Do Kyung yang baru pulang, tak langsung masuk ke dalam. Ia berdiri di depan rumah kos dan menghela napasnya berkali-kali memikirkan Ji An yang akan segera pindah.
Di kamarnya, Ji An sedang menatap kalung pemberian Do Kyung. Lalu, Hyuk mengetuk pintu kamarnya. Ji An pun buru-buru menyembunyikan kalung itu.
Hyuk masuk membawakan koper untuk Ji An.
“Kau bisa memakai ini dan mengembalikannya nanti. Aku akan mengantarmu
pulang usai bekerja besok.” Ucap Hyuk.
“Aku banyak berutang kepadamu bahkan sampai saat-saat terakhir.” Jawab Ji
An.
Ji An lalu pergi keluar untuk membuang barang-barangnya. Ia membuka pintu
pagar dan terkejut mendapati Do Kyung yang duduk di depan pagar.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Ji An.
“Aku hanya sedang berpikir.” Jawab Do Kyung.
Do Kyung lantas melirik kardus barang yang akan dibuang Ji An.
“Kau mau membuangnya? Berikan kepadaku.” Ucap Do Kyung.
“Tidak usah.” Jawab Ji An, tapi Do Kyung keburu mengambilnya dan tangan
mereka tanpa sengaja bersentuhan. Keduanya kaget. Ji An pun buru2 menarik
tangannya.
“Aku harus ke pabrik pagi-pagi sekali, jadi, tidak bisa mengantarmu.”
Ucap Do Kyung.
“Kau akhirnya menemukan pabriknya.” Jawab Ji An lega.
“Jika kita berpapasan di jalan, setidaknya kau harus menyapaku.” Ucap Do
Kyung.
“Tentu saja akan kusapa. Kita bukan musuh.” Jawab Ji An.
Ji Soo akhirnya sampai di rumah lamanya. Tuan Seo dan Nyonya Yang tak
henti menatapnya. Ji Soo mulai berkaca-kaca. Ia mengedarkan pandangannya,
kemudian berkata tidak ada yang berubah dari rumahnya. Tuan Seo lantas
menyuruhnya duduk.
Sontak, Tuan Seo dan Nyonya Yang kaget.
“Aku akan pergi ke Prancis. Mereka akan menyekolahkanku di sekolah khusus
kue dan roti.” Ucap Ji Soo lagi.
“Kapan kau akan pergi?” tanya Nyonya Yang.
“Segera.” Jawab Ji Soo.
“Ayah, kenapa ayah tampak tidak sehat?” tanya Ji Soo.
“Bukan begitu. Mungkin karena ayah sudah tua.” Jawab Tuan Seo.
Nyonya Yang ingin membahas masa lalu. Ia mau menjelaskan soal Ji An, tapi Ji Soo langsung memotong kalimatnya dengan mengatakan tidak mau membahas masa lalu. Ji Soo bilang ia datang karena ingin tidur bersama Tuan Seo dan Nyonya Yang untuk kali terakhir.
Flashback...
Nyonya Yang mengomeli Ji
Soo. Ia tak mengerti kenapa nilai Ji Soo
tetap saja rendah padahal mereka sudah memanggil tutor untuk Ji Soo. Nyonya
Yang bilang, kalau nilai Ji Soo tetap segitu, maka Ji Soo tidak akan bisa masuk
universitas.
“Aku sudah berusaha,
tapi memang tidak pintar. Lagian kenapa pula aku harus kuliah?” jawab Ji Soo.
“Tentu saja harus. Hanya
dengan begitu, kau akan menemukan suami yang baik.” Ucap Nyonya Yang.
“Hentikan apa? Lihat
saja rapornya.” Jawab Nyonya Yang.
“Nilai bukanlah
segalanya. Kenapa kau terus menekannya? Jika semua orang peringkat pertama,
siapa yang ada di posisi terakhir?” bela Tuan Seo.
“Ayah benar.” Jawab Ji
Soo.
“Tapi kenapa harus
putriku yang ada di posisi terakhir?” tanya Nyonya Yang.
“Ibu, aku tidak mendapat
posisi terakhir di kelas.” Jawab Ji Soo.
“Bukan begitu maksudku. Maksudku,
semua orang memiliki posisi masing-masing. Ji Soo itu manis dan naif, jadi,
semua orang mengaguminya. Dia membahagiakan semua orang.” Ucap Tuan Seo.
“Dia harus tetap kuliah
agar bisa menjadi orang berhasil.” Jawab Nyonya Yang.
“Ayolah. Dia tidak suka
belajar karena belum menemukan hal yang ingin dia lakukan. Begitu sudah
menemukannya, dia akan belajar meski dilarang.” Ucap Tuan Seo.
Flashback end...
“Setelah kupikir-pikir, sudah sewajarnya bagi kalian menyayangi anak-anak
sendiri. Tapi tetap saja, selama aku tinggal dengan kalian, kalian tidak pernah
membiarkanku berpikir bahwa aku bukanlah anak angkat kalian. Terima kasih.”
Ucap Ji Soo.
Nyonya Yang langsung duduk dan menatap Ji Soo.
“Bukan begitu, Ji Soo-ya. Sungguh
bukan begitu. Saat ibumu datang, ibu takut sekali akan kehilangan putri-putri
ibu. Baik kau atau pun Ji An. Ibu tidak mau menyerahkan kalian berdua. Tapi dia
meneriaki ibu dan memaksa ibu memberi tahu siapa putri kandungnya. Ibu
memikirkan Ji An, yang pernah dipanggil ke kantor polisi karena melawan
temannya yang diberi perlakuan istimewa. Kau hidup bersama kami tanpa
mengeluhkan apa pun. Kau bahagia.” Jawab Nyonya Yang berkaca-kaca.
“Kau mungkin tidak percaya, tapi begitulah perasaan ibu. Ibu tidak pernah menganggapmu sebagai putri angkat. Mana bisa ibu mendiskriminasi kalian? Tapi ibu tetap menyesal, Ji Soo. Ibu sungguh minta maaf.” Ucap Nyonya Yang.
Ji Soo lalu memegang tangan Nyonya Yang dan memanggilnya ibu.
Tuan Seo yang mulai menangis, membalikkan badannya.
Hyuk tak bisa tidur karena memikirkan Ji Soo.
Nyonya Yang menangis hebat. Ia lalu menoleh ke sampingnya dan Ji Soo
sudah tak ada di sana. Tangis Nyonya Yang pun semakin kencang.
Keesokan paginya, Ji Soo sudah bersiap pergi. Tuan Choi minta maaf tidak bisa mengantar Ji Soo karena harus meeting.
Saat sedang meeting dengan CEO No dan Tuan Jung, Tuan Choi melamun memikirkan semuanya dan nampak sedih.
Ji Ho mentraktir Ji An sarapan. Ia berterima kasih soal anting-anting
itu. Ji An senang Ji Ho berhasil . Ji Ho pun meminta Ji An membuatkannya
anting2 lagi.
“Bukankah itu pakaiannya Seohyun?” tanya Ji An.
“Tidak. Bahkan semua pakaian yang kubeli di Dongdaemun laku.” Jawab Ji
Ho.
“Jangan terlalu banyak bergaul dengan Seohyun. Kau bisa membuat Ji Soo
terkena masalah.” Ucap Ji An.
“Kak Ji Soo? Tidak, hidupnya baik-baik saja sebagai pelanggar hukum
nakal.” Jawab Ji Soo.
“Pelanggar hukum nakal?” tanya Ji An.
“Keluarganya bukan tipe yang akan membiarkan hal itu.” Ucap Ji An.
“Kak Ji Soo selalu balik melawan saat dia kecewa. Dia pasti melakukan
itu. Apakah saat hari jadi perusahaan? Dia melarikan diri saat itu.” Jawab Ji
Ho.
“Dia melarikan diri saat acara hari jadi?” tanya Ji An.
“Ya. Dia memberontak dan mendapatkan kebebasan. Dia berkencan dan hidup
dengan baik.” Jawab Ji Ho.
“Kenapa dia melarikan diri dari upacara itu? Mereka melarang dia bekerja
di toko roti setelah kejadian itu.” Gumam Ji An.
“Kenapa kakak bicara sendiri?” tanya Ji Ho.
Sadar ada yang tidak beres, Ji An pun menyuruh Ji Ho mencari tahu soal Ji
Soo.
Dalam perjalan pulang, Ji Ho menghubungi Seohyun. Ji Ho bertanya, apa Seohyun jadi ikut belanja dengannya hari ini. Seohyun pun berkata tidak bisa, karena Ji Soo akan pergi keluar negeri. Ji Ho pun kaget.
Sebelum pergi, Seketaris Min memberitahu Ji Soo kalau Ji Soo akan diberikan ponsel baru untuk digunakan di sana. Seketaris Min pun meminta ponsel lama Ji Soo.
“Apa? Untuk apa?” tanya Ji Soo.
“Kau harus membiasakan diri dengan keadaan sekitar. Sebaiknya melupakan
semua yang ada di Korea. Serahkan ponselmu.” Jawab Nyonya No.
Ji Soo pun menurut.
Tuan Seo mau pulang ke kampungnya. Ia bersiap naik bus, tapi sebelum naik bus, ia menghubungi Ji An karena mencemaskan Ji Soo.
“Ji An, kau sudah mendengar kabar dari Ji Soo? Katanya dia akan pergi ke
Prancis untuk belajar. Dia menginap di rumah kami semalam. Katanya dia mau
pergi. Tapi ayah merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia bahkan terlalu takut
untuk bepergian dengan temannya. Lalu dia bilang akan pergi ke Prancis
sendirian.” Ucap Tuan Seo.
“Ayah, aku akan mencari tahu dan menelepon ayah nanti.” Jawab Ji An.
Selesai bicara dengan ayahnya, Ji An dapat telepon dari Ji Ho.
“Kak, Kak Ji Soo akan kuliah di luar negeri. Seo Hyun bilang, dia
ketahuan berkencan.” Ucap Ji Ho.
Ji An terkejut.
Di kantornya, Hyuk masih memikirkan alasan Ji Soo keluar dari toko roti,
padahal ia tahu Ji Soo sangat menyukai roti.
Hyuk lalu memeriksa artikelnya dan mendapatkan komentar dari Bread Pit
lagi.
“Kuharap kau mengencani seseorang yang bisa bersamamu untuk waktu yang
lama. Selamat tinggal selamanya.” Tulis Bread Pit
“Bread Pit? Kenapa seorang pria mengatakan "selamat tinggal
selamanya"?” tanya Hyuk.
Tak lama kemudian, Hyuk pun sadar pemilik akun Bread Pit itu adalah Ji
Soo.
Hyuk pun langsung menghubungi Ji Soo, tapi ponsel Ji Soo sudah tak aktif.
Tak lama kemudian, Hyuk dihubungi Ji An yang memberitahunya soal Ji Soo
yang mau keluar negeri. Hyuk kaget.
Do Kyung yang sedang membahas bisnisnya dengan Seketaris Yoo juga
dihubungi Ji An. Ji An meminta bantuan Do Kyung. Ji An tak menjelaskan
detailnya. Ia hanya menyuruh Do Kyung ke bandara.
Do Kyung pun langsung meminjam mobil Seketaris Yoo.
Seohyun yang lagi membereskan pakaian Ji Soo, juga dihubungi Ji An.
Seohyun senang Ji An menghubunginya. Ia bahkan masih memanggil Ji An dengan
sebutan Eun Seok Eonni.
“Kapan Ji Soo pergi? Bukan. Pukul berapa keberangkatannya? Dia pergi ke
Prancis bagian mana?” tanya Ji An.
Semula Seohyun tak mau memberitahu. Tapi setelah Ji An mengancam akan
memberitahu Nyonya No soal Seohyun dan Ji Ho, Seohyun pun terpaksa buka mulut.
Sekarang Ji An sudah di jalan, mengendarai mobil box mamdaero. Hyuk juga sudah di jalan mengendarai mobilnya. Mereka saling berkomunikasi.
“Ada Bu No bersamanya. Sopirnya tidak akan menyetir lebih dari 80 km per
jam. Jika mereka pergi sejam yang lalu, mungkin kini sudah sampai di jalan tol
bandara. Itu sebabnya kita harus bergegas.” Ucap Ji An.
“Sampai jumpa di sana.” Jawab Hyuk, lalu menginjak pedal gasnya.
Do Kyung sedang menuju bandara dengan mobil Seketaris Yoo.
Mereka bertiga akhirnya bertemu di tepi jalan. Do Kyung kaget melihat Hyuk. Ji An pun berkata, akan menjelaskan soal Hyuk nanti. Ji An lantas memberitahu rencananya.
“Bu No sedang bersama Bu Min. Jika melihat mobil Bu No, kalian berdua
bisa mengapitnya. Kau ambil sisi kanan dan aku akan berada di depan.” Ucap Ji
An.
“Kau akan menghalangi jalan mereka?” tanya Do Kyung.
“Ya, untuk menghentikan dia mengejar Hyuk.” Jawab Ji An.
“Kenapa dia tidak boleh mengejar mobilnya?” tanya Do Kyung.
“Akan kujelaskan nanti di telepon.” Jawab Ji An.
Mereka lalu kembali melanjutkan perjalanan. Ji An duluan, yang kemudian
disusul oleh Hyuk dan Do Kyung.
Do Kyung kesal karena laju mobil Seketaris Yoo sangat lambat. Ponsel Do Kyung kemudian berdering. Telepon dari Ji An yang memberitahu hubungan Hyuk dan Ji Soo. Do Kyung terkejut.
“Tampaknya ibumu sudah mengetahuinya dan mengancam Ji Soo.” Ucap Ji An.
“Ibu mengancam Ji Soo? Dia bilang apa?” tanya Do Kyung.
“Ji Soo memberi tahu Seo Hyun bahwa dia harus pergi. Karena jika tidak
pergi, banyak orang akan terluka.” Jawab Ji An.
“Kau tidak pernah pergi ke luar negeri selama hidupmu. Saat Do Kyung kembali, ibu akan mengunjungimu
dengan ayahmu dan Seo Hyun.” Ucap Nyonya No.
Ji Soo pun mengerti. Ji Soo lalu minta izin mau menelpon Do Kyung. Nyonya No pun meminjamkan ponselnya.
“Kak Do Kyung, ini Ji Soo. Aku sedang menuju bandara untuk pergi ke luar
negeri. Aku menelepon untuk berpamitan.” Ucap Ji Soo.
“Kau di mana sekarang? Jangan katakan hal lain. Lihat keluar dan beri
tahu berapa jauh bandaranya. Tidak. Jawab saja. 10 km? 15 km?” tanya Do Kyung.
“Aku tidak terlalu paham.” Jawab Ji Soo.
Ji Soo lalu mengatakan soal Ji An, membuat Do Kyung bingung.
“Terima kasih untuk kencan menontonnya. Maafkan aku terlambat
menyadarinya. Aku memang kurang peka. Jika tahu Kakak yang mengeringkan rumput
lautnya, aku tidak akan bersikap kejam. Maaf aku tidak mengetahuinya. Maaf aku
tidak tahu alasan Kakak datang. Aku menyayangi Kakak. Tolong sampaikan itu
kepada Ji An.” Ucap Ji Soo.
Nyonya No yang menyadari perkataan Ji Soo ditujukan untuk Ji An, langsung
merebut ponselnya dan memutuskan panggilannya.
“Ji Soo barusan meneleponku. Kurasa mereka belum tiba di bandara.” Ucap
Do Kyung.
“Baguslah. Dia bilang apa?” tanya Ji An.
“Akan kuberi tahu nanti. Tapi sejak kapan mereka berkencan? Ji Soo
mengencani pria itu? Dia hanya penggoda wanita.” Gerutu Do Kyung.
Tak lama kemudian, mobil Hyuk pun bersejajar dengan mereka. Hyuk menurunkan kaca mobilnya dan menyuruh Do Kyung bergegas.
Dalam perjalanan mengejar Ji Soo, Hyuk ingat saat ia memutuskan hubungan
dengan Ji Soo.
Tak lama kemudian, Do Kyung berhasil menemukan mobil ibunya. Ia pun
langsung memberitahu Ji An. Dan Ji An memberitahu Hyuk.
Sopir Lee akhirnya sadar ada yang mengikuti mereka. Seketaris Min melihat
ke spion dan kaget melihat mobil Mamdaero. Nyonya No langsung menyuruh Sopir
Lee menambah kecepatan.
Tapi Ji An dan Hyuk berhasil mengapit mobil Nyonya No. Sementara di belakang, ada mobil Seketaris Yoo yang dikendarai Do Kyung.
Ji An lantas menginjak pedal gasnya dan mendahului mobil Nyonya No.
Nyonya No terkejut dan menyuruh Seketaris Min lapor polisi.
Dan, setelah berada di depan mobil Nyonya No, Ji An pun menginjak remnya.
Nyonya No terkejut.
Hyuk kemudian turun dari mobilnya dan berjalan ke arah mobil Nyonya No.
Nyonya No menyuruh Sopir Lee mengunci pintu mobil tapi terlambat karena Ji Soo
keburu membuka kuncinya.
Hyuk pun membuka pintu mobil dan mengulurkan tangannya mengajak Ji Soo
pergi.
Sementara Nyonya No berusaha menahan kepergian Ji Soo dengan memegang
lengan Ji Soo.
Ji Soo pun berpikir sejenak, sampai akhirnya ia menghempaskan tangan
Nyonya No dan memutuskan pergi dengan Hyuk.