Ji An mencoba menenangkan dirinya setelah marah besar pada Do Kyung yang memberitahu keberadaannya pada ayahnya. Setelah mulai tenang, barulah Ji An bicara baik-baik dengan Do Kyung. Ji An bilang, dia benci melihat Do Kyung peduli padanya.
“Aku hanya ingin membantumu
karena aku mengkhawatirkanmu.” Jawab Do Kyung.
“Itu hanya untuk membuat dirimu
merasa lebih baik. Aku akan menjalani hidupku sendiri, jadi jalanilah hidupmu
sendiri.” Ucap Ji An.
“Kau tidak mau melihatku lagi?”
tanya Do Kyung.
“Kumohon. Kau mengingatkanku akan
keputusan mengerikan yang kubuat. “ jawab Ji An.
Do Kyung pun menjelaskan kalau
bukan seperti itu perasaannya. Tapi karena Ji An berpikir seperti itu, ia akan
berhenti menemui Ji An. Do Kyung bilang, dia sudah melakukan yang terbaik.
Ji An pun minta maaf atas reaksi
berlebihannya tadi. Ia juga berkata, menghargai setiap kebaikan Do Kyung
padanya. Terakhir, Ji An minta maaf karena dia dan orang tuanya sudah
mengganggu Do Kyung. Do Kyung mengangguk sambil menatap sedih Ji An.
Mereka pun akhirnya berpisah.
Ji An tiba di rumah saat Hyuk mau
pergi. Hyuk bilang dia mau membantu Hee menutup kafe. Hyuk lalu bertanya, apa
Ji An sudah makan. Ji An bilang, dia akan ramyeon saja dan bergegas masuk. Hyuk
hanya bisa menghela nafas melihat keras kepalanya Ji An.
Do Kyung ternyata belum pergi. Ia
masih berdiri diluar rumah Hyuk. Do Kyung berkali2 menghela nafas mengingat
kata-kata Ji An tadi.
Tak hanya itu. Do Kyung juga
mengingat pertemuannya dengan Ji An di Incheon. Saat itu, Ji An menyuruh Hyuk
menyingkirkan Do Kyung darinya. Ji An bilang ke Hyuk, kalau dia tidak tahu
kenapa Do Kyung melakukan itu padanya.
Do Kyung juga ingat kata2 Ji An
saat mereka bertemu di depan toko perabotan tempat Ji An bekerja. Saat itu, Ji
An berkata mereka mencoba membuat kesepakatan untuk kepentingan mereka masing2
setelah mereka mengetahui bahwa mereka bukanlah kakak adik.
“Tapi
tetap saja tidak berhasil. Lalu, seperti inilah akhir dari kita berdua.” Ucap
Ji An.
“Benar. Kau benar, Seo Ji An. Kau
benar tentang semuanya. Mari kita akhiri semuanya. Sekarang, aku tidak akan
mempedulikanmu lagi.” Ucap Do Kyung sembari menahan rasa sedihnya.
Dan, perlahan-lahan, Do Kyung pun
beranjak pergi.
Ji An terkejut melihat Hyuk yang
masih di rumah. Hyuk menyuruh Ji An makan makanan yang sudah disiapkannya. Tanpa
banyak bicara, Ji An langsung duduk dan memakan makanan yang disiapkan Hyuk.
“Kudengar kau melewatkan makan
siangmu. Kau pasti sangat lapar.” Ucap Hyuk.
“Benar. Kau pergilah. Kakakmu
pasti sudah menunggumu.” Jawab Ji An.
Tuan Seo memberitahu Nyonya Yang kalau Ji An selamat. Nyonya Yang terkejut tahu dan ingin tahu dimana suaminya bertemu Ji An. Tapi Tuan Seo tidak mau bicara dan tidur lagi. Nyonya Yang pun menatap cemas Tuan Seo.
Di kamarnya, Ji Tae kesal karena
ayahnya tadi marah2 padanya. Tak lama kemudian, Soo A kembali ke kamar dan Ji
Tae langsung mengajak Soo A pindah. Tapi Soo A menolak. Soo A bilang, dia tak
ingin pindah karena Ji Tae.
“Apa maksudmu karena aku?” tanya
Ji Tae.
“Sudah kukatakan sejak tadi, aku
merasa tercekik melihat kemarahanmu pada orang tuamu.” Jawab Soo A.
“Itulah kenapa kubilang kita
harus pindah.” Ucap Ji Tae.
“Hidup terpisah bukan berarti kau
mandiri. Kau anak tertua. Bahkan jika kita pindah, kau akan lebih
mengkhawatirkan keluargamu.” Jawab Soo A.
“Benar. Orang tuamu telah
melakukan sesuatu yang sangat buruk. Tapi itu bukan salahmu. Kenapa kau masih
kecewa karena itu? Tidak semua orang tua itu sempurna. Kita tidak bisa memilih
mau dilahirkan orang tua yang mana. Bagaimana dengan anak-anak yang orang
tuanya dipenjara? Kurasa mereka bahkan tidak bisa tidur nyenyak.” Jawab Soo A.
“Kau tidak akan mengatakan itu
jika mereka orang tuamu.” Ucap Ji Tae.
“Aku hidup sendiri selama 10
tahun sejak orang tuaku pindah ke Kanada. Aku merindukan mereka, tapi aku tidak
sedih.” Jawab Soo A.
“Itu tidak sama.” Ucap Ji Tae.
“Kau masih tidak mengerti? Kau
berusaha kabur sekarang! Pikirkan seolah-olah kau pindah ke lantai dua. Kau
ingin menyia-nyiakan 20 ribu dollar setahun hanya untuk merasa lebih baik? Aku
tidak mau melakukannya.” Jawab Soo A.
“Apa kau akan baik-baik saja
melihat orang tuaku setiap hari seperti itu?” tanya Ji Tae.
“Berapa kali harus kukatakan
padamu! Biayanya hampir 30 ribu dollar untuk dua tahun biaya sewa dan
perawatan. Jika suamiku tidak bisa mandiri secara mental, paling tidak aku
harus menghemat sejumlah uang. “ jawab Soo A.
Nyonya Yang kembali melihat suaminya yang masih tidur dengan posisi membelakangi pintu. Nyonya Yang menghela napas, lalu menutup pintu kamarnya kembali. Tapi Tuan Seo ternyata tidak tidur. Ia nampak lelah memikirkan semua masalahnya.
Ji Soo yang lagi membuat roti di
toko, teringat kemarahan Nyonya No.
“Kau
disini karena kau tidak ingin hidup sebagai Ji Soo! Kenapa kau begitu bodoh?
Sadarlah! Kami orang tuamu! Kau adalah keluarga kami! Kita memiliki darah yang
sama! Jika kau ingin tetap hidup sebagai orang asing dan tidak mau menyesuaikan
diri, angkat kaki dari sini!”
Lamunan Ji Soo pun buyar karena
kedatangan Boss Kang. Boss Kang menyuruh Ji Soo pulang. Ji Soo pun menurut. Ia
bilang, akan pulang setelah rotinya matang.
Tapi sampai di rumah, dia langsung dipeluk kakeknya. Sontak, dia kaget. Seohyun hanya bisa ternganga melihat pemandangan itu. Nyonya No pun memberitahu Ji Soo, kalau itu adalah kakeknya. Sementara Tuan Choi nampak tak suka melihat pemandangan itu.
CEO No pun menceritakan masa kecil Ji Soo. CEO No bilang, saat Ji Soo kecil berada di pangkuannya, Ji Soo tak pernah ingin bangun. Saat ia memberi Ji Soo cokelat, Ji Soo tersenyum. Dan Ji Soo terkekeh saat ia meletakkan Ji Soo di bahunya.
“Kau gadis kecil yang baik. Kau
juga tidak malu melihat orang lain. Jadi kau pasti tidak menangis saat mereka
menangkapmu untuk mencuri berlianmu.” Ucap CEO No.
“Dia tidak pernah menangis
kecuali jika dia lapar.” Jawab Nyonya No.
CEO No lalu melirik roti yang dibawa Ji Soo. Ji Soo bilang, dia memanggang roti itu sendiri untuk sarapannya besok. CEO No pun ingin mencoba roti Ji Soo. Ia mengambil roti Ji Soo, lalu membuka bungkusnya dan mulai mencicipinya satu. CEO No biang, roti buatan Ji Soo sangat lezat. Ji Soo pun tersenyum lebar rotinya dibilang lezat.
Setelah mencicipi roti Ji Soo,
CEO No bilang kalau Ji Soo memang benar2 bagian dari mereka.
Seohyun langsung dejavu. Dia
ingat saat kakeknya mengatakan hal yang sama pada Ji An. Sementara Tuan Choi
dan Nyonya No tampak tidak nyaman. Tuan Choi lalu mengingat pembicaraannya tadi
dengan CEO No soal rencana CEO No terhadap Ji Soo.
Flashback…
CEO No menyuruh mereka
membatalkan acara perayaan ultah Haesung. Tuan Choi dan Nyonya sontak terkejut.
Nyonya No bilang, mereka tidak bisa mengumumkan kalau mereka menemukan Eun Seok
di acara itu. Nyonya No bilang, itu karena Presdir Jang dan istri ada di dalam
daftar tamu perayaan ultah Haesung.
CEO No bilang, sebaiknya mereka
membuat pesta kecil saja dengan para karyawan. CEO No juga menyuruh Tuan Choi
untuk mengubah tanggal perayaan ultah Haesung menjadi hari kerja dan
membatalkan mengundang pers.
CEO No juga menyuruh mereka
mengirim Ji Soo keluar negeri. CEO No bilang, sampai pernikahan kedua cucunya
tiba, mereka tidak akan membuat pengumuman resmi terkait Ji Soo. CEO No yakin,
ketika Do Kyung dan Seohyun sudah menikah, serta Ji Soo kembali dari luar
negeri, keluarga So Ra dan calon suami Seohyun tidak akan bisa melakukan
apapun.
“Mereka akan merasa aneh karena
tidak ada pengumuman itu.” jawab Tuan Choi.
“Kita tidak berkewajiban membuat
pengumuman. Kita hanya menundanya, karena pers akan menyebutkan mertua masa
depan kita.” ucap CEO No.
“Dengan latar belakang pendidikan Eun Seok, belajar diluar negeri itu penting. Aku rasa, kita harus cepat memutuskan dimana dia akan belajar.” jawab Nyonya No.
“Apa pendapatmu?” tanya CEO No
pada Tuan Choi.
“Aku akan mencari tahu.” jawab
Tuan Choi sembari menahan kekesalannya.
“Aku tidak mau perusahaanku
hancur karena insiden Eun Seok.” Ucap CEO No.
CEO No lalu membahas tentang
tingkah Ji Soo yang tidak mau beradaptasi dengan keluarga mereka. CEO No
bilang, jika Ji Soo menolak keluar negeri dan insiden itu bocor ke public, maka
itu akan sangat mempermalukan Haesung.
Adegan pun beralih ke CEO No yang
mencicipi roti Ji Soo. Ternyata, itu adalah cara CEO No untuk melunakkan hati
Ji Soo. Itulah kenapa Tuan Choi kesal melihatnya.
CEO No lalu menyuruh Ji Soo
istirahat. Tak lama kemudian, Seketaris Min datang memberitahukan kalau mobil
CEO No sudah siap. Ji Soo penasaran, CEO No mau kemana lagi malam2 begitu. Seohyun bilang, kalau kakek tinggal di sebuah
pondok di Yangpyeong karena sistem pernapasan kakek lemah.
Setelah kembali ke kamarnya, Ji
Soo mengaku kalau dia senang dengan sikap kakeknya. Ji Soo berkata, setidaknya
ada satu orang yang bersikap manis padanya di rumah itu, dan orang itu adalah
kakeknya.
Tak lama kemudian, Nyonya No
masuk kamar Ji Soo. Ji Soo pun terkejut saat Nyonya No meminta maaf padanya.
“Kau dibesarkan di lingkungan
yang berbeda. Nilai dan pendapatmu pasti berbeda. Aku tidak bisa memahamimu
karena aku terlalu kesal. Aku tahu kau tidak sungguh-sungguh ingin pindah
keluar saat aku menyuruhmu keluar.” Ucap Nyonya No.
Nyonya No lalu memberikan kartu
kredit yang pernah diberikannya ke Ji An.
Awalnya Ji Soo menolak. Ia bilang tidak butuh kartu kredit. Tapi Nyonya
No memaksa Ji Soo menerimanya. Nyonya No bilang, terserah jika Ji Soo mau
menggunakannya atau tidak. Jadilah, Ji Soo menerima kartu kredit itu.
Saat sarapan, Do Kyung minta maaf
karena pulang telat kemarin sehingga ia tidak bisa menemui kakeknya. Seohyun memberitahu Do Kyung, kalau kakek
sangat senang bertemu Ji Soo. Do Kyung pun senang mendengarnya.
Nyonya No lalu membahas soal So
Ra yang akan segera balik ke Korea. Nyonya No menyuruh Do Kyung segera
menghubungi So Ra.
Ji Soo penasaran siapa So Ra itu. Nyonya No bilang, So Ra adalah calon kakak ipar Ji Soo. Ji Soo pun kaget mengetahui Do Kyung sudah punya pacar. Ji Soo lalu bertanya, kenapa sang ibu membahas soal So Ra. Do Kyung bilang, akan memberitahu Ji Soo nanti.
Do Kyung kembali ke kamarnya dan
mengemasi boneka kayu Ji An.
Setelah itu, Do Kyung kembali
bekerja seperti biasa. Do Kyung juga tak lupa menghubungi So Ra.
Ji An lagi sibuk mengamplas ketika Hyuk datang. Hyuk menyapa Ji An. Tapi Ji An minta Hyuk tidak mengganggunya sebentar.
“Kudengar kau membuat sesuatu
kemarin.” Ucap Hyuk. Ji An diam saja dan terus focus mengamplas. Hyuk pun
melirik si pemilik tempat (sy masih belum tahu namanya). Si pemilik pun
menunjukkan meja rias hasil karya Ji An.
Hyuk melihat hasil karya Ji An. Hyuk menyukainya dan berkata Ji An bisa menjualnya. Ji An pun menjawab, kalau boss nya belum melihat hasil karyanya itu.
“Aku sudah melihatnya. Kau begitu
tangkas sehingga kau bisa menjadi asistenku.” Jawab si boss.
“Sepertinya kau masih tangkas.” Puji
Hyuk.
“Ngomong-ngomong, kau juga harus
menjual furniture lengkap. Berapa banyak jumlah yang kau miliki?” tanya Ji An.
Hyuk pun tersenyum mendengar
pertanyaan Ji An.
Beralih ke Nyonya Yang yang
mengaku pada Tuan Seo kalau ia menemui Tuan Choi kemarin. Nyonya Yang bertanya,
kenapa Tuan Seo tidak bilang kalau sudah berbicara dengan Tuan Choi beberapa
hari lalu. Nyonya Yang lalu memberitahu Tuan Seo kalau Tuan Choi sudah
memaafkan mereka.
Tuan Seo membenarkan, kalau Tuan
Choi memang sudah memaafkan mereka.
Nyonya Yang lalu berkata, kalau
ia akan bekerja di restoran sampai mereka menemukan penggantinya.
Tuan Seo lantas bangkit dari
duduknya. Ia bilang, mau mandi.
“Apa kau baik-baik saja? Apa itu
karena kau sudah tidak cemas lagi?” tanya Nyonya Yang.
Di toko, Boss Kang lagi melamun di depan roti2nya. Tak lama, Ji Soo datang dan menyuruh Boss Kang mengantarkan roti ke kafe Hee. Tapi Boss Kang malah balik menyuruh Ji Soo mengantarkan roti itu. Boss Kang juga menyuruh Ji Soo memberitahu Hee, kalau mereka tidak akan memasok roti lagi ke kafe Hee.
Ji Soo terkejut, kenapa?
“Ucapkan selamat tinggal
kepadanya.” Ucap Boss Kang, lalu pergi ke dapur.
Ji Soo mengantarkan roti ke kafe Hee. Hee terkejut saat Ji Soo bilang kalau toko mereka tidak akan memasok roti lagi ke kafenya. Ji Soo ingin menanyakan penyebabnya, tapi gak jadi karena takut Hee tersinggung. Hee lalu menyerahkan uang penjualan rotinya. Ji Soo pun menerima uang itu seraya berkata kalau ia akan sering datang untuk minum kopi.
Setelah Ji Soo pergi, Hee pun
menghela napasnya. Sorot matanya nampak sedih.
Dari luar kafe, Ji Soo melihat Hee yang kecewa. Ji Soo heran, kenapa Hee menolak pria sebaik Boss Kang.
Boss Kang sendiri masih terlihat
lesu. Ji Soo penasaran, kenapa Boss Kang menyerah mengejar Hee. Boss Kang
menjawab pelan, karena Hee tidak menyukainya. Ji Soo terdiam. Boss Kang lalu
beranjak membuka tokonya.
Hyuk di kantornya, teringat saran
Ji An kalau ia harus menjual furniture lengkap. Hyuk pun menyambar buku sketsa
nya dan bergegas ke toko perabotan menemui Ji An. Hyuk membuka buku sketsa nya
dan menyuruh Ji An memilih satu desainnya.
“Sudah lama aku tidak melihat
rosewood.” Ucap Ji An sambil mengelus kayu itu.
“Aku akan membuat satu desain
untuk pria dan satu untuk wanita. Sudahkah kau memilih desain untuk wanita?”
tanya Hyuk.
“Guru kami mengatakan bahwa kita
harus merancang perabotan berdasarkan gaya hidup dan kerpribadian pengguna.” Jawab
Ji An.
“Dia baik hati atau dia punya
pemikiran sederhana? Aku tidak tahu bagaimana dia sebenarnya.” ucap Hyuk.
“Bagaimana kalau ikan?” usul Ji
An.
“Itu ide yang bagus. Lalu kenapa
kau tidak mulai menggambarnya? Itu idemu jadi kau yang harus menggambarnya.
Buku desain ada di sana.” Jawab Hyuk.
Ji An pun terdiam memandangi buku
sketsa di belakangnya. Hyuk lalu pergi meninggalkan Ji An. Setelah Hyuk pergi,
Ji An pun mulai meraih buku sketsa itu dan menatap buku sketsanya dengan
tatapan yakin.
Tuan Seo keluar dari pemandian umum. Sehabis dari pemandian umum, Tuan Seo duduk di bangku taman. Tuan Seo terdiam melihat beberapa pasangan ayah dan anak, serta ayah dengan ibunya yang lalu lalang di hadapannya.
Ingatan Tuan Seo kemudian
melayang pada Ji An yang memilih hidup sendiri tanpa keluarga.
Beralih ke Ji Ho yang dihubungi Seohyun pas dia lagi kerja di department store. Seohyun berencana datang ke klub tempat Ji Ho kerja malam ini. Ji Ho pun protes Seohyun mau datang ke klub tempatnya bekerja. Seohyun beralasan, itu karena sekarang dia sudah tidak memiliki pengawal lagi.
“Aku tidak bekerja malam ini.”
ucap Ji Ho.
“Kalau begitu, bisakah kau
menjadi pengawalku? Aku akan membayarmu.” Jawab Seohyun.
“Aku tidak mau terlibat denganmu
lagi.” Ucap Ji Ho, lalu mau mematikan panggilan Seohyun tapi gak jadi karena
Seohyun menyebut2 nama Ji Soo.
Ji Ho panic, ia pikir terjadi
sesuatu dengan kakaknya itu. Seohyun pun berkata, akan memberitahu Ji Ho nanti
setelah mereka bertemu.
Ji An menunjukkan desainnya pada
Hyuk. Hyuk memuji desain Ji An, lalu menyodorkan sepapan kayu pada Ji An dan
menyuruh Ji An menggambar di atas kayu itu.
Do Kyung meninggalkan sebuah bingkisan
untuk Ji An di pagar rumah Hyuk.
Seohyun menunggu Ji Ho di tepi jalan. Tak lama, Ji Ho datang dan langsung mengomeli Seohyun. Ia tidak percaya saat Seohyun mengaku Ji Soo membuat Seohyun stress. Ji Ho bilang, Ji Soo tidak pernah menyulitkan orang lain. Terakhir, ia menuduh Seohyun yang sudah menyulitkan Ji Soo.
“Aku tidak percaya ini.” dengus
Seohyun kesal.
“Cepat katakan padaku.” Suruh Ji
Ho.
“Semua orang di keluargaku,
kakek, ayah, ibu dan kakakku hanya berbicara tentang Ji Soo. Mereka membiarkan
dia melanggar peraturan di keluarga kami. Bagaimana aku tidak stress? Hal itu
adalah sesuatu yang tidak boleh dan tidak pernah terjadi dalam keluargaku. Aku
diberitahu sepanjang hidupku kalau aku tidak boleh melakukan hal itu. “ protes
Seohyun.
“Aku tidak tahu tentangmu. Aku
lega karena kakakku hidup dengan baik.” Jawab Ji Ho.
Ji Ho lalu melirik wig Seohyun. Ji Ho mengambil wig itu dan berkata, kalau memakai wig seperti itu akan membuat Seohyun terlihat lebih menonjol. Seohyun membela diri dengan mengatakan kalau ia hanya sedang berusaha menyamarkan diri.
“Kau bilang melakukan ini untuk
melepas stress, kan?” tanya Ji Ho.
“Menari adalah satu-satunya hal
yang bisa kulakukan untuk menghilangkan stress.” Jawab Seohyun.
“Baiklah, aku akan membantumu
melepaskan stress tapi kau harus membayarku 100 dollar.” Ucap Ji Ho.
“Sepakat.” Jawab Seohyun sembari
tersenyum.