Yang sedang menggambarkan lokasi ladang Poppi. Tak lama kemudian, Ga Eun datang dan menyuruh Yang istirahat. Namun Yang menolak. Ia bilang tak mungkin dirinya bisa menggambar lagi esok hari, ia ingin lekas menyelamatkan teman2nya. Ga Eun pun tak bisa berkata apa-apa lagi.
“Aku sedang membuat tonik
herbal sekarang. Aku akan memeriksa sudah jadi atau belum.” Ucap Ga Eun.
Mae Chang mengangguk. Setelah itu, Ga Eun beranjak pergi. Tak lama setelah Ga Eun pergi, Yang pun ambruk. Mae Chang lekas memeluk Yang. Yang pun menangis. Ia bilang belum selesai menggambarnya. Mae Chang berkata, gambar Yang sudah lebih dari cukup. Mae Chang kemudian menenangkan Yang dan menyuruh Yang tidur. Ia menyanyikan lagu pengantar tidur dan menepuk2 punggung Yang. Di tengah2 nyanyiannya, Yang menghembuskan napas terakhirnya. Mae Chang pun berkaca2, tapi ia tetap melanjutkan nyanyiannya dengan suara bergetar.
Ibu Yang berlari menghampiri
Ga Eun yang masih membuat tonic herbal di halaman. Ga Eun pun menenangkan ibu
Yang dan lekas membawanya ke dalam. Sesampainya di dalam, mereka melihat Yang
sudah terbujur kaku. Mae Chang memberitahu kalau Yang sudah tiada. Tangis ibu
Yang pun pecah. Dipeluknya Yang dengan erat. Mae Chang lantas memberikan gambar
yang dibuat Yang pada Ga Eun. Ia minta Ga Eun memberikan gambar itu pada Kepala
Pedagang. Mae Chang bilang Yang mempertaruhkan nyawanya untuk ini.
Ibu Yang terus mendekap erat tubuh Yang. Mae Chang yang tak tahan, beranjak pergi. Setelah Mae Chang pergi, Ga Eun pun melihat gambar yang dibuat Yang. Ga Eun pun terkejut melihat gambar itu. Ia pun langsung menoleh ke pintu, menatap kepergian Mae Chang dengan curiga.
Ga Eun menyerahkan gambar itu ke Seja. Seja mengernyit heran, Gunung Yeogueji? Ada gunung bernama begitu?
“Aku belum pernah dengar. Namanya
aneh. Pasti semacam kode atau selorohan yang mereka gunakan.” Jawab Woo Bo.
Ga Eun ingin memberitahu Seja soal Mae Chang, tapi ia mengurungkan niatnya. Ia berkata, akan mengatakannya nanti kalau sudah yakin. Tak lama kemudian, Chung Woon masuk dengan terburu-buru.
“Orang-orang Yangsucheong
mencari Yang. Mungkin benar ada hubungannya dengan Pyunsoo-hwe.” Ucap Chung
Woon.
“Dasar bajingan. Dia hanya
anak-anak.” Rutuk Moo Ha.
“Kita harus lekas menemukan
tempat ini.” ucap Seja.
“Orang-orang di pasar
melihat Aghassi membawa Yang. Apakah tidak masalah?” tanya Chung Woon cemas.
Seja pun ikutan cemas. Tak ingin membuat Chun Soo dan yang lainnya cemas, Ga Eun pun berkata itu tidak masalah. Mereka lalu mendengar tangisan ibu Yang. Ga Eun pun langsung keluar. Seja menatap kepergian Ga Eun dengan wajah cemas.
“Ini semua salahku. Semestinya
dia tetap bersamaku meski harus mati kelaparan. Ini semua salahku.” Ucap ibu
Yang pada Ga Eun.
“Ini bukan kesalahanmu. Yangsucheong
yang patut disalahkan. Mereka merebut tokomu saat kau bekerja keras tidak
kelaparan. Saat semua itu salah mereka, mengapa kau harus menyalahkan diri
sendiri?” jawab Ga Eun.
Tangis ibu Yang semakin
pecah.
“Pasti berat rasanya, tapi
kau harus kuat. Kau harus tetap hidup untuk menyaksikan saat para sampah itu mendapatkan
karma. Aku juga akan memastikan hari itu tiba.” Ucap Ga Eun.
Seja menunggu Ga Eun diluar.
Begitu Ga Eun keluar, ia langsung menyuruh Ga Eun bersembunyi di Incheon. Seja
mengaku sangat mencemaskan Ga Eun. Ia menyuruh Ga Eun pergi bersama ibu dan
adiknya Sun. Seja meyakinkan, kalau pedagang Keliling di sana akan menjagamu
dengan baik.
“Tapi…” ujar Ga Eun. Dan
Seja pun langsung memegang tangan Ga Eun.
“Tiba-tiba memintamu pergi
begini aku minta maaf. Tapi kali ini saja bisakah kau mengikuti kemauanku?”
pinta Seja.
Ga Eun pun mengangguk.
“Terima kasih, Ga Eun-ah. Dan...
Maafkan aku.” ucap Seja.
“Tidak, Doryongnim. Orang
yang harus minta maaf adalah aku.” jawab Ga Eun, lalu membalas memegang tangan
Seja.
“Tapi apa sebenarnya yang
ingin kau katakan beberapa waktu lalu?” tanya Seja.
“Bukan apa-apa.” Jawab Ga
Eun.
Ga Eun lalu meminta Seja
meluangkan waktu sehari untuknya sebelum ia pergi. Seja mengangguk, Ga Eun pun
tersenyum.
Chung Woon menghadap Seja dan berkata kalau ia sendiri yang akan mengantar Ga Eun ke Incheon. Seja mengangguk, lalu berkata sebelum Ga Eun ke Incheon, ia mau mengakui jati dirinya pada Ga Eun. Chung Woon terkejut.
“Setelah berhasil
melenyapkan Pyunsoo-hwe, rencananya baru aku mengaku pada Ga Eun. Namun kurasa aku
tidak bisa menunggu lagi.” Ucap Seja.
“Ga Eun Aghassi pasti bisa
mengerti.” Jawab Chung Woon.
Seja pun tersenyum pahit, Kuharap
begitu.
“Dia pasti akan mengerti. Anda
dan Ga Eun Aghassi memiliki banyak kesamaan. Sebelum diri sendiri, kalian
selalu mementingkan orang lain. Sebab itu, saat mengetahui kebenarannya, dia
pasti akan memahaminya.” Ucap Chung Woon.
Keesokan harinya, Ga Eun duduk di depan toko obat. Menunggu kedatangan Seja. Tak lama kemudian, Seja pun datang. Namun ia tak langsung memanggil Ga Eun. Ia terdiam sejenak sambil menatap lirih Ga Eun. Setelah terdiam beberapa saat, Seja akhirnya merubah rona wajahnya. Ia tersenyum dan memanggil Ga Eun. Ga Eun pun langsung berdiri dan menatap Seja dengan wajah berseri-seri.
Ga Eun dan Seja berjalan-jalan ditengah2 mekarnya bunga sakura. Seja kemudian memetik bunga sakura itu dan menyelipkannya ke buket bunga di tangan Ga Eun. Keduanya lantas saling tersenyum dan kembali melanjutkan perjalanan mereka. Mereka terus berjalan2 hingga akhirnya langkah mereka tiba di sebuah makam. Seja terkejut melihat gundukan makam itu.
“Benar, Doryongnim. Ini
makam ayahku.” Ucap Ga Eun.
Seja lantas berlutut di
depan makam Tuan Han. Ga Eun yang berdiri disamping Seja, berkata bahwa hari
ini ia datang bersama Chun Soo nya. Seja dalam hati berkata, bahwa tadinya
setelah melenyapkan Pyunsoo-hwe, serta mengatakan kebenarannya pada Ga Eun,
barulah ia akan datang ke makam Tuan Han.
“Maafkan aku datang terlalu
cepat.” Batin Seja.
“Aku bertemu Raja yang
membunuh Abeoji.” Ucap Ga Eun mengejutkan Seja.
“Dia bekerja sama dengan Pyunsoo-hwe untuk menindas rakyat. Chun Soo Doryongnim seperti Abeoji, memerangi Pyunsoo-hwe. Jadi kumohon, Abeoji lindungilah Chun Soo Doryongnim.” lanjut Ga Eun.
Mendengar itu, Seja pun semakin
merasa takut mengakui kebenarannya pada Ga Eun.
“Meninggalkan seseorang yang
dicintai, sangatlah sakit rasanya. Perasaan Abeoji saat meninggalkanku, betapa
sakitnya, sekarang aku mengerti.” Ucap Ga Eun.
Ga Eun pun menitikkan air
mata….
Hingga malam hari, Seja dan Ga Eun masih berjalan diantara bunga sakura yang bermekaran. Seja kembali menatap lirih Ga Eun. Tak lama kemudian, Seja berhenti melangkah dan mau mengakui kebenarannya pada Ga Eun. Ia berkata, seharusnya ia mengatakan itu sejak lima tahun lalu. Tapi Ga Eun malah memotong kata2 Seja dengan berkata, bunga sakura itu cantik sekali.
“Ga Eun-ah….” Ucap Seja.
“Maukah kau berjanji satu
hal padaku? Bahkan meski aku tidak di sana jangan melemparkan diri dalam
bahaya, dan melukai dirimu sendiri.” Pinta Ga Eun.
Seja tersenyum pahit,
baiklah…
“Sekarang, aku bisa pergi dengan
tenang.” Jawab Ga Eun mata berkaca-kaca.
Rona wajah Seja langsung berubah mendengar kalimat Ga Eun. Sepertinya dia menyadari sikap Ga Eun yang aneh. Ga Eun berkata dalam hatinya, bahwa ia terus bermimpi bersama Chun Soo nya. Namun sekarang, ia memiliki mimpi yang lebih besar.
“Jika kita berbagi impian
yang sama, sekalipun kita terpisah, aku akan merasa kita terus bersama.” Batin
Ga Eun.
Seja lantas mendekati Ga
Eun. Ia mengambil bunga sakura yang jatuh ke rambut Ga Eun. Seja berjanji akan
kembali pada Ga Eun secepatnya, jadi Ga Eun tidak boleh menangis. Ga Eun pun
tersenyum pahit.
Sun terkejut saat Hyun Seok melapor bahwa toko herbal Ga Eun akan tutup. Sun pun cemas. Ia langsung menyuruh Hyun Seok menyiapan pakaian safarinya. Hyun Seok tak setuju. Ia takut Dae Mok akan menekan Sun kalau tahu Sun pergi diam-diam.
“Kalau mereka benar-benar
pergi, aku tidak akan bisa bertemu mereka lagi!” panic Sun.
Ditemani Hyun Seok, Sun pergi melihat toko herbal Ga Eun. Sun melihat ibunya lagi merebus obat. Sun menatap sang ibu dengan penuh kerinduan. Saat hendak masuk ke toko, sang ibu tiba2 saja menoleh padanya. Sun pun refleks, menutupi wajahnya dengan kipasnya. Setelah sang ibu masuk, ia pun menurunkan kipasnya dan menatap sang ibu dengan mata berkaca-kaca.
Tak lama, terdengar lah
teriakan Kko Mool yang memanggil Hyun Seok dengan panggilan ahjussi. Hyun Seok
memberitahu Sun kalau Kko Mool adalah adik Sun. Sun terkejut.
“Ahjussi, kau kemari lagi.
Eonni bilang, dia tidak akan menemui Raja lagi.” Ucap Kko Mool.
Sun pun langsung berlutut, menatap sang adik dengan mata berkaca2. Kko Mool yang tak pernah melihat rupa kakaknya pun bertanya, siapa Sun. Apa Sun mengenalnya. Sun memegang tangan Kko Mool dan berkata kalau dulu ia pernah melihat Kko Mool. Kko Mool pun langsung senyum lebar mendengarnya.
Sun lantas memeluk Kko Mool dan menangis. Namun reuni Sun dan adiknya rusak karena Dae Mok tiba2 saja datang. Sun ketakutan. Sementara Dae Mok, dia mengelus pipi Kko Mool dan menyuruh Kko Mool memanggil Sun kakak. Dae Mok lantas kembali menoleh pada Sun.
“Kau sudah jauh-jauh kemari,
mestinya temui ibumu sekalian.” Suruh Dae Mok.
Tiba2 Kko Mool berseru kalau Chun Soo mau datang. Kko Mool pun langsung berlari ke arah Seja yang baru datang. Seja pun langsung menggendongnya. Namun saat ia hendak mengajak Kko Mool pergi, ia melihat Sun yang sedang ditekan Dae Mok. Sun pun juga menoleh ke arahnya. Ia juga terkejut mengetahui Seja masih hidup.
Seja langsung ingin
menghampiri Sun, tapi Sun dengan wajah ketakutan memohon pengampunan Dae Mok.
Langkah Seja pun langsung berhenti. Ia buru2 membawa Kko Mool sembunyi.Aku
kemari karena merindukan keluargaku.
“Seseorang tidak mungkin
mendadak begitu berani.” Ucap Sun sambil melirik ke arah Seja.
“Apa yang membuatmu nekat? Kau
pasti menjadi sangat dekat dengan Daebi.” Jawab Dae Mok.
“Mo... mohon ampuni aku, Dae
Mok Eureushin.” Ucap Sun.
“Daebi memberimu hadiah
berharga, 'kan? Itu sebabnya, aku juga akan memberimu hadiah. Bagaimana rasanya
setelah bertemu lagi dengan keluargamu?” tanya Dae Mok.
“Bukan hanya nyawaku namun
nyawa seluruh keluargaku di tangan Eureushin. Mohon ampuni aku kali ini saja. Eureushin...
aku tidak akan pernah mengkhianati Eureushin lagi! Mohon ampuni aku. Mohon
ampuni aku kali ini.” pinta Sun.
“Aku akan menemuimu lagi
secepatnya di istana, Cheonha.” Ucap Dae Mok sembari tersenyum sinis.
Dae Mok lalu beranjak pergi. Sun terduduk lemas begitu Dae Mok pergi. Hyun Seok cemas, ia langsung mengkonfirmasi apa Sun baik2 saja. Sun bertanya pada Hyun Seok, apa ia bermimpi.
Tak lama, Kko Mool datang dan membisikkan sesuatu pada Sun. Sun semakin terkejut.
Woo Bo kaget saat Seja
memberitahu kalau ia melihat Sun. Chung Woon menjelaskan, kalau tadi Sun
berusaha menemui keluarganya tapi ketahuan Dae Mok. Seja merasa bersalah. Ia
bilang kalau bukan karena Sun, Dae Mok tadi pasti sudah melihatnya.
“Jika bukan karena aku, dia
pasti bisa bersama keluarganya sekarang.” ucap Seja.
“Kau tidak bisa bicara
padanya?” tanya Woo Bo.
“Aku hanya bisa mengirim
pesan rahasia untuk meminta bertemu dia.” jawab Seja.
Flashback…
Seja menyuruh Kko Mool
menyampaikan sesuatu pada Sun. Ia menyuruh Kko Mool menyampaikan bahwa di hari pertama
bulan depan, ia akan menemui Sun pukul 8 malam.
Flashback end…
Woo Bo pun marah. Ia
menyebut tindakan Seja itu sebagai tindakan yang bodoh.
“Jika masuk ke istana, ada
banyak mata dan telinga. Pertahankan identitasmu sebagai Kepala Pedagang sekuat
mungkin.” jawab Woo Bo.
Ibu Sun terkejut saat
melihat tandu dan juga dayang istana menemui Ga Eun di toko obat. Kepala Dayang
berkata, bahwa Daebi Mama menghargai keputusan Ga Eun dan mengirimkan tandu. Ia
minta Ga Eun bersiap2 masuk istana dan mengingat bahwa dayang istana selamanya
akan menjadi wanita Raja.
Ibu Sun pun langsung berlari
menemui Chun Soo. Ia minta Chun Soo menghentikan Ga Eun. Ia memberitahu Chun
Soo kalau Ga Eun memasuki istana sebagai dayang. Seja, Chung Woon dan Woo Bo
pun terkejut.
Seja berlari ke toko obat,
tapi Ga Eun sudah pergi. Seja pun akhirnya berlari menuju istana.
Bersamaan dengan itu, Ga Eun
sudah tiba di depan istana. Ia bersiap memasuki istana. Tiba2 ia mendengar
teriakan Seja yang memanggil namanya. Ga Eun menoleh dan menatap Seja yang
sudah berdiri di belakangnya dengan mata berkaca-kaca.
Seja berlari sambil
berteriak memanggil Ga Eun. Ga Eun pun memantapkan hatinya untuk masuk istana.
Seja terus berlari. Ga Eun akhirnya melangkahkan kakinya masuk ke istana. Seja
mau menyusul Ga Eun, tapi dihalangi penjaga istana. Tepat saat itu, pintu
istana pun tertutup.
“Ga Eun-ah!” teriak Seja
pedih.