Sang Wook dengan tergesa2 berjalan ke arah motor Seol sambil membalut tangannya dengan dasinya. Sang Wook kemudian meninju kaca spion motor Seol sampai pecah. Sang Wook lantas menghubungi seseorang dan mengaku kalau ia tidak sengaja memecahkan kaca spion motor Seol. Ia berkata, ingin menemukan pemilik motor itu untuk mengganti kerugiannya.
Kini Sang Wook berada di kantor polisi menunggu si pemilik motor datang. Wajahnya pun seketika kecewa melihat sosok si pemilik motor. Si pemilik motor bukanlah Seol, tapi seorang pria.
Dalam perjalanan pulang, Sang Wook terngiang kata2 si pemilik motor tentang Seol yang mencuri motornya. Tak lama kemudian, si pemilik motor mendapat telepon dari So Hye. So Hye meminta si pemilik motor menjual motornya pada Seol. Karena itulah, si pemilik motor menjualnya. Sang Wook pun berjalan lesu.
Sang Wook yang kini sudah berada di kantornya, sedang melihat foto2 seorang wanita yang mengalami kekerasan. Luka lebam di tangan dan wajah wanita itu sama persis dengan luka lebam di tangan dan wajah Seol. Sang Wook pun berpikir sejenak. Beberapa saat kemudian, Sang Wook mengambil ponselnya dan mengirimi Seol SMS.
Noona, kau di rumah? Kalau kau baik2 saja, balas pesanku.
Tak lama kemudian, ponsel Sang Wook berdering. Ia menerima panggilan dari seseorang. Pada orang yang dipanggil ‘Pak’ oleh Sang Wook itu, Sang Wook mengaku bahwa ia sedang menulisnya. Orang itu lalu mengundang Sang Wook ke rumahnya.
Seol sedang membersihkan gudang penyimpanan anggur.
Di ruang tengah, Sang Wook duduk sendirian. Tak lama kemudian, Jin Sook datang dan menyambut Sang Wook dengan ramah. Sang Wook memuji kecantikan dengan Jin Sook yang ia panggil dengan panggilan ‘Nyonya’. Tak lama kemudian, Jin Tae pun datang.
“Apa maksudmu memanggilnya Nyonya? Dia kakakku.” Ucap Jin Tae.
“Kakak? Aku minta maaf. Anda terlihat masih muda.” Jawab Sang Wook.
“Aku akan menganggap itu sebagai pujian. Kau memiliki selera humor yang baik.” Ucap Jin Sook.
“Ngomong2, Jaksa Choi. Kapan anda kembali ke kantor?” tanya Sang Wook.
“Punggungku masih sakit.” Jawab Jin Tae seraya memegangi punggungnya. Jin Tae lantas menawari Sang Wook anggur mahalnya. Jin Tae pun memanggil Seol, ia memanggilnya dengan sebutan ‘Yeobo’. Tapi Seol tak kunjung muncul. Jin Sook pun menawarkan dirinya memanggil Seol.
Jin Sook masuk ke ruangan penyimpanan anggur. Ia memberitahu Seol kalau ada jaksa dari kantor hukum mereka yang datang. Jin Sook memberikan cream pada Seol dan menyuruh Seol menutupi luka lebam itu dengan creamnya. Seol mengangguk.
Kembali ke ruang tengah dimana Nyonya Kwak memuji ketampanan Sang Wook. Jin Tae berkata, kalau Sang Wook mendapatkan nilai tertinggi saat ujian. Jin Tae juga mengaku banyak perusahaan hukum yang mengincar Sang Wook, tapi Sang Wook memilih bekerja di perusahaan hukumnya karena menganggap dirinya sebagai panutan.
Tak lama kemudian, Seol datang. Jin Tae memperkenalkan Seol sebagai istrinya. Sang Wook pun terkejut. Begitu pula dengan Seol. Jin Tae bercerita, kalau ia bertemu Seol saat dirinya dalam perjalanan kembali dari study nya di luar negeri. Jin Tae mengaku, ia langsung jatuh cinta pada Seol saat itu.
Nyonya Kwak menyuruh Seol mengambil camilan. Seol masih terkejut, begitu pula dengan Sang Wook. Sang Wook terus menatap Seol yang pergi ke dapur. Tatapan Sang Wook itu membuat Jin Sook curiga.
Seol masuk ke dapur. Ia masih tidak percaya bisa melihat Sang Wook di rumahnya. Saking terkejutnya, Seol sampai menjatuhkan makanan yang ia ambil dari dalam lemari es.
Di ruang tengah, Jin Tae menanyakan soal gadis yang disukai Sang Wook. Sang Wook diam saja. Jin Tae pun mengaku ingin memperkenalkan keponakannya pada Sang Wook. Jin Sook bertanya, bagaimana cara Jin Tae melakukan hal itu karena anaknya masih ada di Amerika.
“Bukankah kau bilang Yoo Mi akan ada di sini bulan depan?” tanya Jin Tae pada Jin Sook.
Jin Tae lalu menatap Sang Wook dan berkata kalau Sang Wook masih muda, jadi Sang Wook harus bertemu dengan banyak orang sebanyak mungkin. Nyonya Kwak pun bersuara, ia berkata tidak pernah melihat Jin Tae menasehati orang seperti itu. Jin Tae memuji dirinya, ia berkata kalau ia tahu cara menilai orang.
Tak lama kemudian, Seol datang membawakan camilan dan wine. Sang Wook semakin gugup. Jin Sook heran melihat kegugupan Sang Wook. Jin Sook lalu berkata, mereka bukan orang2 yang menakutkan. Sang Wook mengangguk. Sang Wook dan Seol curi2 pandang. Wajah Sang Wook tampak pucat. Melihat wajah pucat Sang Wook, Jin Tae mengira Sang Wook sedang sakit. Sang Wook pun mengiyakan dan berkata akan minum wine bersama mereka lain kali.
Jin Tae mengajak Seol bergabung dengan mereka. Seol menolak, tapi ibu mertuanya memaksa. Seol pun terpaksa duduk disamping Jin Sook. Jin Sook memberitahu Seol tentang Sang Wook yang meraih nilai tinggi dalam ujian.
“Itu bagus.” Ucap Seol gugup.
Gerak gerik Seol dan Sang Wook langsung menimbulkan kecurigaan di hati Jin Sook. Seol lalu pamit dengan alasan sedang memasak sesuatu di dapur. Nyonya Kwak lantas menyuruh Jin Sook menunjukkan foto Yoo Mi pada Sang Wook. Jin Sook pun langsung menunjukkan foto Yoo Mi di ponselnya.
“Bagaimana? Dia cantik, kan?” tanya Nyonya Kwak.
Sang Wook pun mengiyakan, padahal ia sama sekali tidak melihat foto Yoo Mi. Nyonya Kwak lalu menyuruh Jin Sook menunjukkan foto Yoo Mi yang lain. Jin Sook mengaku kalau Yoo Mi sangat cantik dan popular. Sang Wook semakin gugup. Melihat kegugupan Sang Wook, Jin Sook pun berkata kalau mereka hanya bercanda. Nyonya Kwak lantas meminta Sang Wook sering2 berkunjung ke rumahnya.
Sang Wook menyendiri di kamarnya. Ia tidak bisa menerima kenyataan tentang Seol yang sudah menikah.
Seol yang lagi nyuci piring teringat pertanyaan Sang Wook kenapa ia tidak suka pengacara. Kata2 Sang Wook juga terngiang di telinganya. Saat itu, Sang Wook mengaku bahwa dirinya bukanlah murid yang miskin. Sang Wook juga bilang kalau ia memiliki pekerjaan dengan gaji tinggi dan akan membeli sebuah mobil.
Tak lama kemudian, Jin Sook datang. Jin Sook masuk ke dapur sambil menatap curiga Seol. Seol sendiri terkejut disamperin Jin Sook. Jin Sook ingin tahu apa Seol dan Sang Wook sudah saling mengenal sebelumnya. Seol berbohong, ia mengaku baru hari ini ia mengenal Sang Wook. Jin Sook pun berkata, kalau ia sangat penasaran karena gerak gerik Seol dan Sang Wook sangat aneh.
Sang Wook tidak tidur sampai pagi. Ia masih tetap dengan posisinya dan memikirkan Seol.
Hae Sung yang baru sampai di rumahnya langsung mencari So Hye. Ia membawa sebuket bunga. Tak lama kemudian, Hae Sung menemukan So Hye yang tidur di meja. Hae Sung kemudian panik saat melihat obat So Hye yang berserakan di meja. Hae Sung juga melihat surat wasiat So Hye. Hae Sung berusaha membangunkan So Hye, tapi So Hye tak kunjung bangun. Hae Sung pun bergegas membawa So Hye ke rumah sakit. Hae Sung teringat kata2 si peramal, bahwa akan ada kematian dalam waktu dekat di sekitarnya.
Joon Gi pun langsung mengecek keadaan So Hye. Ia menyenter mata So Hye. So Hye pun terbangun karena sinar dari lampu senter Joon Gi. So Hye mengaku kalau ketiduran setelah minum obat. Joon Gi pun tersenyum geli. Joon Gi lalu memerintahkan perawatnya membawa So Hye ke ruang UGD. Chang Suk lantas memberikan masker pada Hae Sung sebelum Hae Sung masuk ke UGD.
Joon Gi mengajak So Hye dan Hae Sung ke rumah kaca. Di sana ia memarahi sejoli yang lagi kasmaran itu.
“Kalian berdua! Apa kalian mau membuatku terkena serangan jantung! Ryoo Hae Sung, jangan terlalu serius!” bentak Joon Gi.
So Hye pun menatap Hae Sung, “Jangan terlalu serius.”
“Aku kaget karena dia tidak bangun saat aku membangunkannya.” Jawab Hae Sung.
Joon Gi tertawa geli….
Joon Gi lalu memarahi So Hye yang meminum obat dengan dosis tinggi. So Hye beralasan, kalau ia batuk parah tiba2. Joon Gi pun mengingatkan So Hye kalau So Hye tidak boleh meminum obat sembarangan karena akan berakibat fatal.
Hae Sung bicara berdua dengan So Hye…. tanpa mereka sadari, Joon Gi menatap mereka di belakang dengan tatapan terluka.
So Hye nampak tidur pulas. Tak lama kemudian, ia bangun dan langsung mengecek ponselnya. Ia penasaran sudah berapa lama ia tidur.
So Hye hendak turun dari tempat tidur, tapi kemudian ia terkejut mendapati Hae Sung yang tidur di sampingnya. So Hye lantas diam2 mengambil kertas disamping Hae Sung yang sudah ditulisi Hae Sung.
Aku. Bintang top, Ryoo Hae Sung. Ini surat wasiatku. 100 tahun terakhir bersamanya sangat indah.
“100 tahun?” tanya So Hye bingung.
12 anak, 50 cucu. Aku bersyukur mereka tumbuh dengan baik. Aku bahagia menghabiskan waktu dengan kalian. Aku senang karena bisa membintangi 100 lebih film dan drama. Khususnya, aku menjadi pria paling bahagia di dunia karena mengawali dan mengakhiri karirku dengan drama Lee So Hye. Aku mendapatkan 30 penghargaan sebagai aktor terbaik. Aku tidak akan pernah melupakan piala Oscar . Festival Film Cannes dan Festival Film Venice juga sempurna. Sutradara David Fincher, aku minta maaf karena membuatmu menunggu. Saudaraku, Danny, senang bisa bekerja sama denganmu. Jennifer Lawrence, Scarlett Johansson dan banyak aktris Hollywood lainnya. Berhenti membenciku sekarang. Lee So Hye satu2nya orang untukku. Apa yang harus kulakukan dengan itu.
So Hye tertawa terbahak2 membacaa surat aneh Hae Sung. Mendengar tawa So Hye, Hae Sung terbangun. So Hye langsung meledek Hae Sung. Ia berkata, bagaimana mungkin Scarlett Johansson mengenal Hae Sung. Hae Sung juga menertawakan 30 penghargaan yang ditulis Hae Sung.
Hae Sung yang malu berusaha merebut surat wasiatnya, tapi So Hye malah kabur melarikan surat wasiat Hae Sung. Mereka kejar2an di ruang tengah, hingga akhirnya So Hye jatuh ke sofa karena didorong Hae Sung. Hae Sung pun merebut surat wasiatnya dari tangan So Hye. Hae Sung berkata, itu surat pribadinya jadi tidak seharusnya So Hye membaca suratnya.
“Jadi kau mau hidup denganku selama 100 tahun?” tanya So Hye.
“Karena kemajuan teknologi, kita bisa hidup sampai 200 tahun.” Jawab Hae Sung.
“Lalu bagaimana dengan 12 anak?” tanya So Hye.
“Kita bisa mengadopsi mereka. Kau tidak perlu bekerja keras. Aku bisa menjadi ayah yang baik untuk anak2 itu. Setelah kita menikah, ayo kita adopsi bayi terlebih dahulu.” jawab Hae Sung.
“Apakah kita akan menikah?” tanya So Hye.
“Lupakan itu. Itu bukan lamaran, aku akan menyiapkan lamaran besar2an.” Jawab Hae Sung.
“Kenapa kau berpikir begitu jauh?” tanya So Hye.
Hae Sung lantas mendekatkan tubuhnya ke tubuh So Hye. So Hye kesal, dan langsung mendorong tubuh Hae Sung.
“Kau bilang kau ada shooting kan hari ini?” tanya So Hye.
“Setelah aku selesai shooting, kita akan menghabiskan waktu bersama.” Jawab Hae Sung.
“Bagaimana dengan besok?” tanya So Hye.
“Episode 5, scene action.” Jawab Hae Sung.
“Itu akan sangat sulit. Apa kau melakukannya sendirian?” tanya So Hye cemas.
Hae Sung lantas berdiri di sofa, lalu menembaki So Hye dengan tangannya.
“Bagaimana? Aku keren, kan? Aku seksi, kan?” tanya Hae Sung.
“Aktingmu sangat buruk, tapi kau melakukannya dengan sempurna saat adegan berkelahi.” Jawab So Hye.
Hae Sung lalu memuji dirinya sendiri….
Bersambung ke part 3