Dam Ryung menyisir hutan, hingga ke tebing dan menemukan tubuh sahabatnya yang penuh luka.
Sae Wa masih menunggu Dam Ryung di gua. Tak lama kemudian, anak buah Bangsawan Yang datang dan mengepungnya. Sae Wa menatap mereka dengan tatapan waspada. Anak buah Bangsawan Yang kemudian mencabut pedang mereka dan mengarahkannya pada Sae Wa.
Dam
Ryung terdiam mendengar penjelasan tabib soal kondisi sahabatnya. Tabib
berkata, denyut nadinya lemah. Otot2, serta tulang dan dagingnya rusak dan
membentuk bekuan darah. Tabib pun cemas, jika ini masuk ke jantungnya….
“Apa
yang akan terjadi jika itu terjadi?” tanya Dam Ryung.
“Dia
tidak akan bertahan. Aku yakin dia dipukuli sekelompok orang setelah dia jatuh
dari tebing.” Jawab sang tabib.
“Sepertinya
temanku diam2 melindungi kekasihku dan dia seperti ini saat akan kembali.” Ucap
Dam Ryung.
Dam
Ryung kemudian menggenggam tangan sahabatnya dengan ekspresi marah besar.
Bangsawan Yang menemui Dam Ryung untuk meminta maaf atas kekacauan yang dibuat selirnya di kantor Dam Ryung kemarin. Bangsawan Yang beralasan, selirnya melakukan itu karena cemas akan bahaya yang mungkin telah memasuki kantor pemerintahan. Bangsawan Yang berkata, selirnya tidak bisa berpikir jernih karena mencemaskan hal itu. Ia mengaku sudah menegur selirnya, sampai selirnya itu menangis.
“Aku
mengerti.” Jawab Dam Ryung, membuat Bangsawan Yang tersenyum.
“Beberapa
hari yang lalu, saat mayat itu ditemukan di pantai, warga desa menjadi
ketakutan. Jadi Tuan jangan merasa kecil hati.” Ucap Bangsawan Yang.
“Aku
memiliki buah yang langka dan berharga.” Jawab Dam Ryung.
“Ah,
ya! Itu buah jeruk. Meskipun aku hanyalah seseorang yang berposisi rendah, aku
memiliki selera yang baik terhadap makanan. Jadi aku mendapatkan itu dari
perahu yang datang dari Pulau Tamra (Pulau Jeju sekarang).” ucap Bangsawan
Yang.
Dam
Ryung tersenyum sinis, begitukah? Tempat ini mungkin satu2nya tempat dimana
bisa memakan buah ini, benar kah?”
“Tentu
saja, harganya terlalu tinggi.” Jawab Bangsawan Yang.
“Tapi
buah jeruk ini ditemukan saat pemeriksaan mayat yang ditemukan di pantai
kemarin.” Ucap Dam Ryung tegas.
Bangsawan
Yang terkejut.
“Pada
hari dia meninggal, orang terakhir yang ditemuinya adalah kau! Dia meninggal
karena minum alcohol yang dibubuhi racun dan kau membuangnya di pantai.” Ucap
Dam Ryung.
Flashback—Saat Bangsawan Yang menjamu bangsawan yang meninggal itu. Bangsawan itu meminum alcohol yang disajikan Bangsawan Yang, juga menyantap jeruk yang disajikan Bangsawan Yang. Keesokan hariinya, jasad pria itu ditemukan di tepi pantai oleh warga—Flashback end.
“Namun
jejak2 racun tidak ditemukan selama pemeriksaan awal. Pada hari pertama salju
turun dan air membeku, mayat itu membeku seperti es tapi ada perbedaan saat pemeriksaan mayat
yang kedua kalinya. Saat mayat yang beku mencair, racun fatal yang diekstrak
dari telur ikan blowfish ditemukan.” Ucap Dam Ryung lagi.
“Tuanku,
aku bodoh dan tidak mengerti yang anda
katakan.” Jawab Bangsawan Yang.
“Masuklah!”
Dam Ryung menggebrak meja.
Tak lama kemudian, tim investigasi masuk membawa gentong kecil berisi racun ikan itu. Mereka berkata2, menemukan racun itu di kandang kuda Bangsawan Yang. Bangsawan Yang menyangkal tuduhan itu. Ia mengaku dirinya dijebak dan tidak tahu apa2. Dam Ryung diam saja menatapnya dengan ekspresi marah.
Selir Bangsawan Yang meronta2 minta dilepaskan saat diseret petugas. Tak lama kemudian, Dam Ryung datang dan langsung meletakkan pedangnya di leher selir Bangsawan Yang. Dam Ryung bilang, akan mengampuni selir Bangsawan Yang jika Sae Wa selamat.
“Siapa
itu? Aku tidak tahu.” jawab selir Bangsawan Yang.
Dam
Ryung pun makin menekankan pedangnya ke leher selir Bangsawan Yang.
“Kalau
kau tidak tahu, kau akan mati. Meskipun aku tidak bisa menemukan Sae Wa! Kau
akan mati di sini.” Ucap Dam Ryung penuh kemarahan.
Dam Ryung pun menemukan Sae Wa di dalam gudang penyimpanan. Hatinya teriris melihat kondisi Sae Wa. Sae Wa diikat, wajahnya penuh luka memar. Dam Ryung kemudian melirik kumpulan mutiara disamping Sae Wa. Selir Bangsawan Yang masih berupaya menghasut warga.
“Lihat!
Kepala Kota sudah disihir oleh benda aneh itu dan berusaha untuk menghancurkan
desa! Dia membawa putri duyung yang menyebabkan hujan badai dan kematian para
warga!”
Dam Ryung
kemudian melemparkan mutiara itu ke arah para warga. Selir Bangsawan Yang panic
karena para warga mulai memunguti mutiaranya.
Dam Ryung menangis menatap Sae Wa.
Dam Ryung menangis menatap Sae Wa.
“Maaf
karena aku terlambat.” Ucap Dam Ryung.
Sambil
menggendong Sae Wa menuju laut, Dam Ryung menceritakan mimpinya pada Sae
Wa.
“Di
dalam mimpiku, kita dilahirkan kembali. Kita bertemu lagi dan kita bersama2.
Kau datang dari lautan yang jauh untuk menemuiku. Dan meskipun aku tak bisa
mengingatmu, kau sudah berada dalam hatiku. “ ucap Dam Ryung.
Dam
Ryung menangis…
“Sae
Wa-ya, apa kau tidak mau mendengarkan cerita ini lagi?” tanyanya.
Di dunia modern, Joon Jae meminta Sim Chung mengucapkan ‘saranghae’ untuk mengkonfirmasi sesuatu. Sim Chung yang paham maksud Joon Jae hanya diam saja menatap Joon Jae. Bersamaan dengan itu, salju pertama turun. Sim Chung kemudian tersenyum.
“Kalau
begitu apakah kamu adalah milikku? Apakah kamu menyerah? Kamu kalah?” tanya Sim
Chung.
Joon
Jae bingung maksud Sim Chung.
“Aku akan menjadi yang pertama menyerah saat salju pertama turun. Aku benar-benar tidak tahu kau akan menyerah lebih dahulu. Apakah kau adalah milikku? Apapun yang aku katakan, kau akan mempercayai aku?” tanya Sim Chung.
“Apa
yang kau bicarakan?” tanya Joon Jae.
“Kau
bilang kau mencintaiku. Itu artinya, kan?” tanya Sim Chung.
Sim
Chung pun teringat kata2 Joon Jae saat mereka di Spanyol. Joon Jae bilang, jika
Sim Chung mencintai seseorang, itu artinya Sim Chung menyerah. Sim Chung
bertanya, apa itu menyerah dan Joon Jae berkata, artinya kekalahan. Sim Chung
kalah. Dengan kata lain, jika Sim Chung mencintai seseorang, apapun yang
dikatakan orang itu, Sim Chung akan mempercayai semuanya. Dan itu artinya, Sim
Chung dalam masalah.
“Kenapa?” tanya Sim Chung.
“Itu berarti kau milik orang
itu. Jika dia menyuruhmu melakukan ini, kau melakukan ini. Jika dia menyuruhmu
melakukan itu, kau akan melakukan itu. Jika dia katakan untuk percaya
padakebohongan, maka kau percaya pada kebohongan. Itulah cinta.” Jawab Joon
Jae.
“Jadi bolehkah mengatakan itu
pada seorang pria?” tanya Sim Chung.
“Tidak! Tidak boleh.” Jawab Joon
Jae.
Flashback end…
“Ya,
ampun! Siapa yang akan mengucapkan omong kosong seperti itu ?!” ucap Joon Jae
sambil berdiri.
“Ada
seseorang. Seseorang yang baik.” Jawab Sim Chung sambil menatap Joon Jae.
“Siapa
itu? Seorang pria?” tanya Joon Jae.
“Iya,
seorang pria.” Jawab Sim Chung.
“Jadi,
seorang pria. Dia gila kerja!” ucap Joon Jae.
“Apa
itu 'gila kerja'?” tanya Sim Chung.
“Dia
seorang brengsek gila. Melihat bagaimana dia mengatakan hal semacam itu, dia
benar-benar tercela dan mata keranjang.” Jawab Joon Jae.
“Itu
semua kata-kata yang buruk, kan?” tanya Sim Chung.
“Benar.
Kau seharusnya tidak bergaul dengan berandalan semacam itu. Apakah dia
benar-benar baik padamu? Hah?” ucap Joon Jae.
“Ketika
hujan, dia memayungiku, dan dia menggenggam tanganku ketika aku sendirian.”
Jawab Sim Chung.
“Ah,
tangan... Aku yakin dia akan melakukan apapun... untuk menggoda seorang gadis.”
Ucap Joon Jae.
“Ra...ramen!
Wah, ramen! Apakah dia bilang dia akan masuk ke dalam rumah dan makan ramen
sebelum pergi? Wah, betapa brengsek dan berhati gelapnya dia!” cibir Joon Jae.
“Dia
bukan orang brengsek berhati gelap. Dia orang yang baik.” Bela Sim Chung.
“Jika
dia orang baik, kau seharusnya berada di sisinya, bukan denganku. Dan biar aku
jelaskan, siapa tahu kau salah paham... Ketika aku mengatakannya tadi... aku
mengatakan… saranghae, bukan karena aku mencintaimu, aku hanya ingin
mengkonfirmasi sesuatu.” Ucap Joon Jae.
Joon
Jae tertegun. Tak lama kemudian, ia beranjak pergi tanpa mengatakan apapun. Sim
Chung mengejar Joon Jae dan bertanya haruskah ia mengatakannya lagi. Joon Jae
pun berkata tidak perlu.
Joon Jae dan Sim Chung kembali ke rumah. Nam Doo pun langsung menyindir mereka dengan berkata, kalau mereka habis kencan. Joon Jae menyangkal, ia menegaskan karena Sim Chung mengemis ingin melihat salju pertama, makanya dia membawa Sim Chung ke tempat main ski.
“Itu
sama saja dengan kencan. Bukankah begitu, Tae Oh?” tanya Nam Doo pada Tae Oh.
Tae Oh
yang cemburu tidak mengatakan apapun dan langsung pergi ke kamarnya sambil
memelototi Joon Jae. Joon Jae protes karena dipelototi Tae Oh dan menggeplak
kepala Tae Oh.
Nam Doo lalu menawari Joon Jae dan Sim Chung jeruk. Tapi Joon Jae menolak dan langsung menuju kamarnya, sedangkan Sim Chung melahap habis jeruk yang diberikan Nam Doo.
“Kalian
bertengkar?” tanya Nam Doo.
“Tidak.”
Jawab Sim Chung.
“Lalu
suasana hati nya buruk?” tanya Nam Doo.
Di kamarnya, Joon Jae terlihat gelisah sampai2 ia tak bisa tidur. Joon Jae lalu memanggil Sim Chung dan Sim Chung langsung muncul dengan wajah semangat. Melihat Sim Chung, entah kenapa Joon Jae jadi merasa kikuk. Joon Jae lalu bangun dari tidurnya dan mengaku tak bisa tidur.
“Kau
masih bertemu dengannya?” tanya Joon Jae.
“Siapa?”
tanya Sim Chung balik sambil turun ke bawah.
“Ramen!
Kau masih bertemu dengannya?” tanya Joon Jae.
“Iya,
masih.” Jawab Sim Chung sembari duduk di hadapan Joon Jae
“Masih ya? Kau masih menemuinya..” ucap Joon Jae kesal. Joon Jae lalu tertawa untuk menutupi perasaan kesalnya. Tak lama, ia bertanya seperti apa rupa si pria ramen itu. Sambil memandangi wajah Joon Jae, Sim Chung berkata dia manis, matanya berbinar. Joon Jae yang gak sadar kalau pria itu adalah dirinya, mengatai pria itu kemayu dan meminta Sim Chung menjaga jarak dengan pria seperti itu karena pria seperti itu penuh dengan nafsu. Sim Chung sedikit tertawa mendengar ocehan Joon Jae.
“Kau...
Jadi kau juga mengatakan itu kepadanya?” tanya Joon Jae kemudian.
Sim
Chung heran, apa?
“Saranghae?”
tanya Sim Chung.
Joon
Jae salting sendiri setelah Sim Chung mengucapkan kata itu.
“Jadi
kau juga mengatakan itu pada pria brengsek itu?” tanya Joon Jae.
Sim Chung terdiam sejenak sambil mengingat saat ia mengatakan kalimat saranghae ke Joon Jae saat mereka masih di Spanyol. Sim Chung pun mengiyakan pertanyaan Joon Jae. Joon Jae pun marah karena Sim Chung mudah sekali mengatakan hal itu pada siapa saja.
“Aku
tidak mengatakan itu pada siapa pun!” sewot Sim Chung.
“Kenapa
kau meninggikan suaramu!” protes Joon Jae.
Joon Jae lalu menyuruh Sim Chung naik ke atas. Saat Sim Chung naik ke atas, Joon Jae berkata kalau itu hal yang baik. Ia mengaku kalau tadinya ia merasa sedikit terbebani karena takut Sim Chung memiliki perasaan khusus padanya. Joon Jae pun mendoakan Sim Chung dan pria itu. Sim Chung yang kesal langsung membalas dengan mengatakan ia datang untuk melakukan beberapa hal bersama pria itu. Mendengar itu, Joon Jae makin sewot.
Sebuah
mobil melaju sembarangan sebelum akhirnya menabrak pohon.
Dalam
tidurnya, Joon Jae bermimpi melihat Dam Ryung yang sedang mencari Sae Wa di
hutan sampai akhirnya Dam Ryung menemukan seseorang di bawah tebing. Joon Jae
pun terbangun dari mimpinya.
“Mimpi
apa itu tadi?” Joon Jae bertanya2. Ingatan Joon Jae langsung melayang ke masa
kecilnya, saat Sopir Nam memperkenalkan diri sebagai temannya. Wajah Sopir Nam
di masa lalu, sangat mirip dengan wajah temannya Dam Ryung. Joon Jae yang
khawatir langsung menghubungi Sopir Nam.
Di dalam mobil, kita melihat Sopir Nam yang sudah tak sadarkan diri dipukul oleh Dae Young. Ponsel Sopir Nam berbunyi. Dae Young pun mematikan panggilan telepon dari Joon Jae, lalu menghapus jejaknya dari rekaman black box dan beranjak pergi.
Saat sarapan bersama Seo Hee dan Chi Hyun, CEO Heo mendapatkan informasi dari seseorang tentang Sopir Nam. CEO Heo lalu memberitahukan informasi itu pada Chi Hyun, kalau Sopir Nam mabuk dan mengalami kecelakaan semalam. Chi Hyun merasa aneh karena yang ia tahu Sopir Nam tidak suka minum.
“Bagaimana
kau bisa tahu? Bagaimana kau bisa menilai seseorang dari penampilannya saja?”
sahut Seo Hee.
Seo Hee lalu menanyakan keadaan Sopir Nam pada suaminya. CEO Heo berkata, Sopir Nam tidak sadarkan diri dan lukanya serius. Seo Hee pura2 cemas. Ia ingin ikut kalau suaminya menjenguk Sopir Nam tadi. Chi Hyun pun menatap curiga ke arah ibunya. Ia yakin, sang ibu lah dalang dibalik kecelakaan Sopir Nam.
Kepala Penyidik sedang membahas Ma Dae Young yang masih belum juga ditemukan. Rekannya yakin, pelaku pembunuhan rentenir di Hoehyeon-dong adalah dia. Kepala Penyidik berkata, bisa jadi dia pelakunya tapi mereka belum menemukan bukti apapun. Tidak ada uang atau barang2 si rentenir yang hilang.
“Dia
adalah seorang rentenir dan punya banyak orang yang dendam terhadap dia, jadi
itu mungkin.” ucap penyidik lain.
“Jika
itu karena dendam, mereka akan direncanakan dengan baik. Tapi melihat waktu dan
lokasi. Itu di siang hari bolong di jam tiga sore. Siapa pun akan dapat
menyaksikan ini sambil lewat. Tapi kemudian, hal ini dilakukan sangat mendadak
dan impulsif. Ma Dae Young memiliki gangguan kemarahan. “ jawab Kepala
Penyidik.
“Dengan
hanya itu, saat ini, tidak hanya satu atau dua orang yang tidak bisa
mengendalikan kemarahan mereka.” Ucap penyidik itu.
“Itu
benar-benar teliti. Ini benar-benar bersih tanpa sidik jari atau jejak DNA. Hal
ini dilakukan oleh seseorang yang selalu siap untuk pembunuhan.” Jawab Kepala
Penyidik.
Kepala
Divisi datang dan langsung menggeplak Kepala Penyidik yang masih focus
mendalami kasus Dae Young. Kepala Divisi ingin Kepala Penyidik menangkap orang
yang memakai identitas palsu di wilayah Yeouido. Kepala Penyidik pun berkata,
bahwa ia sudah tahu siapa orang itu dan akan segera menangkap orang itu setelah
menangkap Dae Young.
“Karyawan
wanita di akuarium berpikir Polisi Yeongdeung punya detektif tampan dan hendak
memulai fan club. Lalu mereka melihat profillmu dan mereka sangat kecewa!” jawab Kepala
Divisi.
“Mengapa
mereka kecewa? Dia dan aku terlihat sangat mirip!” protes Kepala Penyidik.
Joon Jae, Tae Oh dan Nam Doo sedang memeriksa akun SNS Jin Joo. Dari akun SNS Jin Joo, diketahui bahwa dia akan menghadiri seminar untuk persiapan sekolah menengah internasional.
Menurut
SNS Ahn Jin Joo, dia akan menghadiri seminar untuk Persiapan Sekolah Menengah
Internasional. Nam Doo berkata, acaranya jam tiga jadi Jin Joo mungkin akan
keluar rumah antara jam dua dan setengah tiga.
“Sopir
keluarga sedang libur. Keterampilan mengemudi Ahn Jin Joo sedikit kurang. Pada
saat itu, Tae Oh akan menelepon dengan menggunakan nomor English Academy dan
mengalihkan perhatiannya.” Ucap Nam Doo.
Trio
penipu ini pun mulai beraksi… Jin Joo yang sedang menyetir dihubungi Tae Oh
yang menyamar sebagai petugas lembaga akademi bahasa inggris.
“Ya,
aku ibu Elizabeth. Benarkah? Elizabeth-ku,
astaga! Juara pertama dalam kompetisi lisan bahasa Inggris? Astaga!” ucap Jin
Joo.
Rencana
mereka berhasil!! Jin Joo yang senang mendengar berita Elizabeth, tidak sengaja
menabrak mobil Joon Jae yang berhenti di depannya. Bukannya marah karena
mobilnya ditabrak, tapi Joon Jae malah memberikan kartu namanya dan meminta Jin
Joo menghubunginya kalau Jin Joo terluka. Jin Joo yang tak sadar ia tengah
ditipu, terkejut membaca kartu nama Joon Jae.
Begitulah gambaran rencana mereka. Lebih lanjut, Nam Doo menjelaskan setelah Jin Joo melihat wajah Joon Jae, mereka akan bertemu lagi di seminar. Joon Jae dan Tae Oh mengerti. Saat mereka bertiga sibuk membicarakan rencana mereka, Sim Chung tiba2 nongol dan mereka pun langsung mengaku akan pergi bekerja.
“Pekerjaan
apa yang kalian lakukan?” tanya Sim Chung.
“Untuk
singkatnya, itu seperti mendapatkan hati seseorang? Untuk membiarkan seseorang
menyadari kesalahannya sendiri. Meskipun pasti ada masalah dengan cara mereka
mengumpulkan kekayaan mereka, namun mereka berada di luar batas-batas hukum. Untuk
orang-orang yang jatuh ke dalam kelemahan kami mengambil tindakan yang tepat. Kami
juga mendistribusikan kekayaan. Demi negara.” Jawab Joon Jae.
“Pegawai
Negeri? Aku melihatnya di TV. Orang-orang yang bekerja untuk negara adalah PNS.”
Ucap Sim Chung.
“Bukan
seperti itu. Hanya karena mereka bekerja di gedung pemerintahan tidak berarti
mereka melakukan itu untuk kepentingan negara.” Jawab Joon Jae.
“Jadi,
Heo Joon Jae melakukan pekerjaan yang lebih keren dari PNS.” Ucap Sim Chung.
Joon Jae hanya tertawa mendengar kata2 Sim Chung. Sim Chung terkagum2 menatap Joon Jae. Sim Chung berkata, kalau ia mengetahuinya. Ia lalu beranjak pergi sambil terus menatap Joon Jae dengan tatapan kagum. Joon Jae pun merasa tidak enak sudah membohongi Sim Chung. Sementara Nam Doo, menatap Joon Jae heran.
Joon
Jae yang sadar diperhatiin Nam Doo, langsung berkata, kenapa ia membuat
penjelasan pada Sim Chung? Nam Doo pun menjawab, kalau Joon Jae memang payah.
Joon Jae berkata lagi, haruskah ia mengatakan mereka itu penipu?
“Aku
merasa tidak nyaman tentang kata itu.” jawab Nam Doo.
Nam
Doo lalu meminta pendapat Tae Oh, haruskah mereka membuat nama baru?
“Apa
maksudmu?” tanya Joon Jae.
“
Baiklah, baiklah. Kita terlambat. Ayo pergi.” Jawab Nam Doo.
Para penyidik mendatangi komplek perumahan Joon Jae. Mereka melihat tanda yang dibuat Dae Young sebelum melakukan pembunuhan. Bersamaan dengan itu, Sim Chung keluar dari rumah dan Dae Young pun langsung membuntutinya. Kepala Penyidik melihat Dae Young dan bergegas mengikuti Dae Young. Sialnya, mereka ketahuan gara2 bunyi ponsel salah satu penyidik.
“Ma
Dae Young! Kau bajingan!” teriak Kepala Penyidik yang langsung memburu Dae
Young. Namun mereka kehilangan jejak karena Dae Young menukar bajunya. Kepala
Penyidik pun kesal bukan kepalang.
Sim
Chung sendiri tengah memungut baju dan sepatu yang dibuang warga.
Yoon Ah diganggu teman2nya. Temannya menyindir dia yang tinggal di apartemen sewaan. Mereka tidak mau bermain bersama Yoon Ah dengan alasan orang tua Yoon Ah yang sudah bercerai. Yoon Ah pun mengaku kalau ia juga tak mau bermain dengan anak itu dan menyuruh anak itu minggir. Tapi gadis kecil berwajah bulat itu tidak mau minggir dan terus menghina Yoon Ah. Yoon Ah memilih tidak meladeninya dan beranjak pergi. Anak itu mengejar Yoon Ah dan mendorong Yoon Ah. Yoon Ah membalas dengan melakukan hal yang sama. Anak itu marah dan kembali mendorong Yoon Ah. Anak itu bahkan mau memukul Yoon Ah. Tepat saat itu, Sim Chung datang dan mengangkat tubuh anak itu.
“Apa
yang kau lakukan? Turunkan aku, tolong.” pinta anak itu.
“Kau
seharusnya tidak mengganggu temanmu. Cepat berjanji padaku, kalau kau tidak
akan mengganggu temanmu.” Jawab Sim Chung.
Anak
itu langsung menangis.
Anak itu ternyata Elizabeth. Elizabeth menangis dan mengadu pada ibunya. Setelah mendengar penuturan anaknya, Jin Joo langsung mengajak anaknya itu pergi dengan muka kesal. Bersamaan dengan itu, Nam Doo tiba di rumah Jin Joo dan terheran2 karena Jin Joo belum berangkat.
Sim
Chung dan Yoon Ah duduk di minimarket. Yoon Ah berterima kasih karena Sim Chung
sudah menolongnya. Sim Chung lalu menanyakan apa itu perceraian. Yoon Ah
berkata, perceraian adalah saat orang yang menikah berpisah.
“Kenapa
mereka berpisah?” tanya Sim Chung.
“Eonni
tidak tahu? Mereka berpisah karena mereka tidak saling mencintai lagi.” Jawab
Yoon Ah.
“Mereka
jatuh cinta ketika mereka menikah, tapi kemudian mereka berubah. Itu sebabnya. Ayah
dan ibuku mungkin saling mencintai ketika aku masih bayi. Hanya saja mereka
berubah.” Jawab Yoon Ah.
“Mengapa
mereka akan berubah?” tanya Sim Chung.
“Apa
maksudmu mengapa? Hanya saja mereka semua berubah. Bahkan mereka yang tidak
bercerai tinggal bersama-sama belum tentu karena mereka saling mencintai. Mereka
tinggal sambil menahan itu.” jawab Yoon Ah.
“Benarkah?”
tanya Sim Chung.
“Eonni
tahu mengapa aku berusaha keras di tempat kursus? Ibuku... mungkin mencintaiku
sekarang tapi kalau aku tidak belajar giat aku takut dia mungkin tidak
mencintaiku lagi. Aku takut mungkin dia mengabaikanku. Itu sebabnya aku
berusaha keras dan ikut kursus meskipun aku tidak ingin ikut.” Jawab Yoon Ah.
Jin Joo tiba2 muncul mengetuk jendela minimarket. Jin Joo menyuruh Sim Chung keluar sambil menatap tajam Sim Chung. Sim Chung pun keluar. Namun Jin Joo malah terpengarah saat melihat rambut Sim Chung yang beterbangan karena angin.
“Rambut
itu, mungkin terlihat berantakan seolah-olah tidak dirapikan. Tapi itu sangat
anggun. Di mana? Di salon mana dia merawat rambutnya?” batin Jin Joo.
“Eomma,
ini eonninya.” Ucap Elizabeth menyadarkan Jin Joo.
“Jadi
kau yang mengganggu putriku?” tanya Jin Joo ketus.
“Bagaimana
mungkin? Pakaiannya tidak serasi sama sekali. Itu terlihat seperti sup dan nasi
disajikan terpisah, tapi mereka sesuai dengan begitu mengagumkan. Perasaan aneh
apakah ini?” batin Jin Joo.
“Itu
karena dia mengganggu anak ini!” jawab Sim Chung, menyadarkan Jin Joo.
“Memangnya
kau siapa? Apakah kau ibunya? Apa kau gurunya?” sentak Jin Joo.
Jin Joo masih ingin berdebat dengan Sim Chung, tapi ia lagi2 terperangah melihat sepatu beda bentuk dan warna yang dikenakan Sim Chung.
“Sejak
kapan Chanel dan Dior berkolaborasi? Oh ya ampun! Kenapa aku tidak tahu itu?”
batin Jin Joo.
“Aku
adalah temannya Seo Yoon Ah. Kelak, aku tidak akan membiarkan kau jika kau mengganggu temanku.” Ucap Sim Chung.
Sim Chung lalu menyuruh Elizabeth berjanji, tapi Elizabeth hanya bisa tertunduk diam.
Sim
Chung kemudian mengajak Yoon Ah pergi. Jin Joo pun kembali memanggil Sim Chung.
“Aku...memiliki
banyak keingintahuan, tapi biarkan aku bertanya satu hal saja kepadamu. Kau
pergi ke dokter kulit yang mana?” tanya Jin Joo.
“… dan
jangan katakan hal yang tidak masuk akal seperti kau lahir dengan kulit seperti
itu.” tambah Jin Joo.
“Bukan
di Seoul. Sangat jauh.” Jawab Sim Chung.
Sim
Chung lalu teringat saat ia memakai masker wajah bersama duyung lainnya di
sambil menikmati panorama laut yang indah.
Jin
Joo makin penasaran, tapi ia tak sempat menanyakan di negara mana Sim Chung
melakukan perawatan kulit karena Sim Chung keburu pergi.
Nam Doo yang masih mengawasi rumah Jin Joo, akhirnya melihat Jin Joo pulang bersama Elizabeth. Nam Doo yang heran, langsung memeriksa akun SNS Jin Joo. Di sana, Jin Joo mengaku ingin istirahat saja di rumah. Jin Joo juga mengatakan tentang fashion aneh seseorang yang baru saja ia temui.
Nam
Doo tak ingin langsung pulang bersama Joon Jae dan Tae Oh karena ingin mampir
di suatu tempat. Nam Doo menolak
memberitahu kemana ia mau mampir. Saat Joon Jae masuk ke mobilnya bersama Tae
Oh, Yoo Ran yang sedang menuju rumah Jin Joo terkejut melihat Joon Jae.
“Mungkinkah
itu? Itu mungkin bukan dia. Uri Joon Jae.” Yoo Ran bertanya2.