Ga Eun memohon, memaksa Seja mengatakan dirinya bukan Putra Mahkota. Ga Eun pun langsung lemas saat mendengar pengakuan Seja. Seja langsung memegangi Ga Eun. Ia mau menjelaskan semuanya pada Ga Eun, tapi Ga Eun tidak mau mendengarnya.Ga Eun marah karena Seja mengaku sebagai Chun Soo. Ia berpikir Seja sengaja menipu dan mempermainkannya.
“Iya aku menipumu. Aku
takut kehilangan dirimu, jadi aku tidak bisa memberitahumu yang sebenarnya.
Maafkan aku. Ga Eun-ah, kumohon. Tolong maafkan aku.”
“Memaafkanmu? Beraninya
kau meminta maaf!”
“Kau telah membunuh ayahku
dan mempermainkanku. Tapi aku malah menyelamatkanmu dengan pisau ini.” sesal Ga
Eun.
Ga Eun menangis lagi. Seja ingin menjelaskan soal Tuan Han tapi Ga Eun menyuruhnya diam dan mencabut pisaunya. Ia hendak membunuh Seja, namun ia tak sanggup melakukannya karena mencintai Seja. Terakhir, ia hanya bisa menangis dengan keras.
“Ayah memintaku untuk
tidak membencimu. Katanya kematiannnya bukanlah kesalahanmu.” Tangis Ga Eun.
Ga Eun lantas kembali
menatap Seja dengan tajam.
“Aku membiarkanmu hidup
bukan karena aku memaafkanmu. Tapi karena aku tidak ingin membiarkan kematian
ayahku sia-sia.Aku tidak bisa membiarkan pengorbanan ayahku untukmu menjadi
sia-sia.”
Ga Eun lantas memotong tali kalung bulan dan bintangnya dan melemparkannya pada Seja. Seja hanya bisa menatap sedih kalung bulan dan bintangnya di lantai. Ga Eun lantas mengusir Seja. Ia berkata, tak ingin melihat wajah Seja lagi. Seja pun akhirnya pergi.
Di istananya, Sun mondar-mandir. Gelisah memikirkan Ga Eun. Tak lama, Hyun Seok datang dan Sun langsung menanyakan yang terjadi. Hyun Seok melapor, kalau ia melihat Seja meninggalkan rumah kaca sendirian.
“Bagaimana dengan
Aghassi?”tanya Sun.
“Dia sendirian di rumah
kaca.” Jawab Hyun Seok.
Seja melangkah gontai menuju tempat tinggalnya. Tiba di depan kediamannya, Chung Woon langsung menghampirinya. Karena Seja datang sendiri, Chung Woon menebak Ga Eun gagal melarikan diri. Namun ia terkejut saat Seja bilang Ga Eun sudah tahu semuanya.
Sementara Ga Eun masih
menyendiri di rumah kaca. Tak lama, Sun datang dan Ga Eun hanya mampu menatap
lirih Sun. Sun mengingatkan Ga Eun, akan kata-kata Woo Bo, bahwa takdir itu
seperti sungai. Saat sungai murka, segalanya akan ditenggelamkan air. Segalanya
hancur dan hancur.
“Segalanya sudah berlalu.
Tidak ada yang akan terjadi lagi.” Ucap Sun, lalu menarik Ga Eun ke dalam
pelukannya.
Sun pun berjanji akan melindungi Ga Eun. Ga Eun tertidur dalam pelukan Sun. Sorot mata Sun tiba-tiba berubah tajam.
Woo Bo terkejut saat Chung Woon memberitahunya bahwa Ga Eun sudah tahu siapa Seja sebenarnya. Woo Bo menyesalkan kenapa Ga Eun harus tahu sekarang. Chung Woon berkata, bahwa Ga Eun tidak tahu bukan Seja yang membunuh Tuan Han, tapi dirinya. Woo Bo marah mendengarnya. Woo Bo bilang Dae Mok lah yang membunuh Tuan Han.
“Kita harus berbuat
sesuatu.” Ucap Chung Woon.
“Apa yang akan kau
lakukan?” tanya Woo Bo.
“Aku tidak bisa pergi ke
istana karena khawatir ada yang mengenaliku.Tapi aku harus kesana. Nona Ga Eun
harus tahu yang sebenarnya. Dia tidak boleh membenci Jeoha.” Jawab Chung Woon.
Pria berbaju hitam itu kembali menghadap Dae Mok. Ia memberitahu, bahwa Seja yang asli mencintai Ga Eun. Pria itu, adalah Hyun Seok! Hyun Seok salah satu orangnya Dae Mok. Dae Mok tersenyum licik. Ia tidak menyangka Seja yang asli dan palsu sama2 jatuh cinta pada wanita yang sama. Dae Mok berencana memanfaatkan hal itu.
Hyun Seok lantas
memberikan sisa obat penawar yang dikirimkan Seja asli untuk Sun. Dae Mok
berkata, obat penawar itu hanya ampuh pada seseorang yang kecanduan anggur
poppi tapi akan menjadi racun bagi mereka yang tidak kecanduan. Dae Mok lalu
menyuruh Hyun Seok menyampaikan suratnya pada Sun.
Sun membaca surat dari Dae Mok. Hyun Seok ingin tahu apa isinya. Sun bilang, Dae Mok akan menjadikannya seorang Raja jika ia membunuh Seja yang asli. Sun lantas menyuruh Hyun Seok memanggil Seja yang asli.
Seja dan Sun bertemu diam-diam di balai istana. Begitu bertemu Sun, Seja marah karena Sun memberitahu Ga Eun semuanya, padahal ia sudah berencana memberitahu Ga Eun setelah berhasil menghancurkan Pyunsoo-hwe.
“Aku tidak bisa
mempercayai ucapanmu lagi. Tidak ada gunanya mempercayaimu lagi.” Jawab Sun,
membuat Seja terheran-heran.
“Apa kau ingat, 5 tahun
yang lalu, kau mengampuni ayahku yang berasal dari kalangan bawah? Tapi apa
hasil dari pengampunanmu. Ayahku dibunuh secara mengenaskan. Bagaimana dengan
Wakil Hakim Han? Dia menyelidiki Biro Pengadaan Air atas titahmu. Pada
akhirnya, kamu memenggalnya.” Ucap Sun.
Seja nampak terpukul
mendengar ucapan Sun.
“Dia meninggal memang
karena salahku. Itu sama saja seperti aku yang membunuhnya.” Jawab Seja.
“Penampilan luarmu menipuku.”
Ucap Sun, mengejutkan Seja.
“Awalnya kupikir ini
persahabatan. Kau akan menjadi Raja yang adil, tidak sama seperti Raja
sebelumnya. Karena itulah aku mengenakan topengmu dan mengikuti ucapara itu.
Aku percaya Joseon yang kau pimpin akan berbeda. Ternyata aku salah. Kau
memakaikan topeng kepadaku karena ketakutanmu pada Dae Mok. Kau kabur dan
meninggalkanku demi keselamatanmu sendiri. Kau menggunakanku sebagai umpan
untuk Dae Mok! Mungkin kau berpikir kau bisa membunuhku saja ketika aku sudah
tidak berguna.” Tuduh Sun.
“Iu tidak benar, Lee
Sun-ah! Aku tidak kembali lebih cepat karena…”
Sun tidak mau mendengar penjelasan Seja dan berkata pertemuan mereka itu akan menjadi pertemuan terakhir mereka. Sun terkejut, apa maksudmu?
“Ini sudah bukan rumahmu.
Jangan kembali ke istana.” Ucap Sun.
Seja marah, Lee Sun-ah!
Kau!
“Aku tidak akan
mengembalikan tahta ini kepadamu.” Ucap Sun lagi, semakin mengejutkan Seja.
“Aku sudah memberitahu Dae
Mok bahwa Seja Jeoha masih hidup. Tidak lama lagi, para prajurit akan
mengejarmu.” Ucap Sun.
Seja terkejut bukan main.
Ia tidak menyangka Sun akan mengkhianatinya seperti itu.
“Kau masih belum paham?
Aku memancingmu ke dalam perangkap. Sekarang sebaiknya kau lari. Gerbang
Geonchunmun, Gerbang Yeongchumun dan Gerbang Gwanghwamun dijaga ketat. Tidak
lama lagi, Gerbang Shinmumun juga. Sebaiknya kau lari sebelum Dae Mok
menangkapmu. Ini hadiah persahabatan terakhir, dariku yang bisa kutawarkan.
Jika kau bisa lolos dari sini dengan selamat, jangan pernah kembali. Jika kau
kembali, maka aku sendiri yang akan membunuhmu.” Ancam Sun.
Seja terluka dengan
perkataan Sun. Ia tak menyangka, Sun akan berkhianat padanya.
Chung Woon menghampiri Seja. Ia mengaku mencemaskan Seja karena melihat prajurit dimana-mana. Seja memberitahu Chung Woon kalau Dae Mok tahu dirinya masih hidup dan mengajak Chung Woon kabur lewat Gerbang Shinmumun, namun sial mereka ketahuan. Hyun Seok menyuruh prajurit menangkap mereka. Mereka langsung lari.
Saat kebingungan mencari
tempat sembunyi, Kepala Kasim muncul tepat pada waktunya dan membantu
menyembunyikan mereka di dalam ruangannya.
Hyun Seok curiga dan mengajak para prajurit memeriksa ruangan Kepala Kasim. Kepala Kasim pura2 heran dengan kedatangan Hyun Seok dan para prajurit. Dua anak laki2 yang ada di ruangan Kepala Kasim mengaku melihat pria aneh melompati dinding istana. Hyun Seok pun bergegas memburu Seja.
“Kau sangat mirip dengan
pengkhianat yang merebut tahta itu.”ucap Kepala Kasim.
Seja pun bingung dengan
maksud ucapan Kepala Kasim. Namun Kepala Kasim menolak menjelaskannya dan
menyuruh Seja pergi.
Dae Mok terheran-heran
karena Seja bisa lolos dari perangkapnya. Ia pun curiga ada seseorang di istana
yang membantu Seja.
Sementara itu, Ga Eun
sudah tertidur pulas. Sun yang menemani Ga Eun bersama dengan Mae Chang,
berkata kalau ia hanya bisa melihat Ga Eun tidur nyenyak. Mae Chang minta maaf
pada Sun. Ia menjelaskan, kalau Ga Eun tidak bisa tidur karena terus-terusan
menangis, jadi ia terpaksa memberikan obat tidur pada Ga Eun.
“Apa itu tidak
membahayakan kesehatannya?” tanya Sun cemas.
“Baginda tenang saja. Itu
hanya sedikit obat untuk membantunya beristirahat.” Jawab Mae Chang.
Sun lantas menyentuh wajah
Ga Eun dan menyuruh Mae Chang menjaga Ga Eun dengan baik. Mae Chang menatap Sun
dengan penuh kebencian.
Seja menumpahkan amarahnya
dengan berlatih pedang sendirian di dalam hutan.
Mae Chang masih menjaga Ga
Eun. Tak lama kemudian, orang2 Dae Mok datang dan menculik Ga Eun!
Mae Chang bergegas menemui Seja. Ia memberitahu Seja tentang Dae Mok yang menculik Ga Eun. Seja terkejut, begitupula dengan Woo Bo dan Moo Ha. Mae Chang menyampaikan pesan Dae Mok untuk Seja bahwa Seja harus datang menemui Dae Mok jika ingin Ga Eun selamat. Seja terkejut Mae Chang tahu siapa dirinya.
“Aku sudah tahu sejak kita
bertemu di Biro Perdagangan. Yang lebih penting, Dae Mok sudah tahu dan
menjadikan Nona Ga Eun sebagai sandera. Apa yang akan kau lakukan?” tanya Mae
Chang.
“Menurutmu apa! Aku harus
pergi dan menyelamatkannya.” Jawab Seja.
“Jika kau pergi sekarang,
Dae Mok pasti akan membunuhmu.” Ucap Mae Chang.
“Maksudmu aku harus
menyerahkan Ga Eun kepadanya!” tanya Seja marah.
“Aku juga ingin
menyelamatkannya. Tapi suatu hari, kau harus menjadi Raja.” Jawab Mae Chang.
Woo Bo sependapat dengan
Mae Chang. Woo Bo berkata, mereka tidak bisa menukar nyawa Seja dengan nyawa Ga
Eun.
Moo Ha protes, apakah kita
harus membiarkan Ga Eun mati!
“Ga Eun adalah muridku
yang berharga! Namun walau dia begitu berharga, aku tidak bisa menyelamatkannya
dan mengecewakan seluruh Rakyat Joseon.” Jawab Woo Bo.
Woo Bo lalu berkata, bahwa
Seja bertanggung jawab atas nyawa Rakyat Joseon.
Ga Eun akhirnya terbangun
dan kebingungan mendapati dirinya berada di tempat asing. Tak lama kemudian,
pelayan Dae Mok datang memberitahu Ga Eun bahwa Ga Eun ada di rumah Dae Mok.
Sontak, Ga Eun terkejut. Pelayan Dae Mok lantas menyuruh Ga Eun menemui Dae
Mok.
“Kau adalah putri Han Gyu
Ho, kan?” tanya Dae Mok.
“Kau adalah dalang dibalik
Pyunsoo-hwe.” Jawab Ga Eun.
“Ayahmu dibunuh oleh Putra
Mahkota saat sedang menyelidikiku.” Ucap Dae Mok.
“Ayahku hanya menginginkan
keadilan tapi dibunuh secara tidak adil. Namun orang yang pantas mati sepertimu
masih hidup. Hidup ini sangat tidak adil.” Jawab Ga Eun.
“Keadilan hanya milik
penguasa. Ayahmu bicara soal keadilan karena percaya pada Putra Mahkota yang
tidak berkuasa adalah orang bodoh.”ucap Dae Mok.
“Tidak, aku bangga pada
ayahku yang tidak berpihak pada orang sepertimu dan justru membela orang-orang
yang lemah!” jawab Ga Eun.
Tak lama kemudian, Seja
pun datang, menyerahkan dirinya demi menyelamatkan Ga Eun. Dae Mok tersenyum
penuh kemenangan, sementara Ga Eun terkejut melihat kedatangan Seja.