jadi kenapa kau takut saat aku menawarkan begitu banyak uang yang sangat kau sukai?” jawab So Hye.
“Kau menciumku dan membuat jantungku berdebar2.” Ucap Hae Sung.
“Soal itu aku hanya bercanda. Apa pernah ada ketulusan diantara kita?” tanya So Hye.
“Apakah ini karena yang sudah terjadi?” tanya Hae Sung.
“Kau bahkan tidak punya malu. Apakah tidak cukup sebuah permintaan maaf?” jawab So Hye.
“Jika aku minta maaf, apa kau akan menerimanya? Tapi kau tidak mau mendengarnya.” Ucap Hae Sung.
“Karena itu berharga! Aku akan membayar makananmu, jadi cepat habiskan makananmu.” Jawab So Hye, lalu beranjak pergi.
Hae Sung menyusul So Hye.
“Kau ingin aku meminta maaf, tapi itu sama sekali tidak berharga untuk didengar? Itu tidak masuk akal!” ucap Hae Sung.
“Kau lah yang membuatnya tidak masuk akal!” teriak So Hye.
“Oke, apa yang harus kulakukan untukmu? Aku minta maaf, aku tidak punya pilihan lain!” jawab Hae Sung.
So Hye tetap saja tidak mau mendengar penjelasan Hae Sung dan beranjak pergi. Hae Sung menahan kepergian So Hye. So Hye meminta Hae Sung tidak mengungkit hal itu lagi. So Hye mengaku tidak punya waktu mengurus hal2 kecil seperti itu. So Hye lalu beranjak pergi. Hae Sung menghela napasnya menatap kepergian So Hye. Ia sudah tidak tahu lagi bagaimana cara meluluhkan kerasnya hati So Hye.
Sepanjang perjalanan, ingatan So Hye melayang ke masa lalu.
Flashback…
So Hye baru saja diberitahu tentang Hae Sung yang menandatangani kontrak dengan Jin Sook. Awalnya, So Hye tidak percaya. So Hye masih membela Hae Sung dengan mengatakan bahwa itu hanya rumor. Tapi So Hye langsung terdiam saat ia membaca berita tentang penandatangan kontrak yang dilakukan Hae Sung pada perusahaan Jin Sook.
So Hye langsung menghubungi Hae Sung. Betapa kecewanya ia karena Jin Sook yang menjawab panggilannya. Jin Sook memberitahu So Hye kalau Hae Sung sudah menandatangani kontrak dengannya. So Hye ingin bicara dengan Hae Sung tapi Jin Sook mengaku bahwa Hae Sung tidak mau bicara dengannya.
So Hye pun akhirnya dimarahi sutradaranya karena ulah Hae Sung. Sutradara bersumpah akan mengubur Hae Sung hidup2. So Hye yang kecewa pun berkata kalau Hae Sung tidak punya kemampuan acting. So Hye bilang, Hae Sung terkenal karena ketampanannya dan kepopuleran Hae Sung tidak akan berlangsung lama.
Flashback end…
Mata So Hye langsung berkaca2 teringat pengkhianatan Hae Sung. So Hye lantas meminta supir taksi mengantarnya ke suatu tempat.
So Hye pergi klub! Dia pun melemparkan pandangan risih saat melihat suasana di dalam diskotik.So Hye lalu nekad minum alcohol lebih dari satu gelas. So Hye mulai mabuk. So Hye yang mulai mabuk turun ke lantai dansa dan berjoget bersama para pengunjung.
Hae Sung latihan sendirian. Hae Sung benar2 mempersiapkan dirinya untuk drama So Hye. Capek latihan, Hae Sung merebahkan dirinya di lantai. Sekujur tubuhnya sudah dipenuhi oleh keringat. Hae Sung melihat ponselnya, lebih tepatnya melihat instagram pria bernama James.
Dalam instagram itu, penuh foto2 James dengan anak dan istrinya. Hae Sung termenung melihat foto keluarga James yang dulunya menjadi satu2nya orang yang menyaksikan pertunjukkannya saat ia masih kecil.
Tak lama kemudian, Jin Sook datang membuyarkan lamunan Hae Sung.
“Apa yang membuat Nona penggugat datang ke sini?” tanya Hae Sung.
“Aku dengar kau melewatkan makan malammu untuk latihan, jadi itulah kenapa aku datang kesini.” Jawab Jin Sook.
“Apa sebenarnya tujuanmu?” tanya Hae Sung.
Jin Sook tersenyum, kemudian memberitahu maksud kedatangannya.
“CEO dari China mengundangmu ke acara ulang tahun putrinya. Jadi kosongkan waktumu agar kita bisa pergi selama dua hari.” Jawab Jin Sook.
“Kami sudah sepakat tidak akan ada jadwal lain selama aku shooting drama ini.” ucap Hae Sung.
“Haruskah aku membaca ulang kontrakmu?” tanya Jin Sook.
“Apa yang harus kulakukan agar aku bisa menjauh darimu? Apa aku bisa melakukannya saat aku pensiun?” ucap Hae Sung.
“Itu juga pelanggaran kontrak. Kau bisa melakukannya saat aku menyuruhmu untuk pensiun.” Jawab Jin Sook.
“Semua akan selesai kalau aku mati.” Ucap Hae Sung.
“Aku akan selalu berada di sisimu jadi jangan coba menghindariku. Rasanya sangat sakit jika kau jatuh dari puncak.” Jawab Jin Sook.
Wajah Hae Sung langsung berubah mendengar ucapan Jin Sook. Jin Sook lalu beranjak pergi.
So Hye masuk ke toilet untuk menambahkan riasannya. Usai menambah riasannya, So Hye keluar dari toilet dan kembali ke lantai dansa. Tapi di sana, So Hye malah melihat Dokter Jamie sedang bersama pria lain. So Hye pun langsung mendekati Dokter Jamie.
“Mengagumkan! Hebat! Jamie, kau pintar! Aku ingin bermain2 seperti dirimu. Itulah cara kau hidup. Kau harus tetap hidup seperti itu.” ucap So Hye sambil menunjuk2 Jamie.
“Sepertinya kau sudah mabuk. Kau baik2 saja?” tanya Jamie sembari tersenyum.
“Aku baik2 saja. Kau tidak perlu khawatir. Aku akan merahasiakan ini dari Dokter Hong Joon Gi.” Jawab So Hye, lalu beranjak pergi meninggalkan Jamie.
Begitu So Hye pergi, Jamie langsung menelpon Joon Gi. Joon Gi ternyata kakaknya Jamie.
“Oppa, pasienmu yang menghilang ternyata ada di klub sekarang. Dia mabuk berat.” Ucap Jamie.
So Hye naik ke atas meja dan mulai menari sambil berpegangan pada tiang penyangga. So Hye yang sedang asyik menari itu pun dikejutkan dengan kedatangan Joon Gi. So Hye panic dan langsung mencari2 Jamie. Jamie pun langsung menghampiri mereka. Joon Gi memperkenalkan Jamie sebagai adiknya.
“Apa kami tidak mirip? Kakakku bukanlah tipeku! Ya sudah kalau begitu, kalian berdua bersenang2lah.” Ucap Jamie lalu pergi meninggalkan So Hye dan Joon Gi.
“Kau, Jamie Oppa!” tanya So Hye.
Joon Gi mengangguk, So Hye pun langsung ketawa lebar. Joon Gi ikut tertawa.
So Hye dan Joon Gi lalu menari bersama di atas meja sambil memegang tiang penyangga.
Dalam perjalanan pulang, So Hye tertidur dan kepalanya menempel di pundak Joon Gi. So Hye meracau, memanggil Joon Gi dengan sebutan kakak membuat Joon Gi nyengir lebar. Joon Gi lantas menyibakkan rambut yang menutupi wajah So Hye.
Tiba2, So Hye mau muntah. Joon Gi pun langsung menyuruh supir taksi berhenti dan menatap cemas So Hye.
So Hye muntah. Joon Gi menghampiri So Hye dan memberikan air mineral untuk So Hye.
“Gomawoyo, Oppa.” Ucap So Hye setelah menegak air mineralnya.
So Hye lalu beranjak pergi. Dan Joon Gi kembali nyengir lebar dipanggil Oppa. Joon Gi lantas mengikuti So Hye.
“Kau tahu, aku menghabiskan banyak uang hari ini. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, benar2 banyak. Aku berbelanja seperti orang gila.” Ucap So Hye.
“Kau melakukannya dengan baik. Kau juga merubah rambutmu. Kau terlihat cantik.” Jawab Joon Gi.
“Benarkah? Aku cantik?” tanya So Hye sambil menatap Joon Gi genit.
“Aku juga melakukan ini.” ucap So Hye lagi sambil menunjukkan perubahan pada kukunya.
So Hye lalu berbisik di telinga Joon Gi, memberitahu Joon Gi bahwa ia juga melakukan waxing. Joon Gi terkejut. So Hye pun mengatakannya sekali lagi kalau ia melakukan waxing. Joon Gi syok.
“Sekali kau melakukan pengobatan kanker, kau akan kehilangan semua itu.” ucap Joon Gi.
Joon Gi lalu tertawa. So Hye pun ikut tertawa. Joon Gi dan So Hye lalu duduk di sebuah taman.
“Aku akan menunda perjalananku ke Uyuni. Aku tidak akan memaksakan untuk pergi. Aku hanya akan menghabiskan semuanya. Jadi aku menghabiskan semuanya.” Ucap So Hye.
Joon Gi pun langsung iba menatap So Hye.
“Kau tahu apa tujuan hidupku? Queen Uija. Seperti Queen Uija, aku ingin memiliki 3000 pelayan laki2 yang mau mati bersamaku ketika aku mati. Tapi aku benar2 tidak memiliki waktu untuk menggoda 3000 laki2. Queen Uija… aku Queen Uija karena aku hanya duduk di kursi dan menulis. Tapi kalau aku mati sendirian, aku pikir aku akan merasa takut dan kesepian. Orang lain memiliki suami dan anak…”
Tangis So Hye mulai keluar, “… tapi aku tidk memiliki satu pun. Aku akan sakit sendirian.”
Tangis So Hye pecah. Joon Gi berusaha menghibur So Hye, ia berkata kalau So Hye punya dirinya yang juga sama2 mengidap kanker seperti So Hye. Mendengar itu, tangis So Hye langsung berhenti. So Hye menatap Joon Gi.
“Maukah kau pergi denganku?” tanya So Hye, membuat Joon Gi terdiam.
“Kenapa kau tidak menjawab? Apa kau menolakku? Maukah kau pergi keluar dengannku, Oppa?” rengek So Hye.
Bersambung….
Pada episode kali ini jelas sudah kalau Hae Sung lah yang mengkhianati So Hye sejak awal… tapi aku penasaran apa yang membuat Hae Sung menandatangani kontrak dengan perusahaan Jin Sook. Kalau menurutku sih ada hubungannya dengan So Hye. Tau sendirikan tabiat Jin Sook gimana. Aku rasa Hae Sung ini sedang berusaha melindungi sesuatu.
So Hye nembak Joon Gi… kira2 apa ya jawaban Joon Gi….
Oya, aku juga penasaran kenapa Jin Sook begitu membenci Seol..
Joon Gi kena kanker, feelingku jadi gak enak… aku takut Joon Gi akan dibuat meninggal di pertengahan episode….
[Spoiler Ep 4]